Kelompok Mahabbah :
Pendahuluan
Gerak penduduk yang non permanen atau sirkulasi ini dapat pula dibagi
menjadi dua yaitu ulang alit (jawab = nglaju), Inggris = commuting, dan dapat
mengingat atau mondok ke daerah tujuan. Ulang alit adalah gerak penduduk dari
daerah asal menuju daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dengan kembali ke
daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yang melakukan
mobilitas ingin kembali ke daerah asal secepatnya sehingga kalau dibandingkan
frekuensi penduduk yang melakukan mobilitas ulang alit, menginap/mondok, dan
migrasi, frekuensi mobilitas penduduk ulang alit terbesar, di susul oleh
menginap/mondok dan migrasi. Secara operasional, macam-macam bentuk
mobilitas penduduk tersebut di ukur berdasarkan konsep ruang dan waktu.
Misalnya mobilitas penduduk ulang alit, konsep waktunya di ukur dengan 6 jam
atau lebih meninggalkan daerah asal dan kembali pada hari yang sama,
mengingap/mondok diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal lebih dari satu
hari, tetapi kurang dari 6 bulan, sedangkan mobilitas permanen diukur dari
lamanya meninggalkan daerah asal 6 bulan atau lebih kecuali orang yang sudah
sejak semula berniat menetap di daerah tujuan seperti seorang istri yang berpindah
ketempat suami bertempat tinggal.
Ukuran mobilitas
a. Angka Mobilitas
b. Pengukuran Migrasi
A. Angka Mobilitas
Angka mobilitas adalah rasio dan banyaknya penduduk yang
pindah secara lokal dalam jangka waktu tertentu dengan banyaknya
penduduk. Dalam hal ini dinyatakan dalam rumus berikut :
𝑀
𝑚= 𝑘
𝑃
m = Angka Mobilitas;
M = Jumlah Mover;
P = Penduduk;
K =1000.
Contoh soal:
Jawab:
M : 50 orang
P : 2000 jiwa
50
𝑚= 1000
2000
= 50
∑𝑀
Reit Migrasi Kasar (RMK) = 𝑃𝑡𝑡
xk
∑𝑀𝑚
Reit Migrasi Masuk = xk
𝑃𝑡𝑡
∑𝑀𝑘
Reit Migrasi Keluar = xk
𝑃𝑡𝑡
∑𝑀𝑚−∑𝑀𝑘
Reit Migrasi Neto = xk
𝑃𝑡𝑡
𝐼+𝑂
Reit Migrasi Bruto =( 𝑀𝑔 = 𝑃 𝑘)
1 +𝑃2
Dimana:
M : Jumlah migran (migrasi) dan migran (migrasi) keluar selama
tahun tertentu;
Mm : Jumlah migran (migrasi) masuk selama tahun tertentu;
Mk : Jumlah migran (migrasi) keluar selama tahun tertentu;
Ptt : Penduduk tengah tahun dari tahun yang bersangkutan;
Mg : Angka migrasi bruto;
P1 : Penduduk di tempat tujuan;
P2 : Penduduk ditempat asal;
K : Konstanta, misalnya 1000.
Contoh Soal
∑𝑀𝑘 = 30
𝑃𝑡𝑡 = 15.000
𝑘 = 1000
∑𝑀𝑘
𝑚0 = 𝑘
𝑃𝑡𝑡
30
𝑚0 = 𝑥1000
15.000
𝑚0 =2
3. Pada tahun 2005 untuk Kelurahan Tirtamatra data migrasi masuk sebesar
45 orang dan migrasi keluar sebesar 30 orang bila jumlah penduduk
sebesar 15.000. Berapa migrasi neto pada Kelurahan tersebut?
∑𝑀𝑚 − ∑𝑀𝑘
𝑚𝑛 = 𝑘
𝑃𝑡𝑡
45 − 30
𝑚𝑛 = 1.000
15.000
𝑚𝑛 = 1
4. Migrasi keluar dari Tirtamarta pada tahun 2005 sebesar 45 orang, dan
migrasi masuk dari Purwamarta ke Tirtamarta pada tahun 2005 sebesar 30
orang. Penduduk Tirtamarta pada tahun 2005 sebesar 15.000 dan
penduduk Purwamarta sebesar 12.500. Berapa angka migrasi bruto?
𝐼+𝑂
𝑚𝑔 = 𝑘
𝑃1 + 𝑃2
45 + 30
𝑚𝑔 = 1.000
15.000 + 12.500
𝑚𝑔 = 2,727
Reit migrasi neto untuk daerah tertentu dapat diperkirakan secara tidak
langsung bilamana bagi daerah yang bersangkutan tersedia cukup memadai
pengetahuan tentang reit kelahiran dan reit kematian disamping tentang reit
perkembangan penduduk. Kalau untuk suatu daerah atau wilayah yang terdiri dari
daerah-daerah yang lebih kecil (bagian wilayah yang bersangkutan) tersedia
angka-angka reit perkembangan pendududk tahunan, maka ada tidaknya migrasi
di daerah-daerah yang lebih kecil dapat diduga umpamanya dari apakah di daerah-
daerah yang lebih kecil terdapat angka-angka rait perkembangan penduduk
tahunan yang lebih tinggi atau lebih rendah dari reit perkembangan penduduk
tahunan daerah itu secara keseluruhan. Hanya saja dalam hal ini yang menjadi
persoalan adalah kemungkinan relative besarnya fariasi angka-angka reit
kelahiran dan kematian antara daerah daerah yang lebih kecil. Dalam hal cukup
memadai tersedianya data kelahiran dan kematian, akan dapat ditentukan reit
perkembangan penduduk alami, dan selanjutnya angka reit migrasi neto
merupakan selisih antara reit perkembangan pendududuk tahunan dan reit
perkembangangan penduduk alami.
Data migrasi paling popular dan paling utama yang sering dipakai untuk
pengukuran migrasi antar daerah atau wilayah dalam suatu negara adalah data
migrasi berdasarkan tempat lahir. Sebagaimana telah dikemukakan, setiap orang
yang ditemukan bertempat tinggal atau berdomisili diluar tempat kelahirannya
disebut sebagai migran semasa hidup. Data migrasi berdasarkan tempat lahir ini
biasanya tersedia dari hasil-hasil Sensus Penduduk dan Survei kependudukan
skala besar. Berdasarkan hasil sensus penduduk 1971, Sensus Penduduk 1980,
dan hasil Survei Penduduk Antarsensus (SUPAS) 1985 dapat diperkirakan bahwa
penduduk Indonesia yang pindah dari tempat lahirnya atau yang tergolong migran
telah meningkat dari 5,7 juta orang (4,8% dari penduduk Indonesia) pada tahun
1971 menjadi 10 juta orang (6,8% dari penduduk Indonesia) pada tahun 1980, dan
11,5 juta orang (7,0% dari penduduk Indonesia) pada tahun 1985. Jumlah
penduduk Indonesia yang tergolong migran ini terus meningkat, pada tahun 1990
berjumlah 14,8 juta orang (8,2 % dari penduduk Indonesia), dan pada tahun 2005
berjumlah 21,1 juta orang (10,0 % dari jumlah penduduk Indonesia). Berdasarkan
hasil Sensus Penduduk 2010, angka ini meningkat lagi menjadi sekitar 28 juta
orang (11,8 % dari jumlah penduduk Indonesia).
Daftar Pustaka