T I K Bank Darah
1. Mengetahui Ag. A,B,dan H pada golongan darah ABO
2. Mengetahui perbedaan sifat-sifat Ab.alami dan Ab.imun dalam perbankan darah.
3. Mengetahui pengaruh komplemen dalam reaksi serologi perbankan darah.
4. Memahami reaksi silang.
5. Memahami gol darah Rhesus.
6. Memahami tes anti globulin direk (Coombs test)
7. Mengetahui syarat-syarat donor
8. Mengetahui cara penyimpanan darah.
BAHASAN
PRECURSOR
SUBSTANCE
Gen HH / Hh
H SUBSTANCE
32
Trombosit
Epidermis
Spermatozoa
Sel endotel vaskuler
Sel sinusoid limpa
Sedangkan antigen gol.darah Rhesus hanya terdapat pada eritrosit saja.
Hukum Landsteiner : antibodi terhadap gol. darah (aglutinin) terdapat di dalam plasma
seseorang hanya apabila pada eritrositnya tidak mengandung antigen
yang sesuai.
Berdasarkan hukum tersebut maka :
} 45
b. A2A2, A2O anti-A anti-B A2 10 }
} 3
e. A2B anti-A, anti-B --- A2B 0,5 }
33
Hampir semua orang memiliki genotip HH, sebagian kecil memiliki genotip Hh dan dalam
keadaan yang sangat jarang memiliki genotip hh. Karena gen-H diperlukan untuk mengubah
‘precursor substance‘ menjadi H-substance, maka orang yang memiliki genotip hh tidak dapat
membentuk H-substance yang selanjutnya tidak akan terbentuk Ag-A atau Ag-B walaupun dia
memiliki gen-A atau gen-B normal.
Maka orang tersebut memiliki gol.darah Oh (Bombay) dimana di dalam serumnya mengandung
anti-A dan anti-B dan anti-H. Sedangkan gol.darah O normal serumnya hanya mengandung anti-
A dan anti-B.
Karena adanya anti-H pada gol darah Oh (Bombay), maka golongan ini inkompatibel terhadap
gol. darah O normal, dan dia hanya dapat menerima donor dari gol.darah Oh (Bombay).
Antibodi
Antibodi merupakan fraksi globulin dari protein plasma, terutama terdiri atas gama-globulin,
tetapi dapat juga merupakan alfa atau beta globulin.
Antibodi yang bersangkut paut dalam perbankan darah dibagi menjadi:
1. antibodi yang aktip di dalam salin
2. antibodi yang tidak aktip di dalam salin
34
Komplemen
Komplemen sebagian besar merupakan beta globulin, bersifat termolabil, terdapat dalam
serum segar dan rusak bila dalam penyimpanan.
Sistem komplemen dalam tubuh ada 9 fraksi yang diberi nama C1 sampai C9, jumlah terbanyak
adalah C3 (1500 ug/ml) kemudian C4 (450 ug/ml) sedang fraksi-fraksi yang lain jumlahnya
sedikit.
Pada reaksi Ag-Ab akan terjadi perubahan di dalam molekul antibodi yang menyebabkan
fragmen Fc menjadi aktip untuk mengikat C1 yang selanjutnya mengaktifasi fraksi komplemen
yang lain secara enzimatik.
Reaksi silang mayor ini sangat penting, karena tes ini memeriksa ada tidaknya aglutinin
resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor pada pelaksanaan transfusi.
Sedangkan adanya aglutinin donor yang mungkin dapat mempengaruhi eritrosit resipien
diperiksa dengan reaksi silang minor. Karena aglutinin donor didalam sirkulasi akan sangat
diencerkan oleh plasma resipien, maka reaksi silang minor dianggap kurang penting
dibandingkan dengan reaksi silang mayor.
36
Mother
Group O Rh negative
Macrophage
antigen presenting cell
B cell
Anti-D (IgG)
Placenta
37
Tes antiglobulin ada 2 macam:
1. Tes antiglobulin direk, yaitu mendeteksi adanya eritrosit yang terlekati oleh IgG
2. Tes antiglobulin indirek untuk mendeteksi IgG-anti eritrosit yang beredar bebas di dalam
plasma penderita dengan menggunakan panel eritrosit yang telah diketahui jenis
antigennya.
DONASI DARAH
Dua hal yang perlu diperhatikan pada donasi darah yaitu :
1. Harus tahu pasti bahwa jika donor diambil darahnya tidak akan terjadi sesuatu yang
merugikan dirinya.
2. Donor tidak mengandung penyakit yang dapat menulari resipien.
Persyaratan donor:
Umur : 20 – 60 tahun
Usia dibawah 17 tahun ditolak, karena masih dalam pertumbuhan. Usia diatas 60
tahun ,sebaiknya ditolak kecuali ada ijin dokter keluarga (bila terdapat atero-sklerosis
dapat terjadi CVA ).
Interval: di Indonesia interval antara 2 donasi 3 bulan, di USA minimal 2 bulan. Jika
darah diambil 400 cc,dalam 6-7 hari kadar Hb akan turun dan kembali semula setelah
1 bulan.
Di Indonesia lazimnya pengambilan darah 250–350 cc . Kadar Hb: Pria > 13,5 g/dl, di
Indonesia > 12 g/dl, wanita > 12,5 g/dl , di Indonesia > 11 g/dl
Tekanan darah: Sistole 90 – 180 mmHg, dan diastole 50–100 mmHg.
Nadi dan Suhu: nadi 50–100/menit reguler, dan suhu 37,5 oC
Penyakit: Calon donor ditolak bila,
a. dicurigai hepatitis atau carrier yaitu pernah ikterik, HbsAg (+), anti-HBc
(+), anti HCV (+)
b. dicurigai Lues apabila VDRL (+) 1:4 dan TPHA (+)
c. pernah menderita malaria (Plasmodium malariae dan vivax)
d. homosex dan pecandu narkotik
e. tes penyaring anti HIV (+)
Penyimpanan darah
Eritrosit adalah sel yang hidup dan memerlukan energi untuk mempertahankan
kehidupannya dan fungsinya sebagai pembawa O2 dan melepaskannya kedalam jaringan.
Tujuan utama transfusi darah adalah untuk mempertahankan agar jaringan tubuh penderita
tetap mendapat O2 yang optimal. Oleh karena itu diperlukan cara pengawetan dan penyimpanan
darah yang memenuhi syarat agar tujuan transfusi tersebut dapat tercapai.
38
2. Menyediakan makanan untuk metabolisme sel-sel eritrosit selama dalam
penyimpanan.
Macam ‘anticoagualant preservative solution ‘ adalah :
ACD (Acid Citrate Dextrose) 73 ml + (450 ml + 10%) darah, masa kedaluwarsa 3
minggu.
CPD (Citrate Phosphate Dextrose) 63 ml+(450 ml+10%) darah, masa kedaluwarsa
3 minggu
CPDA-1 (Citrate Phosphate Dextrose Adenine), 63 ml+ (450 ml + 10 %) darah,
masa kedaluwarsa 5 minggu.
Didalam antikoagulan, citrate berperan untuk mengikat ion kalsium guna mencegah
pembekuan darah, sedangkan dextrose digunakan eritrosit agar selalu dapat menghasilkan ATP
melalui metabolisme glikolisis untuk mempertahankan kehidupannya selama dalam
penyimpanan.
Darah yang telah dicampur antikoagulan ini disimpan pada suhu 40 C dengan tujuan:
1. Memperlambat proses glikolisis sehingga dextrose tidak cepat habis
2. Menghambat proliferasi bakteri yang mungkin ikut masuk pada saat pengambilan
darah donor
3. Memperlambat penurunan kadar 2,3-DPG (diphospho glycerate), agar fungsi
transportasi O2 eritrosit tetap baik.
Eritrosit 0 7 14 21
1. Granulosit mulai kehilangan daya fagosit dan baktericid dalam 4 sampai 6 jam dan
dianggap tidak berfungsi setelah 24 jam. Tetapi granulosit tidak kehilangan sifat
antigenik dan dapat mensensitisasi resipien yang menyebabkan reaksi transfusi febris
pada transfusi dibelakang hari.
2. Trombosit akan kehilangan fungsi hemostatiknya dalam 48 jam.
3. Faktor V dan VIII akan kehilangan daya hemostatiknya lebih dari 50% setelah 48
sampai 72 jam.
39
4. Mikroagregat yang merupakan gumpalan terdiri atas trombosit, lekosit, benang fibrin,
‘cold-insoluble globulin’, kotoran sel-sel, jumlah dan ukurannya akan meningkat
sebanding dengan lamanya penyimpanan
5. Perubahan biokimiawi
Kandungan plasma 0 7 14 21
T I K Transfusi Darah
1. Mengetahui 8 macam komponen darah
2. Mengetahui indikasi penggunaan setiap komponen darah
3. Memahami pelaksanaan transfusi darah
4. Memahami resiko transfusi darah
5. Memahami tindakan bila terjadi reaksi transfusi.
Bahasan
Transfusi Darah
Transfusi merupakan terapi ganti untuk menggantikan komponen darah yang berkurang,
sedangkan komponen darah yang tidak diperlukan dapat diberikan kepada orang lain yang
memerlukan, sehingga penggunaan darah menjadi efektip dan efisien.
40
Darah ini umumnya diberikan pada perdarahan yang melebihi 25 % volume darah dalam 24
jam. Walaupun jumlah darah yang hilang sukar ditentukan secara langsung, tetapi secara
tidak langsung dapat diperkirakan dengan melihat tanda-tanda:
Hipovolemia : tekanan darah turun, nadi meningkat, desakan nadi mengecil dan
ujung jari dingin.
Defisit Oxygen carrying capacity : lemah, pucat, nafas pendek, tachycardia,
hipotensi postural, sinkop, angina, hipoksia otak, yang disertai penurunan kadar Hb
< 6 g/dl.
Pada kehilangan darah kurang dari 25 % volume darah, masih dapat diatasi dengan cairan
elektrolit (kristaloid), sedangkan kehilangan darah lebih 30 – 50 % volume darah masih
dapat diganti dengan cairan elektrolit + darah endap, atau dengan darah utuh.
Kecepatan pemberian darah utuh untuk penderita hipovolemia biasanya 1 liter (4 unit a`
250 cc) dalam 2–3 jam.
Satu unit (250 cc) bila tidak terdapat perdarahan dapat meningkatkan hematokrit (PCV) 1,5
% atau Hb 0,5 g/dl.
4. Trombosit
41
Untuk keperluan transfusi trombosit digunakan trombosit konsentrat yang dibuat dari
darah utuh segar (fresh whole blood) dipusing 2500 rpm selama 5 menit kemudian plasma
yang kaya trombosit (platelet rich plasma) dipisahkan , kemudian plasma tersebut
dipusing lagi 4100 rpm selama 5 menit lalu dipisahkan plasmanya dan disisakan 30–50 ml
berupa trombosit konsentrat.
Dari 250 cc darah utuh dapat diperoleh trombosit konsentrat yang mengandung trombosit
2,5 X 1010 (1 unit), masa hidupnya 3–5 hari pada suhu 220 C dan diletakkan diatas agitator
secara horisontal.
Untuk transfusi trombosit paling baik menggunakan gol.ABO dan Rh donor yang
sama dengan resipien. Bila dalam keadaan darurat dan trombosit yang kompatibel tidak
tersedia, dapat menggunakan trombosit yang inkompatibel. Secara teoritis 1 unit dapat
meningkatkan jumlah trombosit + 5000 /mm3.
Dosis: 10 ml/KgBB pada 1jam pertama, kemudian 1cc/KgBB/jam sampai PPT dan APTT
kurang 1,5 X normal
Pemberian plasma tidak memerlukan reaksi silang, tetapi gol. darah plasma donor
dan resipien harus sama.
6. Cryoprecipitate
Dari 250 cc darah utuh segar dapat dibuat 15–20 cc Cryoprecipitate yang mengandung
50-75 IU F.VIIIc, 40-125 mg fibrinogen dan Faktor von Willebrand.
Indikasi:
Perdarahan akibat:
1. Hemofilia A
2. Penyakit von Willebrand
3. Afibrinogenemia (mis. DIC)
Pelaksanaan transfusi
1. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus lar. NaCl 0,9% (saline) menggunakan
‘transfusion set’ berfilter 170 u dengan jarum (18-19G).
42
2. Penderita diukur tekanan darah, nadi, nafas, suhu tubuhnya, dan waktu mulai transfusi,
kemudian data dicatat pada dokumen medik transfusi .
3. Unit darah donor diperhatikan warna plasmanya dan bila berwarna coklat kehitaman
atau keruh jangan diberikan. Cocokkan dengan teliti identitas penderita dengan label
pada labu darah (nama penderita, No.register, dan hasil reaksi silangnya). Kebanyakan
reaksi transfusi hemolitik disebabkan oleh kesalahan identifikasi penderita.
Obat-obatan atau larutan lain tidak boleh dicampur kedalan labu darah kecuali saline.
4. Dalam 15 menit pertama tetesan pelan-pelan dan dokter / perawat harus menunggu
disamping penderita sambil mengawasi keadaan umum, keluhan penderita, perubahan
tekanan darah, nadi, nafas dan suhu tubuhnya dan diulangi 15 menit berikutnya.
Reaksi hemolitik hebat biasanya terjadi setelah darah masuk 50 cc pertama. Bila tidak
terlihat tanda-tanda reaksi transfusi, maka dapat diteruskan dengan kecepatan normal
(20 - 40 tetes/menit) atau 1 unit darah selesai tidak lebih dalam 4 jam. Umumnya darah
tidak perlu dihangatkan, kecuali pada transfusi cepat (lebih dari 1 liter/2 jam) perlu
dihangatkan 37 C.
Jika tidak ada hipovolemia dan keadaan jantung baik pemberian maksimal 1000 cc per
24 jam adalah aman.
5. Setelah transfusi selesai diperiksa lagi tekanan darah, nadi,nafas, suhu tubuh dan waktu
selesai transfusi kemudian dicatat pada dokumen medik transfusi lalu ditanda tangani.
Tindakan:
43
1. Transfusi dihentikan, set infusi diganti dan berikan infusi NaCl 0,9%
2. Observasi tensi, nadi, nafas, suhu
3. Antihistamin
4. Setelah gejala hilang, transfusi dapat dilanjutkan dengan unit darah yang lain.
Tindakan:
1. Transfusi dihentikan dan diganti infusi NaCl 0,9%
2. Tinggikan kedua tungkai untuk memperbaiki venous return.
3. Adrenalin 0,1-0,2 mg i.v. diulang setiap 5-15 menit sampai sirkulasi membaik.
4. Antihistamin (i.m atau i.v)
5. Kortikosteroid (hidrokortison 100 i.v atau deksametason 4-5 mg i.v)
6. Aminofilin 5 mg/KgBB setelah tekanan membaik
7. Oksigen
8. Peristiwa ini dapat dicegah dengan menggunakan darah merah cuci (washed
red cell) bila transfusi lagi.
Gejala:
Resipien yang sadar mengeluh nyeri pinggang, pada tempat transfusi dan
nyeri dada.
Menggigil, panas, mual, muntah, sesak napas,
Reaksi yang berat akan disertai shock ( tekanan darah turun, nadi naik),
gagal ginjal (oliguria, anuria).
Resipien dalam anastesi, tanda yang menonjol adalah hipotensi yang sukar
dikoreksi dan pada luka operasi timbul perdarahan merembes karena
terjadi DIC.
Diagnosis:
Gejala diatas disertai hemoglobinemia (serum berwarna merah kecoklatan),
hemoglobinuria, hiperbilirubinemia (setelah 5 jam kejadian), urobilinuria.
Tindakan:
1. Transfusi segera dihentikan, set infusi diganti dan berikan infusi NaCl 0,9%.
2. Laporkan reaksi tersebut kepada unit transfusi darah (UTD) setempat.
3. Periksa ulang apakah indentitas pasien dan darah donor sesuai.
44
4. Koreksi hipotensi, kontrol perdarahan dan cegah ATN ( acute tubular necrosis
)
5. Tekanan darah sistolik harus dipertahankan dalam batas normal.
6. Furosemid 40 – 120 mg / iv atau manitol 20% diberikan 100 ml dalam 5 menit.
7. Kembalikan kantong darah donor dan set transfusi ke UTD
8. Ambil sampel darah dan urin untuk pemeriksaan laboratorium.
9. Dirujuk ke ICU atau dokter ahli.
Tindakan:
Bantuan pernafasan (O2)
Infuse NaCl 0,9% untuk mengatasi hipovolemik dan hipotensi
Perbaikan biasanya terjadi dalam 48 jam.
Tindakan:
1. Transfusi dihentikan
2. Posisi resipien setengah duduk dan diberi oksigen
3. Furosemid 1-2 mg/KgBB dan digitalisasi cepat.
4. Penularan penyakit
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui transfusi adalah hepatitis B, hepatitis
C, HIV, Malaria dan Syphilis.
Menurut statistik di Amerika Risiko tertular HIV : 1 per 2 juta unit, HCV : 1 per 1 juta
unit, HBV: 1 per100.000 unit.
Dengan seleksi donor yang baik, penularan penyakit ini dapat diturunkan insidennya.
PEDOMAN PEMAKAIAN
PRC, TROMBOSIT , FFP dan CRYOPRECIPITATE
PRC digunakan bila:
1. Kadar Hb < 7g/dl, tanpa hipovolaemia
2. Kadar Hb 7g/dl s/d 10 g/dl bila terdapat cardiac ischaemia atau gagal jantung
karena anemia
TROMBOSIT
1. Transfusi profilaksis sebelum tindakan bedah / invasive lain yang dapat
menimbulkan perdarahan:
- Trombosit < 50 x 10 9/L
- Trombosit > 50 x 10 9/L tetapi terdapat disfungsi trombosit ( bawaan
atau drug induced )
2. Transfusi profilaksis pada gagal sumsum tulang ( leukemia atau malignansi lain
yang menimbulkan aregenerativ megakariosit ) : trombosit < 10 x 10 9/L ( kecuali
pasien pada fase palliative transfusi trombosit diberikan bila klinis terjadi perdarah
signifikan )
3. Transfusi terapi pada perdarahan yang tak terkontrol:
46
Trombosit < 100 x 10 9/L dan/atau terdapat disfungsi trombosit
4. ITP: hanya bila terdapat perdarahan yang mengancam kehidupan.
Kepustakaan
oooOooo
47
Oleh
Dr. Budiman SpPK(K)
Laboratorium Patologi Klinik
48
FK Unibraw 2001
49