Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Stase KMB Program Studi Profesi Ners
Disusun Oleh:
Endawana 318100
BANDUNG
2018
KASUS TIC
Tn S berusia 52 tahun datang ke Rumah Sakit Hasan Sadikin pada tanggal 07 maret
2019, Tn S mengeluh tidak bisa buang air besar dan flatus sejak 8 hari SMRS, Tn S
juga mengeluh perutnya terasa kembung dan mengeras. Pada tanggal 8 maret 2019
klien dilakukan operasi laparatomi. Terdapat stoma kolostomi pada perut bagian kiri
dan Tn S terpasang drainase. Klien mengelh nyeri pada bagian luka post operasi dan
81x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 38,5oC, skala nyeri 5 (0-10). Tn S diberikan therapy
2x50 mg.
TAHAP 1
1. Flatus ?
2. Mcv ?
3. Mch ?
4. Mchc ?
5. Laparatomi ?
Tahap II
1. Flatus adalah keluarnya gas dari bagian bawah saluran pencernaan, baik
dengan berbunyi maupun tanpa bunyi, baik berbau maupun tidak berbau dan
darah yang menunjukkan volume rata-rata satu sel darah dibandingkan dengan
3. Mch adalah mean corpuscular hemoglobin adalah perkiraan jumlah atau berat
Tahap III
Tahap IV
2. Pada pasien dengan ileus obstruktif total terjadi penyumbatan pada usus baik
3. Pada pasien dengan ileus bisa terjadi terjadi distensi abdomen karena adanya
menyebabkan distensi
ILEUS OBSTRUKTIF
Patofisiologi Manifestasi klinis
TOTAL
Klasifikasi
Tahap VI
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan ileus
kondisi klinik sering disebut dengan ileus paralitik. Perawat sangat perlu
fisiologis yang normal sekunder dari anestesia dan efek intervensi bedah.
Namun, istilah ileus kondisi kelumpuhan intestinal dapat bertahan lebih dari 3
hari pascabedah.
kembali funsi dalam beberapa jam. Aktivitas regains lambung dalam 1-2 hari
paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami
paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
pembedahan atau usus halus biasanya dengan stoma ileum pada dinding
ileum keluar tubuh. Drainase sangat lunak dan terjadi pada frekuensi yang
B. Etiologi
1. Sepsis
chlorpromazine).
3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia,
4. Infark miokard
5. Pneumonia
C. Patofisiologi
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding
pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga
obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana
gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena
sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan
penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek
atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu.
Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi
sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah
yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya
amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma
a. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri
abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut
bagian atas. Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah
periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul
dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya
telentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anaka tangga dari usus
kecil yang mengalami dilatasi dengan air-fluis level. Pemberian kontras akan
dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan
E. Manifestasi Klinis
Susan Martin Tucker (1998), Christian Stone, M.d (2004) dan Barbara C Long
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang
cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang
timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan
keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila
obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah
abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia
a. Mual
b. Muntah, pada awal mengandung makanan tak dicerna,selanjutnya muntah air dan
menetap.
d. Demam sering terjadi, terutama bila dinding usus mengalami perforasi. Perforasi
dengan cepat dapat menyebabkan perdangan dan infeksi yang berat serta
menyebabkan syok.
f. Abdominal distention
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi
pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir
terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan
rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar
melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.
Dengan melihat patogenesis yang terjadi, maka gambaran klinik yang dapat
ditimbulkan sebagai akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan serangan yang
bersifat kolik.
a. Distensi berat
b. Nyeri biasanya terasa didaerah epigastrium, nyeri yang hebat dan terus menerus
1. Nyeri tekan
3. Kelemahan
5. Konstipasi
dinding usus yang menyebabkan nekrosis atau gangguan dinding usus. Bahaya
F. Komplikasi
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. (Brunner
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus,
hernia).
3. Pemeriksaan sinar x: untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan
dalam usus.
lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan
kemungkinan infeksi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
harus menerima hidrasi intervena. Untuk pasien dengan muntah dan distens,
penggunaan selang nasogastrik diberikan untuk menurunkan gejala, namun belum ada
manfaat atas perbaikan ileus. Untuk pasien dengan ileus berlarut-larut, obstruksi
mekanis harus diperiksa dengan studi kontras.sepsis dan gangguan elektrolit yang
mendasari, terauma hipokalemia, hiponatremia, dan hipomagnesmia, dapat
opiat). Dalam suatu stud, jumlah morfin yang diberikan secara langsung akan
studi ini telah mengungkapkan resolusi lebih cepat dari yang diberikan pada pasien
ileus versus yang diberikan ketorolac morfin, namun kelemahan oains digunakan
Samping saat ini belum ada suatu variabel yang secara akurat memprediksi
resolusi ileus. Pemeriksaan kondisi klinis masih menjadi parameter penting untuk
mengevaluasi asupan oral dan fungsi usus yang baik.laporan dari pasien bahwa
sudah terjadi flatus, harus dinilai ulang dengan saksama secara pemeriksaan fisik dan
diagnostik yang akurat, serta tidak boleh hanya mengandalkan dari laporan pasien
(mukherjee, 2008).
2. Terapi diet
bentuk pemberian makanan palsu pada fase pemulihan awal dari ileus pascabedah
karet dan sembilan untuk kelompok kontrol. Kelompok permen karet yang
digunakan tiga kali sehari dari pascaoperasi pertama pagi sampai intake oral.
Terjadinya flatus lebih cepat dalam kelompok permen karet dari pada di kelompok
kontrol buang air besar pertama tercatat pada 3.1 hari dalam kelompok permen karet
3. Terapi aktivitas
ambulasi dini merangsang fungsi usus dan meningkatkan ileus pascabedah, meskipun
pertama, dan yang lainnya 24 pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pascabedah hari
keempat.hasil yang didapat, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil
Sampai saat ini belum terdapat studi yang menilai manfaat supositoria dan
dan prokinetik.data telah menunjukkan bahwa pemberian obat ini dapat benar-benar
adalah herniotomi.
untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah
yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk
lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab
b. Tindakan operatif
dekompresi dengan ngt tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian
jaringan. Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu
kondisi sebelum sakit. · apakah ada risiko strangulasi. Pada umumnya dikenal 4
macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus: · koreksi
sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan. · tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat,
fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 07 maret 2019
Tanggal pengkajian : 12 maret 2019
No register : 0001749827
Diagnosa medis : Ileus obstruktif total
1. Identitas klien
Nama : Tn S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 52 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Cibubur sari rt 08/ rw 04, Walungkar, Purwakarta
5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : compos metris E4 V5 M6
Tekanan darah : 120/80 MmHg
Nadi : 81x/mnt
Pernafasan : 20x/mnt
Suhu : 38oC
Bb/Tb : 70 Kg/ 165 cm
b. Pemeriksaan fisik persistem
1) System penglihatan
Inspeksi : konjungtiva kedua mata klien an anemis, sclera kedua
mata an ikterik, reflex cahaya (+), refelex kornea (+),
distribusi kedua alis merata, penglihatan klien normal
(klien dapat membaca huruf pada nametag perawat
dengan durasi 30 cm), lapang pandang kedua mata klien
normal, pergerakan bola mata normal.
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.
2) System pendengaran
Inspeksi : airikula simetris kiri dan kanan, pinna sejajar dengan
ujung kelopak mata, tidak terdapat serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, pendengaran klien
baik klien dapat mendengar suara gesekan rambut.
3) System wicara
Tidak ada gangguan dalam system wicara klien
4) System pernafasan
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak terlihat pernafasan cuping
hidung, tidak ada deviasi septum, tidak terlihat
pergerakan otot bantu pernafasan, tidak terdapat secret.
Palpasi : pergerakan dada simetris kiri dan kanan, vocal fremitus
teraba sama antara kiri dan kanan pada saat klien
mnegatakan tuzuh puluh tuzuh.
Perkusi : suara terdengar resonan pada daerah paru
Auskultasi : pada daerah trachea bunyi auskultasi terdengan tracheal,
pada daerah bronkus bunyi auskultasi terdengar
bronkovesikuler dan disemua lapang paru terdengar
suara nafas vesikuler.
5) System kardiovaskuler
Inspeksi : konjungtiva ananemis, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat peningkatan jvp 5±1 cm H2O.
Palpasi : icus cordis teraba pada midklavikula ics 5 sinistra, crt<3
detik , akral teraba hangat, nadi 81x/menit, TD: 120/80
MmHg.
Perkusi : terdengar suara dullness pada daerah jantung
Auskultasi : terdengar bunyi jantung regular
6) System neurologi
Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik.
o Nervus 1 (olfaktorius)
Fungsi penciuman hidung klien baik, terbukti klien dapat
membedakan bau kopi dan kayu putih.
o Nervus II (optikus)
Fungsi visual dan lapang pandang klien tidak terganggu, klien
dapat membaca tulisan di nametag perawat dengan jarak 30 cm.
o Nervus III, IV,VI (okulomotorius, thoklearis, abdusen)
Pergerakan bola mata klien baik,klien dapat menggerakan bola
mata kesemua arah.
o Nervus V
Fungsi nervus v klien tidak terganggu klien dapat merasakan
adanya sentuhan pada saat diusapkan pilihan kapas pada maksila,
dan mandibula dengan mata tertutup, kelopak mata klien mengedip
saat kornea disentuh.
o Nervus VII (fasialis)
Fungsi nervus VII tidak terganggu, klien dapat merasakan sensasi
rasa manis, asam, pada anterior lidah, klien dapat mengerutkan
dahi dan tersenyum.
o Nervus VIII (akustikus)
Fungsi pendengaran klien tidak terganggu dapat menjawab
pertanyaan perawat dengar benar tanpa diulang, dan dapat
mendengar suara gesekan rambut.
o Nervus IX (glosofaringeus) nervus X (vagus)
Fungsi nervus IX & X klien tidak terganggu , klien dapat
merasakan sesasi rasa pahit, saat di tes menggunakan kopi, gerakan
ovula klien di midline
o Nevus XI (asesorius)
Fungsi nervus XI klien tidak terganggu, klien mampu melawan
tahanan saat menoleh ke kanan dan ke kiri serta mampu menahan
tahanan pada saat perawatat member tahanan dibahu.
o Nervus XII (akustikus)
Fungsi nervus XI klien tidak terganggu, klien mampu menjulurkan
lidah serta menggerakan lidah.
Pemeriksaan reflex
o Bisep +/+
o Trisef +/+
o Patella +/+
o Babinski +/+
7) System pencernaan
Inspeksi : bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak terdapat
stomatitis, lidah berwarna merah muda, perut klien
tampak datar, tampak stoma kolostomi, terdapat luka
post op laparatomy, terpasang stoma bag, terpasang
drainase.
Auskultasi : bising usus 14x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, nyeri pada luka post operasi
8) System imunologi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
9) System endokrin
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terlihat tremor
10) System urogenital
Inspeksi : terpasang kateter, tidak terdapat distensi kandung kemih,
genitalia bersih
Palpasi : kandung kemih teraba lembek, ginjal tidak teraba.
Perkusi : timpani pada kandung kemih, tidak terdapat nyeri ketok
ginjal.
11) System integument
Inspeksi : warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih,
rambut berwarna hitam, kuku pendek dan bersih.
Palpasi : turgor kulit <2 dtk, tidak ada lesi.
12) System muskulokletal
Ekremitas atas : kedua tangan dapat digerakan, reflex bisep trisep positif
pada kedua tangan, ROM pada kedua tangan maksimal,
tidak ada atrofi otot tangan, terpansang infuse pada
tangan kiri,
Eksremitas bawah : kaki dapat digerakan, tidak ada lesi, reflex patella
positif, babinski positif, tidak ada varises, tidak ada
oedema.
Kekuatan otot : 5 5
5 5
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Nama pasien : Tn S
Order date : 10-maret-2019 pukul 17:23
7. Penatalaksaaan medis
a. Therapy
o Ceftriaxone
Indikasi : ceftriaxone adalah obat antibiotic dengan fungsi untuk
mengobati berbagai macam infeksi bakteri, ceftriaxone
termasuk kedalam kelas antibiotic yang bekerja dengan
cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Efek samping : bengkak, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, mual,
atau muntah.
Dosis : 1x 2 gr intravena
o Keterolac
Indikasi : keterolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri
sedang, nyeri berat untuk sementara. Biasanya obat ini
digunakan sebelum atau sesudah prosedur medis atau
setelah oprasi.
Efek samping : nyeri dada, lemas, sesak, bicara rero, masalah
keseimbangan
Dosis : 2x50 mg Intravena
o Omeprazole
Indikasi : obat yang mampu menurunkan kadar asam yang
diproduksi di dalam lambung, obat golongan pompa
proton ini digunakan untuk mengobati beberapa kondisi
yaitu nyeri ulu hati, GERD, dan tukak lambung.
Efek samping : sakit kepala, sembelit/ konstipasi, diare, sakit perut, dan
sakit sendi.
Dosis : 2x50 mg Intravena
o Metronidazole
Indikasi : metronidazole adalah obat antimikroba yang digunakan
untuk mengobati berbagai macam infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme, protozoa, dan bakteri
anaerob.
Efek samping : warna urin menjadi gelap, nafsu makan muntah, mual,
konstipasi dan sakit perut
Dosis : 3x 500 mg Intravena
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : Insisi pada daerah perut Nyeri
Klien mengatakan nyei
pada luka post operasi, Inkontinuitas jaringa
nyeri dirasakan sepertri
di tusus-tusuk, nyeri Pengeluaran zat-zat kimia,
diraskan hilang timbul bradikinin, serotonin,
sejak 3 hari yang lalu. prostaglandin sebagai
Do : stimulasi nyeri
o Klien meringis
kesakitan Stimulasi ditangkap oleh
o Klien tampak reseptor nyeri syaraf bebas
memegang area nyeri
o Skala nyeri 4 (0-10) Thalamus sebagai pusat
nyeri sedang sensori otak
o Td : 120/ 80 mmHg
N : 81x/mnt Dihantarkan ke korteks
R : 20x/mnt serebri dimana intensitas
S : 38oC lokasi nyeri ditentukan
Nyeri di persepsikan
Nyeri
2 Ds : Perlengketan,intusepsi, Hipertermi
o Klien mengatakan vovulnus, hernia dan tumor
tubuhnya terasa
panas. Proliferasi bakteri yang
o Klien mengatakan berlangsung cepat
merasa menggigil
Do : Pelepasan bakteri dan toksik
o Klien tampak dari usus yang inpark
menggigil
o Akral hangat Bakteri melepaskan
o Suhu : 38oC endotoksin dan merangsang
tubuh melepaskan zat pyrogen
oleh leukosit
Infuls disampaikan ke
hipotalamus bagian
termoreguler melalui ductus
toracicus
Hipertermi
3 Ds :- Perlengketan, intusepsi, Resiko tinggi
Do : vovulnus, hernia, tumor infeksi
o Terdapat stoma
kolostomi Lumen usus tersumbat
o Terdapat luka post
operasi laparatomy Tekanan intralumen
o Terpasang kateter urin meningkat
o Terpasang infuse
o Terpasang drainase Menurunkan pengaliran air
o Leukosit 11.73 dan natrium dari lumen ususs
10^/uL ke darah
Tindakan operatif
Pembedahan
Port de entry
Resiko tinggi infeksi
C. Diagnosa keperawatan
D. Intervensi keperawatan
nyeri) presipitasi.
dengan menggunakan
manajemen nyeri
dengan jam demam klien berkurang o Monitor suhu dan warna kulit
axila
menyerap keringat.
o Kolaborasi pemberian
antipiretik.
fungsiolesa.
jumlah leukosit
E. Implementasi
pasien dirasakan di
dalam. meringis
keterolac 2x30 mg
dianjurkan untuk O:
o TD : 120/80
mmHg
N : 78 x/mnt
S : 37o C
R : 20 x/mnt
melakukan cuci O:
membatasi fungsiolesa.
pengunjung
o Melakukan
monitoring tanda-
tumor, fungsiolesa).
o Melakukan kolaborasi
pemberian antibiotic
Ceftriaxone 1x2 gr
Metronidazole 3x500
mg
o Melakukan melakukan
melakukan tekhnik O:
o Melakukan tenang
keterolac 2x30 mg
F. Catatan perkembangan
No Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf
1 15/03/2019 Nyeri akut S:
o Klien mengatakan nyeri berkurang
berhubungan
o Klien mengatakan bisa mengontrol nyeri
dengan agen
dengan cara tarik nafas dalam
cedera fisik o Klien mengatakn sudah bisa miring tanpa
disertai nyeri
O:
o Skala nyeri 2 (0-10).
o Klien tampak tenang
o Klien dapat mengontrol nyeri
o Klien bisa melakukan tekhnik tarik nafas
dalam
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan (pasien pulang)
2 15/03/2019 Hipertermi S:
o Klien mengatakan sudah tidak menggigil
berhubungan
o Klien mengatakan sudah tidak demam
dengan
O:
dehidrasi o Klien tenang
o Akral hangat
o Td : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5oC
RR : 20x/mnt
A:
Masalah teratasi
P:
Intervemsi dihentikan (pasien pulang)
3 15/03/2019 Resiko infeksi S : -
O:
berhubungan
o Urin berwarna kuning jernih
dengan
o Tidak ada tanda-tanda infeksi
prosedur o S : 36,5OC
A:
invasive
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan (pasien pulang)