Anda di halaman 1dari 8

INFO TEKNIK

Volume 8 No. 1, Juli 2007 (7-14)

Perbandingan Antara Metode NCSA Dan Metode Analisa


Komponen Bina Marga Dalam Menentukan Tebal
Perkerasan
Yuslan Irianie1

There are some method to design flexible pavement, two of them are Bina Marga Component Analysis
and NCSA method. Both of these methods really have difference. Thus, writer was interested to have a
research. The aim of this research is compare both of them on the depth of pavement design.
On this paper both of this method used to design Trisakti–Liang Anggang trip by A. Yani higway.
On this study, NCSA method resulted D1 = 5 cm, D2 = 10 cm, D3 = 17,5 cm and Bina Marga
Component Analysis method resulted D1 = 5 cm, D2 = 10 cm, D3 = 27 cm.

Keywords - desig flexible pavement, Bina Marga Component Analysis, NCSA

PENDAHULUAN dan pada umumnya peningkatan jaringan jalan


bertujuan untuk :
Latar Belakang  Penambahan kapasitas jalan, untuk
kenaikan produksi suatu daerah
Pembangunan jaringan jalan baru maupun
 Memperbaiki kondisi jalan, untuk
peningkatan jaringan jalan yang lama yang sudah
menekan biaya produksi.
tidak memadai lagi dengan adanya pertumbuhan
Untuk mendapatkan efisiensi dalam bidang
arus lalu lintas yang semakin padat, dengan
transportasi angkutan jalan, maka peningkatan
adanya jalan sebagai prasarana perhubungan darat
jalan yang sudah ada perlu direalisasikan. Bertitik
akan menunjukan per-kembangan kehidupan
tolak dari hal itu maka mencoba menganalisa
masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial,
salah satu peningkatan jalan yang diprakasai oleh
budaya, politik, pendidikan dan bidang kehidupan
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
lainnya.
Bina Marga pada Proyek Jalan.
Aktivitas manusia dalam memenuhi
Dalam menganalisis tebal perkerasan ada
kebutuhan hidupnya memerlukan suatu sarana
beberapa metode misalnya metode Analisa
yang lazim disebut transportasi, berfungsi sebagai
Komponen Bina Marga dan metode NCSA. Yang
sarana perpindahan orang atau barang dari suatu
caranya berbeda apakah akan mendapatkan hasil
tempat ke tempat yang lain seiring dengan
yang sama atau hasil yang berbeda.
aktivitas hidup manusia semakin ber-kembang
pesatnya perkembangan transportasi telah
Tujuan Penelitian
melahirkan tuntunan-tuntunan baru sarana dan
prasarana transportasi harus selalu mengikuti Tujuan dari penelitian adalah mem-
perkembangan transportasi ter-sebut, sehingga bandingkan antara metode NCSA. dan metode
tercapai kesesuaian untuk itu. Analisa Komponen Bina Marga.
Saat ini salah satu bidang pembangunan yang
sedang mendapat perhatian pemerintah dalam Pembatasan Masalah
upaya mewujudkan cita-cita pem-bangunan
Pada penulisan ini yang dibahas khususnya
nasional yaitu masyarakat adil dan makmur
mengenal perhitungan tebal perkerasan lentur
termasuk sektor transportasi. Dilihat dari
pada proyek ruas jalan Trisakti – Lianganggang.
pertumbuhan lalu lintas khususnya di daerah
Metode yang digunakan pada penelitian disini
Kalimantan Selatan, selalu menunjuk-an angka
adalah Metode NCSA dan Metode Analisa
yang selalu meningkat, ini di-sebabkan oleh :
Komponen Bina Marga. Data yang digunakan
 Laju pertumbuhan penduduk semuanya data sekunder yaitu data dari
 Perkembangan daerah perencana.
 Peningkatan standar hidup masyarakat
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, secara
teknis dampaknya jalur yang menghubungkan
daerah-daerah tersebut menjadi sangat penting,
1
Staf pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

108
Y

8 INFO TEKNIK, Volume 8 No.1, JULI 2007

KAJIAN TEORITIS Lapisan ini merupakan wearing surface dari


perkerasan lama yang berupa campuran aspal
Konstruksi perkerasan jalan adalah suatu dengan batu pecah. Dalam proyek ini sebagai
konstruksi plat elastis yang berlapis lapis dan lapis pondasi bawah adalah lapisan
terletak pada suatu landasan yang elastis,berupa perkerasan lama yang dianggap cukup kuat,
tanah desa atau lapis perkerasan jalan lain. sedangkan perkerasan lama yang rusak
Adapun fungsinya adalah untuk menerima, diganti dengan batu pecah/kerikil yang mem-
memikul dan menyalurkan beban-beban yang ada punyai persyaratan tertentu.
diatasnya akibat aktivitas lalu lintas serta Bahan untuk lapis pondasi atas mem-punyai
pengaruh lainnya. Adapun 2 jenis konstruksi syarat-syarat yang lebih ketat dari lapis
perkerasan yang dikenal, yaitu : pondasi bawah (sub-base course), bahan yang
digunakan harus cukup kuat dan awet
a. Perkerasan Lentur (Flexible pavement) sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Perkerasan lentur yaitu perkerasan yang Sebelum menentukan suatu bahan untuk
terdiri dari lapisan pondasi yang berfungsi digunakan sebagai bahan pondasi atas,
untuk menyalurkan dan menyebarkan gaya hendaknya dilakukan penyelidikan dan
akibat pembebanan sehigga tegangan pertimbangan sebaik-baiknya sesuai dengan
Pada tanah dapat diperkecil dan lapisan aus persyaratan teknis.
juga berfungsi kedap air.
c. Lapis Permukaan (Surface Course)
b. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Lapis permukaan adalah bagian per-kerasan
Perkerasan kaku ini merupakan kebalikan dari yang paling atas, dan berfungsi:
perkerasan lentur yang prinsipnya  Sebagai bahan perkerasan untuk menahan
menyalurkan gaya akibat beban, maka beban roda
perkerasan kaku justru menimbulkan reaksi  Sebagai Lapis kedap air untuk melindungi
akibat pembebanan. Jadi akibat adanya badan jalan dari kerusakan akibat cuaca
pembebanan akan menimbulkan tegangan  Sebagai lapis aus (wearing surface)
yang harus dipikul oleh konstruksi perkerasan
itu sendiri. Bahan lapis permukaan umumnya adalah
sama dengan bahan untuk lapis pondasi atas
Pada proyek ini hanya menggunakan dengan komposisi bahan yang lebih baik.
perkerasan lentur yang akan direncanakan dengan Penggunaan bahan aspal dapat diperlukan agar
lapisan perkerasan Aspal Beton (Hot Mix). Jadi lapis bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal
dengan demikian untuk selanjutnya hanya akan sendiri memberikan bantuan tegangan tarik yang
dibahas mengenai perkerasan lentur, yang mana berarti mempertinggi daya dukung lapisan
tebal perkerasan tergantung hal-hal berikut : terhadap beban roda lalu lintas.
 Arus lalu lintas yang lewat, komposisi Pada penyusunan penelitian ini lapis
arus lalu lintas. permukaan akan dirancang memakai lapis Asphalt
 Sifat/mutu bahan yang digunakan serta Treated Base (ATB) dan lapis paling atas
desain strukturnya memakai Hot Rolled Sheet (HRS).
 Daya dukung tanah dasar yang memikul
beban di atasnya Metode Perencanaan untuk Flexible Pavement
 Faktor lingkungan (kelandaian, curah
Dalam perencanaan perkerasan lentur ada
hujan, prosentase Kendaraan berat)
beberapa cara untuk menentukan tebal perkerasan,
antara lain adalah Metode NCSA dan metode
a. Tanah Dasar (Sub Grade)
Analisa Komponen Bina Marga.
Lapisan dasar ini sebenarnya pondasi (base)
dari perkerasan lama sedangkan untuk
1. Metode National Crushed Stone
perkerasan baru dipandang sebagian lapisan
Association (NCSA)
dasar (sub grade), lapisan ini terdiri dari
Desain NCSA berdasarkan desain metode
campuran batu pecah yang sudah menyatu
perkerasan CBR Persatuan Insinyur Amerika
dengan tanah dasar.
Serikat. Dasar dari metode ini adalah untuk
menetapkan ketebalan dan kualitas material
b. Lapis Pondasi Bawah Jalan Lama(Sub
yang cukup memadai untuk mencegah
Base)
perubahan bentuk dalam lapisan manapun.
Yuslan Irianie, Perbandingan antara metode... 9
Seperti halnya dengan metode-metode lain, DI-4 Lalu lintas menengah (max 6000 75-250
kekuatan sub grade dan material diutamakan. vpd. tidak lebih dari 10% group 2
Pengaruh pembekuan dan kecukupan dan 3. 1% kendaran group 3)
pemadatan diperlukan untuk memperkecil DI-5 Lalu lintas berat (Max 6000 vpd, 25-900
perubahan bentuk (deformasi) permanen yang 25% group 2 dan 3, 10% kend.
disebabkan pengaruh dari lalu lintas. group 3)
DI-6 Lalu lintas sangat berat (lebih dari 901-3000
Analisa lalu lintas 600vpd. Lebih dari 25% group 2
Parameter lalu lintas dikelompokkan dan3)
berdasarkan kategori lalu lintas yang disebut Keterangan :
Desain Indek (DI). Nilai Equivalent Axle EAL (Equievalen Axle
Loads (EAL) berdasarkan pada jangkauan Load),Equivalen beban gandar 18 klp
equivalen rata-rata beban 18 kips gandar dalam desain jalur, rata-rata
tunggal perlajur perhari. Hal ini terlihat pada penggunaan sehari-hari lebih dari
tabel 1. umur rencana 20 tahun dengan
Penggunaan equivalent American Association pemeliharaan manual Vpd (Vehicle
of State Highway Officials (AASHO) per day),kendraan per hari
disarankan jika detail survei lalu lintas (Sumber:Yoder dan Witczax, 1975)
tersedia, jika data tersebut tidak ada
pengelompokan umum kendaraan diperoleh Tabel 2 : Surface minimum
dari titik-titik pengamatan lalu lintas dan Katagori lalu lintas Surface minimum( Inch)
ditempatkan dalam suatu dari 3(tiga) katagori DI-1 1
sebagai berikut :
DI-2 2
 Group 1 adalah mobil penumpang, truck
DI-3 2,5
kecil dan pick up
DI-4 3
 Group 2 adalah truck muatan gandar dua,
DI-5 3,5
atau kendaraan sejenis yang lebih besar
DI-6 4
dalam keadaan kosong atau membawa
Sumber : Yoder dan Witczax, 1975
muatan ringan
 Group 3 adalah termasuk semua
Dari data lalu lintas (data lalu lintas umur
kendaraan yang mempunyai lebih dari 3
rencana) didapatkan
gandar.
a. Lalu lintas harian rata-rata
Pengelompokan berdasarkan katagori lalu
b. Prosentasi masing masing kendaraan
lintas yang sesuai disebut Desain Index.
c. ADT. awal umur rencana
Untuk menentukan tebal minimum surface
d. ADT. akhir umur rencana
digunakan Tabel 2.
e. ADT. rata rata
f. ADT. rata rata 1 Jurusan Kalau 2 arah
g. EAL ( Equivalent 18-kip Axle loads )
h. EAL umur rencana 5 tahun konversi
Tabel 1 Katagori DI untuk lalu lintas
dengan umur rencana 20 tahun
EAL. i. Dengan EAL didapat nilai katagori DI (
DI Karakter/sifat umum Desain Index ) pada Tabel 2.1.
Harian
DI-1 Lalu lintas ringan (beberapa <5 j. Dengan menggunakan Grafik dari nilai
kendaraan yang lebih dari mobil CBR dan nilai DI Didapatkan tebal
penumpang, jarang digunakan oleh lapisan diatasnya.H1 (tebal total) = D1 +
kendaraan group 2 dan 3) D2 + D3
DI-2 Lalu lintas ringan menengah 6-10 k. Dengan menggunakan Nilai katagori lalu
(serupa DI-1, Max. 1000 vpd, tidak lintas (DI) akan didapat kan nilai Lapisan
lebih dari 5% dilalui kendaraan minimal dari lapisan permukaann
group 2 dan jarang dilewati oleh l. Dengan menggunakan nilai CBR pondasi
group 3) bawah dan DI pada grafik akan
DI-3 Lalu lintas menengah (max 3000 21-75 didapatkan tebal lapisan total diatasnya
vpd tidak lebih dari 5% dilalui oleh (H2).
group 2 dan jarang dilewati oleh m. Dengan demikian akan didapatkan tebal
kendaraan group 3) D1, D2, D3.
10 INFO TEKNIK, Volume 8 No.1, JULI 2007

2. Metode Analisa Komponen Bina Marga Pada tahap ini dilakukan telah kembali
Pada metode ini perhitungan tergantung terhadap latar belakang dan permasalahannya agar
antara lain sebagai berikut : strategi yang kita jalankan sesuai dengan tujuan
Arus lalu lintas, komposisi arus lalu lintas yang kita tetapkan. Untuk itu perlu studi terhadap
yang sudah ada, kondisi tanah dasar, jenis beberapa literatur dan berbagai penelitian yang
lapisan perkeraasan yang digunakan, Kondisi telah dilakukan guna mem-buka wacana dan
lingkungan jalan tersebut. Pada awalnya yang memperdalam teori yang relevan.Yaitu sudah
dihitung adalah LHR. (Lalu Lintas Harian sudah ada selengkapnya pada Bab I dan Bab II.
Rata-rata) Dari LHR. Didapatkan LEP.
(Lintas Ekivalen Permulaan), yaitu: Tahap Perencanaan dan Pengambilan Data
Pengambilan Data
LEP = LHR x C x E
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
LEP = Lintas Ekivalen Permulaan
terdiri dari data sekunder. Data sekunder yang
C = Koefisien dirtribusi beban
diperlukan meliputi :
E = ekivalen beban Standar.
1. Data lalu lintas dari DLLAJR./Proyek
LEA = LHRo ( 1 + I ) n
2. Data CBR dari Proyek
LEA = Lintas Ekivalen Akhir
3. Data curah hujan pada lokasi proyek
4. Kelandaian jalan (lokasi)
LEP  LEA
LET  5. Data jenis bahan/ lapisan yang digunakan
2
Tahap Analisa, Pembahasan dan Kesimpulan
LET = Lintas Ekivalen Tengah
LER = LET x FP/10 1. Tahap Analisa Metode NCSA
Setelah memperoleh data-data primer dan
LER = Lintas Ekivalen Rencana
sekunder kemudian dilakukan perngolahan
DDT = 4,3 Log CBR. + 1,7
data dengan metode NCSA. Sebagai berikut:
DDT = Daya dukung Tanah
1. Dari data lalu lintas dapat ditentukan DI
FR = Faktor Regional tergantung :
(Desain Indek)
curah hujan, kelandaian, %
2. Menggunakan nilai DI dapat ditentukan
kendaraan berat.
surface minimal (D1 minimum).
Dengan menggunakan Nomogram dari LER,
3. Menggunakan data CBR.Tanah dasar dan
FR, DDT didapat ITP
DI. dapat ditentukan tebal total (H total=
ITP = Index Tebal Perkerasan
D1 + D2 + D3). Dari Grafik.
ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
4. Menggunakan data CBR.subgrade dan DI
data ditentukan tebal H’total diatas
Dimana a1 adalah jenis bahan lapisan
subgrade. (H’total = D1 + D2)
permukaan yang digunakan, a2 adalah jenis bahan
5. Sehingga didapat tebal D2 = H’ total –
lapisan pondasi Atas yang digunakan dan a3
D1.
merupakan jenis bahan lapisan pondasi bawah
6. Maka tebal D3 = Htotal – D1 – D2.
yang digunakan.
2. Tahap analisa Metode Analisa Komponen
METODE
Bina Marga
1. Menghitung Lintas Harian Rata rata awal
Tahapan Penelitian
Umur Rencana
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik 2. Menghitung Lintas Harian rata rata Akhir
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, Umur Rencana
maka perlu dibuat rancangan penelitian secermat 3. Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan
mungkin. Dalam hal ini tahapan-tahapan yang ada 4. Menghitung Lintas Ekivalen Akhir
merupakan proses yang saling terkait satu sama 5. Menghitung Lintas Ekivalen Tengah
lain, dimana tahapan penelitian ini secara garis 6. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana
besar bagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu : 7. Menghitung nilai Daya Dukung Tanah
1) Tahap identifikasi 8. Mencari nilai ITP. Dari , LER, DDT, dan
2) Tahap perencanaan dan pengambilan data FR
3) Tahap analisa dan penutup (kesimpulan 9. Dengan menggunakan rumus ITP = a1d1
dan saran) + a2 d2 + a3 d3
10. didapatkan Nilai D1, D2, D3
Tahap Identifikasi
Yuslan Irianie, Perbandingan antara metode... 11
Tahap pembahasan Truk 2 as (5+8) = 8 (1 + 0,08)5
= 9 kend/hari/2 arah
Merupakan tahap membahas perbedaan hasil
atau sama dan beda cara.
Truk 3as (6+ 7.2) = 19(1+ 0,08)5
= 22 kend/hari/2 arah
Tahap Kesimpulan
Merupakan tahap akhir dari metode LHR Akhir Umur Rencana Tahun 2004
penelitian. Tahap ini berisi kesimpulan dan saran- LHR2004 = LHR 1999 1  i  )5
saran berdasarkan analisa yang telah dilakukan Kendaraan ringan = 143.515 (1+ 0,08)5
= 210870 kend/Hari/2 arah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bus 8 ton (3+5) = 80 ( 1+0,08)5
Perhitungan Flexible Pavement Metode Analisa = 117 Kend/Hari/2 arah
Komponen Bina Marga
Data LHR Berdasarkan hasil survey Dinas Truck 2 As 13 ton ( 5 +8) = 9 (1 + 0,08)5
Pekerjaan Umum Kalimantan Selatan tahun 1997. = 13 Kend/Hari/2 arah
(Trisakti – Liang Anggang lewat Jalan A. Yani)
seperti Tabel 3 dibuat menjadi LHR yang terjadi Truck 3 As 20 ton ( 6+7.2) = 22 (1+ 0,08)5
dapat dilihat pada dan tabel 4. Diprediksi LHR = 32 kend/Hari/2 arah
yang akan melewati Jalan Trisakti- Liang
Anggang (jalan Lingkar Selatan) 50%. Lintas Ekivalen Permulaan :
( LEP) = LHR1999 x E x C
Tabel 3. Hasil Survey 1997. (Trisakti – Liang Kendaraan ringan 2 ton
Anggang lewat Jalan A. Yani) = 143.515 x 0,0004 x 0,5 = 29
1. Sepeda motor, skuter, 429.372 kend./ Bus 8 ton (3+5)
sepeda kumbang, dan hari/2arah = 80 x 0,1593 x 0,5 =6
kend. Roda 3
2. Sedan, Jeep st.wagon, 226.916 Truck 2 As 13 ton ( 5 +8)
kend/hari/2 arah = 9 x 1,0648 x 0,5 =5
3. Oplet pickup, suberben 8.846 kend/hari/
combi & mini bus 2arah
4. Pickup, micro, Truck & 10.320 kend/hari/ Truck 3 As 20 ton ( 6+7.2)
mobil 2arah = 22 x 1,083 x 0,5 = 12
5. Bus 8 ton 138 kend/hari/
2arah Total LEP = 52
6. Truck 2 sumbu (2as) 16 kend/hari/
2arah Lintas Ekivalen Akhir : ( LEA)
7. Truck 3 sumbu (3as) 38 kend/ hari/ LHR2004 x E x C
gandeng trailer 2arah Kend. Ringan
= 210870 x 0,004 x 0,5 = 42
Tabel 4. Data LHR 1997. (Trisakti – Liang
Anggang lewat Jalan A. Yani) Bus 8 ton (3+5)
= 117 x 0,1593 x 0,5 =9
1. Kendaraan ringan 123.041 kend/hari/2
arah
Truck 2 As 13 ton ( 5 +8)
2. Bus 8ton (3+5) 69 kend/hari/2arah
= 13 x 1,0648 x 0,5 =7
3. Truck 2 as (5+8) 8 kend/hari/2arah
4. Truck 3 as (6+7.2) 9 kend/hari/2arah Truck 3 AS 20 ton ( 6 + 7.2)
= 32 x 1,083 x 0,5 = 17
LHR 1999 (LHR awal umur rencana).
I = 8%, Umur rencana = 5 tahun. Total LEA 42 + 9+ 7 +17 = 75
Kendaraan ringan = 123.041 (1 + 0,008)5 Lintas Ekivalen Tengah : ( LET)
= 143.515 kend/hari/2 arah. LEP  LEA 52  75
Bus 8 ton (3+5) = 69 (1 + 0,08)5 LET =   63,5
= 80 kend/hari/2 arah 2 2
12 INFO TEKNIK, Volume 8 No.1, JULI 2007

Lintas Ekivalen Rencana : ( LER) Kendaraan Ringan


LER = LET x FR = 143.515 kend/Hari/2 arah ( 56%)
VR 5
= LET x  63,5 x  31,75 Bus atau ( 3+5)
10 10
= 80 kend/Hari/2arah ( 56%)
Menentukan Nilai ITP
Truk 2 As ( 5+8)
LER = 60 x 31,75
= 9 kend/Hari/2arah ( 31%)
DDT = 4,3 log CBR + 1,7
= 4,3 Log.5,6% + 1,7 = 4,92
Truk 3 AS ( 6+7.2)
IPt = 2. (Lampiran 2 , Tabel L.3)
= 22 kend/Hari/2arah (3,5%)
FR = 1,5 (Lampiran 2 Tabel L.4)
Ipo = 3,9 –3,5
Total = ADTO = 254,515 kend/Hari/2arah
LER, DDT, Ipt, Ipo dan FR
Didapat pada Nomogram ITP = 5,6
ADT2004 = ADTUR
Kondisi Perkerasan Lama
Kend. Ringan
Dianggap kondisi 0 %
= 2 10.870 kend/hari/2 Arah
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
Bus (3+5)
= 117 kend/hari/2 Arah
Bahan perkerasan yang direncanakan
Truk 3 AS ( 6+ 7.2)
Lapisan permukaan
= 32 kend/hari/2 Arah
= a1 ( Laston MS 340) = 0,30
Total. ADT UR
= 372,87
Lapis Pondasi Atas
= a2 ( Batu pecah CBR 60%) = 0,12
ADT rata-rata = (254,515+ 372,87)/2
= 313,6925. kend/hari/2 arah
Lapisan Pondasi Bawah
= a3 (Sirtu CBR 30 %) = 0,11 313,6925
ADT rata-rata 1 jurusan =
2
D1 Minimal = 5cm (ITP = 6,4, Laston MS 340) = 156,846 kendaraan/Hari/1 arah

D2 Minimal = 10cm (ITP =6,4, Batu pecah CBR Terdiri dari :


60%) Kendaraan ringan = 156,846 x 56 %
5,6 = 0,30.5 +0,12.10+ 0,11.D3 = 87,83376 kend/hari/arah
D3= 26,36 = 27cm
Bus ( 3 +5) = 156,846 x 31 %
Laston MS = 48,62226 kend/hari/arah
A1=0,30 340
Truk 2 Ag ( 5 + 8) = 156,846 x 35 %
Batu Pecah = 5,48961 kend/hari/arah
A2=0,12 CBR 60%
Truk 3 Ag (5 + 7,2) = 156,846 x 9,5 %
= 14,900275 kend/hari/arah
CBR 30%
EAL :
Kendaraan Ringan
= 87,83376 x 0,0006 = 0,0527

CBR 5,6 % Bus 8 T


Gambar 1. Tebal Perkerasan Metode Analisa = 48,62226 x 0,21 = 10,2107
Komponen Bina Marga
Truk 2 AS
= 5,4861 x 1,08 = 5,9250
Perhitungan Tebal Perkerasan Flexible
Pavement dengan Metode N.C.S.A. : Truk 3 AS
= 14,900275 x 1,15 = 17,1353
ADT1999 = ADT0
Yuslan Irianie, Perbandingan antara metode... 13
EAL = 33,3237 Pembahasan
Untuk umur rencana 5 tahun
Dari hasil perhitungan ternyata metode
5
EAL = x33,3237  8,3309 analisa komponan Bina marga lebih tebal dari
20 metode NCSA, terutama pada lapisan pondasi
bawah. D3, hal ini disebabkan adalah pada
Menurut Tabel 1, EAL = 8,3309 termasuk metode NCSA, menghitung EAL. untuk umur
katagori DI-2 ( Desain Index 2 ) rencana 5 tahun dikonversikan dengan umur
rencana 20 tahun, yaitu EAL dikali dengan 5/20
Menentukan tebal total sehingga EAL jadi kecil.
( H1) = D1 + D2 + D3 Pada metode analisa komponen Bina marga
tebal perkerasan tergantung: data lalu lintas,
CBR tanah dasar = 5,6% , DI-2 dengan grafik komposisi arus lalu lintas, CBR tanah dasar,
didapat H1 = 12 inci. kondisi lingkungan, jenis bahan yang digunakan.
Pada metode NCSA. tebal perkerasan
------------------------- tergantung dari data lalu lintas, komposisi arus
H1 = 13 inci lalu lintas, CBR. tanah dasar, CBR. lapisan podasi
-------------------------- bawah, CBR. Lapisan pondasi atas.
CBR. 5,6%
KESIMPULAN
CBR. Pondasi bawah = 30%
Kesimpulan
Gambar 2. Tebal H1(total) berdasarkan
CBR.& DI. Tebal perkerasan yang didapatkan dari
metode Analisa Komponen Bina Marga adalah:
D1 = 5 cm. D2 = 10 cm. D3 = 27 cm.
Tebal Minimal Lapisan permukaan : Tebal perkerasan yang didapatkan dari
Dengan menggunakan Tabel 1, dari DI-2, didapat metode NCSA adalah : D1 = 5 cm. D2 = 10 cm,
D1 min. = 2,0 inci D3 = 17,5 cm.
Perbedaan dari kedua metode tersebut
Maka didapat D2 = 3,6 – 2 = 1,6 inci disebabkan, pada metode NCSA. Untuk umur
( D2 minimal = 4 inci) rencana 5 tahun dikonversikan menjadi umur
rencana 20 tahun sehingga nilai EAL dikalikan
dengan 5/20 sehingga nilai EAL jadi kecil.
5 cm Laston MS 340
A1=0,30 Saran
10 cm Metode analisa komponen Bina Marga dan
Batu Pecah metode NCSA. membandingkan sebaik-nya
A2=0,12 CBR 60% dengan umur rencana 20 tahun, dan dengan
menggunakan data lain yang sama.
Banyak metode lain untuk menghitung tebal
17,5 cm a3=0,11 Sirtu perkerasan, untuk penelitian lebih lanjut agar
CBR 30% untuk membandingkan menggunakan misalnya
metode Asphalt Institut, metode ASHHO, metode
Benkelmen Beam, dan lain lain.
Membandingkan dengan metode-metode lain
agar menggunakan data yang sama.
CBR 5,6 %
Gambar 3. Tebal Perkerasan metode NCSA
DAFTAR PUSTAKA
Sehingga didapat D3 = 13 – 2 – 4 = 7 inci.
D1 = 2 inci = 5 cm. Biro Pusat Statistik (BPS, 2001), Pemerintah Kota
D2 = 4 inci = 10 cm, Banjarmasin.
D3 = 7 inci = 17,5 cm. Dajan Anto, 1991, Pengantar Metode Statistik
Jilid II, Penerbit LP3ES. Jakarta.
14 INFO TEKNIK, Volume 8 No.1, JULI 2007

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal O’Flaherty. C.A, 1974, Highway And traffic
Perhubungan Darat, 1999, Teknik Volume 1, 2 Edition, Institute for
Pengumpulan dan Pengolahan Data Lalu Transport Studies, Leeds.
Lintas, Jakarta. Pranoto, 2002, Analisis Kebutuhan Parkir
Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Gedung Perkantoran Bank di Kota
Perhubungan Darat, 1998, Pedoman Malang, Tesis Megister Manajemen
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Rekayasa Transportasi, ITS.
Parkir, Jakarta. Tamin, O.Z, 2000, Perencanaan dan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: Km 66, Permodalan Transportasi, Edisi Ke 2,
1993, Tentang Fasilitas parkir Untuk Jurusan Teknik Sipil ITB.
Umum. Walpole, R.E & Myers, R.H. 1995. Ilmu Peluang
Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 1996, Pengolahan dan Statistik Untuk Insinyur dan
Tertib Berparkiran Ditinjau Dari Aspek Ilmuwan. Edisi Ke 4. Institut Teknologi
Tata Ruang Perkotaan. Bandung.
Mahkamah, S. 1994, Dampak Suatu Pusat Habibullah Rois & Bambang Widyanto, 2001,
Kegiatan Terhadap Lalu Lintas, Jurnal Model Kebutuhan Parkir Untuk Rumah
Media Teknik, UGM, Tahun XVI Edisi Sakit di Bandung. Simposium ke – 4
April 1994, Nomor 1. FSTPT, Udayana Bali.
Morlok Edward K, 1991, Pengantar Teknik dan
Perencanaan Transportasi, (Terjemahan)
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai