REKTAL PROLAPS
Paper ini dibuat sebagai salah satu persyaratan mengikuti kepanitraan klinik
senior SMF Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Oleh
71170891213
2.1 Definisi
2.2 Anatomi
Dasar panggul dibentuk oleh otot levator ani yang dibentuk oleh otot-
ototpubococcygeus, ileococygeus dan puborektalis. Otot-otot yang berfungsi
mengaturmekanisme kontinensia adalah muskulus puborektalis, sfingter ani
eksternus (ototlurik), dan sfingter ani internus (otot polos). Batas antara sfingter
ani eksternus daninternus disebut garis Hilton. Otot yang memegang peranan
terpenting dalam mengatur kontinensia adalah otot-otot puborektalis. Bila
m.puborektalis tersebutterputus, dapat mengakibatkan terjadinya inkontinensia.3
Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada wanita dengan
perbandingan 1: 6. Dimana kejadian pada wanita terdiri dari 80-90% dari total
kasus. Berbeda dari wanita, kejadian prolaps rektum pada pria tidak meningkat
seiringdengan usia dan tetap konstan sepanjang hidup.3
Meskipun dapat terjadi pada segala usia, insiden puncak diamati pada
usiadekade keempat dan ketujuh kehidupan. Pada anak-anak biasanya terjadi pada
usia dibawah 3 tahun, dengan puncak insidens pada tahun pertama kehidupan.
Pada populasianak kejadian prolaps rektum merata antara laki-laki dan
perempuan.3,4
2.4 Etiologi
2.5 Patofisisologi
Prolaps rektum adalah diagnosis klinis dan hrus ditegakkan saat pasien
datang berobat. Pasien diminta untuk duduk di toilet ataupun berbaring miring dan
mengedan, lalu periksa adanya prolasp rektum. Jika tidak prolaps hanya dengan
mengedan, pemberian enema fosfat biasanya menimbulkan prolaps. Pada anak-
anak, gliserin supositoria dapat digunakan sebagai pengganti.3,4
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan prolaps rektum bersifat
tidak spesifik dan bermanfaat jika pasien memiliki preferensi usia dan
komorbiditas. Tidak ada pemeriksaan lab khusus yang membantu dalam evaluasi
prolaps rektum itu sendiri. Pertimbangkan pemeriksaan feses dan kultur agen
infeksius, khususnya pada pasien anak.3
Pemeriksaan imaging
2. Video Defekografi
3. Rigid Proctosigmoidoscopy
Tes lainnya
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Medikamentosa
2.9.2 Non-medikamentosa
Pada permulaan, saat prolaps masih kecil, penderita diberi diet berserat
untuk memperlancar defekasi. Kadang dianjurkan latihan otot dasar panggul.
Pasien diinstruksikan untuk merangsang buang air besar di pagi hari dan
menghindari dorongan untuk buang air saat sisa hari karena rasa penuh yang
mereka rasakan sebenarnya adalah intususepsi rektum proksimal ke arah distal
rektum. Dengan waktu, dorongan untuk buang air besar akan berkurang begitu
juga dengan intususepsi.2,5
2.9.3 Pembedahan
Bila prolaps semakin besar dan makin sukar untuk melakukan reposisi,
akibat adanya udem, sehinga makin besar dan sama sekali tidak dapat dimasukkan
lagi karena rangsangan dan bendungan mukus serta keluarnya darah. Dimana
sfingter ani menjadi longgar dan hipotonik sehingga terjadi inkontinensia alvi,
penanganan prolaps rektum dilakukan melalui pembedahan.3,6
Anterior reseksi
Marlex rectopexy
Suture rectopexy
Reseksi rectopexy
Anal Encirclement
Komplikasi dari prosedur ini meliputi obstruksi dengan impaksi tinja dan
erosi dari kawat dengan infeksi. Anal encirclement tidak lagi umum dilakukan,
biasanya hanya disediakan untuk pasien yang paling lemah dan untuk pasien
dengan risiko bedah tertinggi, di antaranya dengan tujuan paliatif. Anal
encirclement membawa risiko impaksi tinja yang sangattinggi.3,6,7
Reseksi Delorme
Prosedur ini dilakukan dengan menarik keluar prolaps sepenuhnya pada pukul
3 dan 9, dalam posisi litotomi, memotong dengan arah aksial terbuka dengan
stapler linear. Reseksi dilakukan dengan stapler Transtar Contour melengkung. 3,9
2.10 Komplikasi
2.10.1 Infeksi
Sumber yang paling umum dari infeksi pada prosedur pembedahan per
abdomen adalah organisme kulit pada luka. Jika bahan asing telah ditanamkan,
infeksi dapat terjadi, paling sering disebabkan organisme kulit, dan jika
memungkinkan bahan asing harus disingkirkan. Adanya fibrosis dapat membuat
penyingkiran bahan prostetik terlalu berbahaya, dalam kasus seperti ini digunakan
terapi antibiotik jangka panjang. Infeksi setelah prosedur perineum jarang terjadi,
biasanya sebagai akibat pemisahan di anastomosis perineum.3
2.10.2 Pendarahan
Perlukaan usus dapat terjadi selama mobilisasi rektum. Jika diketahui, luka
tersebut biasanya dapat diobati tanpa memerlukan diversi usus. Jika usus terluka,
tidak diperkenankan melakukan pemasangan material asing. Adanya perlukaan
yangtidak diketahui dapat menyebabkan pembentukan abses dan sepsis panggul.
Perlukaan usus yang tidak diketahui mungkin terjadi saat prosedur laparoskopi
oleh beberapa mekanisme, dan jika tidak terdeteksi dengan cepat akan
menghambat perbaikan kondisi pasien, dan dapat menyebabkan sepsis dan
kematian.3
Jika kebocoran yang besar dan tidak berisi, atau jika pasien tidak stabil,
diindikasikan reeksplorasi darurat. Sepsis panggul membuat diseksi lebih lanjut
dalam panggul menantang serta berbahaya bagi pasien, dan washout dengan
pengalihan proksimal adalah prosedur pilihan. Kebocoran anastomotik juga dapat
terjadi setelah rekctosigmoidektomy perineum. Jika kebocoran terjadi setelah
prosedur ini, infeksi lokal dan sepsis panggul jarang terjadi.3
2.10.6 Konstipasi
2.11 Prognosis
6. Madhulika V., Janice R., Donald B., Practice Parameters for the
Management of Rectal Prolapse. Disease of Colon Rectum 2011; 54:
1339–1346.