Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

A. DEFENISI PERSALINAN
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri), (Sri Ujiningtyas, 2009) .
2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan,
keluarga berencana, untuk pendidikan bidan, 1998).
3. Persalinan adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42
minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (pengantar kulia obstetri, 2007).
4. Dari beberapa defenisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang telah cukup bulan (37 – 42 minggu)
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan
dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
B. TANDA-TANDA PERMULAAN PERSALINAN
Dengan penurunan hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi pada otot
rahim yang menyebabkan:
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida; sedangkan pada multipara tidak begitu tampak.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit perut dan pinggang akibat adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (fase
labor pain).
5. Serviks mulai lembek, mendatar dan sekresinya bertambah dan bercampuur darah (bloody
show).
C. TANDA PERSALINAN
Gejala atau tanda-tanda mulainya persalinan adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi semakin pendek.
2. Dapat juga muncul tanda-tanda seperti:
a. Pengeluaran lendir.
b. Lendir bercampur darah.
3. Ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam dapat ditemukan:
a. Serviks lebih lunak.
b. Serviks mulai kelihatan mendatar.
c. Mulai adanya pembukaan serviks.

1
D. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSALINAN DAN KELAHIRAN
(BOBAK, 2005).
1. Passenger (Penumpang): merupakan semua hasil konsepsi (janin dan plasenta).
Janin bergerak disepanjang jalan lahir, hal ini merupakan akibat interaksi beberapa faktor,
yaitu:
a. Ukuran kepala janin: ukuran dan sifatnya yang relatif kaku sangat mempengaruhi proses
persalinan. Setelah selaput ketuban pecah, pada pemeriksaan dalam frontale dan sutura
dipalpasi untuk menentukan persentasi, posisi dan sikap janin. Tulang kepala memiliki
kemampuan untuk saling menggeser dan memungkinkannya beradaptasi terhadap
diameter panggul ibu.
b. Persentasi janin: merupakan bagian janin yang pertama kali memasuki Pintu atas
Panggul (PAP), dan akan terus turun melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterem,
dan akan teraba pada saat pemeriksaan dalam.
c. Letak janin: hubungan antara sumbu panjang janin (punggung terhadap) sumbu panjang
ibu (punggung).
d. Sikap janin: merupakan akibat dari pola pertumbuhan janin dan penyesuaian janin
terhadap bentuk rongga janin.
e. Posisi janin: presentasi yang menunjukkan bagian janin yang menempati P.A.P:
1) Persentasi kepala: oksiput.
2) Persentasi bokong: sakrum.
3) Persentasi letak lintang: skapula bahu.
2. Passager Way (jalan lahir): Tulang panggul dan jaringan lunak.
a. Tulang panggul: dibentuk oleh tulang gabungan illeum, ishium, pubis dan sacrum; dan
memiliki 4 sendi: simphisis pubis, sakrokoksigeus, sakroiliaka kiri dan kanan.
Dipisahkan oleh pintu atas panggul (PAP) yang terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Panggul palsu yang merupakan bagian atas P.A.P dan tidak berkaitan dengan
persalinan.
2) Panggul sejati yang terdiri dari pintu atas, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.
Jenis panggul terdiri dari:
a) Genekoid (tipe wanita klasik).
b) Android (mirip panggul pria).
c) Anthropoid (mirip panggul kera).
d) Platipeloid (panggul pipih).
Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada evaluasi prenatal pertama dan
dilakukan lebih teliti lagi pada trimester ke III. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari
kerja hormon progesterone ovarium yang memungkinkan sendi panggul bergerak dengan
leluasa.
b. Jaringan lunak: merupakan segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot
dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Saat terjadi persalinan,
kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri terbagi menjadi 2 bagian yaitu: bagian atas
yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang tipis dan berotot pasif. Kontraksi korpus
uteri menyebabkan janin tertekan kebawah, ke arah serviks.

2
3. Power (kekuatan mendorong janin keluar) : his/kontraksi uterus, kontraksi otot-otot
dinding perut dan diafragma.
Ibu melakukan kontraksi involuntary dan volunteer bersamaan untuk menyalurkan janin dan
plasenta dari uterus.
a. Kontraksi involuntary (kekuatan primer): menandakan persalinan dimulai, digambarkan
dengan menilai frekuensi (waktu antara kontraksi; awal dari suatu kontraksi dan awal
dari kontraksi berikutnya), durasi (lamanya kontraksi), intensitas (kekuatan kontraksi).
Kontraksi involuntary membuat serviks menipis dan berdilatasi.
b. Kontraksi volunteer (kekuatan sekunder): bersifat mendorong keluar dan ibu merasa
ingin meneran.
4. Posisi Ibu
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan, merubah posisi
dapat membuat rasa letih berkurang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Saat
janin menurunin jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regangan dasar panggul
merangsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regangan ini akan merangsang
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior (reflects fregeson). Pelepasan oksitosin
menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk /
berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih singkron (saling menguatkan) dengan kontraksi
rahim.
E. PERUBAHAN PADA SISTEM REPRODUKSI
1. Untuk primigravida: rahim akan dan terdorong kedepan (± 2 minggu sebelum aterem).
Saat bagian penetrasi janin turun ke dalam panggul sejati, yang disebut proses lightening,
dengan tanda-tanda:
a. Ibu merasa lega dan lebih mudah untuk bernafas.
b. Peningkatan kandung kemih: sering BAK.
c. Ibu sering mengeluh nyeri yang menetap pada punggung bagian bawah dan tekanan pada
sarko iliaka akibat relaksasi sendi panggul.
d. Ibu dapat mengalami kontraksi yang kuat, sering dan tidak teratur.
2. Untuk multigravida: proses lightening mungkin tidak terjadi sampai setelah rahim
berkontraksi dan proses persalinan yang sesungguhnya berlangsung.
F. FENOMENA LAIN YANG DAPAT TERJADI PADA IBU HAMIL
1. Berat badan ibu turun 0,5 – 1,5 kg: merupakan akibat dari tubuh kehilangan air karena
perpindahan elektrolit, yang merupakan hasil perubahan kadar estrogen dan progesterone.
2. Terjadi suatu lonjakan energi pada ibu: perasaan tiba-tiba memiliki energi yang
berlebihan/tinggi.
Distensi uterus yang progresif, peningkatan tekanan uteri dan penuaan plasenta akan
berkaitan dengan iritabilitas miometrium. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan
konsentrasi estrogen dan prostaglandin serta penurunan kadar progesterone maka, dihasilkan
kontraksi uterus yang kuat, teratur, ritmik, yang biasanya berahkir dengan dilahirkannya
janin dan plasenta.
G. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
Proses persalinan normal yang berlangsung konstan, terdiri dari:

3
1. Kemajuan teratur dari kontraksi uterus.
2. Penipisan dan dilatasi serviks yang progresif.
3. Kemajuan penurunan bagian penetrasi.
H. KALA-KALA DALAM PERSALINAN
1. KALA I (kala pembukaan)
Dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diahkiri dengan dilatasi serviks lengkap.
Perawatan dimulai ketika ibu melaporkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kontraksi uterus yang progresif, teratur kekuatannya, frekuensi, dan durasi terus
meningkat.
b. Bloody show: rabas vagina mengandung darah.
c. Selaput ketuban pecah spontan: rabas cairan dari vagina.
Kala I terbagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten: pembukaan serviks sampai 3 cm dengan waktu ± 7 – 8 jam.
b. Fase aktif: berlangsung 6 jam dan terbagi menjadi beberapa periode:
1) Akselerasi : waktunya 2 jam dan pembukaan dari 3 cm, menjadi 4 cm.
2) Dilatasi maksimal : waktunya 2 jam dan pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Deselerasi : waktunya 2 jam dan pembukaan dari 9 cm menjadi 10
cm atau lengkap.
a. Pengkajian yang dilakukan pada kala I:
1) Identitas: usia < 20 tahun dan 30 tahun: untuk primigravida kemungkinan akan
mengalami partus lama atau persalinan sulit.
2) Pemeriksan kehamilan yang lalu dan diperiksa oleh siapa.
3) Riwayat kehamilan yang lalu dan yang sekarang.
4) Riwayat kesehatan ibu.
5) Waktu mulas-mulas timbul dan frekuensinya.
6) Kaji keutuhan ketuban.
7) Kaji apa saja yang sudah keluar dari vagina.
8) Kaji kebiasaan minum tertentu/jamu yang dapat mempercepat atau memperlambat
persalinan.
9) Kaji adanya gejala-gejala preeklamsia/eklamsia: nyeri kepala, gangguan
penglihatan.
10) Kaji makan terahkir dan BAB.
b. Pemeriksaan Fisik:
1) Umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu (observasi TTV, kaji adanya tanda-
tanda dehidrasi, anemik, cemas, dll).
2) Abdomen: Untuk menentukan kala persalinan, kemajuan persalinan dan keadaan
janin (pemeriksaan leopold, his, DJJ).
3) Pemeriksaan dalam: untuk memastikan pembukaan serviks, keadaan ketuban, letak
dan posisi janin, molase verteks dan penurunan bagian bawah janin.
Hal tersebut diatas dilakukan pada saat ibu datang dan tiap 4 jam sekali, dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi.
His berguna untuk pembuka jalan lahir, his yang adekuat terjadi:

4
1) Pada fase laten: 2 kali dalam 10 menit dengan lama 20 – 30 detik.
2) Pada fase aktif: 3-4 kali dalam 10 menit dengan lama 40 detik.
Pemantauan denyut jantung janin, berguna untuk melihat keadaan janin dan dipantau
setiap 30 menit, normal berkisar 120 – 160 kali per menit.
c. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
1) Spesimen urin; melihat kesehatan ibu.
2) Pemeriksaan darah: golongan darah, RH, darah lengkap.
3) Pemantauan DJJ.
d. Diagnosa Keperaawatan
1) Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik, belum
berpengalaman atau tidak mengikuti kelas persiapan untuk orang tua.
2) Resiko cidera b.d tidak dilakukannya pemeriksaan darah dan urin antenatal.
3) Nyeri b.d kontraksi yang kuat, dilatasi serviks.
4) Defisit volume cairan b.d kurangnya masukan cairan.
5) Gangguan mobilisasi fisik b.d status selaput ketuban, pemantauan janin.
6) Perubahan pola pengeluaran urin b.d kurangnya masuk cairan, cairan infus, tirah
baring, tidak ada ruangan pribadi (privacy), analgesia, ansietas.
7) Gangguan pertukaran gas janin b.d posisi maternal, hiperventilasi.
8) Distres spiritual ibu b.d ketidakmampuan mencapai hal yang diharapkan.
9) Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan tentang tindakan yang dapat
menolong ibu yang sedang melahirkan.
e. Intervensi Keperawatan
2. KALA II
a. Pengkajian yang dilakukan pada kala II
Tahap ini dimulai dari dilatasi serviks lengkap ( 10 cm ) dan berahkir dengan lahirnya
bayi.
Tanda-tanda pada kala II:
1) His kuat: cepat dan lebih lama (2—3 menit sekali).
2) Kepala janin telah turun masuk rongga panggul sehingga menekan otot dasar panggul
yang secara refleks menimbulkan rasa meneran.
3) Anus membuka, ibu merasa seperti mau BAB.
4) Pada saat his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
5) Dengan his, mengedan yang terpimpin akan lahir kepala, diikuti seluruh badan janin.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kontraksi uterus meningkat; frekuensi 2-3 menit dengan lama 45 – 90 detik,
intensitas, kuatnya.
2) Ingin rasa meneran.
3) Bunyi merintih kelelahan, berkeringat.
4) Rasa ingin BAB.
5) Vagina dan anus menonjol.
c. Pengkajian psikologis:
1) Kecemasan meningkat, takut.

5
2) Dapat kehilangan kontrol.
d. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko cedera pada ibu dan janin b.d penggunaan manuver valsava secara kontinyu.
2) Rendah diri situasional b.d kurang pengetahuan tentang efek normal dan efek
menguntungkan bersuara (vokalisasi) selama mengedan.
3) Koping individu tidak efektif b.d pengarahan persalinan yang berlawanan dengan
keinginan fisiologis ibu untuk mengedan.
4) Nyeri b.d usaha mengedan dan distensi perineum.
5) Ansietas b.d ketidakmampuan mengendalikan defekasi saat mengedan, defisit
pengetahuan tentang sebab-sebab sensasi pada perineum.
6) Resiko cedera pada ibu b.d posisi tungkai ibu pada penopang kaki tidak efektif.
7) Rendah diri situasional pada ayah b.d ketidakmampuan mendukung ibu selama dalam
tahap ahkir persalinan.
e. Intervensi keperawatan
3. KALA III ( Kala penegeluaran plasenta/uri).
Kala III persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tujuan penanganan
kala III persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang dicapai dengan cara
yang paling mudah dan paling aman.
a. Tanda-tanda pada kala III
1) Uterus terasa keras dengan fundus uteri setinggi pusat.
2) Dalam waktu 5-10 menit, plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan dengan sedikit dorongan dari atas simpisis.
3) Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah (100 – 200 cc).
4) Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit.
b. Pengkajian:
1) Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital.
b) Tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat.
c) Jumlah perdarahan.
d) Keadaan kandung kemih.
e) Pemeriksaan perlukaan / robekan perineum.
2) Pemeriksaan plasenta:
a) Panjang tali pusat.
b) Robekan selaput.
c) Insersio tali pusat.
d) Kelengkapan kotiledon serta adanya infark dan pengapuran.
3) Pengkajian psikologis:
a) Verbal: memanggil bayi, berbicara dengan bayi, komentar dengan bayi, kecewa
terhadap bayi.
b) Non-verbal: melihat bayi dengan tersenyum, membelai, tidak maumenyentuh
bayi, tegang.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko deficit volume cairan b.d perdarahan pada saat proses kelahiran.
2) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d adanya lendir pada saluran
pernafasan bayi.

6
3) Hipotermi b.d kehilangan panas pada bayi.
4) Gangguan rasa nyaman b.d kontraksi uterus.
5) Nyeri b.d robekan perineum.
6) Kerusakan integritas kulit b.d luka robek pada perineum.
7) Kecemasan ibu b.d kurang pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir.
d. Intervensi keperawatan
4. KALA IV (Kala pengawasan)
Merupakan periode yang kritis untuk ibu dan bayi baru lahir. Selama 2 jam pertama setelah
melahirkan, organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan tidak hamil dan
sistem tubuh mulai menjadi stabil. Selama beberapa jam, bayi baru lahir terus menjalani
transisi dari keadaan intra uterin ke ekstra uterin.
a. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian
1) Selama 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, pengawasan terhadap ibu berupa
tanda-tanda vital, kontraksi uterus, bahaya perdahan post partum, tinggi fundus uteri
dan kandung kemih.
2) Pemantauan keadaan-keadaan yang dapat menjadi faktor predisposisi perdarahan
pada ibu, seperti persalinan cepat, bayi besar, grande multipara, persalinan dengan
induksi.
3) Psikologis ibu: gembira, lelah dan mengantuk.
b. Diagnosa keperawatan:
1) Resiko defisit volume cairan (perdarahan) b.d atoni uterus setelah melahirkan.
2) Retensi urin b.d efek persalinan pada saluran kemih.
3) Nyeri b.d luka akibat proses kelahiran bayi.
4) Resiko cedera b.d ambulasi dini.
5) Resiko perubahan peran orang tua b.d nyeri, keletihan post persalinan, kecewa
terhadap jenis kelamin bayi yang baru lahir.
6) Perubahan proses keluarga b.d bertambahnya anggota keluarga baru.
7) Ketidakefektifan dalam menyusui bayi b.d kurangnya informasi, pengetahuan.

I. MEKANISME PERSALINAN NORMAL


1. Sinklitismus: arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP.
Ansiklismus anterior: arah sumbu kepala janin membuat sudut lancip di depan dengan PAP.
Ansiklismus posterior: arah sumbu kepala janin berlawanan dengan ansiklismus anterior.
2. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil.
3. Sampai di atas panggul kepala mengadakan rotasi/putaran paksi dalam sehingga ubun-ubun
kecil berputar kearah depan dan bawah simpisis, maka dengan sub oksiput sebagai
hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
4. Setelah seluruh kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi atau putaran paksi luar untuk
menyesuaikan kedudukan kepalal dengan punggung janin.
5. Selanjutnya bahu depan dilahirkan, kemudian bahu belakang, lalu bayi dilahirkan
seluruhnya.

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASA NIFAS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Pengertian masa nifas

8
a. Masa nifas adalah periode 6 minggu segera setelah bayi lahir dan mencerminkan periode
saat fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil
(Jane Coad & Melvyn, 2007 ).
b. Masa nifas adalah waktu yang diperlukan agar organ genitalia interna ibu kembali
menjadi normal secara anatomis dan fungsional, yaitu sekitar 6 minggu (Chandranita &
Fajar, 2007) .
c. Dari kedua defenisi tersebut diatas saya dapat mengambil kesimpulan bahwa masa nifas
adalah suatu masa/periode dimana sistem reproduksi wanita post partum kembali kepada
keadaan seperti sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung sejak dilahirkannya plasenta
dan berahkir setelah rahim kembali normal yang membutuhkan waktu 6 minggu.
2. Tujuan masa nifas
a. Menilai keadaan ibu dan bayi yang baru lahir.
b. Mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
3. Adaptasi masa nifas
Adaptasi masa nifas terdiri dari:
a. Adaptasi fisiologis
1) Tanda-tanda vital:
a) Peningkatan suhu dalam waktu 24 jam (36 - 38°C); sebagai akibat dari dehidrasi,
pembengkakan payu dara.
b) Nadi: bradikardi dalam waktu 6-8 hari post partum sebagai akibat dari penurunan
cardiac output dan stroke volume.
c) Pernafasan: lebih mudah dan lambat: pengecilan uterus.
d) Tekanan darah: dalam 24 jam pertama mengalami hipoorhostatik akibat
penurunnan sistolik 20 mmHg.
2) Sistem kardivaskuler
a) Volume darah akan kembali normal 2 minggu – 6 bulan.
b) Cardiac output meningkat dalam 48 jam post partum dan akan menurun dalam 2
minggu post partum, kembali ke keadaan normal dalam 24 minggu.
3) Siatem endokrin:
a) Sietem endokrin berubah setelah plasenta lahir.
b) Hormon estrogen dan progesteron menurun dalam plasma darah.
c) Hormon prolaktin meningkat........................
d) Ibu yang tidak menyusui: menstruai setelah 12 minggu post partum, sedangkan
ibu yang menyusui sevasa eksklusif, menstruais setelah 36 minggu post partum.
4) Sistem reproduksi:
a) Uterus
 Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia
pada lokasi perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta
dan dinding uterus nekrosis dan lepas.
 Involusi uterus: kembalinya uterus kebentuk semula, seperti sebelum hamil.
 Ukuran uterus mengecil kembali:
 Setelah 2 hari post partum setinggi/sekitar umbilikus.

9
 Setelah 2 minggu masuk panggul.
 Setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil.
 Hal yang dapat terjadi pada uterus dan memerlukan penanganan keperawatan
dan medik adalah: Subinvolusi yaitu kegagalan uterus berinvolusi sampai 2
minggu post partum, hal tersebut dapat disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan lanjut (late post partum haemorrhage).
 Penatalaksanaan: bila infeksi diberikan antibiotik; sedangkan untuk
memperbaiki uterus diberikan terapi uterotonika, seperti ergometrin
maleat, namun perlu juga dipertimbangkan dalam pemberian terapi
ergometrin karena efek samping ergometrin dapat menghambat produksi
prolaktin.
b) Serviks uteri:
 Involusi serviks dan segmen bawah ueterus post partum berbeda dan tidak
kembali seperti pada keadaan sebelum hamil.
 Pada nulipara; ismus segmen bawah uterus memiliki dinding sejajar (UU),
kemudian setelah melahirkan dinding menguncup (VV).
 Kanalis serviks menjadi lebih lebar dan longgar, sehingga ostium uteri
eksterna tampak tidak lagi berupa titik atau lingkaran kecil seperti pada
nulipara tetapi berupa garis horisontal agal lebar (parous serviks).
c) Endometrium
 Endometrium mengadakan regenerasi cepat, dalam waktu 2-3 hari.
 Sisa lapisan desidua telah beregenerasi (lapisan sisi dinding uterus menjadi
jaringan endometrium baru, lapisan sisi kavum uteri menjadi nekrotik dan
keluar sebagai lochia).
 Regenerasi endometrium lengkap sampai sekitar minggu ke 3 post partum;
kecuali pada daerah tempat perlekatan plasenta, terjadi trombus sehingga
regenerasi agak lebih lama sampai dengan 6 minggu.
d) Tuba falopii
 Pada persalinan yang tidak bersih, sering terjadi infeksi asendens yang dapat
menyebabkan salpingitis akut sampai 2 minggu post partum.
 Jika terjadi, akan menghambat proses involusi, sering sampai harus dilakukan
salpingektomi (dipotong).
e) Darah lochia:
Lochia adalah cairan yang mengandung sisa jaringan uterus/bagian nekrotik yang
keluar pervaginam. Lochia normal tidak berbau, jika berbau dicurigai adanya
infeksi.
Karakteristik lochia terdiri dari:
 Lochia rubra (merah) : 1-3 hari post partum.
 Lochia serosa (merah muda kecoklatan): 4-9 hari post partum.
 Lochia Alba (putih/kekuningan): hari ke 10 post partum.
f) Vagina; pada minggu ketiga vagina mulai mengecil dan timbul rugae kembali.
5) Sistem muskuloskletal;

10
a) Abdomen menjadi lunak dan mengendor: sebagai akibat dilatasi rectus
abdominis.
b) Striae dan flabby yang terjadi pada kehamilan berkurang.
6) Sistem urinaria
a) Klien harus buang aaiir kecil spontan dalam 48 jam post partum.
b) Frekuensi BAK meningkat dalam 48 jam untuk menurunkan penumpukan cairan
selama kehamilan.
7) Sistem gastrointestinal:
a) Fungsi usus besar menjadi normal 1 minggu post partum.
b) Penurunan motilitas usus.
c) Penurunan tonus otot abdomen.
d) Kehilangan cairan.
e) Rasa tidak nyaman pada perineum.
8) Sistem integumen:
a) Minggu pertama post partum kloasma gravidarum, hiperpigmentasi areola mamae
belum menghilang dengan sempurna.
b) Palmar eritema, spider angioma atau spider nevi berkurang karena penurunan
hormon estrogen.
b. Adaptasi psikologis
Menurut Rubin fase adaptasi dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1) Fase dependen (taking in): 1-2 hari post partum:
a) Fokus utama ibu: memenuhi kebutuhan dirinya sendiri (makan,minum,tidur).
b) Mengharapkan perhatian orang lain.
c) Cemas pada peran baru.
2) Fase mandiri-dependen (taking hold): 3-10 hari post partum:
a) Ibu lebih mandiri.
b) Perhatian terhadap perawatan diri dan bayi.
c) Respon terhadap informasi dan perawatan bayi.
3) Fase independen (letting go): 6-8 mminggu post ppartum:
a) Perilaku mandiri.
b) Fase yang sering kali dianggap sebagai fase penuh stres: penyesuaian peran
sebagai orang tua dalam mengasuh anak, mengatur rumah tangga dan membina
karir.
c. Adaptasi paternal
d. Adaptasi Sibling
4. Penyulit pada masa nifas serta Penatalaksanaanya
a. Gangguan tromboemboli:
Papda kehamilan tirsemester III, ibu hamil mengalami keadaan hiperkoagulasi sehingga
darah mengalami pembekuan, sementara efek hormon progesteron pada otot vena
meningkatkan statis aliraan darah.
b. Tromboflebitis adalah bekuan darah di vena superfisial. Tempat yang sering terjadi
trombus adalah di vena safena (dibetis).

11
c. Emboli paru adalah suatu kedaruratan obstetrik yang terjadi karena adanya trobosis vena
profunda atau timbul tanpa peringatan terlebih dahulu.
Hal tersebut dapat diterapi dengan antikoagulan profilaksis ( heparin dan analog sintetik).
d. Resiko infeksi: pada masa nifas wanita beresiko besar mengalami infeksi terutama yang
berkaitan dengan saluran genitalia, saluran kemih, payudara.
e. Nyeri payudara.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajiann keperawatan
a. Status neurologi dan tanda-tanda vital.
1) Kesadaran.
2) Peningkatan suhu tubuh?, bradikardi, tekanan darah turun.
b. Cardiovaskuler: penurunan tekanan darah.
c. Musculoskletal;
d. Gastrointertinal
e. Genitourinary
f. Integumen
g. Psikososial
2. Pemeriksaan fisik post partum
a. Breast
1) Teraba lunak, apakah ada pembesaran, bengkak, rasa hangat dan kemerahan.
2) Nipples (puting susu): menonjol keluar, masuk?, ada tidaknya colostrum/ASI.
3) Colosrtum berwarna kekuningan.
b. Uterus:
1) Fundus uterus keras/lembek.
2) Posisi dibagian tengah atau samping umbilikus (seharusnya dibagian tengah, bila
tidak maka kemungkinan distensi kandung kemih).
3) Penurunan fundus uteri mulai segera setelah persalinan: 12 jam pertama fundus
berada di umbilicus, selanjutnya penurunan fundus 1 cm (jari), tiap hari dalam 10
hari post partum.
c. Bowels dan bladder
1) Kapan terahir BAB.
2) Kaji bising usus.
3) Kaji pola BAK/BAB.
d. Bladder
e. Lochia
Yang perlu dikaji: warna, bau, jumlah.
f. Episiotomi: REEDA (Rednes, Edema, Acchymosis,discharge,Approximation): adanya
warna kemerahan, edema/bengkak, darah, pus/nanah serta keutuhan jahitan.
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri b.d
b. Perubahan ikatan proses keluarga b.d kelahiran anggota keluarga baru.
c. Kurang pengetahuan mengenai persiapan, dan perawatan bayi b.d kurangnya informasi.

12
4. Rencana tindakan keperawatan (terlampir).
5. Discharge planning:
a. Ibu perlu konsumsi nutrisi yang edekuat: 2100 kalori/hari dan minum sebanyak 1500
ml/hari, untuk mencukupi kebutuhan selama menyusui.
b. Ibu perlu istirahat 8 – 12 : proses pemulihan.
c. Mobilisasi dilakukan pada hari pertma post partum bila rasa lelah sudah hilang.
d. Ibu dan bayi perlu kontrol secara teratur: ( hari ke 6 post partum, minggu ke 2 post
partum dan minggu ke 6 post partum ).
e. Perawatan payu dara untuk menjaga kebersihan payudara dengan melakukan massage
payudara.
f. Higiene organ reproduksi untuk menghindari infeksi dengan tindakan-tindakan seperti:
bersihkan vagina setelah BAK/BAB, ganti pembalut 3-4 x/hari, hindari menyentuh luka
jahitan jalan lahir.
g. Mengikuti klub senag nifas untuk mengencangkan kembali otot-otot dasar panggul dan
mengurangi keluhan selama masa nifas.

13

Anda mungkin juga menyukai