Anda di halaman 1dari 9

Afrizal Vachlepi KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA

Didin Suwardin DAN ARANG CANGKANG SAWIT

KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI


ABU BRIKET BATUBARA DAN ARANG CANGKANG SAWIT

Study of The Natural Rubber Compound Making From Coal Briquette Ash
and Palm Shell Charcoal Fillers

Afrizal Vachlepi1 dan Didin Suwardin1


1Balai
Penelitian Sembawa – Pusat Penelitian Karet
Jalan Raya Palembang-Betung Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001
e-mail: A_achlepi@yahoo.com

Diterima: 16 September 2014; Direvisi: 4 April 2015; Disetujui: 29 Mei 2015

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan bahan pengisi alternatif berupa arang
cangkang kelapa sawit dan abu sisa pembakaran briket batubara terhadap karakteristik vulkanisasi kompon
karet dan sifat fisik vulkanisat. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu 1) pembuatan blanket kering
sebagai bahan baku pembuatan kompon, 2) penyiapan bahan pengisi alternatif, dan 3) pembuatan kompon
karet. Penggunaan arang cangkang sawit dan abu briket batubara dicampurkan dengan bahan pengisi karbon
hitam masing-masing sebanyak 20 phr pada pembuatan kompon. Parameter yang diamati berupa mutu
teknis, karakteristik vulkanisasi dan sifat fisik vulkanisat. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahan
pengisi alternatif arang cangkang kelapa sawit (kompon B) mampu menghasilkan vulkanisat dengan sifat fisik
yang lebih baik dibandingkan abu briket batubara (Kompon A). Kompon B dengan kombinasi 20 phr arang
cangkang kelapa sawit dan 20 phr karbon hitam menghasilkan vulkanisat dengan tegangan putus sekitar 134
kg/cm2, perpanjangan putus 710%, bobot jenis 1,143 g/cm3 dan ketahanan kikis sebesar 429 mm3/kg.
Vulkanisat karet kompon A mempunyai nilai kekerasan (47 Shore A) dan ketahanan sobek (21,1 KN/m) yang
lebih besar serta waktu vulkanisasi optimum yang lebih cepat dari kompon arang cangkang kelapa sawit.

Kata kunci: bahan pengisi, kompon karet, sifat fisik

Abstract
The purpose of this research was to study the effect of alternative fillers use such as palm shell charcoal and
coal briquette ash to the vulcanization characteristics of rubber compound and physical properties of
vulcanized rubber. This research was carried out in three stages, namely 1) the manufacture of dry blanket as
raw rubber material for the solid compound, 2) preparation of alternative fillers, and 3) the making of rubber
compound. The use of palm shell charcoal and briquette coal ash was mixed with carbon black fillers each
around 20 phr in the compound making. Parameters observed such as technical quality, vulcanization
characteristics and physical properties of vulcanized. The research results generally showed the alternative
fillers palm shell charcoal (compound B) able to produce rubber vulcanized with better physical properties than
coal briquette ash (compound A). Compound B in combination with of 20 phr palm shell charcoal and 20 phr
carbon black produced vulcanized rubber with tensile strength approximately 134 kg/cm2, elongation at break
710%, specific gravity 1.134 g/cm3 and and tear resistance around 429 mm2/kg. Vulcanized rubber of
compound A has hardness values (47 Shore A) and tear resistance (21.1 KN/m) which was larger and the
optimum vulcanization time faster than palm shell charcoal.

Keywords: fillers, rubber compound, and physical properties

PENDAHULUAN fungsinya untuk meningkatkan sifat fisik,


memperbaiki karakteristik pengolahan
Salah satu tahapan proses yang dan mengurangi biaya (Alfa, 2008).
harus dilakukan dalam industri Dengan porsi yang cukup besar ini
pembuatan produk karet alam adalah pemilihan bahan pengisi pada
pembuatan kompon karet. Pada proses pembuatan kompon karet menjadi
ini, semua bahan termasuk karet alam sangat penting karena dapat
sebagai bahan baku utama akan menentukan sifat fisik karet dan biaya
dicampurkan secara merata sampai produksi.
homogen. Bahan pengisi (filler) adalah Karbon hitam merupakan bahan
bahan pendukung dengan porsi terbesar pengisi yang paling umum digunakan
dalam pembuatan kompon karet yang pada pembuatan kompon karet alam.

1
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 1-9

Ukuran partikel karbon hitam sangat bakar batubara dan briket batubara.
bervariasi mulai yang berukuran 22 Sebagai negara penghasil dan pengguna
nanometer (nm) sampai dengan bahan bakar briket batubara yang cukup
berukuran 0,25 mikrometer (µm) besar, potensi limbah berupa abu dari
tergantung dari jenis dan kodenya. pembakaran briket batubara di Indonesia
Bahan pengisi karbon hitam yang sangat berlimpah baik abu dasar (bottom
diproduksi dari minyak mentah ini ash) maupun abu terbang (fly ash).
diperoleh dengan cara mengimpor dari Lestaniani et al (2010) menyatakan
luar negeri. Hal ini akan mengakibatkan bahwa pembakaran batubara di PLTU
adanya ketergantungan impor terutama dan cerobong asap pabrik industri
apabila ingin mengembangkan industri menghasilkan sisa pembakaran berupa
kompon karet menggunakan bahan abu dasar 25 % dan abu terbang 75%.
pengisi karbon hitam. Selain itu, minyak Abu terbang merupakan partikel abu
bumi merupakan sumber energi tak yang terbawa gas buang, sedangkan
terbarukan yang ketersediaannya abu dasar adalah abu yang tertinggal
cenderung menurun. Akibatnya harga dan dikeluarkan dari bawah tungku.
minyak bumi terus meningkat dari tahun Munir (2010) dan Handani (2003)
ke tahun. Peningkatan harga minyak ini sudah melakukan penelitian untuk
juga akan berdampak pada semakin memanfaatkan limbah dari pembakaran
mahalnya harga karbon hitam. batubara sebagai bahan pengisi karet
Oleh karena itu perlu upaya terus alam, tetapi masih sebatas abu terbang.
menerus mencari sumber alternatif untuk Abu dasar yang mencapai 25% dari total
mensubstitusi produk yang berbasis limbah yang dihasilkan cukup potensial
minyak bumi ini, termasuk karbon hitam. untuk dikembangkan sebagai bahan
Salah satunya dengan dengan pengisi kompon karet alam. Penggunaan
memanfaatkan, mengubah atau arang hasil pembuatan asap cair dan
memodifikasi secara fisika dan kimia abu dasar sebagai bahan pengisi
bahan-bahan yang tidak memiliki nilai memerlukan perlakuan (treatment)
ekonomis (Falaah et al, 2013). Industri khusus terlebih dahulu agar kedua
kompon dan barang jadi karet alam limbah ini memiliki sifat fisik yang
memerlukan bahan pengisi alternatif menyerupai karbon hitam terutama
potensial untuk mengurangi ukuran diameter partikel. Perlakuan
ketergantungan terhadap penggunaan sederhana yang dapat diaplikasikan
karbon hitama terutama yang berasal adalah penyaringan sehingga akan
dari limbah industri yang belum diperoleh bahan pengisi dengan
dimanfaatkan secara optimal. Manfaat diameter partikel mendekati karbon
menggunakan sumber yang berasal dari hitam.
limbah industri ini selain lebih murah, Tujuan penelitian ini adalah untuk
juga dapat membantu mengurangi mempelajari pengaruh penggunaan
dampak negatif terhadap lingkungan. bahan pengisi alternatif berupa arang
Limbah industri ini merupakan sumber cangkang kelapa sawit dan abu sisa
pencemaran bagi lingkungan apabila pembakaran briket batubara terhadap
tidak dikelola dengan benar. karakteristik vulkanisasi kompon karet
Industri pembuatan asap dengan dan sifat fisik vulkanisat.
bahan baku berupa cangkang kelapa
sawit menghasilkan limbah berupa arang
yang mencapai 4 ton per hari. Bahan BAHAN DAN METODE
baku dengan dengan jumlah sebesar ini
sangat potensial untuk dimanfaatkan dan Bahan dan Alat
digunakan sebagai bahan pengisi Bahan yang digunakan pada
alternatif pada pembuatan kompon karet penelitian ini adalah lum mangkok yang
alam. Selain limbah arang cangkang diolah menjadi blanket, karbon hitam
kelapa sawit, limbah industri lainnya (N330), arang cangkang kelapa sawit
yang juga cukup potensial dimanfaatkan dari PT. Deorub Global Industry, abu
adalah abu sisa pembakaran bahan briket batubara, asam stearat, parafin

2
Afrizal Vachlepi KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA
Didin Suwardin DAN ARANG CANGKANG SAWIT

(lilin), ionol, DPG, belerang dan bahan


untuk pengujian mutu produk karet
(vulkanisat) di laboratorium.

Peralatan
Peralatan yang digunakan berupa
timbangan analitik, timbangan duduk,
gilingan terbuka (open mill), saringan
ukuran ASTM No.300 mesh dan ASTM
No.400 mesh, oven, kuas, mesin giling
Brabender, mesin creper, dan
Rheometer.

Metode
Kegiatan penelitian ini dilakukan
dalam beberapa tahap, yaitu 1)
pembuatan blanket kering sebagai
bahan baku pembuatan kompon, 2)
penyiapan bahan pengisi alternatif, dan Gambar 1. Diagram alir pembuatan blanket
3) pembuatan kompon karet. Parameter kering
yang diamati meliputi mutu teknis karet
alam (Po, indeks ketahanan Tahap 2. Penyiapan bahan pengisi
plastisitas/PRI, dan viskositas Mooney), alternatif
karakteristik vulkanisasi (S’maksimum, Bahan pengisi alternatif untuk
S’minimum, S’maks-S’min dan waktu substitusi karbon hitam yang digunakan
pemasakan optimum) dan sifat fisik pada penelitian ini terdiri dari dua jenis
vulkanisat terdiri atas kekerasan, yaitu arang cangkang kelapa sawit dan
tagangan putus, perpanjangan putus, abu briket batubara. Untuk arang
bobot jenis, ketahanan abrasi, uji cangkang kelapa sawit terlebih dahulu
pampatan, dan ketahan sobek. Data digiling menggunakan mesin penggiling
yang dihasilkan dari hasil pengujian merek Brabender sampai menjadi halus.
dianalisa secara deskriptif. Sedangkan
untuk mutu teknis karet akan
dibandingkan dengan SNI No.1903-2011
tentang Standard Indonesian Rubber
(SIR) untuk jenis mutu SIR 20.

Tahap 1. Pembuatan blanket kering


Jenis karet alam yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan kompon
adalah blanket kering. Bahan baku
blanket kering ini dibuat dari lum
mangkok yang menggumpal secara
alami dari kebun riset Balai Penelitian
Sembawa sebanyak 20 kg. Lum
mangkok ini selanjutnya digiling
menggunakan mesin creper menjadi
blanket dan dikeringkan dalam oven
bersuhu sekitar 110 °C sampai kering
(3-4 jam). Diagram alir pembuatan Gambar 2. Diagram alir penyiapan bahan
blanket kering dapat dilihat pada Gambar pengisi alternatif untuk kompon
1. karet

3
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 1-9

Untuk mendapatkan bahan pengisi


yang seragam, kedua bahan pengisi
disaring menggunakan saringan ASTM
No. 300 mesh dan ASTM No. 400 mesh
sehingga mendapatkan bahan pengisi
berdiamater kurang dari 30 µm.
Penyaringan ini dilakukan untuk
mendapatkan bahan pengisi yang
memiliki diameter partikel menyerupai
karbon hitam. Diagram alir penyiapan
limbah industri menjadi bahan pengisi
disajikan pada Gambar 2.

Tabel 1. Formula kompon perlakuan sesuai


dengan jenis bahan pengisi.
Kompon A Kompon B
Bahan-bahan
(phr) (phr)
Karet (blanket
100 100
kering)
Karbon hitam 20 20
Abu briket 20 -
Arang Gambar 3. Diagram alir pembuatan
- 20
cangkang sawit
kompon karet alam
Asam stearat 3,5 3,5
Parafin (lilin) 5 5
Ionol 1 1
DPG 0,5 0,5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Belerang 2,5 2,5
Keterangan : phr = per hundred rubber Mutu teknis karet alam
Bahan baku karet mentah yang
Tahap 3. Pembuatan kompon karet digunakan dalam pembuatan kompon ini
Proses awal pembuatan kompon dianalisa untuk mengetahui mutu
karet yaitu penimbangan semua bahan teknisnya. Dari hasil analisa diketahui
berdasarkan formula perlakuan yang bahwa mutu bahan baku pembuatan
sudah disusun (Tabel 1). Sebelum kompon karet berupa blanket kering
pencampuran dengan bahan lain, karet memenuhi persyaratan mutu karet eskpor
alam (blanket kering) terlebih dahulu dengan spesifikasi teknis SIR 20
dimastikasi selama 30 menit (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa
menggunakan gilingan roll terbuka. bahan baku karet yang digunakan sebagai
Mastikasi adalah proses pelunakan bahan baku utama kompon memiliki
(plastisasi) elastomer, sebagai langkah kualitas yang baik.
persiapan bagi proses pencampuran Nilai plastisitas awal (Po) blanket
dengan tujuan agar bahan kimia yang karet yang digunakan sebesar 43 dan nilai
ditambahkan dapat tercampur merata PRI 86. Nilai indeks ketahanan plastisitas
(Alam, 2008). Setelah karet alam lunak, (plasticity rentention index/PRI) yang
bahan pendukung ditambahkan secara tinggi menunjukkan bahwa karet mentah
bertahap sampai kompon menjadi tahan terhadap degradasi oleh oksidasi
homogen. Jumlah bahan pengisi yang pada suhu tinggi. Sedangkan nilai
ditambahkan sesuai dengan perlakuan. viskositas Mooney blanket sebesar 88.
Diagram alir pembuatan kompon karet Parameter viskositas Mooney
alam ditampilkan pada Gambar 3. memberikan gambaran pajang rantai
molekul dari karet. Nilai viskositas
mooney yang tinggi ini bisa disebabkan
rantai molekul karet alam telah
mengalami percabangan dan
membentuk jaringan tiga dimensi

4
Afrizal Vachlepi KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA
Didin Suwardin DAN ARANG CANGKANG SAWIT

(Suparto et al, 2009). Nilai viskositas ini


memegang peranan penting dalam 2
proses pencampuran karet terutama
proses mastikasi pada pembuatan 1,5
kompon karet. 1

Kg-cm
Tabel 2. Mutu teknis sampel karet mentah 0,5
untuk pembuatan kompon.
0
Karet SNI SIR Modulus Modulus Modulus
Parameter Satuan torsi (S’) torsi (S’) torsi S’maks
mentah 20*)
maksimum minimum – S’min
Plastisitas
awal (Po), - 43 30 Karakteristik Vulkanisasi Kompon
min Kompon A Kompon B
Plasticity
retention
% 86 40 Gambar 4. Karakteristik vulkanisasi masing-
index
(PRI), min masing kompon.
Viskositas
- 88 -
Mooney Sedangkan waktu matang optimum
*) Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2011) (t90) menunjukkan waktu yang diperlukan
untuk mencapai tingkat kematangan
Karakteristik vulkanisasi kompon karet 90%, semakin cepat semakin baik
Proses vulkanisasi kompon karet selama waktu pravulkanisasi cukup
merupakan suatu reaksi kimiawi yang proporsional (Alam dan Honggokusumo,
bersifat tidak dapat balik (irreversible) 1998).
melalui pembentukan ikatan silang oleh
bahan pemvulkanisasi pada rantai Tabel 3. Waktu pemasakan optimum
molekul karet. Hasil pengujian Karakteristik Kompon Kompon
karakteristik vulkanisasi memberikan Satuan
vulkanisasi A B
informasi tentang derajat/tingkat Waktu
vulkanisasi kompon karet (Cifriadi, 2013). menit :
pemasakan 22:41 23:09
detik
Hasil analisa karakteristik vulkanisasi optimum (t90)
kompon karet dari kedua kompon
disajikan pada Gambar 4 dan waktu Waktu pemasakan optimum yang
pemasakan optimum ditampilkan pada paling cepat adalah kompon A selama
Tabel 3. Secara umum, nilai parameter 22 menit 41 detik. Dengan demikian
karakteristik vulkanisasi kompon B yang berarti waktu vulkanisasi sampai kompon
menggunakan bahan pengisi berupa menjadi masak optimum kompon A lebih
arang cangkang kelapa sawit dan karbon cepat dibandingkan kompon B yang
lebih tinggi dibandingkan kompon A (abu memerlukan waktu sekitar 23 menit 9
briket batubara dan karbon hitam) detik. Waktu vulkanisasi yang lebih cepat
(Gambar 4). ini sangat diperlukan untuk proses
Modulus torsi kompon B yang produksi yang banyak (massal)
menggunakan bahan pengisi arang kaitannya dengan efisiensi waktu dan
cangkang kelapa sawit dan karbon hitam penggunaan energi. Kompon A dengan
secara umum lebih besar dibandingkan bahan pengisi berupa abu briket
kompon A dengan bahan pengisi abu batubara mempunyai waktu masak yang
briket batubara dan karbon hitam. Nilai cepat sehingga lebih efisien apabila akan
modulus torsi kompon A dan kompon B diproduksi secara masal.
berturut-turut 1,31 kg-cm dan 1,42 kg-
cm. Modulus torsi memberikan informasi
tingkat kerapatan ikatan silang yang
terbentuk selama proses vulkanisasi
berlangsung.

5
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 1-9

Tabel 4. Sifat fisik vulkanisat kedua kompon karet .


Sifat fisik Satuan Kompon A Kompon B Metode uji
vulkanisat
Kekerasan
shore A 47 43 D.2240-05
Tegangan
putus kg/cm2 119 134 D.412-06ae2
Perpanjangan
putus % 620 710 D.412-06ae2
Bobot jenis
gr/cm3 1,076 1,143 D.297-02
Ketahanan
kikis mm3/kg 485,1 429,0 D.5963-04
Uji pampatan
25%, RT, 72 % - 24,28 D.395-03
jam
Ketahanan
sobek kN/m 21,1 18,6 D.624-00

Sifat fisik vulkanisat kompon karet kompon A dan kompon B berturut-turut


Hasil analisa sifat fisik vulkanisat 620% dan 710%. Bahan pengisi abu
kedua kompon ditampilkan pada Tabel 4. terbang batubara menghasilkan
Dari hasil analisa diketahui bahwa vulkanisat dengan nilai perpanjangan
kompon A mempunyai nilai kekerasan putus sekitar 610-645% (Handani, 2003).
lebih tinggi dibandingkan kompon B Nilai perpanjangan putus kompon A yang
(Tabel 4). Besarnya nilai kekerasan rendah ini diduga karena adanya
vulkanisat kompon A ini diduga karena senyawa-senyawa pada abu briket
adanya kandungan silika yang terdapat batubara yang tidak memberikan efek
pada bahan pengisi abu briket batubara. penguatan (reinforcement) pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan vulkanisat karet alam. Senyawa ini
Arifin (2009) diketahui kandungan silika berupa CaO, MgO, Fe2O3, Al2O3, Na2O,
(SiO2) pada abu batubara sekitar dan K2O yang mencapai 56,82% dari
43,18%. Kemampuan silika sebagai total abu briket batubara (Arifin, 2009).
bahan pengisi kompon karet alam Berbeda dengan kompon B,
hampir sama seperti karbon hitam. Hasil besarnya nilai perpanjangan putus pada
penelitian Rattanasom et al (2009) kompon berpengisi karbon hitam dan
menyatakan bahwa karbon hitam dan arang cangkang kelapa sawit ini diduga
silika adalah bahan pengisi bersifat karena jumlah persentase bahan pengisi
penguat yang digunakan untuk yang bersifat penguat lebih besar. Budi
meningkatkan sifat mekanis berbagai (2011) menyatakan bahwa komposisi
karet alam. Nilai kekerasan vulkanisat terbesar dari tempurung/cangkang
karet alam sangat dipengaruhi jenis kelapa adalah karbon. Komposisi karbon
bahan pengisi yang digunakan pada pada bahan ini mencapai 74,3% sisa
kompon karet alam. Pengujian berupa unsur O, Si, K, S, dan P. Dengan
parameter ini dilakukan untuk adanya kandungan karbon pada arang
mengetahui besarnya kekerasan ditambah dengan penggunaan karbon
vulkanisat karet. hitam, maka jumlah karbon hitam pada
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat kompon B menjadi lebih banyak
bahwa vulkanisat kompon B dengan sehingga meningkatkan nilai
bahan pengisi kombinasi antara arang perpanjangan putus. Karbon hitam
cangkang kelapa sawit dan karbon hitam termasuk bahan pengisi yang bersifat
memiliki perpanjangan putus yang lebih penguat (Rattanasom et al, 2009).
baik dibandingkan abu briket batubara Besarnya nilai perpanjangan putus
(kompon A). Perpanjangan putus vulkanisat kompon B ini juga

6
Afrizal Vachlepi KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA
Didin Suwardin DAN ARANG CANGKANG SAWIT

mengindikasikan bahwa kompon karet kekuatan pada pada vulkanisat karet (Li
dengan bahan pengisi arang cangkang et al, 2008) dan sifat mekanis yang lebih
kelapa sawit lebih elastis lebih baik (Rattanasom et al, 2009).
dibandingkan abu batubara. Elastisitas Ketahanan sobek adalah besarnya
yang lebih baik ini menunjukkan bahwa tenaga yang dibutuhkan untuk menarik
kompon karet tersebut mempunyai vulkanisat karet alam sampai putus
ikatan silang yang lebih banyak. Nuyah (Basseri, 2008). Dengan demikian berarti
(2011) menyatakan bahwa perpanjangan semakin besar nilai ketahanan sobek
putus adalah pertambahan panjang maka semakin besar tenaga yang
suatu potongan uji bila diregangkan dibutuhkan untuk menarik karet alam
dengan persentase dari panjang hingga putus. Hal ini mengindikasikan
potongan uji sebelum diregangkan. bahwa kompon yang menggunakan
Perpanjangan putus merupakan salah bahan pengisi arang cangkang kelapa
satu sifat fisika barang jadi karet, untuk sawit memiliki ketahanan yang lebih baik
mengetahui sifat elastisitas dari produk dibandingkan abu briket batubara.
karet.
Bobot jenis atau densitas vulkanisat Tabel 5. Persyaratan mutu sol sepatu dari
karet kompon B (1,143 gr/cm3) lebih karet.
tinggi dibandingkan kompon A (1,076 Jenis uji Satuan Syarat Sumber
gr/cm3). Nilai bobot jenis yang besar min. BSN
Tegangan putus kg/cm2
menunjukkan vulkanisat kompon B 150 (1987)
memiliki tekstur yang lebih padat Perpanjangan min. BSN
-
dibandingkan kompon A. Tetapi untuk putus 200% (1987)
produk tertentu yang memerlukan bobot shore 70 – BSN
Kekerasan
yang ringan, bahan pengisi alternatif A 75 (1987)
Perpanjangan maks. BSN
yang berasal dari abu briket batubara -
tetap 10% (1987)
lebih tepat digunakan. Ketahanan BSN
Hasil uji ketahanan abrasi diperoleh N/mm min. 5
sobek (2009)
informasi bahwa vulkanisat kompon B maks. BSN
dengan bahan pengisi arang cangkang Bobot jenis gr/cm3
1,300 (2009)
kelapa sawit lebih tahan terhadap abrasi maks. BSN
Ketahanan kikis mm3
dibandingkan kompon. Hal ini dapat 250 (2009)
dilihat dari nilai ketahanan kikis kompon Sumber : BSN (1987 dan 2009)
B sebesar 429,0 mm3/kg lebih rendah
dari kompon A yang sebesar 485,1 Berdasarkan Tabel 4 diketahui
mm3/kg. Data ini memberikan gambaran bahwa perpanjangan putus, ketahanan
bahwa kombinasi bahan pengisi arang sobek dan bobot jenis kedua kompon
cangkang kelapa sawit dengan karbon memenuhi persyaratan mutu SNI
hitam dapat menjadi pilihan untuk No.0111-2009 (Tabel 5) untuk diolah
memproduksi barang jadi karet yang menjadi sol sepatu karet. Tetapi untuk
tahan abrasi seperti sol sepatu. kekerasan, tegangan putus, dan
Sama seperti ketahanan abrasi, nilai ketahanan kikis kedua kompon masih
ketahanan sobek kompon B juga lebih belum memenuhi standar mutu yang
rendah dibandingkan kompon A. Nilai dipersyaratkan. Untuk memenuhi
ketahanan sobek kompon A dan dan persyaratan mutu yang belum sesuai
kompon B berturut-turut 21,1 kN/m dan dapat dilakukan dengan merekayasa
18,6 kN/m. Tingginya ketahanan sobek komposisi dan formulasi masing-masing
kompon A yang menggunakan bahan bahan kimia dalam pembuatan kompon
pengisi abu briket batubara dan karbon karet.
ini diduga terjadi karena kandungan Demikian juga untuk memproduksi
siilika yang terkandung dalam abu briket barang jadi karet tertentu yang
batubara. Bahan pengisi karbon hitam memerlukan persyaratan mutu tersendiri.
dan silika termasuk dalam bahan pengisi Cifriadi dan Falaah (2013) menyatakan
bersifat penguat dan akan memberikan bahwa dalam pembuatan barang jadi

7
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 1-9

karet alam terdapat beberapa faktor ADS. Jurnal Penelitian Karet


yang mempengaruhi sifat fisiknya, Volume 16 Nomor 1-3 : 1- 21.
diantaranya viskositas karet alam, sistem Alam, L.A. (2008). Mastikasi dan Dasar
vulkanisasi dan bahan kimia kompon. Proses Pencampuran. Makalah
Bahan kimia ini mempunyai fungsi Kursus Teknologi Barang Jadi
spesifik dan berpengaruh pada sifat fisik, Karet. Pusat Penelitian Karet,
karakteristik pengolahan dan harga dari Balai Penelitian Teknologi Karet
kompon karet yang dihasilkan. Bogor : 61-62.
Penggunaan bahan pengisi yang Alfa, A.A. (2008). Bahan Kimia Untuk
memiliki harga murah akan berdampak Kompon Karet. Makalah kursus
pada rendahnya harga jual kompon teknologi barang jadi karet. Pusat
karet. Penelitian Karet, Balai Penelitian
Teknologi Karet Bogor : 19-23.
KESIMPULAN Arifin, B. (2009). Penggunaan Abu
Batubara PLTU Mpanau Sebagai
Bahan pengisi alternatif arang Bahan Stabilisasi Tanah Lempuing.
cangkang kelapa sawit (kompon B) Smartek Vol.7 No.4 : 219-228.
mampu menghasilkan vulkanisat dengan Badan Standarisasi Nasional. (1987).
sifat fisik yang lebih baik dibandingkan SNI No.12-0111-1987 : Sepatu
abu briket batubara (Kompon A). Pengaman dari Kulit dengan Sol
Kompon B dengan kombinasi 20 phr Cetak Vulkanisasi. Jakarta.
arang cangkang kelapa sawit dan 20 phr Badan Standarisasi Nasional. (2009).
karbon hitam menghasilkan vulkanisat SNI No.0111-2009 : Sepatu
dengan tegangan putus sekitar 134 Pengaman dari Kulit dengan Sol
kg/cm2, perpanjangan putus 710%, bobot Cetak Vulkanisasi. Jakarta.
jenis 1,143 gr/cm3 dan ketahanan kikis Badan Standarisasi Nasional. (2011).
sebesar 429 mm3/kg. Vulkanisat karet Standar Nasional Indonesia (SNI)
kompon A mempunyai nilai kekerasan No. 1903 : 2011 : Karet Spesifikasi
(47 Shore A) dan ketahanan sobek (21,1 Teknis. ICS 83.080.20. Jakarta.
kN/m) yang lebih besar serta waktu Basseri, A. (2008). Pedoman Praktek
masak optimum yang lebih cepat dari Pengujian Fisika Karet Alam.
arang cangkang kelapa sawit. Makalah Kursus Teknologi Barang
Untuk memproduksi barang jadi Jadi Karet. Pusat Penelitian Karet.
karet dengan spesifikasi mutu tertentu, Budi, E. (2011). Tinjauan Proses
disarankan untuk mengkaji kembali Pembentukan dan Penggunaan
komposisi dan formulasi penggunaan Arang Tempurung Kelapa Sabagai
bahan pengisi alternatif sesuai dengan Bahan Bakar. Jurnal Penelitian
syarat mutu yang diperlukan. Sains Vol.14 No.4 : 25-28.
Cifriadi, A. (2013). Penggunaan Lindi
UCAPAN TERIMAKASIH Hitam Sebagai Bahan Pelunak
Dalam Kompon Karet Alam. Jurnal
Pada kesempatan ini penulis Penelitian Karet. Volume 31,
mengucapkan terima kasih kepada Nomor 1 : 20-29.
Pusat Penelitian Karet yang sudah Cifriadi, A., dan Falaah, A.F. (2013).
memberikan pendanaan dalam Studi Kinetika Vulkanisasi Belerang
pelaksanaan penelitian ini. pada Kompon Karet Alam Tanpa
Bahan Pengisi. Jurnal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Karet. Volume 31, Nomor 2 : 159-
167.
Alam, L.A., dan Honggokusumo, S. Falaah, A.F., Cifriadi, A., dan
(1998). Pengeringan Karet Maspanger, D.R. (2013).
Konvensional Dengan Bahan Pemanfaatan Hasil Pirolisis Limbah
Bakar Briket Batubara. 3. Ban Bekas Sebagai Bahan
Karakteristik Vulkanisat dan Sifat Pelunak untuk Pembuatan Barang
Fisik Vulkanisat RSS, Krep, dan

8
Afrizal Vachlepi KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA
Didin Suwardin DAN ARANG CANGKANG SAWIT

Jadi Karet. Jurnal Penelitian Karet,


31 (2) : 149 – 158.
Handani, S. S. (2003). Studi
Pendahuluan Pemanfaatan Abu
Terbang (Fly Ash) Batubara
Sebagai Bahan Pengisi Barang
Jadi Karet. Skripsi pada Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Lestiani, D. D., Muhayatun, dan
Adventini, N. (2010). Karakteristik
Unsur Pada Abu Dasar dan Abu
Terbang Batubara Menggunakan
Analisis Aktivasi Neutron
Instrumental. Jurnal Sains dan
Teknologi Nuklir Indonesia, Vol. XI
No.1 : 27-33.
Li, Z. H., Chang, J., dan Chen, S.J.
(2008). Effects of Carbon Blacks
With Various Structures on
Vulcanization and Reinforcement
of Filled Etyhlene-Propylene-Diene
Rubber. Express Polymer Letters
Vol.2 No.8: 695-704.
Munir, S. (2010). Penggunaan Bahan
Pengisi Abu Terbang Dalam
Industri Karet Alam. Prosiding
SNAPP 2010 edisi Eksakta : 49-53.
ISSN : 2089-3582.
Nuyah. (2011). Pengaruh Penggunaan
SBR dan NR terhadap Sifat Fisika
Kompon Karet Packing Cap
Radiator. Jurnal Dinamika
Penelitian Industri Vol.22 No.1 : 53-
58.
Rattanasom, N., Prasertsri, S., dan
Ruangritnumchai, T. (2009).
Comparison of The Mechanical
Properties at Silimar Hardness
Level of Natural Rubber Filled With
Various Reinforcing Fillers.
Polymers Testing 28 : 8-12.
www.elsevier.com.
Suparto, D., Syamsu, Y., Cipriadi, A.,
dan Honggokusumo, S. (2009).
Sifat Teknis Karet Remah dengan
Viskositas Mooney dan Kadar Gel
Rendah. Prosiding Lokakarya
Pemuliaan Tanaman Karet 2009.
Pusat Penelitian Karet.

Anda mungkin juga menyukai