Anda di halaman 1dari 7

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN

Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian. (1,2) sebanyak 20%
wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami
abortus.(3) Hal ini tentu akan menimbulkan ketidakberdayaan dari wanita sehingga ditinjau
dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang
wanita.

Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan
seperti imlantasi ovum, karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik,
menstruasi, kehamilan normal, kelainan lokal pada vagina/ servik seperti varises, perlukaan,
erosi dan polip.(4) Semua keaaaan ini akan menurunkan keberdayaan seorang wanita dan
karenanya akan dijelaskan bagaimana cara-cara penanggulangannya seperti pencegahan,
pengobatannya, maupun kalau perlu rehabilitasinya.

Maka semua wanita dengan peradarahan pervagina selama kehamilan seharusnya


perlu penanganan dokter spesialis. Peranan USG vaginal smear, pemeriksaan hemoglobin,
fibrinogen pada pada missed abortion, pemeriksaan incomptabiliti ABO dan lain-lain, sangat
diperlukan. (1,2)

 Perdarahan Pada Trimester I

Pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan, perdarahan saat


hamil dialami oleh 2 dari 10 wanita hamil. Beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya
hal tersebut, yaitu:
1.) Keguguran
Penyebab paling sering dari perdarahan saat hamil di trimester pertama adalah
keguguran. Sekitar 20-30 persen wanita yang mengalami perdarahan saat hamil di
trimester awal akan berakhir dengan keguguran. Selain perdarahan, gejala lain
keguguran adalah kram atau nyeri di perut bagian bawah dan keluarnya jaringan atau
gumpalan daging melalui vagina. Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai
berikut :
1. Abortus iminen: Disini perdarahan minimal dengan nyeri/tidak, uterus sesuai
umur kehamilan.
2. Abortus Insipien: Perdarahan denganan gumpalan, nyeri lebih kuat
3. Abortus Inkomplit: Perdarahan hebat dan sering menyebabkan syok
4. Abortus komplit: Perdarahan dan nyeri minimal seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan.
5. Missed Abortion: Janin telah mati dalam kandungan selama 6-8 minggu tapi
belum dikeluarkan, perdarahan minimal
6. Abortus infeksi/septik: Disertai tanda infeksi dan septik seperti demam sampai
syok.

Adapun sebagai penyebab dari abortus antara lainl 2) :


1. Kelainan mudigah, chromosom atau kelainan untuk fetus
2. Incompetentio orificium uteri internum
3. Penyakit sistemik pada ibu seperti diabetes melitus, lues
4. Incompatibilitas faktor rhesus atau atau sistem abo
5. Kelainan uterus seperti myoma uteri
6. Trauma fisik atau mental
7. Usaha menggugurkan dari penderita dengan minum jamu, alkohol, obat- obatan
atau memasukkan benda asing kedalam lobang kemaluan.
8. Abortus habitualis oleh kekurangan produksi karbohidrat oleh endometrium.

2.) Perdarahan Implantasi

Pada 6-12 hari pertama kehamilan, ibu hamil mungkin akan mengeluarkan
bercak darah. Munculnya bercak-bercak tersebut terjadi saat sel telur yang sudah
dibuahi menempel pada dinding rahim. Dalam beberapa kasus, banyak wanita yang
menyamakan kondisi ini dengan siklus menstruasi biasa dan tidak menyadari bahwa
dirinya sedang hamil.

3.) Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik juga bisa menjadi penyebab terjadinya perdarahan saat


hamil. Meski begitu, kondisi ini sangat jarang terjadi dan biasanya hanya menimpa
sekitar 2 persen dari jumlah wanita hamil. Kehamilan ektopik sendiri terjadi ketika sel
telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim, biasanya di tuba falopi.
Jika embrio terus berkembang, tuba falopi lama kelamaan berisiko pecah hingga
mengakibatkan perdarahan yang berbahaya. Selain perdarahan, kehamilan ektopik
biasanya juga disertai dengan kram di perut bagian bawah atau panggul, nyeri menjalar
hingga ke bahu, merasa tidak nyaman ketika BAB atau BAK, merasa lemas, pingsan,
serta penurunan hormon HCG (human chorionic gonadotropin).

4.) Kehamilan Mola

Kehamilan mola atau hamil anggur terjadi ketika jaringan yang seharusnya
menjadi janin, berkembang menjadi jaringan abnormal sehingga tidak terbentuk bakal
janin. Dalam kasus yang jarang terjadi, kehamilan mola dapat berubah menjadi kanker
ganas yang bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh. Kendati demikian, penyebab
perdarahan saat hamil ini sangat jarang sekali terjadi.

 Penyebab Perdarahan saat Hamil Trimester II dan III

Jika penyebab di atas terjadi ketika kehamilan baru menginjak usia trimester pertama,
maka beberapa kondisi di bawah ini bisa menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia
kehamilan memasuki trimester kedua dan ketiga.

1.) Hubungan Seksual

Perdarahan saat hamil bisa juga disebabkan oleh hubungan seksual antara ibu
hamil dan pasangan. Berhubungan seksual menyebabkan adanya perubahan pada
tekstur serviks atau rahim.

2.) Solusio Plasenta

Penyebab lain untuk perdarahan saat hamil di trimester lanjut adalah solusio
plasenta. Solusio plasenta sendiri merupakan kondisi serius di mana plasenta mulai
terlepas dari dinding rahim, baik sebelum ataupun selama proses persalinan. Kondisi
ini bisa terjadi meskipun tanpa menimbulkan perdarahan. Selain perdarahan, gejala
lainnya adalah nyeri punggung, nyeri perut, rahim yang terasa sakit, hingga janin
kekurangan oksigen.
3.) Plasenta Previa

Kondisi lain yang bisa menyebabkan perdarahan saat hamil adalah plasenta
previa. Kondisi ini dapat terjadi ketika plasenta melekat pada bagian bawah rahim, di
dekat mulut rahim, atau menutupi leher rahim sehingga jalan lahir menjadi terhalang.
Pilihan penanganan yang direkomendasikan untuk Ibu hamil dengan kondisi ini
adalah melahirkan dengan operasi caesar setelah usia janin cukup bulan.

4.) Bukaan Lahir

Perdarahan saat hamil bisa juga diakibatkan oleh pembukaan saat wanita
hendak melahirkan. Hal ini mungkin akan terjadi selama beberapa hari sebelum
kontraksi mulai atau selama proses persalinan. Dalam beberapa kasus, perdarahan saat
hamil ini juga bisa menjadi tanda persalinan prematur.

Hal-hal lain yang mungkin menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia kehamilan
sudah lebih tua adalah infeksi vagina, melakukan pemeriksaan serviks atau pemeriksaan
panggul (Pap smear), dan polip serviks.

 Perdaraha seperti apa yang harus segera diperiksakan ke dokter atau bidan?
Semua perdarahan saat hamil harus dilaporkan ke dokter atau bidan, bahkan jika
pendarahan tampaknya telah berhenti. Walaupun mungkin penyebabnya adalah hal yang
kecil, tindakan yang diambil oleh dokter kandungan/bidan Anda berikutnya akan
bergantung pada situasi Anda. Penyebab perdarahan abnormal termasuk:
1.) Perdarahan Subkorionik
Perdarahan subkorionik adalah perdarahan di sekitar plasenta. Kebanyakan
perdarahan subkorionik bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi membuat risiko ibu lebih
tinggi untuk mengalami komplikasi lain seperti persalinan prematur.
Oleh karena itu, meski mungkin bagi ibu untuk melanjutkan kehamilan normal
setelah jenis perdarahan ini terjadi, diagnosis dan pengobatan yang tepat sangatlah
penting. Pada kasus yang jarang/langka, perdarahan subkorionik juga dapat
mengakibatkan terjadinya pelepasan plasenta dari dinding rahim sehingga dapat
meningkatkan risiko keguguran. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami
perdarahan selama kehamilan yang berjumlah banyak dan berwarna merah terang, juga
disertai adanya kram perut dan rasa ingin mengejan.
2.) Chemical Pregnancy
Chemical pregnancy adalah keguguran yang terjadi pada awal masa kehamilan.
Umumnya terjadi pada usia kehamilan kurang dari 5 minggu di mana USG belum bisa
melihat tanda kehamilan sama sekali. Pada kondisi ini pembuahan berhasil terjadi
namun namun sel tidak dapat bertahan dalam rahim dan akhirnya mengalami keguguran.
Banyak wanita yang mengalami chemical pregnancy ini namun tidak
menyadarinya, karena perdarahan yang terjadi mirip terlambat datang bulan namun
sedikit lebih berat (disertai nyeri perut dan perdarahan lebih banyak).
3.) Keguguran
Keguguran adalah kehilangan kehamilan mendadak dalam 20 minggu pertama.
Sering kali, perdarahan hebat yang terjadi selama keguguran akan disertai dengan gejala
lain, seperti kram atau sakit perut. Keguguran semacam ini sering merupakan hasil dari
janin yang rusak; ini berarti tubuh wanita menolak kehamilan yang tidak dapat bertahan
hidup.

Wanita umumnya mengatakan bahwa mereka tidak lagi ‘merasa hamil’ ketika
mereka telah mengalami keguguran dan perdarahan. Tanda-tanda kehamilan hilang —
tidak lagi mual, sakit dada, atau merasa kembung. Tapi juga mungkin untuk mengalami
keguguran tanpa perdarahan. Keguguran seperti ini disebut dengan keguguran diam-
diam, di mana janin dalam kandungan sudah meninggal tetapi masih dipertahankan oleh
tubuh Anda. Tanda-tanda kehamilan pasti telah menghilang jika itu terjadi, tetapi tidak
adanya detak jantung bayi hanya dapat terdeteksi oleh USG.
Setelah Anda telah melewati usia kehamilan 14-16 minggu, Anda dapat
menghela napas lega bahwa kehamilan Anda aman.

4.) Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik alias hamil di luar kandungan terjadi bila telur yang dibuahi
menempel di tempat lain selain rahim, paling sering di dalam tuba falopi. Perdarahan
vagina ringan dan nyeri panggul biasanya merupakan gejala awal, tetapi bisa diikuti
mual dan muntah dengan nyeri, kram perut yang tajam, nyeri pada satu sisi tubuh, pusing
atau kelemahan, dan/atau nyeri di bahu, leher, atau rektum.

Kehamilan ektopik dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi. Jika itu terjadi,
Anda bisa memiliki nyeri yaang amat sangat dan pendarahan hebat. Kehamilan ektopik
tidak bisa berjalan dengan normal dan mungkin mengancam nyawa sang ibu jika
dibiarkan tidak terdiagnosis.

5.) Kehamilan Molar


Kehamilan molar atau hamil anggur terjadi ketika jaringan yang biasanya
menjadi janin justru berkembang menjadi pertumbuhan abnormal pada rahim Anda.
Meskipun bukan merupakan embrio, kehamilan molar menyebabkan gejala awal yang
mirip kehamilan normal, seperti terlambat datang bulan atau morning sickness.

Kehamilan molar biasanya juga diikuti oleh beberapa gejala lain, yang mungkin
termasuk perdarahan vagina, uterus yang lebih besar dari normal, mual dan muntah,
tanda-tanda hipertiroidisme (merasa gugup atau lelah, jantung berdebar kencang atau
tidak teratur, dan berkeringat deras), sensasi tidak nyaman di panggul, dan cairan
keputihan yang menyerupai bentuk buah anggur. Ini biasanya merupakan tanda dari
kehamilan molar.

Kehamilan molar harus ditangani segera untuk memastikan bahwa semua


jaringan diangkat. Jaringan ini dapat menyebabkan masalah serius pada beberapa
perempuan.
6.) Plasenta Previa
Kadang plasenta menanamkan dirinya sendiri sangat rendah di bawah dinding
rahim, atau kadang-kadang tepat di atas leher rahim sehingga mengganggu proses
persalinan. Kondisi ini disebut plasenta previa dan terjadi pada sekitar 0,5% dari
kehamilan.

Plasenta previa pasti akan menghasilkan pendarahan di beberapa titik dalam


kehamilan Anda — biasanya setelah melewati 20 minggu. Tanda paling umum adalah
perdarahan merah terang dari vagina selama paruh kedua kehamilan Anda. Perdarahan
dapat berkisar dari ringan hingga berat, dan seringnya menyakitkan. Beberapa wanita
juga memiliki kontraksi yang mengikuti pendarahan.

7.) Plasenta Abruptio


Plasenta abruptio, atau pelepasan plasenta, adalah sebuah serius di mana
plasenta sebagian atau seluruhnya terpisah dari rahim sebelum bayi Anda lahir. Kondisi
ini bisa memutuskan jalur nutrisi dan oksigen untuk bayi Anda, dan menyebabkan
perdarahan parah yang membahayakan Anda berdua.

Jika Anda memiliki plasenta abruptio, Anda mungkin melihat satu atau lebih
tanda-tanda peringatan. Hubungi dokter segera jika Anda sedang hamil dan menyadari
gejala berikut ini: perdarahan vagina ringat hingga sedang, rahim yang terasa nyeri atau
menyakitkan (mungkin juga terasa keras atau kaku), memiliki tanda-tanda persalinan
dini (termasuk kontraksi teratur dan sakit punggung/perut bawah), aktivitas janin dalam
kandungan menurun dari biasanya.
8.) Persalinan Prematur
Persalinan prematur didefinisikan sebagai kontraksi rahim rutin yang
mengakibatkan bukaan leher rahim yang dimulai terlalu dini — sebelum 37 minggu usia
kehamilan. Salah satunya tanda adalah pendarahan vagina ringan, disertai dengan kram
atau kontraksi, diare, tekanan panggul, atau sakit punggung sebelum kehamilan
mencapai 37 minggu. Persalinan prematur bisa berakibat serius bagi bayi jika tidak
dikelola dengan baik. Setelah 37 minggu, gejala ini bisa menjadi pemicu melahirkan
normal.

Anda mungkin juga menyukai