Nomor 10/Pid.Sus-Anak/2014/PT.BDG
Kebangsaan : Indonesia;-------------------------------------------------------
A g a m a : Islam; -----------------------------------------------------------
P e k e r j a a n : Tidak bekerja;-------------------------------------------------
2014;-----------------------------------------------------------------------------------------------
sampai dengan 21 September 27. Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung, sejak
tanggal 22
atas nama Terdakwa dan surat surat lain yang bersangkutan dengan perkara ini;-
PRIMAIR
Bahwa ia Terdakwa pada hari dan tanggal yang sudah tidak diingat lagi
sekira bulan Juni 2014 pukul 14.00 Wib, Selasa tanggal 24 Juni 2014 sekira
pukul 13.00 Wib, dan Kamis tanggal 31 Juli 2014 sekira pukul 10.00 Wib atau
Bogor atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam
memaksa anak yakni Saksi Korban yang masih berumur 15 tahun 10 bulan
- Pada awalnya ketika bulan Juni tahun 2014 Saksi Korban dan terdakwa
Saksi Korban dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menutup pintu
kamar, dan Saksi Korban berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan
Saksi Korban dan meraih kepala Saksi Korban kemudian menciumi pipi kiri
dan kanan dan juga bibir Saksi Korban, kemudian terdakwa meremas-remas
payudara Saksi Korban dan dengan kasar tangan terdakwa menarik celana
jeans panjang warna coklat dan celana dalam Saksi Korban hingga sebatas
lutut dengan keadaan tubuh Saksi Korban dijepit ke tembok sehingga Saksi
tidak bisa melepaskan diri dari terdakwa karena tenaga terdakwa lebih kuat
- Kemudian kejadian yang kedua terjadi hari Selasa tanggal 24 Juni 2014
Saksi Korban mengatakan hal tersebut Saksi Korban terbujuk untuk datang
Saksi Korban dan menarik celana luar dan celana dalam Saksi Korban
- Kemudian kejadian yang ketiga terjadi pada hari Kamis tanggal 31 Juli 2014
sekira pukul 10.00 Wib terdakwa menghubungi Saksi Korban untuk datang
ke rumah terdakwa dengan alasan ibu terdakwa ingin bertemu Saksi Korban
dan ingin halal bihalal dengan Saksi Korban, padahal terdakwa mengetahui
terdakwa dan dijawab oleh terdakwa ibunya sedang berada didalam rumah
padahal pada saat itu rumah terdakwa dalam keadaan sepi tidak ada orang,
kemudian tanpa curiga Saksi Korban masuk ke dalam rumah terdakwa ketika
sampai di depan kamar terdakwa Saksi Korban dipaksa ditarik untuk masuk
selanjutnya terdakwa mencium pipi kiri dan kanan dan juga bibir Saksi
celana luar dan celana dalam Saksi Korban dan menindih tubuh Saksi
bilang ke siapa-siapa.-----------
lama selaput dara pada arah jam dua belas, sembilan, tiga dan enam sampai
Pasal 81 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. UU No
SUBSIDIAIR :
------- Bahwa ia Terdakwa pada hari dan tanggal yang sudah tidak diingat lagi
sekira bulan Juni 2014 pukul 14.00 Wib, Selasa tanggal 24 Juni 2014 sekira
pukul 13.00 Wib, dan Kamis tanggal 31 Juli 2014 sekira pukul 10.00 Wib atau
Bogor atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam
atau membujuk anak yakni Saksi Korban yang masih berumur 15 tahun 10
- Pada awalnya ketika bulan Juni tahun 2014 Saksi Korban dan terdakwa
membuka pintu kamar dan tiba-tiba meraih tangan kiri Saksi Korban dan
Saksi Korban dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menutup pintu
kamar, dan Saksi Korban berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan
Saksi Korban dan meraih kepala Saksi Korban kemudian menciumi pipi kiri
dan kanan dan juga bibir Saksi Korban, kemudian terdakwa meremas-remas
payudara Saksi Korban dan dengan kasar tangan terdakwa menarik celana
jeans panjang warna coklat dan celana dalam Saksi Korban hingga sebatas
lutut dengan keadaan tubuh Saksi Korban dijepit ke tembok sehingga Saksi
Korban berteriak kesakitan dan memberontak, akan tetapi Saksi Korban tidak
bisa melepaskan diri dari terdakwa karena tenaga terdakwa lebih kuat dari
Saksi Korban.-----------
- Kemudian kejadian yang kedua terjadi hari Selasa tanggal 24 Juni 2014
sekira pukul 13.00 Wib terdakwa menghubungi Saksi Korban menyuruh Saksi
Saksi Korban dan menarik celana luar dan celana dalam Saksi Korban kebawah lutut
kemudian memasukkan jari terdakwa ke dalam kemaluan Saksi
- Kemudian kejadian yang ketiga terjadi pada hari Kamis tanggal 31 Juli 2014
sekira pukul 10.00 Wib terdakwa menghubungi Saksi Korban untuk datang
ke rumah terdakwa dengan alasan ibu terdakwa ingin bertemu Saksi Korban
dan ingin halal bihalal dengan Saksi Korban, padahal terdakwa mengetahui
terdakwa dan dijawab oleh terdakwa ibunya sedang berada didalam rumah
padahal pada saat itu rumah terdakwa dalam keadaan sepi tidak ada orang,
kemudian tanpa curiga Saksi Korban masuk ke dalam rumah terdakwa ketika
sampai di depan kamar terdakwa Saksi Korban dipaksa ditarik untuk masuk
terdakwa meremas payudara Saksi Korban dan membuka celana luar dan
celana dalam Saksi Korban dan menindih tubuh Saksi Korban dan kemudian
perempuan berusia enam belas. Pada pemeriksaan fisik tidak terdapat tandatanda
selaput dara pada arah jam dua belas, sembilan, tiga dan enam sampai
------- Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana sesuai Pasal
berikut :
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dalam Surat Dakwaan
Primair. -------------------------------
kurungan.----------------------------------
1. Menyatakan Terdakwa RIKI ANDRIANSYAH ALS RIKI BIN ASENI ALS ASNI
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
selama 1 (satu) tahun dan pelatihan kerja selama 3 (tiga ) bulan ;----
rupiah). --------------------------------------------------------------------------------------------
kesempatan kepada Penuntut Umum maupun Terdakwa untuk mempelajari berkas perkara di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Cibinong, sebelum berkas
banding dari Penuntut Umum telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut
pada dakwaan primair, pasal 81 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak, sudah tepat dan benar menurut hukum. Sebab
putusan tersebut telah didasarkan pada alasan pertimbangan hukum yang tepat,
sesuai fakta hukum serta keyakinan hakim tingkat pertama berdasarkan alat
korban Alifah Akbar Pertiwi (15) dengan cara kekerasan, tergolong kejahatan
yang menusuk rasa keadilan masyarakat dan dipandang sebagai tindak pidana
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Perbuatan persetubuhan itu juga
tidak pantas dilakukan oleh Terdakwa yang masih tergolong anak kepada
dalam sistem nilai peradilan pidana anak, yang mengutamakan asas kepentingan
terbaik bagi anak maupun hak-hak anak, seperti ditentukan dalam pasal 2 butir
(d) dan pasal 3 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
dan rasa keadilan. Dalam konteks ini, Pengadilan Tinggi tidak semata
keluarganya dan rasa keadilan masyarakat, sebagai wujud dari institusi peradilan
yang menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Hal ini juga
ditegaskan dalam pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
Akbar Pertiwi karena akan menimbulkan trauma psikologis serta merusak masa
depan korban. Selain itu, keluarga korban akan turut merasakan dampak
peristiwa itu sebagai sebuah aib dan rasa malu dikalangan masyarakat
sekitarnya. Sehingga layak dan adil apabila kepada Terdakwa dijatuhi pidana
sependapat;-------------------------------------------------------------------------------------------
merugikan dirinya sendiri. Ketiga, pidana penjara ini berfungsi sebagai efek
seksual oleh pelaku dan korban yang sama bersatus anak, di wilayah hukum
dengan pasal 81 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2012, yang tidak mengatur
Peradilan Pidana Anak, minimun khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap
anak. Jadi hakim boleh menyimpangi ketentuan pidana penjara minimal dalam
pasal 81 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan
keyakinannya;-----------------------------------------------------------------------------------------
putusan hakim tingkat pertama terutama amar ke-1 mengenai kualfikasi tindak
pidana dan amar ke-2 mengenai pidana denda yang tidak mencantumkan
besaran denda, padahal pasal 81 (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
pidana denda);----------------------------------------------------------------------------------------
tindak pidana, dalam frasa “dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
“atau”, dalam amar putusan, tidak dibolehkan, karena bermakna ganda atau
pasal 81 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini penting, sebab
kalimat atau penyebutan kualifikasi suatu tindak pidana harus jelas dan tegas;----
bagian akhir frasa kualifikasi tindak pidana tersebut, perlu ditambah dan
dilengkapi menjadi “persetubuhan dengannya”, untuk menegaskan,
Artinya, selain pidana penjara juga harus dibarengi dengan pidana denda, sebab
frasa pemidanaan dalam pasal a quo, menggunakan kata “dan”. Hal itu
dalam tahanan rutan maka untuk menjamin putusan ini kelak dapat dilaksanakan
dinyatakan terbukti bersalah dan dijatuhi pidana, maka sesuai ketentuan pasal
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak maka perlu diperintahkan kepada
Tentang Perlindungan Anak juncto pasal 2, pasal 71 ayat (1) butir e, pasal 47
ayat (1) dan pasal 79 ayat (1) Undang-UndangNomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak juncto pasal 241 UU No. 8 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) juncto pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor
MENGADILI
(dua) tahun;-----------------------------------------------------------------------------------
rupiah) dan tingkat banding sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);--
oleh :F. WILLEM SAIJA, Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Bandung selaku
Hakim Tunggal sekaligus Hakim Banding Anak, putusan mana diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Hakim Tunggal tersebut dan
TTD TTD