Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan dan Pertumbuhan ​Crocidolomia pavonana

MARIAH SALSABILLA 150510170165

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR
2018

I. Pendahuluan

Perkembangan serangga juga dipengaruhi secara langsung ​(direct) ataupun tidak langsung
(indirect)​oleh faktor abiotik. Faktor abiotik meliputi temperatur, kelembaban, cahaya dan beberapa
parameter fisik-kimia. Walapun secara terpisah terkait pembahasan Apabila kita membahas perubahan
cuaca dapat diartikan yaitu keadaan atmosfer di suatu tempat atau daerah selama waktu tertentu
(menit, jam, hari, bulan, musim, dan seterusnya)” dimana perubahan tersebut memberikan pengaruh
terhadap kelimpahan, rata-rata pertumbuhan dan lama hidup serangga. Selain itu, pengertian dari
iklim adalah “rata-rata keadaan atmosfer di suatu tempat atau daerah selama kurun waktu tertentu
(beberapa kurun waktu/tahun)

Serangga adalah organisme yang bersifat poikilothermal dimana suhu tubuh serangga banyak
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungannya. Serangga memiliki siklus hidup yang berbeda-beda
tergantung tipe metamorfosisnya. Adapun siklus hidup ​C. pavonana ​adalah sebagai berikut

Stadia telur

Telur ​C. pavonana b​ erwarna hijau terang dan biasanya diletakkan secara berkelompok dibagian
bawah daun kubis. Sebelum kelompok telur menetas, warna berubah dari hijau menjadi menguning,
kecoklatan dan coklat kehitaman. Jumlah tiap kelompok sekitar 11 - 18, dan setiap kelompok berisi
sekitar 30 - 80 butir telur. Telur berbentuk pipih dan menyerupai genteng rumah, berwarna jernih.
Diameter telur berkisar antara 1-2 mm. Stadium telur berlangsung selama 3 hari. Ukuran dari setiap
kelompok telur adalah sekitar 1.0 X 2.0 mm sampai 3.5 X 6.0 mm dengan rata-rata sekitar 2.6 x
4.3 mm. Periode inkubasi telur sekitar ± 4 hari ( 3-6 hari) pada suhu 26.0-33.2​0​C dan persentase telur
yang mentas sekitar 92.4% (69.2-100%) (Othman, 1982)

Gambar 1. Kelompok telur ​C. binotalis

Stadia Larva

Larva yang baru menetas bersifat gregarius dengan kepala berwarna hitama dan warna tubuh hijau
serta memiliki spot-spot hitam. Pada punggungnya ada 3 baris putih kekuning-kuningan dan dua garis
di samping, kepalanya berwarna hitam. Panjang ulat sekitar 18 mm. Punggungnya ada garis berwarna
hijau muda. Sisi kiri dan kanan punggung warnanya lebih tua dan ada rambut dari kitin yang
warnanya hitam. Bagian sisi perut berwarna kuning. Ada juga yang warnanya kuning disertai rambut
hijau. Larva yang sudah optimum berkembang memiliki ukuran panjang 15-21 mm. Terdapat lima
instar larva yaitu instar 1 (kisaran 2-4 hari), instar 2 berumur 2.4 hari (kisaran 1-3 days), instar 3
berumur 2 hari (kisaran 1-3 hari), instar 4 berumur 2.3 hari (kisaran 1-5 hari) and instar 5 berumur
4.7 hari (kisaran 3-7 days. Jadi total umur larva sekitar 14 hari (kisaran 11-17 hari) pada temperatur
26.0-33.2°C and kelembahan sekitar 54.1-87.8% RH (Othman 1982). Larva yang baru menetas
hidup berkelompok di balik daun. Sesudah 4 - 5 hari, mereka bergerak ke titik tumbuh.

Stadia Pupa

Pupa terletak dalam tanah di dekat pangkal batang inang. Panjang pupa sekitar 8,5 - 10,5 mm,
berwarna hijau pudar dan coklat muda, kemudian berubah menjadi coklat tua seperti tembaga
(Othman 1982).

Stadia Imago

Imago jantan lebih besar dan lebih lebih panjang sedikitdaripada yang betina. Warna sayap muka
krem dengan bercak abu-abu coklat. Ngengat jantan berambut hitam berumbia-rumbia di tepi
masing-masing sayap muka di samping kepala, yang betina kurang rimbun. Lama hidup untuk
ngengat betina sekitar 16 - 24 hari. Daur hidupnya sekitar 22 - 30 hari. Panjang larva dapat mencapai
18 - 25 mm (van den Oever 1973).

II. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan serangga ​C. pavonana


2. Mengetahui perbedaan instar pada larva serangga ​C. pavonana
3. Mengetahui umur setiap instar pada larva serangga ​C. pavonana
4. Memahami perubahan siklus hidup pada larva serangga ​C. pavonana

Bahan dan Metode

Bahan

● Kubis
● Cup plastik
● Tissu
● Label
● Kuas
● Larva ​C. binotalis

Metode

Kegiatan 1

● Metode penelitian yang digunakan yaitu membandingkan percobaan dua perlakuan.


● Perlakuan yang digunakan adalah temperatur pada suhu ruang dan suhu dingin (lemari es).
● Tiap kelompok mengambil 1 kelompok telur dan di simpan di tempat berbeda (Suhu ruang
dan Suhu dingin) dan diamati tiap harinya.
● Setelah menetas, dihitung berapa yang menetas disuhu dingin dan suhu ruang
Kegiatan 2
● Tiap perlakuan menggunakan 5 ekor larva ​C. pavonana dengan masing-masing perlakuan dua
ulangan
● Cup plastik yang telah diisi larva ditutup dan dilubangi tutupnya untuk sirkulasi udara
● Pengamatan dilakukan 2 hari sekali yaitu (1) penggantian pakan, pakan ditimbang dulu
sebelum dan sesudah, dicatat (2) larva diukur panjangnya setiap pengamatan, dan diamati
perkembangannya

III. Hasil dan Pembahasan

Tabel pengamatan

al pengamatan n (cm) Keterangan

uang ingin

18

18 ri enam larva mati

18

18 ulai membentuk pupa

18

Pada praktikum ini sebelum menjadi larva, telur-telur ulat ini sudah diberi perlakuan yang berbeda.
Pada tanggal 14 mei 2018, telur-telur tersebut di letakkan pada dua cawan petri yang satu
diletakkan pada suhu ruang dan yang satu lagi diletakkan pada suhu dingin. Pada tanggal 23
mei 2018 telur-telur tersebut telah menetas dan kemungkinan larva instar 1.

Gambar : larva instar 2

Pada tanggal 25 mei 2018, dilakukan pengamatan pada larva tersebut. Larva pada suhu ruang
mengalami pertambahan panjang dan sudah memasuki instar ke 2, dan ada yang sudah
mamsuki instar ke 3 yang ditandai dengan larva aktif bergerak dan aktif makan, mulai
menyerang kubis. Disekitar tubuhnya menumpuk kotoran larva yang berwarna hijau muda.

Gambar : larva instar ke 3


Kemudian pengamatan selanjutnya dilakukan pada tanggal 28 mei 2018, larva bertambah panjang dari
sebelumnya menjadi 2 cm. larva mamasuki instar ke4 ditandai dengan gerakan larva
melambat.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada tanggal 31 mei 2018, larva mulai proses menuju kepompong
dan sudah tidak aktif bergerak.

Gambar: larva sudah menjadi kepompong

Pada pengamatan yang dilakukan pada tanggal 8 juni 2018, larva-larva tersebut mati dikarenakan
lamanya durasi pengamatan yang seharusnya dilakukan 2 hari sekali sehingga pakan larva
tidak diganti menyebabkan sisa makanan yang tidak dimakan menjdi busuk dan
mempengaruhi perkembangan larva.

Gambar : sisa makanan yang membusuk

Jika dibandingkan dengan larva yang disimpan pada suhu dingin, larva pasa suhu dingin mengalami
perkembangan yang lambat. Pada tanggal 23 mei 2018 dilakukan pengukuran dan didapat
hasil panjang larva pada suhu dingin lebih pendek dari pada larva suhu ruang. Larva akan
tumbuh baik pada suhu optimum yaitu 26.0-33.2°C (Othman 1982). Pada hari selajutnya
tidak dilakukan pangamatan untuk larva pada suhu dingin dikarenakan keterbatasan waktu.

IV. Kesimpulan

Serangga adalah organisme yang bersifat poikilothermal dimana suhu tubuh serangga banyak
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungannya. Beberapa aktivitas serangga dipengeruhi
oleh suhu.
Pengaruh suhu jelas terlihat pada proses fisiologis serangga. Oleh karena itu, siklus hidup dan
aktivitas serangga dengan normal dangan salah satu factor yang mendukung yaitu suhu
lingkungan serangga tersebut.

V. Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya diperhatikan waktu untuk melakukan pengamatan dengan
jam kerja laboratorium yang dipakai untuk menyimpan larva agar larva benar-benar diamati
perkembangannya. Serta perlunya koordinasi dengan anggota kelompok.

Anda mungkin juga menyukai