Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

PADA NY. K DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Oleh:

Halimah Surani [A11701554]


Hasna Faras Fatin [A11701557]
Ilham Rusdi Pratama [A11701560]
Istiana Puspitasari [A11701563]
Kasiffah kamelia [A11701566]
Yohanes Feriga Susilo [A11701569]
Lulu Permata Sari [A11701572]
Maudy Rismawati Al Maisy [A11701575]
Menir Sri Andini A [A11701578]
Miftakhul Nurhasanah [A11701581]
Muhamad Faris [A11701584]
Nabila Putri [A11701587]
Ni`matul Khoirin Nida [A11701590]
Nur Ani Yulianingsih [A11701593]

KELOMPOK 1
KELAS 2B

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2018
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan
oleh penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang
tidak normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang
dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf.
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang
kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. ( Silvia & Lorraine, 2006 )
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang
menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau
kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri Systemic
lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun multisystem dengan
manifestasi dan sifat yang sangat berubah – ubah, penuakit ini terutama menyerang
kulitr, ginjal, membrane serosa, sendi, dan jantung.(Robins, 2007)

B. Penyebab
Menurut penelitian, faktor berikut meningkatkan peluang pengembangan SLE:
 Genetik :
Studi menemukan bahwa lupus dapat dikaitkan dengan defisiensi gen HLA-
DR2, HLA-DR3 atau komplemen C4. Anggota keluarga pasien SLE
memiliki kesempatan lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
 Estrogen:
Lupus berhubungan erat dengan estrogen, seperti yang sering terjadi pada
wanita usia reproduksi. Kehamilan dan konsumsi pil kontrasepsi yang
mengandung estrogen dapat menyebabkan penyakit ini memburuk. Banyak
pasien pasca menopause akan menemukan gejala mereka mereda tanpa
memerlukan pengobatan lebih lanjut.
 Suku bangsa:
SLE lebih umum terjadi pada orang-orang Asia dan Afrika daripada orang
Kaukasia.
 Ultraviolet Ray:
Berjemur bisa menyebabkan SLE. Sementara penyebabnya masih belum
jelas, ada kemungkinan protein yang dihasilkan oleh sel kulit pada paparan
sinar ultraviolet mengganggu sistem kekebalan tubuh, sehingga
menyebabkan peradangan.
 Pengobatan:
Konsumsi obat-obatan tertentu yang berkepanjangan, termasuk obat anti-
hipertensi seperti hydralazine, obat-obatan mental seperti obat
chlorpromazine atau anti-tuberkulosis dapat menyebabkan lupus. Namun,
lupus yang diinduksi obat jarang terjadi.
 Faktor lainnya:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi virus atau bakteri, kontak
dengan bahan kimia dan merokok juga dapat menyebabkan lupus.
C. Patofisiologi
Lupus ditandai oleh peradangan kronis atau berulang mempengaruhi satu atau
lebih jaringan dalam hubungan dengan beberapa autoantibodi. Beberapa, seperti
anti – sel merah dan antibodi antiplatelet, jelas patogen, sedangkan yang lain
mungkin hanya penanda kerusakan toleransi. Etiologi tetap misteri, tetapi seperti
dalam banyak penyakit kronis, tampaknya mungkin bahwa penyakit ini dipicu oleh
agen lingkungan dalam kecenderungan tiap individu (Malleson, Pete; Tekano,
Jenny. 2007).
 Faktor Endogen
Banyak autoantibodi (terutama ANAs) diarahkan terhadap antigen
intraseluler biasanya 'tak terlihat' untuk sistem kekebalan tubuh. Hal ini
menunjukkan autoimunitas yang berkembang, setidaknya dalam beberapa
kasus, sebagai konsekuensi dari kematian sel yang tidak normal atau
disregulasi termasuk kematian sel terprogram (apoptosis).
Dalam mendukung Konsep ini telah menjadi pengakuan bahwa
model hewan lupus di MLR / lpr mencit karena mutasi genetik FAS.
Aktivasi FAS menyebabkan apoptosis, kelainan FAS mencegah apoptosis
yang normal menyebabkan proliferasi limfositik tidak terkendali dan
produksi autoantibodi. Sebuah homolog manusia model hewan adalah
sindrom limfoproliferatif autoimun (ALPS), karena mutasi dari FAS, anak-
anak mengembangkan limfadenopati besar dan splenomegali dengan
produksi auto antibody(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
 Faktor Eksogen
Bahkan sedikit yang diketahui tentang pemicu yang bertanggung jawab
untuk sebagian besar bentuk lupus. Obat seperti antikonvulsan dan
antibiotik (khususnya minocycline) dapat menyebabkan lupus. Sinar
matahari dapat memicu kedua manifestasi kulit dan sistemik lupus (dan
neonatal lupus). Menelan jumlah yang sangat besar kecambah 6 alfalfa juga
dapat menyebabkan lupus, pemicu aktif muncul menjadi L-canvanine.
Peran, jika ada, dari virus dan bakteri dalam memicu lupus tetap
jelas meskipun perlu penelitian yang cukup besar. Tidak ada bukti yang
meyakinkan bahwa infeksi tertentu adalah penting dalam menyebabkan
lupus. Menariknya, ada peningkatan penyakit rematik pada orang dengan
infeksi HIV, dan penyakit autoimun termasuk lupus tampaknya menjadi
lebih umum ketika ada restorasi kompetensi kekebalan dengan penggunaan
obat anti retro virus yang sangat aktif (Malleson, Pete; Tekano, Jenny 2007).

D. Klasifikasi
Ada tiga jenis type lupus :
 Cutaneous Lupus
Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus Tipe lupus ini hanya terbatas
pada kulit dan ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul pada muka,
leher, atau kulit kepala. Ruam ini dapat menjadi lebih jelas terlihat pada
daerah kulit yang terkena sinar ultraviolet (seperti sinar matahari, sinar
fluorescent). Meski terdapat beberapa macam tipe ruam pada lupus, tetapi
yang umum terdapat adalah ruam yang timbul, bersisik dan merah, tetapi
tidak gatal.
 Discoid Lupus
Tipe lupus ini dapatmenyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ.
Untuk beberapa orang mungkin saja hal ini hanya terbatas pada gangguan
kulit dan sendi. Tetapi pada orang yang lain, sendi, paru-paru, ginjal, darah
ataupun organ dan/atau jaringan lain yang mungkin terkena. SLE pada
sebagian orang dapat memasuki masa dimana gejalanya tidak muncul
(remisi) dan pada saat yang lain penyakit ini dapat menjadi aktif (flare).
 Drug-induced lupus
Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat yang
umumnya dapat menyebabkan druginduced lupus adalah jenis hidralazin
(untuk penanganan tekanan darah tinggi) dan pro-kainamid (untuk
penanganan detak jantung yang tidak teratur/tidak normal). Tidak semua
orang yang memakan obat ini akan terkena drug-induced lupus. Hanya 4
persen dari orang yang mengkonsumsi obat itu yang bakal membentuk
antibodi penyebab lupus. Dari 4 persen itu, sedikit sekali yang kemudian
menderita lupus. Bila pengobatan dihentikan, maka gejala lupus ini
biasanya akan hilang dengan sendirinya Dari ketiganya, Discoid Lupus
paling sering menyerang. Namun, Systemic Lupus selalu lebih berat
dibandingkan dengan Discoid Lupus, dan dapat menyerang organ atau
sistem tubuh. Pada beberapa orang, cuma kulit dan persendian yang
diserang. Meski begitu, pada orang lain bisa merusak persendian, paru-paru,
ginjal, darah, organ atau jaringan lain.

Terdapat perbedaan antara klasifikasi dan diagnosis SLE. Diagnosis


ditegakkan berdasarkan kombinasi gambaran klinis dan temuan laboratorium dan
mungkin tidak memenuhi kriteria klasifikasi American College of Rheumatology
(ACR) (Tabel 1), yang didefinisikan dan divalidasi untuk keperluan uji klinis.
Penggunaan tabel ini ketat daripada yang dibutuhkan untuk mendiagnosa lupus. Hal
ini penting karena kadang-kadang pengobatan akan tidak tepat akan tertunda
menunggu kriteria klasifikasi yang harus dipenuhi (Malleson, Pete; Tekano, Jenny.
2007).
Diagnosa medis definitif didasarkan pada adanya empat atau lebih gejala
tersebut. Laboratorium tes ini termasuk jumlah sel darah lengkap dengan
diferensial, Panel kimia metabolisme, urinalisis, antinuclear antibodi, anti-DNA
antibodi, komplemen 3 (C3), komplemen 4 (C4), imunoglobulin kuantitatif, plasma
reagen cepat (RPR), lupus anticoagulant, dan antiphospholipid antibodi (Lehman,
2002 dalam (Ward, Susan L and Hisley, Shelton M. 2009).

E. Tanda Dan Gejala


 Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
 Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
 Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan
 Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis
 Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi
 membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis.
 Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
 Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
 Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
 Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
 Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali,
hepatomegali)
 Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
 Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis
transversus,
 gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.
 Kecurigaan terhadap adanya SLE jika terdapat dua atau lebih tanda gejala
diatas.

F. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan lab :
 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear,
yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini
juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan
antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi
terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini
hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki
antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen
(protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan
antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan
aktivitas dan lamanya penyakit.
 Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein.
 Radiology :
Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.
LAPORAN KASUS KELOLAAN

Nn. X 28 tahun, mahasiswi berobat ke poli dengan keluhan utama nyeri sendi sejak
2 bulan lalu. Nyeri dirasakan pada sendi-sendi tangan, pergelangan tangan, kaki,
pergelangan kaki, dan lutut, kadang kadang disertai bengkak dan kaku di pagi
hariselama 2-3 jam. Kadang wajah dan leher timbul bercak kemerahan bila
beraktivitas di luar dan terkena terik matahari, kejadian ini sudah 3 kali dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir. Ia mengeluh cepat merasa lelah dan sering sariawan. Ia
menyangkal adanya demam, nyeri dada, sesak, nyeri perut, BB turun, gangguan
BAB/BAK. Ia kadang-kadang minum obat anti rematik untuk mengatasi nyeri pada
sendi-sendinya. Riwayat penyakit dahulu : ia sering terserang flu. Riwayat penyakit
keluarga : anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat kebiasaan : ia
tidak merokok, minum alkohol, ataupun konsumsi obat-obatan tanpa resep dokter

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas pasien
a. Nama : Nn. X
b. Alamat : Gombong
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Sarjana
f. Umur : 28 tahun
g. Pekerjaan : Mahasiswi
h. Suku bangsa : Jawa
i. Status : Belum Menikah

2. Data penanggung jawab


a. Nama : Ny. W
b. Alamat : Gombong
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SLTA
f. Umur : 46 tahun
g. Pekerjaan : Wirausaha
h. Suku bangsa : Jawa
i. Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

3. Keluhan utama
Nn. X dirawat dengan keluhan utama nyeri sendi sejak 2 bulan lalu

4. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri sendi sejak 2 bulan lalu. Nyeri dirasakan
pada sendi-sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, pergelangan
kaki, dan lutut, kadang kadang disertai bengkak dan kaku di pagi
hari selama 2-3 jam. Kadang wajah dan leher timbul bercak
kemerahan bila beraktivitas di luar dan terkena terik matahari,
kejadian ini sudah 3 kali dalam kurun waktu3 bulan terakhir. Ia
mengeluh cepat merasa lelah dan sering sariawan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai Riwayat penyakit sering terserang
Flu
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan

5. Pola pengkajian virginia henderson


1. Pola Nafas
SS : Klien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu pernafasan
SD : Klien Masih dapat Bernafas dengan normal

2. Nutrisi
SS : Klien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi dengan lauk pauk
dan minum air putih 6-7 gelas
SD : Klien mengatakan makan 3x sehari. Minum air putih 5 gelas
perhari dan minum air teh.

3. Eliminasi
SS : Klien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
padat,warna kuning, BAK 4-5 x/hari dengan warna kuning
jernih
SD : Klien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
padat,warna kuning, BAK 4-5 x/hari dengan warna kuning
jernih

4. Pola istirahat tidur


SS : Klien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan jarang tidur
siang
SD : Klien mengatakan tidak memiliki gangguan tidur

5. Pola gerak dan keseimbangan


SS : Klien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa bantuan
orang lain
SD : Klien tidak dapat bergerak bebas karena nyeri pada sendinya.
Aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, BAB, BAK dibantu
perawat dan keluarga.

6. Personal higine
SS : Klien mengatakan 2x/hari dengan mengguanakan sabun dan
selau gosok gigi dan keramas 2x seminggu
SD : Klien hanya diseka oleh keluarganya pagi dan sore hari

7. Mempertahankan suhu tubuh


SS : Klien mengatakan jika dingin memakai jaket dan selimut jika
panas pasien hanya memakai baju yang tipis dan menyerap
keringat
SD : Klien memakai baju tipis dan celana pendek, suhu 36,50C

8. Bahaya lingkungan dan kecelakaan


SS : Klien dapat melindungi dirinya dari bahaya lingkungan dan
kecelakaan
SD : Klien dibantu oleh keluarganya (Ibu)

9. Komunikasi
SS : Klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan orang lain
dengan lancar baik bisa menggunakan bahasa jawa dan
Indonesia
SD : Klien sulit berkomunikasi dengan lancar

10. Bekerja
SS : Klien bekerja sebagai Ibu rumah tangga
SD : Klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa karena
keadaannya sedang sakit

11. Ibadah
SS : Klien mengatakan beragama islam dan biasa menjalankan
sholat 5 waktu
SD : Klien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan hanya
tiduran

12. Rekreasi
SS : Klien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya slalu
berkumpul dengan kluarga terdekat atau Temannya
SD : Klien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-bincang
dengan keluarga dan pasien sebelahnya

13. Belajar
SS : Klien mengatakan tidak mengetahui tantang penyakit yang di
derita
SD : Klien mendapatkan informasi tentang penyakit dari dokter dan
Perawat

B. Data Obyektif
1. Keadaan umm : Lemah
Kesadaran : Composimetris

2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


TD : 120/70 mmHg Suhu : 38,5 0C
Nadi : 108 X/menit RR : 18 X/menit
BB : 42 KG TB : 160 CM
3. Pemeriksaan fisik
Head to toe
Kepala : Mesosepal, tidak ada jejas, tidak ada lesi
Rambut : Rambut panjang, tidak ada ketombe
Mata : Konjungtiva anemis, skelera tidak ikterik, bola mata
simetris, pupil isokor
Hidung : Tidak ada pembesaran
Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada pembesaran tonsil, membran
mukosa kering dan pecah-pecah, lidah atrofi
Kuping : Banyak serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat pembesaran
kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena jugulatis
Thorax : 1. Paru
 I : bentuk dada simetris, tidak ada jejas dan lesi,
pengembangan dada simetris
 P : Tidak nyeri tekan, pemeriksaan vokal fremitus
terasa seimbang kanan kiri
 P : Bunyi sonor
 A : Tidak ada suara tambahan

2.jantung
 I : Ada iktus kordis
 P : Iktus kordis teraba paa IC 5 sinistra
 P : bunyi pekak dimulai pada IC 2-5 Sinistra
 A : Bunyi tidak teratur, tidak ada bunyi tambahan

3. Abdomen
 I : simetris, tidak ada jejas
 A : terdengar bunyi gerak perisaltik usus
 P : Tidak ada nyeri tekan
 P : bunyi timpani

4. Genetalia : tidak terpasang DC


5. Ekstermitas :
1. Atas = Terpasang Cairan Infus di tangan kanan
2. bawah = Tidak ada jejas dan lesi
C. ANALISIS DATA
No waktu DS/DO Problem Etiologi
1. Ds : Klien mengatakan Agen injuri fisik Nyeri Kronis
nyeri sendi kaki dan
tangan
Do : Klien tampak
menahan nyeri
2. Ds : Klien mengatakan Tidak mampu Keletihan
cepat merasa lelah mempertahankan
Do : Klien tampak lelah aktivitas fisik
pada tingkatan
yang biasanya

DX :
1. Nyeri Kronis b.d Agen injuri fisik
2. Keletihan b.d Tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada
tingkatan yang biasanya

D. INTERVENSI
No DX Ja NIC NOC
m
1. Nyeri Setelah dilakukan asuhan Managemen Nyeri
Kronis b.d keperawatan selama 1X24  Melakukan pengkajian
Agen injuri jam diharapkan masalah Nyerinyeri termasuk lokasi,
fisik Kronis b.d Agen injuri fisikkarateristik,onset/dura
dapat teratasi dengan kriteria
si, frekuensi, kualitas
hasil atau keparahan nyeri,
Pain control dan factor pencetus
Indikator A T nyeri
Mengenali onset 2 4 Observasi tanda
nyeri nonverbal dari
Mengenali gejala 2 4 ketidaknyamanan,
nyeri yang terutama pada pasien
Berhubungan yang tidak bisa
dengan penyakit berkomunikasi secara
Melaporkan nyeri 3 4 efektif
terkontrol  Evaluasi keefektifan
manajemen nyeri
yang pernah diberikan
sebelumnya
 Dukung pasien untuk
menggunakan
pengobatan nyeri
yang adekuat
2. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan  Evaluasi laporan
aktifitas keperawatan selama 2X24 kelemahan,perhatikan
jam diharapkan masalah ketidakmampuan
b.d Keletihan b.d Tidak mampu untuk berpartisipasi
Keletihan mempertahankan aktivitas dalam aktifitas sehari-
fisik pada tingkatan yang hari
biasanya dapat teratasi dengan  Berikan lingkungan
Ktiteria hasil tenang dan perlu
Tingkat kelelahan istirahat tanpa
Indikator A T gangguan
Kelelahan 2 4  Berikan bantuan dalam
Nyeri sendi 1 4 aktifitas sehari-hari
Fungsi Imun 2 4 dan ambulasi
 Ajarkan pada pasien
untuk tetap
beraktivitas normal
untuk mengetahui
pencapaian tujuan
memalui kemampuan
fisik yang konsisten
 Meminimalisirkan
aktivitas yang dapat
dilakukan pasien dan
dalam waktu yang
pendek, sesuai dengan
yang disarankan oleh
terapis

E. IMPLEMENTASI
Waktu No Implementasi Respon TTD
DX

Anda mungkin juga menyukai