Resume Jurnal Tugas PTP
Resume Jurnal Tugas PTP
NPM : 200110170068
KELAS :D
MATKUL : PRODUKSI TERNAK PERAH
system perbibitan ternak nasional, yaitu perbibitan, bibit ternak, dan benih.
ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan tertentu
untuk dikembangbiakan.
Benih adalah pemuliaan ternak yang berupa semen, sel, telur tetas dan
embrio.
genetic sapi perah untuk melestarikan sapi perah tersebut. Hasil perbibitan dari sapi
perah tentunya akan mengahsilkan bibit sapi perah. Bibit sapi perah adalah
semuasapi perah hasil pemuliaan ternak yang emmenuhi persyaratan tertentu untuk
dikembangbiakan (Peraturan Menteri Pertanian Nomor
memenuhi syarat dan berkualitas harus melalui bebrapa tahap agar menghasilkan
bibit sapi perah yang berkualitas baik. Tahapan yang dimaksud adalah seperti
peternak, baik itu dengan mensuplai semen beku atau mensuplai embrio beku.
Namun, yang paling efektif yang dijalankan oleh para peternak adalah dengan
introdusir semen beku dengan inseminasi buatan. Ada beberapa unit pelaksana
teknis (UPT) pemerintah pusat yang menangani perbenihan (semen dan embrio
beku) dan perbibitan ternak, yaitu perbenihan ada abalai besar inseminasi buatan
semen beku, serta balai embrio transfer (BET) Cipelang yang memproduksi embrio
beku, dan untuk perbibitan sapi perah ada BBPTU sapi perah yang memproduksi
Jika total populasi sapi perah sebanyak 376.534 ribu ekor tahun 2009, dan
semen beku sebanyak 237.157 dosis dan 497.009 dosis bila dsatukan mencapai
(rata-rata keberhasilan sampai betina sapi perah itu bunting) adalah 2 (Utami, Sri,
dkk., 2004 dan Nababan, 2008). Maka semen yang diintrodusir ke betina akan
menghasilkan jumlah betina bunting 451.840 ekor. Hasil riset menunjukan tingkat
kegagalan kelahiran pada sapi adalah 10-15 %, maka pedet yang dihasilkan
sebanyak 380.064 ekor. Jika, rasio kelahiran pedet jantan dan betina adalah 50;50,
maka pedet betina yang akan dihasilkan sebanyak 192.032 ekor sebagai ternak
data Direktorat Jendral Peternakan (2009) menunjukan bahwa populasi sapi perah
sekitar 350-370 ribu ekor, padahal apabila dilihat angka produksi semen beku yang
dihasilkan 2 balai seharusnya rata-rata populasi sapi meningkat 190 ribu ekor/tahun.
Kondisi tersebut harus dilakukan penelitian lebih lanjut tingkat kegagalan kelahiran
sapi perah bukan hanya dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus oleh pelakunya
Replacement stock , melakukan impor bibit sapi perah. Bagi para peternak dijawa
barat cenderung tidak memelihara pedet betina untuk Replacement stock dan tidak
produksi susu sapi perah, usaha perbibitan mempunayi nilai finansial. Hal tersebit
bisa digambarkan jika usaha perbibitan pedet betina sapi perah 4 ekor dengan
pemeliharaan 3 ekor sapi laktasi. Hasilnya, sapi perah laktasi selama 18 bulan
sebanyak ekor pedet betina selama pemeliharaan 18 bulan diharpkan bobot dara
mencapai 300 kg dan dapat bunting pada umur 15-16 buan sehingga ketika dijual
umur 20 bulan telah bunting sekitar 4-5 bulan. Jadi, sebenarnya peternak bisa
hasil dari penjualan susu dan pedet jantan, dan akan mendapatkan juga income dari
penjualan dara bunting yang dipelihara sejak pedet (Firman, dkk. 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Firman, Achmad. 2010. Agribisnsi Sapi Perah : Dari Hulu Sampai Hilir. Draft
Nababan, Randy Leonardus. 2008. Usaha Pemeliharaan Sapi Perah di PT. Taurus
Sri Utami, Siswandi Dan Abungamar Yahya. 2004. Lecture Note Manajemen
Purwokerto
EVALUASI PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH
SINARJAYA )
reproduksi sapi perah FH pada berbagai periode laktasi dalam suatu manajemen
2.255 ekor sapi FH, dengan jumlah sapi induk 1.500 ekor (Anonimous, 2008).
betina produktif dengan meliputi catatan masa kosong, selang beranak, dan juga
catatan perkawinaan tiap individu induk pada berbagai periode laktasi. Penelitian
metode penelitan sensus terhadap induk yang telah beranak 2 kali.pemilihan sample
dan pengumpulan data dilakukan menurut metode sampling. Metode sampling yang
yang diambil adalah bahwa individu induk yang dapat diambil sebagai sampel
adalah seluruh induk yang memiliki catatan reproduksi lengkap dari 2 kejaidan
beranak berturut-turut.
selang beranak (Calving Interval) yang dihitung dari jarak waktu antara dua
kejadian beranak yang berurutan, dan satuan yang digunakan adalah hari. Hasil
analisis adata dari catatan 2 kejadian beranak yang berurutan selama 2003-2005
menunjukan bahwa sapi FH betina yang dijadikan sampel memiliki selang beranak
310-557 hari dengan mode 398 ± 42,15 hari atau 31,1 bulan dan untuk selang
beranak yang ideal adalah 12-14 bulan dan selang beranak di KUD Sinarjaya
Masa kosong kandang (Days Open) yang dihitung dari tanggal beranak
yang digunakan adalah hari. Masa kosong kandang di KUD Sinarjaya adalah 37-
267 hari. Subandrio dan sitorus (1979) menyatakan bahwa masa kosong sapi perah
FH didaerah tropis berkisar antara 91-164 hari. Masa kosong kandang disebabkan
oleh keputusan peternak yang terlalu dini mengawinkan sapi betinanya setelah sapi
dilakukan sesegera mungkin setelah sapi betina beranak, pada beberapa kondisi
mengawinkan sapi betina pada saat birahi pertama setelah beranak dapat
perkawinan yang telah dilakukan untuk menghasilkan suatu kebuntingan dari setiap
individu. Menurut Ball And Peters (2004) menyatakan bahwa rata-rata angka
pencapaian jumlah kawin perkebuntingan yang dianggap normal adalah 1,6-2,0 kali
atau idealnya seekor sapi betina harus mengalami kebuntingan setelah menjalani 1-
2 kali proses perkawinan. Apabila perkawinan lebih dari 3 kali maka adanya
gangguan reproduksi.
jarak waktu sejak sapi beranak hingga dikawinkan kembali untuk pertama kalinya
setelah beranak. Data dari Sinarjaya selama 2003-2005 terhadap 197 ekor induk
menunjukan rata-rata mulai dikawinkan dengan interval 32-188 hari. Menurut Ball
And Peters 2004) menyatakan bahwa untuk menghindari gangguan reproduksi dan
mendapatkan angka konsepsi yang tinggi, maka sebaiknya sapi betina mulai
DAFTAR PUSTAKA
Anonious, 2005. Catatan Reproduksi Sapi Perah FH. Tatat Usaha KUD Sinarjaya
. Ujungberung, Bandung.
Ball, P.J., and Peters, A.R., 2004. Reprodction in Cattle. 3nd ed. Blackwell Science,
Inc.
Subandrio Dan P. Sitorus., 1979. Performans Turunan Pertama Hasil IB Mani Beku
Pertanian.