KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-
ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).
Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati.
Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah,
2000).
Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai
gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian.
Untuk memahami DHF perlu pemahaman terkait Anatomo fisiologi pada
sistem sirkulasi.
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau demam
berdarah adalah virus Dengue. Di indonesia virus tersebut sampai saat ini
telah di isolsi menjadi 4 serotipe. Virus Dengue yang termasuk dalam
grup B dalam Arthropedi bone viruses (arbu viruses), yaitu DEN-1, DEN -
2, DEN-3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe
yang menjadi penyebab DHF terbanyak. Di Thailand, di laporka bahwa
serotipe DEN-2 adalah dominan.sementara di Indnesia, yang terutama
domian adalah DEN-3, tetapi akhhir-akhir ini ada kecenderungan doinansi
DEN-2.
3
4
2.3 Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah,
nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut,
bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada
sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan
serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler
keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya
terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan
tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan
reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
5
masa konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak tangan dan
kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada
permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratanya
penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun
kegagalan peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai
berikut :
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,
seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis,
Hematemesis, Hematuri, dan melena)
3) Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan
diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah
timbul sianosis disekitar mulut.
2.6 Penatalaksaaan
1) Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan
suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan
minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu
dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai
ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena
merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan
kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti
8
vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya
pasien dirawat di ICU.
Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan
gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan
hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak
kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah
disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.
2) Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan
sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat
infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
a. Kegagalan sirkulasi darah.
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke
dalam jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat
renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema)
dan darah menjadi kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan)
perlu dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam.
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap
4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak. Bila
dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi dokter.
b. Resiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab
terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.
Pendarahan grasto intestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut
yang hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim,
dkk.1966).
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah
perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar
10
2.7 Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di
tangani akan menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 –
7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan
aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah
jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam
12-24 jam.
12
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan
sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih
besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibody.
4) Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura
akan terjadi dispnea, sesak napas.