Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Jenis Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian


Berbasis Kelas

OLEH:

ELWALDUS GOLDEN TRITORE/ NIM; 1713031018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah berjudul “Jenis
Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas” tanpa halangan suatu
apapun. Saya menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.
Tidak lupa ucapan terimakasih saya ucapkan kepada pihak – pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat tersusun dengan baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya mengharap kritik, saran, serta masukan yang bersifat
membangun untuk saya jadikan pertimbangan.

Singaraja, 05 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas ........... 3
2.2 Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas ........... 8
2.3 Standar Pendekatan Penilaian Hasil Belajar ........................................... 24
2.4 Prinsip Penilaian Berbasis Kelas ............................................................ 27
2.5 Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas ........................................................ 28
2.6 Manfaat Penilaian Berbasis Kelas............................................................ 30

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 31


3.2 Saran .................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kualitas
pendidikannya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia
seperti kemampuan siswa, kualitas guru, sarana dan prasarana pembelajaran, serta
kurangnya pemerataan pendidikan. Maka dari itu, diperlukan evaluasi untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Sebelum melaksanakan evaluasi, perlu dilaksanakan pengukuran dan
penilaian. Pengukuran dilaksanakan untuk memperoleh data berupa angka yang
selanjutnya diolah lebih lanjut padapenilaian.

Seperti yang telah diketahui, penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang
sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal
pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif
berupa nilai. Berdasarkan fungsinya, penilaian dapat dibagi menjadi tiga yakni formatif,
sumatif, dan diagnostik.

Hasil belajar siswa tidak selalu mudah untuk dinilai. Sebagaimana diketahui,
tujuan pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif,
yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif, mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup. Sedangkan ranah psikomotor, terdiri dari
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
penyesuaian pola gerakan dankreativitas.

Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu harus dilakukan dengan cermat, mulai
dari penyusunan instrumen, pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil
akhir. Pada setiap tahapan diperlukan keterampilan khusus yang perlu dipelajari agar
mampu menguasai dengan baik. Makalah ini disusun untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut tentang jenis-jenis penilaian hasil belajar yang kedepannya dapat diterapkan oleh
calon guru saat mengajar disekolah.

Kegiatan penilaian di kelas menjadi sangat penting karena hasil penilaian ini
secara umum akan berpengaruh pada kualitas pendidikan, dan secara khusus akan
berpengaruh pada kualitas pembelajaran, prestasi siswa dan program sekolah. Guru dapat
menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sehingga lebih
1
baik dan lebih efisien hasilnya. Hasil penilaian dapat diinformasikan kepada siswa
sehingga mereka dapat mengetahui materi-materi yang belum dikuasainya, dan dapat
mempelajarinya kembali sebagai upaya perbaikan. Sedangkan bagi sekolah, hasil
penelitian dapat digunakan untuk menyusun program sekolah untuk lebih meningkatkan
prestasi siswanya. Guru membutuhkan informasi yang akurat dan berkesinambungan
dalam proses pembelajaran di kelas, dan informasi ini dapat diperoleh apabila guru
melakukan Penilaian Berbasis Kelas.
1.2 Rumusan Masalah
1) Pengertian Penilaian HasilBelajar dan Penilaian Berbasis Kelas?
2) Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas?
3) Standar Pendekatan Penilaian Hasil Belajar?
4) Tujuan penilaian berbasis kelas?
5) Prinsip penilaian berbasis kelas?
6) Manfaat penilaian berbasis kelas?
1.3 Tujuan
1) Untuk Mengetahui pengertian Penilaian HasilBelajar dan Penilaian Berbasis Kelas.
2) Untuk MengetahuiJenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas.
3) Untuk Mengetahui Standar Pendekatan Penilaian Hasil Belajar.
4) Untuk Mengetahui Tujuan Penilaian Berbasis Kelas.
5) Untuk Mengetahui Prinsip Penilaian Berbasis Kelas.
6) Untuk Mengetahui Manfaat Penilaian Berbasis Kelas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas
2.1.1 Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu
objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran
atau kriteria. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria
sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus
dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Proses pemberian nilai
tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi
dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan
antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam
kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada
interpretasi/judgment.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya
adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan
dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai
dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pembelajaran adalah upaya memberi nilai
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai
tujuan- tujuan pengajaran.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima


pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-
masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) startegi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan


klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi

3
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Taksonomi Bloom
telah mempengaruhi pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pengembangan kurikulum, desain pembelajaran dan pendidikan guru. Hal ini terbukti,
Handbook atau Taksonomi Bloom beserta dengan contoh-contoh yang diketengahkan di
dalamnya, kerap kali dikutip dalam banyak sekali buku teks tentang pengukuran
(measurement), kurikulum, dan pendidikan guru (Anderson & Krathwohl,2010: vii-viii).

Tujuan Pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi.
Benyamin S. Bloom mengkonsentrasikan pada domain kognitif, sementara domain afektif
dikembangkan oleh Krathwohl, dan domain psikomotor dikembangkan oleh Simpson. Ketiga
ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran. Namun, sekarang ranah afektif
dan psikomotor juga menjadi aspek penting yang perlu dinilai sesuai dengan kurikulum 2013
yang menggunakan pendekatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan menyimpulkan). Sehingga tidak hanya pengetahuan siswa saja yang dinilai
tapi juga sikap, sosial, danketerampilannya.
1. Ranah Kognitif
Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan
mental/otak. Hasil belajar pada aspek kognitif setelah direvisi dibagi kedalam enam (6)
jenjang kognitif yaitu: remember, understand, apply, analyze, evaluate, dan create. Jenjang
kognitif sebelum direvisi dibagi kedalam enam (6) jenjang proses berpikir, yaitu ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Bloom (dalam Sukardi,2012) mengungkapkan domain kognitif yang terdiri atas enam
pembagian tersebut.
1) Pengetahuan (C1)
Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang
sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
Contoh: menyatakan kebijakan.
2) Pemahaman (C2)
Mengacu pada kemampuan memahami suatu materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuaan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran
3) Penerapan (C3)
Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari
pada situasi yang baru dan menyangkut aturan penggunaan aturan, prinsip. Penerapan
merupakan tingkat berfikir yang lebih tinggi dari pemahaman.
Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.
4) Analisis (C4)
Mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponem atau faktor
penyebabnya dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang
lainnya sehingga struktur dari aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
4
Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan
keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.
5) Sintesis (C5)
Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponem-komponem sehingga
membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang
kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada
kemampuan sebelumnya.
Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa
sumber.
6) Evaluasi (C6)
Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk
tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Pada evaluasi pembelajaran tes merupakan alat ukur hasil belajar kognitif yang paling
banyak digunakan. Sebagai alat ukur, maka tes harus memberikan informasi mengenai
pengetahuan dan kemampuan obyek yang diukur.
Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban.

2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru.
Dalam menilai hasil belajar siswa para guru lebih banyak mengukur siswa dalam
penguasaan aspek kognitif. Sekalipun bahan pengajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif
harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut taksonomi Bloom ranah afektif mengcakup
prilaku terkait dengan emosi, minat, motivasi, dan sikap. Hasil belajar ranah efektif terdiri
atas lima kategori sebagai berikut:

a. Receiving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar


yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan sebagainya.
Dalam tipe ini termasuk kesadaran, untuk menerima stimulus, keinginan untuk
melakukan kontrol dan seleksi terhadap rangsangan dari luar. Contoh: sering
mendengarkan musik, senang membaca puisi, dan senang mengerjakan soalmatematika.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketetapan reaksi, kedalaman perasaan,
kepuasan merespon, tanggung jawab dalam memberikan respon terhadap stimulus dari
luar yang datang pada dirinya. Contoh: mentaati aturan, mengerjakan tugas, melakukan
renungan, dan menanggapipendapat.
c. Valuing berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejalaatau

5
stimulusyangditerimanya.Dalamhalinitermasukkesediaanmenerimanilai, latar belakang
atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. Contoh:
mengapresiasi seni, menunjukkan perhatian, dan menghargai peran.
d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk
hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Contoh: berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara independen,
mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar teman, dan objektif dalam
memecahkanmasalah.
e. Internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh: mampu
mengaplikasikan pengetahuannya sampai menjadikebiasaan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah menerima (memperhatikan), merespon, menghargai,
mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah
afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada
hakekatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap,
yakni kognisi, afeksi, dankonasi.

 Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya.


 Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objektersebut.
 Konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh
subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.

3. Ranah Psikomotis
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil
belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
6
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Garis besar
taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagaiberikut:

a) Gerak reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)→respons gerakan yang tidak
disadari yang dimiliki sejak lahir.

Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas

b) Keterampilan pada gerakan dasar → gerakan-gerakan yang menuntun kepada


keterampilan yang sifatnya kompleks (tengkurap, merangkak, tertatih-tatih, berjalan, lari,
melompat, menggelinding, danmemanjat).

c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan


auditif, dan motoris →kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan, seperti
menyadari akan gerakan- gerakan tubuhseseorang.

d) Kemampuan di bidang fisik →kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan


gerakan-gerakan keterampilan tingkat tinggi, misalnya kekuatan, keharmonisan
danketepatan.

e) Gerak-gerak skill →gerakan-gerakan yang memerlukan belajar mulai dari keterampilan


sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, seperti keterampilan dalam menari,
olahraga, dan rekreasi.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive →kemampuan untuk


berkomunikasi dengan menggunakan gerakan seperti gerakan ekspresif daninterpretatif.

Menurut Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur
melalui pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung; sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
mencakup: kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan
membaca gambar dan simbol, serta keserasian bentuk dengan yang diharapkan atau ukuran
yang telahditentukan.

7
2.1.2 Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
Menurut sumarna (2004), penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai
informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusn tersebut
berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu
kompetensi. Jadi, penilaian berbasis kelas merupakan jenis penilaian dari kurikulum berbasis
kompetensi. Kurikulum 2013 merupakan jenis kategori kurikulum berbasis kompetensi.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi serta sejumlah bukti yang
menunjukkan pencapain hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilakukan dengan berbagai cara, seperti
penilaian tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja (performance
assesment), penilaian proyek, penilaian hasil kerja peserta didik (product assesment),
penilaian sikap, dan penilaian portofolio.

2.2 Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar dan Penilaian Berbasis Kelas


2.2.1 Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar
Jika dilihat dari segi fungsinya jenis penilaian hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu penilaiandiagnotik, formatif, dan sumatif.
1. Penilaian Diagnostik
Penilaian diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan
perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik
pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa.
Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana
yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini
agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telahdipelajarinya.

8
2. Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan
suatu pokok bahasan atau topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu
proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses
pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi
(feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan
“formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its
developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and
appeal”. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah
menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan
“formative testing is done to monitor student progress over period oftime”.

Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan
siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat.
Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan
diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami
kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil
akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan
yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan
pendalaman dari topik yang telah dibahas.

Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan
post-test atau tes akhir proses.

Pre-test Program post-test


(tesawal) (tes akhir)

3. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu
yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit
berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir
suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang
diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi. Secara
9
diagramis maka hubungan antara tes formatif dengan tes sumatif ini tergambar
sebagaiberikut.

Program Program Program Program

F F F F

S
Keterangan:

F = tes formatif

S = tes sumatif

Dalam pelaksanaannya di sekolah, tes formatif ini merupakan ulangan harian,


sedangkan tes sumatif biasa di kenal sebagai ulangan umum yang diadakan pada akhir
caturwulan atau akhir semester.

Selain di lihat dari segi fungsinya, jenis penilaian hasil belajar juga dapat dibagi
berdasarkan alatnya. Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan
untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah “instrumen”. Dengan
demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dari segi alatnya (instrumen)
penilaian hasil belajar digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu teknik tes dan bukan tes (nontes).

1) Teknik Tes
Di dalam buku yang berjudul “Evaluasi Pendidikan”, Amir Daien Indrakusuma
mengatakan, tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematik dan obyektif untuk
memperoleh data atau keterangan- keterangan yang diinginkan tentang seseorang,
dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Menurut Anne Anastasi dalam karya
tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat
betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingak
laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of
Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk

10
membandingkan tingkah laku dua orang ataulebih.

Dari definisi-definisi tersebut dapat dipahami bahwa tes adalah cara atau prosedur
dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi individu, nilai yang mana dapat dibandingkan
dengan nilai- nilai yang dicapai oleh individu lainnya atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu. Teknik tes atau cara melaksanakan tes dapat digolongkan ke dalam 3
cara, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

Ketiga macam teknik tes tersebut perbedaannya di titik beratkan pada segi cara
menjawabnya, bukan dari cara menyajikan atau memberikan tes itu. Jadi orientasinya
adalah tes, bukan instrumen tes atau tester. Dalam tes tertulis testi menjawab tes
tersebut secara tertulis pada lembar jawaban.
a) Tes tertulis sangat bermanfaat untuk mengetahui kemahiran testi dalam teknik
menulis yang benar, menyusun kalimat menurut kaidah bahasa yang baik dan benar
secar efisien, mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulisan dengan kata-
katasendiri
b) Dalam tes lisan, jawaban yang diberikan oleh testi dalam bentuk ungkapan lisan.
Instrumen yang digunakan bisa saja disajikan dalam bentuk tulisan bisa pula dalam
bentuk lisan. Pada umumnya tes lisan berbentuk tanya jawab langsung secara lisan
antara tester dengan testi. Tes lisan ini sangat berguna bagi siswa untuk melatih diri
dalam mengungkapkan pendapat atau buah pikirannya secara lisan dan
mengembangkan kemampuanberbicara.
c) Tes perbuatan menuntut testi untuk melakukan perbuatan tertentu, tidak cukup
hanya dengan menjawab tes tersebut. Tes perbuatan diberikan dalam bentuk tugas
atau latihan yang harus diselesaikan secara individual atau kelompok. Dalam
pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu
bangun datar merupakan jaring- jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu
bangun ruang dan menunjukkan semua bidang diagonal serta diagonal bidang,
membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat,
dansebagainya.
Tipe dan bentuk tes-tes tertulis menurut tipenya dikelompokkan menjadi 2 macam,
yaitu tes tipe uraian dan tes tipe objektif.
a. Tes Tipe Uraian
11
Bentuk soal tes tipe uraian menuntut siswa untuk menyusun jawaban secara terurai.
Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan
uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut
untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik.Penyajian soal
tipe uraian mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1. Pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena jumlah soalnya tidak
terlalubanyak.
2. Dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara
rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat
dievaluasi.
3. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif
siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik,
menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yangrelevan

Di samping kelebihan yang dimiliki soal bentuk uraian, tidak luput dari kelemahan.
Kelemahan soal bentuk uraian antara lain:

1. Ruang lingkup materi yang disajikan dalam bentuk uraian kurang menyeluruh.
Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir
soal cukup banyak, sehingga butir soal yang disajikan sedikit.
2. Soal tipe uraian, dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali
dipengaruhi faktor subyektifitas dari pemeriksa, sehingga nilai akhir ada
kemungkinan bias, kurang mencerminkan kemampuansebenarnya.
3. Pemeriksaan jawaban soal bentuk uraian ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli
dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang
diujikan, akan mengakibatkan hasil pemeriksaan dapat merugikansiswa.
4. Pemeriksa jawaban tes bentuk uraian cukup rumit sehingga memerlukan waktu
yang cukup banyak. Tiap siswa akan memberikan uraian yang berlainan dan
bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen.
b. Tes Tipe Objektif
Istilah objektif adalah tidak adanya faktor lain yang mempengaruhi proses
pemeriksaan, jadi benar-benar murni hasil pekerjaan siswa. Istilah lain dari tes tipe
12
objektif adalah tes dengan jawaban singkat(short answer test). Tes tipe objektif
dewasa ini seringkali digunakan karena memiliki banyak kelebihan.

Kelebihan atau keunggulan disajikan soal tipe objektif antara lain:

1. Proses dan hasil pemeriksaan bersifat objektif sehingga hasilnya sesuai dengan
kenyataansebenarnya.
2. Ruang lingkup materi yang diujikan lebih menyeluruh sehingga cukup
representatif mewakili materi yang telah dipelajari siswa.
3. Pemeriksaan tidak harus oleh penyusun soal itu, namun dapat dilakukan oleh
orang lain asalkan sudah memahami patokan dalam hal pedoman
pemeriksaannya. Komputer pun dapat dimanfaatkan untuk proses pemeriksaan
dan pengolahan nilainya.
4. Jawaban yang benar sudah tertentu dan pasti. Siswa yakin akan jawabannya
apabila ia sudah mempelajari bahan yang diujikan, sehingga tidak timbul
keraguan pada dirinya dalam hal menentukan jawaban yang tepat.
5. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dancepat.
6. Ketidakmampuan testi dalam bagian-bagian tertentu pada sebuah konsep atau
topik lebih mudah dikenali secara langsung dari jawaban butir soal yangsalah.
Tes tipe objektif memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya adalah:
1. Proses berpikir siswa tidak dapat dievaluasi. Kita tidak tahu apakah siswa
bekerja dengan benar, sesuai dengan yang diperintahkan.
2. Kesempatan testi untuk menerka-nerka cukup besar, sehingga siswa yang tidak
belajar pun atau tidak menguasai materi dengan baik, mungkin saja dapat
menjawab dengantepat.
3. Tes tipe objektif kurang mampu memberikan gambaran sampai sejauh mana
daya analisis siswa dan mengemukakan pikiran sertagagasannya.
4. Pembuatan tes tipe objektif bukan saja sulitnamun membutuhkan waktu yang
tidak sedikit pula.

Macam-macam tes tipe objektif antara lain, yaitu:


a) Bentuk Benar-Salah (True-False)
Tes bentuk Benar-Salah soalnya disajikan dalam bentuk pernyataan.
Pernyataan tersebut mengandung nilai kebenaran Benar (B) atau Salah (S),
tetapi tidak keduanya sekaligus. Bentuk benar-salah ada dua macam dilihat

13
dari segi mengerjakan/menjawab soal, yakni:
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta
membetulkan bila ia memilih jawaban yangsalah.
2. Tanpa pembetulan (without correction), yaitu siswa diminta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
b) Bentuk Pilihan Ganda (MultipleChoice)
Soal tipe objektif bentuk pilihan ganda pada saat ini mendapat perhatian dan
seringkali digunakan dalam penilaian pendidikan. Hal ini dilakukan mengingat
bentuk ini lebih banyak keunggulannya jika dibandingkan dengan soal tipe
obyektif yang lainnya. Untuk mempertinggi ketetapan penilaian perlu
diperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut.
a. Pokok soal (stem) yang merupakan permasahan harus dirumuskan
secarajelas.
b. Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
c. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang
palingbenar.
d. Pada pokok soal sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang
bersifatnegatif.
e. Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis dan pengecoh harus berfungsi.
f. Diusahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yangbenar.
g. Diusahakan untuk mencegah penggunaan option terakhir yang berbunyi
“Semua alternatif jawaban di atas benar” atau “Semua pilihan jawaban di
atassalah”.
h. Diusahakan agar alternatif jawaban homogen, baik dari segi isi atau materi
maupun panjang-pendeknya kalimat (pernyataan).
i. Apabila alternatif jawaban berbentuk angka (bilangan), susunlah secara
berurutan mulai angka terkecil di atas dan yang terbesar di bawah.
j. Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-
kata yang bersifat tidak tentu, seperti kebanyakan, seringkali, kadang-
kadang, dansejenisnya.
k. Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung dari
jawaban butir soal yanglain.

14
l. Dalam merakit soal harus diusahakan agar jawaban yang benar (kunci
jawaban) tidak terpola, tetapi letaknya tersebar dan ditentukan
secararandom.
m. Penulisan alternatif jawaban diusahakan tersusun dari atas ke bawah, tidak
kesamping.
c) Bentuk menjodohkan (matching test)
Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Tes ini terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas siswa adalah mencari
dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
d) Bentuk tes isian (completiontest)
Completion test biasa disebut isian tes, yaitu tes menyempurnakan atau
tes melengkapi. Isian tes terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-
bagiannya dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh
siswa ini adalah pengertian yang kita minta dari siswa.
2) Teknis nontes
Teknik non-tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi bidang afektif atau
psikomotorik. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara sistematis, melakukan wawancara, mneyebarkan angket,
dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen. Adapun cara yang dapat dilakukan
dengan teknik non tes sebagai berikut.
a. Angket (questionnaire)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh
responden. Angket berfungsi sebagai alat pengumpul data. Data tersebut berupa
keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu
hal. Tentang macam kuisioner, dapat ditinjau dari beberapasegi.
 Ditinjau dari segi siapa yangmenjawab:
1. Kuisioner langsung adalah kuisioner yang dikirimkan dan diisi langsung
oleh responden.
2. Kuisioner tidak langsung adalah kuisioner yang dikirimkan dan diisi
bukan oleh responden.
15
 Ditinjau dari segi caramenjawab:
1. Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengan menyediakan
pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda
pada jawaban yangdipilih.
2. Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya.
b. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik non-tes secara lisan. Pertanyaan yang diungkapkan
umumnya menyangkut segi-segi sikap dan kepribadian siswa dalam proses
belajarnya. Teknik ini dilakukan secara langsung dan dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan penilaian bagi siswa. Wawancara dapat dilakukan
dengan dua cara,yaitu:
 Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan- patokan yang telah
dibuat oleh subjekevaluasi.
 Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang sudah disusun terlebih
dahulu. Responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh
penanya.
c. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah suatu teknik penilaian non-tes yang menginventarisasikan data
tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya. Observasi dilakukan
dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Data yang diperoleh
dijadikan bahan penilaian. Ada dua macam observasi, yaitu:
 Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal
ini pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati. Contoh: untuk mengamati kehidupan mahasiswa penyewa kamar,
pengamat menjadi mahasiswa dan penyewakamar.
 Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah
didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurutkategorinya.
 Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini, ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam
situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur dengan tujuanevaluasi.

16
d. Inventori (inventory)
Inventori pada hakekatnya tidak banyak berbeda dengan angket. Inventori
mengandung sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka mengetahui tentang
sikap, pendapat dan perasaan siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Data sebagai
informasi umumnya telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda, yang harus dipilih
oleh siswa.
e. Daftar cek (Checklist) dan Daftar Bertingkat (RatingScale)
Bila kita melakukan tes secara tertulis dan secara lisan, maka kita hanya mengukur
kemampuan siswa dalam daerah kognitif saja. Sistem tes tertulis (pencil and paper
test) seperti itu tidaklah mungkin dapat mengungkapkan kemampuan siswa dalam
hal keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam hal sikap, minat, kebiasaan, dan
penyesuaian diri perlu mendapat perhatian yang tak dapat diungkapkan hanya
dengan tes lisan dan tulisan. Oleh karena itu perlu tes lain, yaitu tes perbuatan. Daftar
cek adalah sederetan pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh responden
dengan membubuhkan tanda cek (√) pada tempat yang telah disediakan. Sedangkan
skala bertingkat adalah sejenis daftar cek dengan kemungkinan jawaban terurut
menurut tingkatan atau hierarki.

2.2.2 Jenis –Jenis Penilaian Berbasis Kelas


Secara umum penilaian berbasis kelas antara lain adalah tes tertulis, tes perbuatan,
pemberian tugas, penilaian kinerja (performance assesment), penilaian proyek, penilaian
hasil kerja peserta didik (product assesment), penilaian sikap, dan penilaian portofolio.
Tentunya, tidak ada satupun jenis penilaian yang tepat untuk setiap saat. Jenis penilaian
sangat bergantung pada kompetensi dasar maupun indikator pencapain kompetensi yang
diuraikan kurikulum.
1) Tes tertulis
Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun
penggunaanya dalam bentuk tertulis. Peserta didik memberikan jawaban atas
pertanyaan atau pernyataan maupun tanggapan atas pertanyaan atau pernyataan yang
diberikan. Tes tertulis dapat diberikan pada saat ulangan harian dan ulangan umum.
Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat,
dan uraian (esai). Tes tertulis biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi
yang terdapat dalam kurikulum.
2) Tes perbuatan

17
Tes perbuatan dilakukan pada sat proses pembelajaran berlangsung yang
memungkinkan terjadinya praktek. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku peserta
didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.Contoh tes perbuatan yaitu rubrik
penilaian praktikum. Contoh rubrik penilaian praktikum;
Rubrik Penilaian Praktikum
Mata Pelajaran :
Nama Peserta didik :
Alokasi waktu :
Kelas :
No. Aspek yang dinilai Bobot Skor Bobot x skor
(100%) (0-100)
1. Keterampilan Praktikum 20
2. Kebersihan alat dan tempat 20
3. Kedisiplinan bekerja 20
4. Etika Praktikum 20
5. Jurnal Praktikum 20
Nilai Akhir 100

3) Pemberian tugas
Pemberian tugas dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai awal kelas sampai akhir
kelas sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan peserta didik. Pelaksanaan
pemberian tugas perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Banyaknya tugas suatu mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan
peserta didik, karena peserta didik memerlukan waktu untuk bermain, belajar
mata pelajaran lain, bersosisalisasi dengan teman, dan lingkungan social lainnya.
b. Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian
tugas yaitu untuk melatih peserta didik menerapkan atau menggunakan wawasan
pengetahuannya.
c. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreatifitas dan rasa
tanggung jawab serta kemandiarian.

18
4) Penilaian kinerja
Penialaian kinerja merupakan suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-
tugas unutk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan
dalam suatu program. Pemantauan didasarkan kepada kinerja (performance) yang
ditunjukan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil
yang diperoleh merupakan suatu hasil unjuk kerja tersebut.Penilaian kinerja sering
dilakukan dengan menggunakan daftar cek dan skala penilaian.
Contoh rubrik penilaian kinerja menggunakan daftar cek;
Rubrik Penilaian Kinerja

Mata Pelajaran :
Nama Siswa :
No. ASPEK/KINERJA YANG DIHARAPKAN Penilaian

Ya Tidak

I. PERSIAPAN PRAKTIKUM

1. Membawa kelengkapan praktikum (alat atau bahan yang


ditugaskan)

2. Memakai jas lab dan berpenampilan rapi

II. SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM

A. Menggunakan alat dan bahan

1. Mengambil barang yang rapidan tidak berceceran

2. Mengambil bahan praktikum sesuai kebutuhan

3. Mengoperasi alat yang benar

4. Menggunakan alat dan bahan sesuai prosedurpraktikum

B. Kemauan, keterampilan mengamati menganalisis


dan menyimpulkan hasil praktikum

1. Memfokuskan perhatian pada kegiatan praktikum/tidak


mengajarkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan
19
prosedur kerja praktikum

2. Memiliki minat/intens terhadap aktivitas praktikum

3. Terlibat secara aktif dalam kegiatan praktikum

4. Mengamati hasil praktikum dengan cermat

5. Menafsirkan hasil pengamatan dengan benar

6. Menyajikan data secara sistematis dan komunikatif

7. Menganalisis data secara induktif

8. Membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil


praktikum
III. KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM

1. Membersihkan alat yang telah dipakai

2. Membersihkan meja praktikum dari sampah dan bahan


yang telah dipakai
3. Mengembalikan alat ke tempatnya semula dalam
keadaan kering.

5) Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang harus
diselesaikan dalam waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari
pengumpulan, pengorganisasian, penyesuaian, hingga penyajian data. Proyek juga
akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik dari
proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan kemampuan peserta didik unutk mengkomunikasikan informasi.

20
Contoh rubrik penilaian proyek;
Rubrik penilaian proyek
Mata Pelajaran :
Nama siswa :
Kelas :
Unsur yang dinilai Skor
Baik Sedang Kurang
Keterampilan :
1. Merancang penelitian/ pengamatan
(Menyiapkan kelengkapan, alat dan bahan).

2. Aktivitas pelaksanaan pengamatan.


3. Memebuat laporan sementara (konsep) hasil
pengamatan.
4. Menyusun hasil pengamatan dan menerima
masukan perbaikan.
5. Memperbaiki laporan setelah menerima
masukan.
Sikap
1. Kemempuan bekerja sama dalam kelompok.
2. Sistematis dalam mengerjakan tugas
kelompok
3. Tanggungjawab dalam menjalankan tugas
(keseriusan)
Keterangan Penilaian;
Baik :3
Sedang : 2
Kurang : 1

6) Penilaian hasil kerja peserta didik


Penilaian hasil kerja peserta didik (produk) merupakan penilaian berbasis kelas
terhadap penguasaanketerampilan peserta didik dalam memebuat suatu produk
(proses) dan penilaian kualitas hasil kerja peserta didik (produk) tertentu. Dalam

21
penilaian produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas yaitu penilaian peserta
didik tentang:
a. Pemilihan, cara menggunakan alat , dan prosedur kerja.
b. Kualitas teknis maupun estetik suatu karya/produk.
Pelaksaan penilaian produk meliputi penilaian berbasis kelas terhadap tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan. Menilai keterampilan merencanakan, merancang, menggali
atau mengembangkan ide.
b. Tahap produksi. Menilai kemampuan memilih dan menggunakan bahan, alat,
dan teknik kerja.
c. Tahap penilaian
Contoh Rubrik penilaian produk;
Penilaian Produk
Materi Pelajaran :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta Didik:
N Tahapan Skor (1-3)
o.
1. Tahapan Persiapan
2. Tahap Produksi :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik pengolahan
c. K3 ( Keselamatan kerja, keamanan dan
kebersihan)
3. Tahap Penilaian (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
Total Skor

7) Penilaian sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara
tertentu terhadap dunia sekitarnya. Jadi penilaian sikap dapat dilakukan dalam
berbagai mata pelajaran. Sikap antara lain yaitu sikap terhadap mata pelajaran, sikap

22
terhadap guru mata pelajaran, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap terhadap
materi pembelajaran dan sikap yang berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin
ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi tertentu.
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat dilakukan dengan
berbagai objek sikap antar lain;
a. Sikap terhadap mata pelajaran
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran
c. Sikap terhadap proses pembelajaran
d. Sikap terhadap materi pembelajaran
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta
didik melalui materi tertentu.
Contoh rubric penilaian sikap;

8) Penilaian portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasisi kelas terhadap pengumpulan
karya peserta didik yang tersususn secraa sistematis dan terorganisasi yang diambil
selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan
dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan
sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

23
2.3 Standar Pendekatan Penilaian Hasil Belajar
Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan hasil
pengukuran yang diperoleh orang-orang lain dalam kelompoknya, dinamakan Penilaian
Acuan Norma (Norm-Referenced Evaluation). Pendekatan penilaian yang membandingkan
hasil pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang telah ditetapkan, dinamakan
penilaian Acuan Patokan (Criterian-Referenced Evaluation).
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa
terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan
sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding
semata–mata diambil dari kenyataan–kenyataan yang diperoleh pada saat
pengukuran/penilaian itu berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu
beserta pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil–
hasil pengukuran kelompok manusia.
PAN pada dasarnya mempergunakan kurve normal dan hasil–hasil
perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan
mengikut sertakan semua angka hasil pengukuran yang diperoleh. Dua
kenyataan yang ada didalam “kurve normal” yang dipakai untuk
membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing – masing
siswa ialah angka rata- rata (mean) dan angka simpanan baku (standard
deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau kebawah
sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh didalam kurve itu.
Dengan kata lain, patokan itu dapat berubah–ubah dari “kurve normal”
yang satu ke “kurve normal” yang lain. Jika hasil ujian siswa dalam satu
kelompok pada umumnya lebih baik dan menghasilkan angka rata-rata yang
lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya
jika hasil ujian kelompok itu pada umumnya merosot, patokannya bergeser
kebawah (diturunkan). Dengan demikian, angka yang sama pada dua kurve
yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama
dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti
berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua
kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum yang berbeda pula.

24
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PAP pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil belajar
mahasiswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan terlebih
dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan
angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu. Dengan
demikian patokan ini tidak dicari-cari di

tempat lain dan pula tidak dicari di dalam sekelompok hasil pengukuran
sebagaimana dilakukan pada PAN.
Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut
“Tingkat Penguasaan Minimum”. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan
melampaui batas ini dinilai “lulus” dan belum mencapainya nilai “tidak lulus”
mereka yang lulus ini diperkenankan menempuh pelajaran yang lebih tinggi,
sedangkan yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya
sehingga mencapai “batas lulus” itu. Dengan patokan yang sama ini pengertian
yang sama untuk hasil pengukuran yang diperoleh dari waktu ke waktu oleh
kelompok yang sama ataupun berbeda- beda dapat dipertahankan. Hambatan
dalam penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan patokan yang benar-
benar tuntas.
3. Penggunaan PAN danPAP
Pendekatan PAN dapat dipakai untuk semua mata pelajaran, dari mata
pelajaran yang paling teoritis (penuh dengan materi kognitif) sampai ke mata
pelajaran yang praktis (penuh dengan materi ketrampilan). Angka- angka hasil
pengukuran yang menyatakan penguasaan kompetensi- kompetensi kognitif,
keterampilan, dan bahkan sikap yang dimiliki atau dicapai oleh sekelompok
siswa sebagai hasil dari suatu pengajaran, dapat di kurvekan. Dalam
pelaksanaannya dapat ditempuh prosedur yang sederhana. Setelah pengajaran
diselenggarakan, kelompok mahasiswa yang menerima pengajaran tersebut
menjawab soal-soal atau melaksanakan tugas-tugas tertentu yang dimaksudkan
sebagai ujian. Hasil ujian ini diperiksa dan angka tersebut disusun dalam
bentuk kurve. Kurve dan segala hasil perhitungan yang menyertai (terutama
angka rata-rata dan simpangan bakul) dapat segera dipakai dalamPAN.

25
Pendekatan PAP tidak berorientasi pada “apa adanya” pendekatan ini
tidak semata-mata mempergunakan angka rata-rata yang dihasilkan oleh
kelompok yang diuji, melainkan telah terlebih dahulu menetapkan kriteria
keberhasilan, yaitu “batas lulus” penguasaan bahan pelajaran, dan dalam
proses pengajaran. Tenaga pengajar tidak begitu saja membiarkan siswa
menjalani sendiri proses belajarnya, melainkan terus menerussecara langsung
ataupun tidak langsung merangsang dan memeriksa kemajuan belajar siswa
serta membantunya melewati tahap-tahap secara berhasil. Proses pengajaran
yang menjadi kegiatan PAP dikenal adanya ujian pembinaan (formative test)
dan ujian akhir (summative test). Ujian pembinaan dilaksanakan pada tahap
tersebut. Usaha ini akan mencegah siswa dari keadaan terlanjur tidak
menguasai dengan baik bahan kompetensi dari tahap yang satu ke tahap
berikutnya. Hasil ujian pembinaan ini dipakai sebagai petunjuk (indikator)
apakah siswa tertentu memerlukan bantuan dalam menjalankan proses
belajarnya atau tidak.
Adapun perbedaan yang dimiliki kedua pengukuran diatas sebagai
berikut:
Pengukuran Acuan Normatif (PAN) Pengukuran Acuan Patokan (PAP)

Merupakan tipe pengukuran yang


Merupakan tes yang mencakup domain
berfokus pada penentuan domain
tugas pembelajaran dengan item
tugas belajar dengan tingkat kesulitan
pengukuran yang spesifik.
sejumlah item sesuai dengantugas
pembelajaran.
Menekankan penggambaran tugas apa
Menekankan pembedaan antara
yang telah dipelajari oleh para siswa.
individual siswa satu dengan siswa lain
dalam kelompok/kelas.
Item kesulitan sesuai dengan tugas
Item-item yang memiliki tingkat
pembelajaran, tanpa menghilangkan
kesulitan tinggi dan cenderung
item atau soal yang memiliki tingkat
menghilangkan item yang memiliki
kesulitan rendah.
tingkat kesulitan rendah.

26
Lebih banyak digunakan, khususnya
Lebih banyak digunakan, khususnya
untuk kelas dengan tugas
pada kelas yang memiliki kelompok-
pembelajaran konsep atau penguasaan
kelompok dengan pembedaan antara
materi belajar (masterylearning).
siswa pandai, di atas rerata, dibawah
rerata, dan bodoh.
Interpretasi memerlukan grup tertentu
Interpretasi evaluasi memerlukan
dengan memenuhi kriteria tertentu
adanya pengelompokan ataskelompok-
atau domain pencapaian belajar.
kelompok tertentu secara jelas.

2.4 Tujuan Penilaian Berbasis Kelas


Secara umum tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau
belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu yang dipersyarakatkan dalam standar
kompetensi lulusan. Tujuan penilaian berbasis kelas hendaknya diarahkan pada empat
tujuan:
a. Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak
didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang
semester dan tahun pelajaran melalui bentuk penilaian kelas agar memperoleh
gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa.
b. Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan kelemahan yang
dialami anak didik dalam proses pembelajaran melalui penilaian kelas, baik yang
formal ataupun informal guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa
yang siswa telah kuasai dan apa yang belum dikuasai.
c. Penilaian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru
harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-
hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
d. Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah
menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.
Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta
untuk melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, ajaran baik dalam
bentuk rapor siswa atau bentuk-bentuk lainnya.

27
2.5 Prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas terencana dan terarah
sesuai dengan pencapaian kompetensi. Hakikat penilaian berbasis kelas adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan semata-mata sebagai alat untuk mengetahui
penguasaan materi pembelajaran. Oleh karena itulah dalam proses pelaksanaannya,
guru perlu memperhatikan prinsip- prinsip sebagaiberikut:
1) Sahih
Penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh
karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana
dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
2) Objektif
Penialain didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai. Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-
bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh
peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian harus dilaksanakan
secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai
3) Adil
Penialaian berbasis kelas menekankan pada adanya perlakuan yang adil kepada semua
peserta didik. Artinya, semua peserta didik harus mendapat kesempatan yang sama
untuk dinilai tanpa membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, dan
jenis kelamin. Dalam memberikan penilaian di kelas, guru sangat tidak diperkenankan
untuk membedakan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain.
4) Terpadu
Penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika
hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen
yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses
pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana
dan pelaksanaan pembelajarannya.
5) Terbuka
Penialaian berbasis kelas menekankan adanya keterbukaan, dimana semua pihak baik
guru maupun peserta didik perlu mengenali kemampuan masing-masing, jenis
penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan. Ketika guru menggunakan
28
format penilaian tertentu, maka seluruh peserta didik harus mengetahui penggunaan
format penilaian tersebut. Guru hendaknya tidak menutup-nutupi jenis penilaian yang
akan digunakan dalam penilaian.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan
Tidak ada ketentuan umum tentang berapa kali penilaian berbasis kelas dilakukan
dalam satu semester atau satu tahun. Penggunaan penilaian berbasis kelas sangat
bergantung kepada seberapa luas materi yang dibahas dalam satu semester. Bisa saja
guru mengembangkan lebih dari satu penilaian berbasis kelas. Namun, hal yang tidak
mungkin adalah guru tidak melakukan penilaian berbasis kelas sama sekali dalam satu
semester atau satu tahun ajaran. Hal yang paling penting adalah penilaian berbasis
kelas tentunya harus dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Hal ini dilakukan
untuk melihat kesinambungan anatara materi pokok yang satu dengan materi pokok
yang lain.
7) Sistematis
Penilaian berbasis kelas harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya benar-benar
memberikan makna kepada semua pihak khususnya kepada siswa itu sendiri.
Melalui penilaian berbasis kelas, siswa akan mengetahui posisi mereka dalam
perolehan kompetensi. Di samping itu mereka juga akan memahami kesulitan-
kesulitan yang dirasakan dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian hasil
penilaian itu juga bermakna bagi guru termasuk bagi orang tua dalam memberikan
bimbingan kepada setiap siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan
targetkurikulum.
8) Beracuan kriteria
Penilaian didasarkan pada ukuran pencapain kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena
itu, instrumen penilaian disusun merujuk pada kompetensi (KI dan KD). Selain itum
pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.
9) Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik,
maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-
prinsip keilmuan dalma penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang
objektif.

29
2.6 Manfaat Penilaian Berbasis Kelas

Hasil Penilaian Berbasis Kelas bermanfaat untuk :


 Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga
menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.
 Memantau kemajuan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga
memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk memenuhi kebutuhan
siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
 Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di
kelas.
 Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan
kecepatan belajar yang berbeda-beda.

30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, yaitu


Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang
dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, danpsikomotoris. Jenis-jenis penilaian hasil belajar
dari segi fungsinya antara lain ada penilaian formatif, penilaian sumatif, dan penilaian
diagnostik. Sedangkan dari segi alatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu dengan teknik tes
dan teknik nontes. Standar pendekatan penilaian hasil belajar dapat dibagi menjadi dua,
yaitu penilaian acuan norma (PAN) pengukuran yang berdasarkan posisi relatif siswa
terhadap siswa lain dalam kelas serta penilaian acuan patokan (PAP) pengukuran yang
berdasarkan posisi siswa berdasarkan hasil penampilannya dalam mengerjakan suatutes.
Sedangkan penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan
informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Adapun jenis-jenis penilaian berbasis kelas antara lain adalah tes tertulis, tes
perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja (performance assesment), penilaian proyek,
penilaian hasil kerja peserta didik (product assesment), penilaian sikap, dan penilaian
portofolio.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini termasuk jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca. Bagi para pembaca makalah ini, sebaiknya juga tidak merasa puas, karena
masih banyak ilmu-ilmu yang didapat dari berbagai sumber. Sebaiknya mencari sumber
lain untuk lebih memperdalam materi mengenai penilaian berbasis kelas.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Tangerang: Graha Ilmu.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rodakarya.
Surapranata, Sumarna. 2004. Penilaian Berbasis Kelas Penilaian Portofolio Implementasi
Kuirkulum 2004. Bandung: PT Remaja Rodakarya.

32

Anda mungkin juga menyukai