PENDAHULUAN
era globalisasi yang penuh tantangan. Kondisi ini menuntut kesiapan sumber
daya manusia yang kreatif dan inovatif sehingga mampu menyikapi dan
1989).
Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu usaha penyiapan peserta didik
tenaga yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi, hal ini agar tujuan
depan. Pematangan materi agama saat memasuki era globalisasi ini sangat
Islam di Indonesia.
1
2
“diniyah”. Namun madrasah tidak seperti pesantren yang sangat fleksibel dan
tidak memiliki sistem kelas dan tingkatan yang formal. Sistem madrasah
sekolah modern.
Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan yang bersifat kompleks dan
dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang
bagi manajer karena peran penting yang dimainkan pemimpin untuk efektifitas
3
mewujudkan tujuan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1992 pasal 3 ayat 3 ini
sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan disebut sebagai
1982).
Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu mendorong, mengajak,
sekolah agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Gorton (1976: 105) “scholls are
pendidikan formal merupakan wadah kerja sama sekelompok orang (guru, staf,
kepala sekolah dan siswa) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pencapaian
tujuan program menggunakan dua gaya perilaku. Menurut Stoner (1986) yang
sumber motivasi dan kepuasan kerja. Dalam hal ini perilaku kepemimpinan
tujuan pendidikan adalah guru. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator
untuk belajar dan bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta
didik. Oleh karena itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang berkualitas
dicerminkan dengan menghasilkan peserta didik yang berprestasi, dalam hal ini
diperlukan guru yang bermutu. Dengan kata lain, guru harus profesional yang
dicirikan dengan: ahli di bidang teori dan praktek ilmu keguruan, senang
dan rasa tanggung jawab, memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat dan
tersebut diatas. Hal ini berarti tidak semua guru mempunyai profesionalisme
faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal misalnya,
tidak kondusif, lingkungan kerjanya yang kurang memadahi, status guru yang
salah satu komponen yang amat penting sebagai bagian integral peningkatan
belum cukup berarti, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah relatif
kecil (Umaedi, 1999). Salah satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan
antara lain dengan perolehan hasil ujian akhir siswa pada berbagai bidang studi
Dalam hal ini kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh
mengajar, (7) menilai prestasi siswa, (8) mengenal fungsi dan program layanan
kerja tinggi. Dalam hal ini kompetensi profesional harus ditunjukkan sebagai
tujuan..
Megginson, Jennifer dan Paul (1993) menegaskan bahwa hasil produksi
mengajar.
7
berhubungan dengan faktor yang dating dari dalam individu sendiri. Sementara
itu faktor ekstrinsik berkaitan dengan faktor yang timbul dari luar individu itu
sendiri. Secara lebih tegas Frederick Herzberg yang dikutip oleh Owens (1995)
dorongan pada seseorang agar mau berbuat sesuatu. Motivasi adalah suatu
tertentu untuk mencapai tujuan yang tertentu pula (Pasaribu & Simanjutak,
1983). Oleh karena itu motivasi guru perlu dibangun, dalam hal ini motivasi
psikis, fisik maupun daya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mengingat
kebutuhan akan ilmu pengetahuan umum dan pendidikan nilai serta agama
dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu masalah profesionalisme guru
kepala sekolah, kompetensi profesional guru dan motivasi kerja guru terhadap
Bertitik tolak dari pokok masalah tersebut, maka dapat dibuat beberapa
kepala sekolah, kompetensi profesional guru dan motivasi kerja guru terhadap
Purwosari Kabupaten Pasuruan. Bertitik tolak dari tujuan pokok tersebut, maka
4. Hipotesis Penelitian
Atas dasar tujuan penelitian yang telah ditetapkan di atas, maka secara
umum hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa
Kabupaten Pasuruan.
3. Ada pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap
Kabupaten Pasuruan.
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu :
1. Perilaku kepemimpinan dapat dipersepsi oleh para pemimpin atau
bawahan yang merasakan langsung akibat dari kepemimpinan itu (Hoy &
Miskel, 1997).
2. Guru Madrasah Aliyah Darut Taqwa Sengonagung Purwosari Kabupaten
prespektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian
terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu
hari: (1) Mengacu pada proses gerakan suatu kelompok orang dalam arah yang
sama tanpa paksaan, dan (2) mengacu pada orang yang memainkan peran
1994:17).
Kepemimpinan adalah sebuah proses member arti (pengarahan yang
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran, (Jacob & Jacques,
berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Menurut Greenberg dan Baron (1995), bahwa perilaku kepemimpinan
bisa berorientasi pada tugas dan juga bisa berorientasi pada kemanusiaan.
yang lebih menaruh perhatian kepada perilaku pemimpin yang mengarah pada
metode kerja, dan prosedur pencapaian tujuan yang jelas (Hezberg, 1991).
Sedangkan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan
1988).
Dengan demikian perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini
menekankan pada tindakan dan respon kepala sekolah yang dipersepsi oleh
Kepala sekolah terdiri atas dua orientasi yaitu: perilaku kepemimpinan yang
13
relevan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru
adalah suatu indicator kemampuan guru dalam berbuat, yang dapat diamati dan
dalam sepuluh kompetensi profesional guru tercermin dalam tingkah laku guru
1981). Senada dengan hal tersebut Sardiman (1990) berpendapat, motif adalah
lebih umum Hoy dan Miskel (1987) mengemukakan bahwa motivasi mengacu
senang hati serta dorongan yang kuat untuk melakukannya (Gorton, 1976).
Motivasi kerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penggerak pada diri guru Madrasah Aliyah Darut Taqwa dalam rangka
mengakui jabatan atau tugas yang dicirikan dengan ahli di bidang teori dan
1. Kompetensi Pedagogik
16
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata