Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini mengenai “Dasar-dasar
Manajemen Perpajakan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah tentang “Dasar-dasar Manajemen Perpajakan” ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi penulis maupun pembaca.

Banjarmasin, September 2018

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................3

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan ..................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................5


2.1 Pengertian Manajemen Perpajakan ......................................................................5
2.2 Fungsi Manajemen Perpajakan ...........................................................................5
2.3 Motivasi Perencanaan Pajak ................................................................................6
2.4 Manfaat Perencanaan Pajak .................................................................................7
2.5 Tujuan Perencanaan Pajak ...................................................................................8
2.6 Persyaratan Tax Planning yang baik....................................................................8
2.7 Kapan Dilaksanakan Tax Planning ......................................................................9
2.8 Resistensi Pembayaran Pajak ...............................................................................9
2.9 Cara-cara Pengelakan Pajak .................................................................................10
2.10 Rambu-rambu dalam penyusunan Tax Planning .................................................10
2.11 Tahapan Pokok Tax Planning ..............................................................................11
2.12 Langkah-langkah Praktis yang dapat dilakukan dalam Tax Planning .................12
2.13 Perangkat Tax Planning .......................................................................................14
2.14 Strategi Tax Planning ..........................................................................................15

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. .........17


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………… ......17
3.2 Saran…………………………………………………………………… ............18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… ......19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan
penghematan pajak secara legal. Indonesia adalah bagian dari dunia internasional, setiap
negara dipastikan menjalin hubungan dengan negara lainnya guna mengadakan transaksi-
transaksi yang saling menguntungkan antar negara. Transaksi internasional berupa impor
barang dari luar negeri, ekspor barang ke luar negeri, adalah merupakan bagian dari
transaksi perdagangan internasional. Transaksi tersebut tentu mengakibatkan salah seorang
penduduk dari salah satu negara tersebut memperoleh penghasilan. Penduduk yang
memperoleh penghasilan tersebut di sebut subjek pajak, sedangkan hasil yang diperoleh
adalah objek pajak.

Disamping kerjasama ekonomi berupa perdagangan, kerjasama antar


negara juga menyangkut kerjasama lainnya seperti kerjasama keamanan dan kerjasama di
bidang sosial budaya lainnya. Setiap kerjasama tersebut tentu harus disepakati antar negara
tersebut guna mencapai komitmen bersama, dalam bentuk perjanjian internasional yang
menyangkut kepentingan antar negara tersebut, tidak terkecuali yang terkait dengan aspek
perpajakan. Setiap penduduk asing di seluruh dunia, tidak ada larangan jika mereka ingin
melakukan usaha di Indonesia dan bekerja di Indonesia atau menanamkan modal di
Indonesia, atas hasil yang diterima penduduk asing tersebut, dapat dikenakan pajak di
negara Indonesia.

Pengenaan pajak yang dilakukan di Negara Indonesia dapat dilakukan dengan


kewenangan yang dimiliki negara Indonesia sebagai pemegang kedaulatan hukum dan
wilayah, namun demikian juga harus mempertimbangkan aspek perekonomian nasional
dan hubungan kerjasama antar negara. Transaksi antar ke dua negara atau beberapa negara
dapat menimbulkan aspek perpajakan, hal ini perlu diatur dan disepakati oleh kedua negara
atau seluruh dunia guna meningkatkan perekonomian dan perdagangan kedua negara, agar
tidak menghambat investasi penanaman modal asing akibat pengenaan pajak yang

3
memberatkan wajib pajak yang berkedudukan di kedua negara yang mengadakan transaksi
tersebut. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan perpajakan untuk mengatur hak pengenaan
pajak yang berlaku di suatu negara, dimana setiap negara dipastikan mengatur adanya
pajak di wilayah kedaulatan negara tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan
masalah adalah:
 Apa yang dimaksud dengan manajemen perpajakan ?
 Apa saja fungsi manajemen perpajakan ?
 Apa saja motivasi perencanaan pajak ?
 Apa saja manfaat perencanaan pajak ?
 Apa saja tujuan perencanaan pajak ?
 Apa saja persyaratan tax planning yang baik ?
 Kapan dilaksanakan tax planning ?
 Bagaimana resistensi pembayaran pajak ?
 Apa saja cara-cara pengelakan pajak ?
 Apa saja rambu-rambu dalam penyusunan tax planning ?
 Apa saja tahapan pokok tax planning ?
 Bagaimana langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dalam tax planning ?
 Apa saja perangkat tax planning ?
 Bagaimana strategi tax planning ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan masalah dari pembuatan dalam makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Manajemen Perpajakan dan untuk mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Perpajakan


Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan
secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak
yang didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas, diharapkan dapat
mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan
penghematan pajak secara legal.
Manfaat manajemen perpajakan adalah untuk melakukan kewajiban perpajakan dan
usaha efisiensi untuk mencapai laba, mengefisiensikan pembayaran pajak terhutang,
melakukan pembayaran pajak dengan tepat waktu dan membuat data-data terbaru untuk
mengupdate peraturan perpajakan.

2.2 Fungsi Manajemen Perpajakan


Pajak adalah “biaya” bagi perusahaan, oleh sebab itu, meminimalkan beban pajak
adalah salah satu fungsi manajemen keuangan dan tidak melanggar peraturan yang sudah
ditentukan. Namun, perlu dicatat bahwa dalam manajemen pajak tidak termasuk
penyelundupan pajak.
Fungsi-fungsi manajemen pajak adalah :
a. Perencanaan pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak adalah tahap pertama dalam penghematan pajak, strategi
penghematan pajak disusun pada saat perencanaan.
b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (Tax Implementation)
Pelaksanaan kewajiban pajak baik yang formal maupun material. Harus dipastikan
bahwa pelaksanaan kewajiban itu telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan. Jika pelaksanaannya
menyimpang dari peraturan yang ada maka hal tersebut telah menyimpang dari tujuan

5
manajemen pajak. Tujuan utama manajemen pajak sebenarnya adalah agar perusahaan
(wajib pajak) tidak menyimpang dari ketentuan.
c. Pengendalian pajak (Tax Control)
Pengendalian pajak adalah tahap pekerjaan untuk memastikan bahwa peraturan
perpajakan telah dilaksanakan. Dalam pengendalian pajak yang paling penting adalah
pengecekan saat pembayaran pajak. Pengendalian pajak di dalamnya termasuk juga
pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari pada pajak
terutang. Apabila jumlah pajak yang dibayar telah melampaui pajak yang terutang
segera mengajukan permohonan kepada fiskus untuk mendapatkan izin agar tidak
membayar pajak lebih lanjut.
Apabila pajaknya sudah terlanjur dibayar lebih besar dari pada pajak yang terutang,
perusahaan dapat segera mengupayakan untuk mengajukan permohonan restitusi.
Menurut pengalaman orang, pengurus restitusi tidak semudah yang diatur dalam
ketentuan. Karena itu pengurusan Restitusi harus dipantau sedemikian rupa sehingga
restitusi dapat diterima pada waktunya.

2.3 Motivasi Perencanaan Pajak


Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak. Ada 2 (dua) unsur
perpajakan yang memotivasi dilakukannya perencanaan pajak:
1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)
Kebijakan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju
dalam sistem perpajakan.
Terdapat faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu:
a. Pajak yang akan dipungut.
b. Siapa yang akan dijadikan subjek pajak.
c. Apa saja yang merupakan objek pajak.
d. Berapa besarnya tarif pajak.
e. Bagaimana prosedurnya.
f. Undang-undang Perpajakan (Tax Law).

Kita menyadari bahwa kenyataannya di manapun tidak ada undang-undang yang


mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu
diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri Keuangan dan DIrektur Jendral Pajak), maka tidak jarang

6
ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang-undang itu sendiri
karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai
tujuan lain yang ingin dicapainya.

2. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)


Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah memaksimalkan
laba setelah pajak karena pajak itu ikut mempengaruhi dalam pengembalian keputusan
atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara
menganalisis secara cermat dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada
dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan
perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena
pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu) dengan memanfaatkan:
 Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)
 Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (Tax Base)
 Loopholes (celah) , Shelters (berlindung) dan Havens

2.4 Manfaat Perencanaan Pajak


Pajak merupakan sumber pendapatan bagi pemerintah, sebaliknya pajak merupakan
beban bagi perusahaan karena akan mengurangi jumlah laba perusahaan. Sesuai dengan
ketentuan Undang-undang, setiap badan usaha memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
Namun, terdapat masalah serius yang dihadapi oleh perusahaan karena harus membayar
pajak dengan jumlah yang tidak sedikit.

Oleh karena itu untuk meminimalisasi beban pajak, manajer perusahaan dapat
menggunakan salah satu cara di dalam perpajakan yang dikenal dengan manajemen pajak
yaitu upaya memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan mengenai perpajakan.

Dalam manajemen pajak, upaya awal yang dapat dilakukan untuk mengelolah
perpajakan dengan efektif dan efisien adalah melalui perencanaan pajak. Perencanaan
pajak merupakan salah satu fungsi dari manajemen pajak yang digunakan untuk
mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menghindari pajak. Perencanaan pajak (tax planning) dapat dilakukan dengan
menggunakan cara penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax

7
avoidance). Sepintas kedua cara tersebut memiliki konotasi yang sama sebagai tindakan
yang melanggar hukum, tetapi ada beberapa hal yang membedakan keduanya.

Penggelapan pajak merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan jalan


melanggar peraturan perpajakan, seperti memberikan data keuangan yang palsu atau
menyembunyikan data. Sedangkan penghindaran pajak merupakan usaha untuk
mengurangi pajak yang terutang, namun tetap mematuhi ketentuan-ketentuan peraturan
perpajakan, seperti memanfaatkan perkecualian-perkecualian ataupun potongan-potongan
yang diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam Undang-
undang perpajakan yang berlaku.

Seperti yang diungkapkan di atas, cara yang diperkenankan untuk melakukan


penghematan pajak adalah penghindaran pajak (tax avoidance). Oleh karena itu
diperlukan perencanaan pajak bagi perusahaan yang bertujuan untuk meminimalkan beban
pajak perusahaan dan menunda selambat mungkin kewajiban pajak untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan.

2.5 Tujuan Perencanaan Pajak


Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax Burden)
serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan
pembuatan Undang-undang maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena
secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan
setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia
baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.
Tujuan pokok dari tax planning adalah untuk mengurangi jumlah atau total pajak yang
harus dibayar oleh wajib pajak. Tapi ingat, secara legal bukan ilegal. Tax planning adalah
tindakan legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal
yang tidak diatur oleh undang-undang. Tujuannya bukan untuk mengelak membayar pajak,
tetapi mengatur sehingga pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.

2.6 Persyaratan Tax Planning yang baik


Tax Management yang baik harus memenuhi 3 persyaratan utama yaitu: (i) tidak
melanggar/bertentangan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku; (ii) secara bisnis masuk
akal, karena tax management merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari corporate

8
global strategy; dan (iii) didukung oleh bukti-bukti yang memadai, baik segi pencatatan
akuntansi keuangannya, maupun segi hukum perjanjian/perikatannya.

Persyaratan-persyaratan tersebut mengakibatkan perusahaan setidaknya menguasai tiga hal


pokok:

1. Pemahaman terhadap ketentuan peraturan perundangan yang berlaku baik bidang


perpajakan.
2. Pemahaman terhadap PSAK, GAAP, ataupun IFRS accounting standard yang
berlaku.
3. Memahami prinsip dan ketentuan hukum perdata, perikatan maupun hukum dagang.

2.7 Kapan Dilaksanakan Tax Planning


1. Pada saat akan mendirikan perusahaan, misalnya pemilihan bentuk usaha, metode
pembukuan, pemilihan lokasi perusahaan.
2. Pada saat menjalankan perusahaan, misalnya pilihan transaksi, pilihan
akuntansi/pajak, tanggung jawab ke stakeholder.
3. Pada saat menutup usaha, misalnya restrukturisasi, merger, likuidasi, pemekaran.

2.8 Resistensi Pembayaran Pajak


Ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga Negara menurut
R. Santoso Brotihardjo, yaitu:
1. Perlawana pasif : Meliputi hambatan-hambatan yang mempersulit pemungutan pajak
yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu Negara, perkembangan
intelektual dan moral penduduk, serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri.
2. Perlawan aktif : Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.

Dalam kaitannya dalam perlawanan aktif, ada beberapa modus yang biasanya
digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak, yakni :

 Tax avoidance (penghindaran pajak), adalah upaya penghindaran pajak yang


dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan
ketentutan perpajakan.

9
 Tax evasion (penggelapan atau penyelundupan pajak), adalah upaya wajib pajak
menghindari terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang
sebenarnya.
 Tax saving (penghematan pajak), adalah upaya wajib pajak untuk mengelak utang
pajaknya dengan jalan menahan diri untuk membeli produk-produk yang ada pajak
pertambahan nilainya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang
dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian
terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang benar.

2.9 Cara-cara Pengelakan Pajak


a. Pergeseran pajak (tax shifting)
Pemindahan atau pentransferan beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain,
dengan demikian orang atau beban yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak
menanggungnya.
Ada dua jenis pergeseran pajak :
o Pergeseran Pajak Ke Depan
Terjadi apabila pabrikan mentransfer beban pajaknya pada penyalur utama,
pedagang besar, danakhirnya kepada konsumen.
o Pergeseran Pajak Ke Belakang
Terjadi bilamana beban pajak ditransfer dari konsumen atau pembeli melalui faktor
distribusi kepada pabrikan.
b. Kapitalisasi pajak
Pengurangan harga objek pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak yang akan
dibayarkan kemudian oleh pembeli.
c. Transformasi
Cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban
pajak yang dikenakan terhadapnya.
d. Tax avoidance
Menunjuk pada rekayasa tax affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan,
sedangkan tax evasion berada diluar bingkai peraturan perpajakan.
e. Pengecualian pajak
Pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada perorangan atau badan
berdasarkan undang-undang pajak.

10
2.10 Rambu-rambu dalam penyusunan Tax Planning
Dalam strategi perpajakan kita mengenal tax avoidance dan tax evasion. Kedua
metode penghindaran pajak tersebut memiliki perbedaan yang sangat tipis sehingga bisa
saja kita mendesai untuk melakukan tax avoidance namun akhirnya terjebak melakukan
tax evasion. Untuk menentukan legalitas tax management/tax planning yang didesain baik
legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion), rambu-rambu yang dapat dipakai adalah
ketentuan pidana pasal 38, 39, 41, 41A, 41B, dan 43 Undang-Undang KUP No. 6 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah dengan UU KUP No. 7 tahun 2007.

2.11 Tahapan Pokok Tax Planning


a. Tahapan pertama
Tahapan analisa terhadap komponen-komponen yang berbeda pengakuannya antara
komersial dan fiskal, dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus
ditanggung perusahaan.
b. Tahapan kedua
Harus dibuat beberapa model perencanaan pajak yang dilakukan. Pembuatan model-
model perencanaan pajak tersebut dimaksudkan sebagai alternatif untuk menentukan
tax plan yang berlaku dan paling efisien dan efektif untuk diimplementasikan.
c. Tahapan ketiga
Tahapan evaluasi yang sekaligus merupakan tahap pengendalian pajak ini merupakan
langkah akhir dalam manajemen pajak. Pengendalian pajak bertujuan untuk
memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material.
d. Tahapan keempat
Dalam konsep manajemen, pengawasan atau pengendalian dapat dilakukan dengan dua
cara, pengawasan preventif dan represif.
e. Tahapan kelima
Dalam melaksanakan perencanaan pajak, perlu diproyeksikan perubahan yang terjadi
saat ini dan akan datang dalam tax plan. Tax plan tersebut harus dimutakhirkan sesuai

11
dengan ketentuan terkini, sehingga akibat yang merugikan dari adanya perubahan dan
sedini mungkin diantisipasi.

2.12 Langkah-langkah Praktis yang dapat dilakukan dalam Tax Planning


Langkah–langkah praktis yang dapat dilakukan dalam perencanaan pajak (tax
planning), yaitu :
a. Analisis informasi yang ada.
Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis
komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Ini hanya bisa dilakukan
dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak baik secara sendiri-
sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan
pajak yang paling efisien.

b. Buat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.


Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut :
1. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
2. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut.
3. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.

c. Evaluasi pelaksanaan rencana pajak


Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh
perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk
melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak.
Perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif
perencanaan.
Variabel-variabel tersebut akan dihitung seakurat mungkin dengan hipotesis
sebagai berikut:
1. Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan.
2. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik.
3. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.

12
Dari ketiga hipotesis tersebut akan mengeluarkan hasil yang berbeda. Kemudian
berdasarkan hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut
layak untuk dilaksanakan atau tidak.

f. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak


Hasil suatu perencanaan pajak harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang di
buat. Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan
tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai
bentuk perencanaan pajak yang di inginkan. Kadang suatu rencana harus diubah
mengingat adanya perubahan peraturan perpajakan.

Tindakan perubahan harus tetap dijalankan, walaupun diperlukan penambahan


biaya atau kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar
penghematan pajak (tax saving) yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap di
jalankan. Karena bagaimana pun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian
minimal. Jadi tetap akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai
dengan pemberian gambaran/perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa
potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian potensial jika terjadi
kegagalan.

g. Rencana pajak
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan,
namun juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari
undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan
yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen darisuatu perjanjian, yang
berkenan dengan perubahan yang terjadi diluar negeri atas berbagai macam pajak
maupun aktivitas informasi bisnis yang tersedia sangat terbatas.
Pemuktahiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan
sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian
terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang
manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan adanya perubahan, dan pada
saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang
potensial. Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban

13
perpajakan dengan benar, tetap jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan
seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

2.13 Perangkat Tax Planning


Perangkat Perencanaan Pajak (Tax Planning) terdiri dari 5 yaitu :

1. Kerumitan Peraturan Perpajakan yang berlaku.


Peraturan per UU Perpajakan yang semakin rumit meningkatkan biaya untuk
mematuhinya (compliance cost), sehingga suatu perencanaan untuk mendapatkan
biaya murah.
2. Pajak Terutang Semakin Besar Jumlahnya.
Jumlah pajak terutang yang semakin besar akibat kekeliruan dan
kesalahan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak dapat dihindari.
3. Biaya Negoisasi yang Tinggi.
WP kadang-kadang perlu bernegosiasi untuk mengurangi jumlah pajak terutang akibat
beberapa kekeliruan. Biaya negosiasi ini umumnya relatif tinggi, sehingga
penyelesaian perselisihan perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku, antara lain
dengan mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali perlu dilakukan.
4. Risiko Pemeriksaan Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Perencanaan pajak diperlukan agar pelaksanaan kewajiban pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga tidak mengundang pemeriksaan dari otoritas pajak.
Upaya yang dapat dilaksanakan antara lain adalah penelitian pajak.
5. Sanksi Perpajakan dan Moral Hazard.
Perencanaan pajak diperlukan untuk menghindari sanksi pajak yang berisiko berat dari
segi material dan moral, dengan cara memahami peraturan perpajakan yang berlaku
secara bulat dan utuh, dan menghindari salah tafsir. Beberapa faktor pendorong utama
WP untuk melakukan perencanaan pajak (tax planning), yaitu :
a. Rate of Tax
Tarif pajak dipilih sebagai alat perencanaan pajak (tax planning), karena semakin
tinggi tarif yang dikenakan, semakin besar beban pajak yang harus dibayar.

14
Marginal rates of tax merupakan hal yang harus dihindari dan bukan rata-rata tarif
pajak yang ditanggung.
b. Base of Tax
Wajib Pajak yang menggunakan base of tax akan dibebani pajak dari pendapatan
tabungan, investasi, atau dari sumber lainnya. WP dapat memilih pajak yang paling
menguntungkan dengan membuat tabel beberapa tarif pajak atas masing-masing
penghasilan dikaitkan dengan tingkat pengembalian dari investasi.
c. Loopholes
Keadaan yang mungkin terjadi karena UU Perpajakan memiliki celah. WP dapat
membayar pajak lebih sedikit atau bahkan tidak membayar, misalnya membeli
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) lewat bank di luar negeri akan terhindar dari pajak
penghasilan (PPh).
d. Tax Shelter
Wajib Pajak memanfaatkan kesempatan pengurangan pajak yang difasilitasi oleh
pemerintah, seperti penyusutan dipercepat di Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET).
e. Tax Heavens
WP memanfaatkan kesempatan pengurangan pajak, karena negara tertentu
menganut paham no-tax heavens untuk income tax di Cayman Island, hanya
mengenakan pajak pada pendapatan lokal (taxing only local income) di Liberia,
special privileges atas penghasilan international business companies di
Luxemburg, dan low tax heavens with treaty benefits bagi negara yang melakukan
tax treaties. Wajib Pajak sah-sah saja melakukan perencanaan pajak (tax planning)
selama tidak melanggar ketentuan, secara bisnis masuk akal, dan memiliki bukti-
bukti pendukung yang memadai.

2.14 Strategi Tax Planning


a. Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki
penghasilan ken apajak lebih dari Rp. 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian
natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.
b. Tax avoidance

15
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan
menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak.
Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan
karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena
natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari
timbulnya sanksi perpajakan berupa:
1. Sanksi administrasi : denda, bunga, atau kenaikan.
2. Sanksi pidana : pidana atau kurungan
d. Menunda pembayaran kewajiban pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang
diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat
menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak
yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22
atas pembelian solar dan/ atau impor Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.
Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak dapat
menggunakan dokumen lain yang fungsinya sama dengan faktur pajak standar, seperti
SPPB atau Surat Perintah Pengiriman Barang (Delivery Order) yang dikeluarkan oleh
Bulog untuk penyaluran tepung terigu, PNBP (Faktur Nota Bon Penyerahan) yang
dikeluarkan oleh Pertamina untuk penyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda
pembayaran atau kuitansi telepon.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perpajakan sama halnya dengan ilmu pengetahuan yang lain memiliki perkembangan
yang sangat pesat. Perkembangan tersebut nantinya akan memunculkan beberapa
spesialisasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai Tax Planning dan Tax Management .
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan
secara peraturan dan perundang-undangan.

Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang didukung suatu konsep manajeman
pajak yang jelas, diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan. Pada
umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih
dalam bingkai peraturan perpajakan.

Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan


pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat
secara optimal menghindari pemborosan sumber daya. Perencanaan pajak merupakan
langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana
untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan
dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan
pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat

17
dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

3.2 Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai Dasar-dasar Manajemen Perpajakan,
diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Manajemen
Perpajakan dimana bias dilihat Manajemen Perpajakan sangat berguna apabila kita pahami
dan kita ketahui.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat.
 Zain, Mohammad. 2005. Manajemen Perpajakan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.
 http://sinarlestarimarbun.blogspot.com/2012/11/manajemen-perpajakan.html
 https://aviantara.wordpress.com/2008/07/21/tax-planning/
 http://konsultanpajakhandal.blogspot.com/2015/07/tax-planning-pengertian-dan-
pentingnya.html
 https://tanyapajak1.wordpress.com/2012/10/31/tax-planning-perencanaan-pajak/

19

Anda mungkin juga menyukai