PEMBAHASAN
41
42
pergeseran dan mengenai system sensoris, motorik dan perubahan reflex akibat
dari pergeseran serabut saraf.16,17
Pasien dengan spondilolistesis degenerative biasanya pada orang tua dan
muncul dengan nyeri tulang belakang (back pain), radikulopati, klaudikasio
neurogenic atau gabungan beberapa gejala tersebut. Pergeseran tersebut paling
sering terjadi pada L4-L5. Gejala radikuler sering terjadi akibat stenosis resesus
lateralis dan hipertrofi ligamen atau herniasi diskus. Cabang akar saraf L5 sering
terkena dan menyebabkan kelemahan otot ekstensor halluces longus. Penyebab
gejala klaudikasio neurogenic selama pergerakan adalah bersifat multifactorial.
Nyeri berkurang ketika pasien memfleksikan tulang belakang dengan duduk.
Fleksi memperbesar ukuran kanal dengan menegangkan ligamentum flavum,
mengurangi overriding lamina dan pembesaran foramen. Hal tersebut
mengurangi tekanan pada cabang akar saraf, sehingga mengurangi nyeri yang
timbul. 18,19
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, VAS
skala 5, kesadaran compos mentis, GCS 456, kesan gizi normoweight. Hasil
pemeriksaan tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit, reguler, isi
cukup, ekual, pernapasan 22 x/menit, reguler, suhu 360C kesan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, ambulasi mandiri,
gaya berjalan normal gait, postur tegap. Pemeriksaan fisik termasuk ROM dan
MMT dalam batas normal. Saat dilakukan tes provokasi nyeri didapatkan tes
laseque yang positif pada tungkai kaki sebelah kiri.
Pemeriksaan fisik pada spondilolistetis, postur pasien biasanya normal,
bilamana subluksasio yang terjadi bersifat ringan. Dengan subluksasio berat,
terdapat gangguan bentuk postur. Pergerakan tulang belakang berkurang karena
nyeri dan terdapatnya spasme otot. Penyangga badan kadang-kadang
memberikan rasa nyeri pada pasien, dan nyeri umumnya terletak pada bagian
dimana terdapatnya pergeseran/keretakan, kadang nyeri tampak pada beberapa
segmen distal dari level/tingkat dimana lesi mulai timbul. Ketika pasien dalam
posisi telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau
nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi dilakukan secara langsung diatas defek
pada tulang belakang. Nyeri dan kekakuan otot adalah hal yang sering dijumpai.
43
Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar defek dapat sangat mudah
diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki mereka
keatas seperti posisi fetus. Defek dapat diketahui pada posisi tersebut.
Pemeriksaan neurologis terhadap pasien dengan spondilolistesis biasanya
negative. Fungsi berkemih dan defekasi biasanya normal, terkecuali pada pasien
dengan sindrom cauda equine yang berhubungan dengan lesi derajat tinggi.17,18
Foto polos vertebra merupakan modalitas pemeriksaan awal dalam
diagnosis spondilosis atau spondilolistesis. X ray pada pasien dengan
spondilolistesis harus dilakukan pada posisi tegak/berdiri. Film posisi AP,
Lateral dan oblique adalah modalitas standard dan posisi lateral persendian
lumbosacral akan melengkapkan pemeriksaan radiologis. Posisi lateral pada
lumbosacral joints, membuat pasien berada dalam posisi fetal, membantu dalam
mengidentifikasi defek pada pars interartikularis, karena defek lebih terbuka
pada posisi tersebut dibandingkan bila pasien berada dalam posisi berdiri.20
Pada pemeriksaan foto polos vertebra menunjukkan adanya listesis pada
L4-L5 dengan derajat 1 yakni pergeserannya kurang dari 25%.
Pada kasus ini pasien memiliki gangguan impairment berupa nyeri pada
regio vertebra setinggi lumbal 4-5, menjalar hingga paha kiri bagian dalam.
Functional Limitation yang dialami seperti, duduk lama, berdiri lama, dan
44
fisiologis terhadap jaringan karena adanya panas pada jaringan. Dengan efek
panas maka jaringan akan teregang sehingga menimbulkan vasodilatasi dan
sirkulasi darah menjadi lancar. Dengan itu stimulasi nyeri akan terbawa oleh
aliran darah. Dengan demikian maka nyeri dapat berkurang.22
Modalitas terapi fisik lainnya yang digunakan adalah modalitas
Elektrostimulasi TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation), alat ini
dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri kronis. Untuk peletakan
elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai sekarang masih lebih
banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan elektrode harus tetap
berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda
yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor point,
trigger point, titik akupuntur.21
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Back exercise mempunyai
manfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan otot-otot punggung sehingga tubuh
dalam keadaan tegak secara fisiologis. Beck exercise yang dilakukan secara baik
dan benar dalam waktu yang relative lama akan meningkatkan kekuatan otot
secara aktif sehingga disebut stabilisasi aktif. Peningkatan kekuatan otot juga
mempunyai efek peningkatan daya tahan terhadap perubahan gerakan atau
pembebanan secara statis dan dinamis.23
Back exercise juga akan memperbaiki peredaran darah sehingga mengatasi
terjadinya pembengkakan yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi.
Back exercise juga akan mengurangi nyeri melalui mekanisme gerbang control
dan pengurangan nyeri melalui Beta endorphin. Umumnya perbaikan nyeri tidak
terdapat pada keseluruhan latihan dan kemungkinan tidak dapat berperan dalam
pengurangan nyeri pada latihan punggung bawah.23
Prinsip latihan pada pendertita nyeri punggung bawah musculoskeletal.23
a. Memperbaiki postur tubuh, mengurangi hiperlordosis lumbal
b. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
mekanik tulang belakang.
46