oleh :
2. Epidemiologi
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian
bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal
setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1
juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun
dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia individu, bagaimanapun, berada pada
risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena beban yang sangat
tinggi penyakit di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif rendah
dari penyakit di negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia telah
menyatakan untuk 2 November Hari Pneumonia Dunia, sehari untuk warga yang
prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap penyakit.
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang
terbesar penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun (anak balita).
Pneumonia disebut sebagai pembunuh nomer satu di dunia karena hampir satu
dari lima anak balita meninggal dan lebih dari 2 juta anak di negara berkembang
meninggal setiap tahunnya. Pneumonia di negara berkembang disebut penyakit
yang terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the
forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal karena pneumonia
tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan terhadap masalah pneumonia
(Soemirat, 2010 dalam Widayat A, 2014).
3. Etiologi
Penyebab utama pneumonia adalah bakterial dan atipikal. Pneumonia
bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai konsolidasi,
kebanyakan disebabkan oleh bakteri Pneumonia pneumococcus (Soemantri, 2007
dalam Widayat A. 2014). Menurut WHO (2014) penyebab pneumonia kedua
setelah Pneumonia pneumococcus adalah Haemophilus influenzae tipe B (HIB),
kemudian pada bayi yang terinfeksi HIV penyebabnya adalah Pneumocystis
jiroveci.
Penyebab pneumonia yaitu sebagai berikut.
1) Bakteri
a) Gram positif: Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcal Pneumonia),
Staphylococcus Aureus.
b) Gram negatif: Haemophilus Influenzae, Pseudomonas Aeruginosa,
Klebsiella Pneumoniae (Friedlender’s Bacillus).
c) Anaerobik: Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides
Species.
d) Atipikal: Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae
2) Virus: Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.
3) Jamur: Candidiasis, Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis,
Coccidioidomycosis.
4) Aspirasi: Makanan, cairan, muntah.
5) Inhalasi: Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum,
Berillium, uap air raksa), rokok, debu dan gas.
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.
Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia
kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu
terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di
sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan
menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita
(WHO, 2014).
Terjadinya pneumonia dapat didukung dengan faktor predisposisi, seperti:
a. Kebiasaan merokok
b. Pasca infeksi virus
c. penyakit jantung kronik
d. DM
e. Status imunodefisiensi
f. Kelainan atau kelemahan struktur organ dada
g. Penurunan kesadaran.
h. Tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi, pemasangan ventilator.
i. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo
j. Penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV
k. Keadaan alkoholik meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman gram
negative.
4. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Pneumonia berat
b. Peumonia ringan
c. Bukan pneumonia (penyakit paru lain) (Kemenkes, 2010 dalam
Pamungkas 2012).
Sedangkan pada panduan persatuan dokter paru indonesia (2003),
pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
1) Pneumonia komuniti (Community Acquired Pneumonia)
2) Pneumonia nosokomial (Hospital Acqiured Pneumonia / Nosocomial
Pneumonia)
3) Pneumonia aspirasi
4) Pneumonia pada penderita Immunocompromised
b. Berdasarkan bakteri penyebab
1) Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita
pasca infeksi influenza.
2) Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
3) Pneumonia virus
4) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised)
c. Berdasarkan predileksi infeksi
1) Pneumonia lobaris, Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi
dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya :
pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
2) Bronkopneumonia, Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering
pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
3) Pneumonia interstisial (PDPI, 2003 dalam Widayat, 2014).
5. Patofisiologi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Pneumonia dapat terjadi akibat
menghirup bibit penyakit di udara atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke
paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya
di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan
dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-
batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga
gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut
keluar pada saat itu terjadi proses peradangan. Lobus bagian bawah paru-paru
paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka
pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang
berurutan (Price & Wilson, 2005 dalam Marni. 2014).
a. Kongesti (24 jam pertama)
Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein keluar masuk ke
dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai
kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan
akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit
dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang
meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru
tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai
penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu
coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari)
Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan
arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada
strukturnya semula.
Akibat dari masuknya mukus ke dalam alveoli terjadi peningkatan
konsentrasi protein cairan alveoli sehingga menyebabkan tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmosis meningkat dan terjadi penurunan difusi sehingga
terjadi akumulasi cairan pada alveoli yang akan menekan saraf dan menyebabkan
timbulnya nyeri pleuritik. Akumulasi cairan pada alveoli akan menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas. Eksudat yang masuk ke dalam alveoli akan
menyebabkan konsolidasu di alveoli yang kemudian menyebabkan terjadi
comience paru menurun sehingga supai oksigen menurun yang menimbulkan
terjadinya gangguan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Proses peradangan juga
akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga muncul masalah keperawatan
hipertermi. Penumpukan sekret akan terakumulasi di jalan nafas sehingga timbul
masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif. Jika sputum masuk ke lambung
akan terjadi peningkatan asam basa yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
6. Manifestasi Klinis
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
1) Batuk nonproduktif
2) Ingus (nasal discharge)
3) Suara napas lemah
4) Penggunaan otot bantu napas
5) Demam
6) Cyanosis (kebiru-biruan)
7) Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
8) Sakit kepala
9) Kekakuan dan nyeri otot
10) Sesak napas
11) Menggigil
12) Berkeringat
13) Lelah
14) Terkadang kulit menjadi lembab
15) Mual dan muntah
7. Komplikasi
Menurut Fauci (2012) komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia
adalah sebagai berikut.
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan
b. bakteriemi.
c. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung,
d. emboli paru dan infark miokard akut.
e. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
f. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
g. Sepsis
h. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
i. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
j. Abses paru
k. Efusi pleura
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat
juga menunjukkan multiple abses/infiltat, empiema (Staphylococcus);
penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive
nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray
mungkin bersih.
9. Penatalaksanaan
Menurut Somantri (2007) penatalaksanaan medis umum yang diberikan
pada penderita pneumonia adalah:
a. Farmakoterapi:
1. Antibiotik (diberikan secara intravena)
2. Ekspektoran
3. Antipiretik
4. Analgetik
b. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol
c. Fisioterapi dada dengan drainase postural
Menurut Baughman (2000) penatalaksanaan yang dapat diberikan pada
klien dengan pneumonia, yaitu :
A. Penisilin 50.000 IU/ kg BB/ hari ditambah kloramfenikol 50 – 70 mg/
kg BB/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas
seperti ampicilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 –
5 hari.
B. Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran
glukose 5 % dan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 3 : 1 ditambah larutan
KCL 10 mEq/ 500 ml/ botol infus.
C. Clinical Pathway
Jamur, bakteri, virus
Inhalasi/penyebaran sirkulasi
Eksudat menumpuk pada alveoli Nyeri pleuritik Suhu tubuh Edema paru Terbentuk jaringan parut
Akumulasi sekret Retensi Mukus Nyeri akut Demam Komplikasi efusi pleura Konsolidasi paru
di bronkus
Intoleransi Aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan difusi O2
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
pada bronkus
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoksia
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan saturasi O2
e. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan alveoli
f. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksia
g. Hipertermia berhubungan dengan invasi organisme penginfeksi
h. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolisme
i. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi
penyakit
j. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
k. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tidak mampu melakukan perawatan
diri
3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas Definisi : kelebihan atau defisit oksigenasi dan/ atau eliminasi karbondioksida pada
membran alveolar-kapiler
Secara
Jarang Kadang- Sering
Tidak pernah konsisten
menunjukk kadang menunjukka
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil menunjukkan menunjukka
an menunjukkan n
n
1 2 3 4 5
0411 041102 Tingkat pernapasan
041112 Saturasi O2
Perfusi jaringan perifer
041113
0402 Status PaO2 (tekanan parsial oksigen
040208
pernafasan : dalam darah arteri)
pertukaran gas PaCO2 (tekanan parsial karbon
040209
dioksida dalam darah arteri)
040210 Arteri pH
040211 Saturasi oksigen
040212 Tidal karbon dioksida akhir
040213 Hasil rontgen dada
Ketidakseimbangan ventilasi
040214
dan perfusi
No. NIC Intervensi Rasional
0180 Manajemen 1. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami 1. mengetahui yang dirasakan
energi 2. Tentukan persepsi pasien/orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan pasien
3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara farmakologi maupun non farmakologi, 2. mengetahui tingkat
dengan tepat kepahaman pasien
4. Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien 3. tindakan yang sesuai dengan
5. Batasi jumlah dan gangguan pengunjung, dengan tepat keadaan pasien
6. Instruksikan pasien/ orang terdekat untuk mengenali tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan 4. mengetahui durasi tidur
pengurangan aktivitas pasien
7. Ajarkan pasien/ orang terdekat untuk menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan gejala kelelahan 5. agar waktu istirahat pasien
tidak berkurang tidak terganggu
6. meningkatkan pengetahuan
agar keadaan pasien lebih
terpantau
7. mendapat penanganan
dengan cepat dan tepat
3350 Monitor 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas 1. mengetahui keadaan
pernafasan 2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu perafasan, dan retraksi keadaan vital nafas pasien
pada otot supraclaviculas dan intercosta 2.memonitor abnormalitas
3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi pernafasan pasien
4. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, 3. memonitor suara nafas
apneustik, resirasi biot, dan pola ataxic) pasien
5. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan 4. memantau agar tidak terjadi
protokol yang ada keabnormalan pola nafas
6. Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan, dan kekurangan udara pada pasien pasien
7. Catat perubahan pada saturasi O2, volume tidal akhir CO2, dan perubahan nilai analisa gas darah 5. memantau tingkat O2 pasien
dengan tepat 6. menjaga pasien tetap dalam
keadaan stabil
7. memonitor setiap perubahan
dari pasien untuk dilakukan
tindakan selanjutnya
6680 Monitor tanda- 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat 1. mengetahui keadaan vital
tanda vital 2. Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika memungkinkan dari pasien
3. Monitor keberadaan dan kualitas nadi 2. mengetahui reaksi setelah
4. Monitor irama dan tekanan jantung pasien minum obat
5. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban 3. mengetahui kestabilan nadi
6. Monitor sianosis sentral dan perifer pasien
4. mengetahui irama dan
tekanan jantung pasien dengan
tepat
5. mngetahui keadaan hidrasi
dan suhu dari pasien
6. mengetahui oksigen pasien
kurang atau tidak
2. Ketidaefektifan bersihan jalan nafas (00031) Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas
Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
Deviasi berat
cukup berat sedang dari ringan dari deviasi berat
No.Indika dari kisaran
No. NOC Kriteria Hasil dari kisaran kisaran kisaran dari kisaran
tor normal
normal normal normal normal
1 2 3 4 5
0410 Status 041004 Frekuensi pernafasan
pernafasan :
041005 Irama pernafasan
kepatenan jalan
nafass 041017 Kedalaman inspirasi
Kemampuan untuk
041012
mengeluarkan sekret
Sangat berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
041002 Ansietas
040315 Orthopnea
1 2 3 4 5
3103 Manajemen 310301 Menerima diagnosis
diri: penyakit
Mencari informasi tentang
paru obstruktif
310302 cara mencegah kemajuan
kronik
penyakit
Mencari informasi tentang
310303
cara mencegah komplikasi
Berpartisipasi dalam
310304 pengambilan keputusan
kesehatan
Menjalankan aturan
310305
pengobatan setiap resep
Berpartisipasi dalam
310307
rehabilitasi paru
Memantau denyut dan
310308
irama nadi
Memantau kecepatan dan
310309
irama nafas
310310 Memantau suhu tubuh
Memantau saturasi
310311
oksigen
310314 Memantau pemicu gejala
Memantau frekuensi
310317
gejala
Memantau efek terapi
310324
obat
Menggunakan teeknik
310333
relaksasi
Tidak
Jarang Kadang – Sering Dilakukan
No. pernah
No. NOC Kriteria Hasil dilakukan kadang dilakukan dilakukan secara konsisten
indikator dilakukan
1 2 3 4 5
1918 Pencegahan Mengidentifikasi faktor –
191801
Aspirasi faktor risiko
Menghindari faktor – faktor
191802
risiko
Mempertahankan
191809
kebersihan mulut
Memposisikan tubuh untuk
191803 tetap tegak ketika makan
dan minum
Memposisikan tubuh miring
191805
ketika makan dan minum
Memilih makanan sesuai
191804 dengan kemampuan
menelan
Memilih makanan dan
191806
cairan dengan konsistensi
yang tepat
Menggunakan cairan yang
191808
dipadatkan, jika dibutuhkan
Mempertahankan tubuh
191810 dalam posisi tegak selama
30 menit setelah makan
No. NIC Intervensi Rasional
3200 Pencegahan 1. meminimalkan terjadinya faktor
aspirasi aspirasi
1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, gangguan reflek, kemampuan menelan 2. mengidentifikasi adanya disfagia
2. Skrining adakah disfagia, dengan tepat 3. jalan nafas tetap normal
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas 4. memantau keadaan pernafasan
4. Monitor status pernafasan pasien
5. Monitor kebutuhan perawatan terhadap saluran cerna 5. pencernaan pasien tetap terkontrol
6. Beri makanan dalam jumlah sedikit 6. menjaga pencernaan tetap terisi
7. Tawarkanan makanan atau minuman dalam bentuk bolus makanan
8. Berikan perawatan mulut 7. memudahkan makanan sampai ke
lambung
8. menjaga oral hygiene pasien
3. Definisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
1 2 3 4 5
Perfusi 040715 Pengisian kapiler jari
jaringan : Suhu kulit ujung kaki
perifer 040710
dan tangan
Kekuatan denyut nadi
040730
karotis (kanan)
040727 Tekanan darah sistolik
Tekanan darah
040728
diastolik
040712 Edema perifer
040741 Mati rasa
040743 Muka pucat
040744 Kelemahan otot
040745 Kram otot
040748 Parestesia
No. NIC Intervensi Rasional
1910 Manajemen 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas 1. jalan nafas dalam keadaan
asam basa 2. Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang adekuat (misalnya, membuka jalan nafas normal
dan menaikkan posisi kepala ditempat tidur) 2. pasien bernafas dengan mudah
3. Monitor gas darah arteri (ABGs), level serum serta urin elektrolit jika diperlukan 3. memantau keadaan pasien
4. Monitor pola pernafasan tetap dalam kondisi normal
5. Monitor adanya gagal pernafasan (misalnya, rendahnya PaO2 dan meningkatnya PaCO2, 4. pasien bernafas dengan
dan kelelahan otot pernafasan) adekuat
6. Monitor status neurologis (misalnya tingkat kesadaran dan kebingungan) 5. meminimalisir gagal nafas
7. Berikan terapi oksigen dengan tepat pasien
8. Instruksikan klien dan atau keluarga mengenai tindakan yang telah disarankan untuk 6. memantau kesadaran pasien
mengatasi asam-basa 7. kebutuhan oksigen pasien
terpenuhi
8. membantu menjaga keadaan
pasien tetap stabil
4150 Pengaturan 1. Lakukan penilaian komprehensif terhadap status hemodinamik (yaitu, memeriksa tekanan 1. memantau keadaan pasien
hemodnamik darah, denyut jantung, denyut nadi, tekanan vena jugularis, tekanan vena sentral, atrium kiri 2. mengetahui perkembangan
a dan kanan, tekanan ventrikel dan tekanan arteri pulmonalis), dengan tepat pasien
2. Monitor dan dokumentasikan tekanan nadi proporsional (yaitu, tekanan darah sistolik 3. mengurangi kegelisahan
dikurangi tekanan darah diastolik dibagi dengan tekanan darah sistolik, sehingga pasien
menghasilkan persentase yang proporsional) 4. meningkatkan tingkat
3. Kurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang akurat dan perbaiki kepahaman pasien dan keluarga
kesalahpahaman 5. pasien memahamai setiap
4. Arahkan pasien dan keluarga mengenai pemantauan hemodinamika (misal obat-obatan, tindakan yang diberikan
terapi, tujuan peralatan) 6. menjaga kestabilan volume
5. Jelaskan perawatan dan bagaimana kemajuan akan diukur pasien
6. Pertibangkan status volume (apakah pasien hipervolemi, hipovolemi, atau berada pada 7. memantau perfusi pasien
rentang cairan yang seimbang) 8. mengetahui keadaan aliran
7. Tentukan status perfusi (yaitu apakah pasien terasa dingin atau hangat) darah jantung pasien
8. Lakukan auskultasi pada jantung 9. memantau perubahan keadaan
9. Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama dan denyut nadi vital pasien
10. Berikan obat anti aritmia 10. mencegah terjadi aritmia
11. Monitor denyut nadi perifer, pengisian kapiler, suhu dan warna ekstremitas secara farmakologi
12. Kolaborasi dengan dokter sesuai indikasi 11. menjaga pasien tetap dalam
keadaan stabil
12. memberikan tindakan secara
farmakologi
0840 Pengaturan 1. Dorong pasien untuk terlibat dalam pengaturan posisi 1. menjaga posisi pasien tetap
posisi 2. Monitor status oksigenasi (sebelum dan setelah perubahan posisi) nyaman
3. Posisikan pasien untuk mengurangi dypsnea (misalnya posisi semi fowler) 2. menjaga kebutuhan oksigen
4. Tinggikan kepala tempat tidur pasien tetap stabil
3. menjaga pasien dalam posisi
menguntungkan
4. memudahkan pasien dalam
bernafas
No.Dx Diagnosa Keperawatan
4. Nyeri Akut Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual ataupun potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (Internasional Assosiation fot the Study of Pain; awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi
atau diprediksi.
Kadan
Jarang
Tidak pernah g-kadang
No No.Indik menunjukka Sering menunjukkan
NOC Kriteria Hasil menunjukkan menunjuk
. ator n
kan
1 2 3 4
1605 Mengenali kapan nyeri
160502
terjadi
Menggambarkan faktor
160501
penyebab
Menggunakan tindakan
160504 pengurangan nyeri tanpa
Kontrol analgesik
Nyeri Menggunakan analgesik
160505
yang di rekomendasikan
Melaporkan perubahan
160513 terhadap gejala nyeri pada
profesional kesehatan
Mengenali apa yang terkait
160511
dengan gejala nyeri
Cukup
Berat Sedang Ringan
berat
1 2 3 4
2102 Tingkat nyeri 210201 Nyeri yang dilaporkan
210204 Panjangnya periode nyeri
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210224 Mengerinyit
Mengeluarkan keringat
210225
berlebih
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
Asupan cairan
100804
intravena
No. NIC Intervensi
Rasional
1100 Manajemen 1. Tentukan status gizi klien dan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan gizi Menyediakan dan meningkatkan
nutrisi 2. Tentukan apa yang menjadi referensi makanan bagi klien intake nutrisi yang seimbang
3. Intruksikan klien mengenai kebutuhan nutrisi (piramida makanan)
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan
gizi.
5. Berikan pilihan makanan dan bimbingan terhadap pilihan makanan.
6. Ciptakan lingkungan yang bersih, berventilasi, santai dan bebas dari bau menyengat.
1030 Manajemen 1. Monitor berat badan klien secara rutin. Pencegahan dan perawatan
gangguan 2. Monitor intake/asupan dan asupan cairan yang tepat terhadap pembatasan diet ketat
makan 3. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien. dan olahraga yang berlebihan
4. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan ahli gizi. atau perilaku memuntahkan
5. Kolaborasikan dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian yang makanan dan cairan
diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA