Anda di halaman 1dari 10

Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M.

Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM


ISSN: 2088-088X

ANALISA SISTEM DISTRIBUSI AIR PDAM DI DESA PEMONGKONG


KEC. JEROWARU KAB. LOMBOK TIMUR

Muhamad Hilmi, Rudy Sutanto, Yesung Allo Padang


Jurusan teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas mataram

Abstrak

Dalam proses pendistribusian air bersih ke desa Pemongkong, sering terjadi


kekurangan debit di beberapa dusun, sehingga pada penelitian ini akan dicari faktor apa saja
yang menyebabkan debit aliran pada beberapa dusun sangat rendah.
Secara umum kebutuhan masyarakat masih dapat terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari
kebutuhan rata-rata (debit demand) harian berdasarkan SKAB DPU sebesar 9,96 L/s,
sedangkan debit yang tersedia di sumber dari bulan Januari s/d Agustus 2012 lebih dari 9,96
L/s. Kemudian terjadi penurunan debit mulai bulan Oktober s/d Desember 2012, sehingga
kebutuhan masyarakat tidak dapat terpenuhi. Sedangkan pada jam puncak beberapa dusun
mendapatkan debit aliran yang sangat rendah, bahkan tidak mendapatkanya sama sekali. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan debit yang disediakan oleh sumber, dimana debit
maksimum yang dihasilkan oleh sumber sebesar 12,4 L/s, sedangkan kebutuhan pada jam
puncak mencapai 22,09 L/s.
Selanjutnya untuk analisa head loss dan head tekan sisa, pada jam puncak untuk
pemakaian maksimum (bulan Pebruari 2012) terdapat dua dusun yang mengalami head tekan
sisa yang cukup rendah dibandingkan dengan dusun yang lain. Kedua dusun tersebut yaitu di
dusun Ujung berdasarkan perhitungan manual sebesar 20,15 m, dan berdasarkan simulasi
Epanet 2.0 sebesar 21,94 m, sedangkan di dusun Permas berdasarkan perhitungan manual
sebesar -2,81 m dan berdasarkan simulasi Epanet 2.0 sebesar -1,50 m. Hal ini menyebabkan
potensi hambatan aliran menuju kedua dusun tersebut cukup tinggi, dan aliran cendrung akan
menuju tempat di mana Head Tekan sisa yang lebih tinggi. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan memperbesar diameter pipa transmisi yang menuju kedua dusun tersebut dari 2 in
menjadi 3 in. Head tekan sisa yang dihasilkan setelah menggunakan diameter pipa 3 in adalah
di dusun ujung berdasarkan perhitungan manual sebesar 111,31 m, dan berdasarkan simulasi
Epanet 2.0 sebesar 112,45 m, sedangkan di dusun Permas berdasarkan perhitungan manual
sebesar 102,72 m dan berdasarkan simulasi Epanet 2.0 sebesar 103,01 m.

Kata kunci : Debit tersedia, Debit demand, Head tekan sisa, Epanet 2.0.

Abstract

In the process of the distribution of clean water to a village Pemongkong, debit frequent
shortages in some villages, so this study will look at what factors cause the flow rate is very low
in some villages.
Generally, public needs can still be met. It can be seen from the average requirement
(debit demand) daily by SKAB DPU of 9.96 L/s, while the available flow at the source from
January-August 2012 more than 9.96 L/s. Then a decline debit from September-December
2012, so that people's needs can not be met. Nevertheless, at the peak hours several sub-
village get very low flow rates. This is because the discharge limitations provided by the source,
where the maximum discharge generated by the source of 12.4 L/s, while the demand at the
peak hours is 22.09 L/s.
Further analyzes about head loss and preesure residu, at peak hours for maximum usage
(February 2012) there are two sub-villages that experienced head press remaining fairly low
compared to other sub-villages. These sub-villages are Ujung of 20,15 m and Permas of -2,81
m. This leads to a potential barrier to the flow of these sub-villages is quite high, and water will
tend to flow towards the place where the head pressure residual higher. This problem can be
overcome by increasing the transmission diameter pipe from 2 ince to 3 ince. This problem can
be overcome by increasing the diameter of the transmission pipeline to both the village of 2 to 3-
in ince. Head hit the rest is generated after using the 3-in-diameter pipe is in the end based on
manual calculations hamlet of 111.31 m, and based on simulations Epanet 2.0 at 112.45 m,

111
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

while in the hamlet Permas based on manual calculations of 102.72 m and based on simulation
Epanet 2.0 at 103.01 m.

Key words : Discharge, Debit demand, Pressure residu, Epanet 2.0.

PENDAHULUAN dusun, kadang-kadang masyarakat


Air merupakan unsur yang vital mendapatkan debit aliran yang sangat
dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak rendah dan bahkan tidak mendapatkannya
dapat bertahan hidup tanpa air. Jika kita sama sekali. Melihat permasalahan ini,
tinjau lebih luas lagi, penggunaan air bukan sangat perlu dilakukan penelitian untuk
hanya untuk mempertahankan hidup, mengetahui penyebab dari permasalahan
melainkan untuk memenuhi kebutuhan- tersebut, yang selanjutnya diharapkan bisa
kebutuhan lain seperti mandi, mencuci, mendapatkan solusi untuk mengatasi
memasak, irigasi dll. Dengan melihat permasalahan itu sendiri.
keadaan tersebut, maka pantaslah kita Dusun-dusun yang terlayani
menyatakan bahwa air merupakan salah menggunakan jaringan perpipaan dapat
satu penopang utama bagi kehidupan dilihat pada tabel 1.
manusia.
Di antara kebutuhan-kebutuhan Tabel 1. Jumlah pelanggan dan sambungan
masyarakat terhadap air, jenis air yang umum di masing-masing dusun.
paling dibutuhkan adalah air bersih. Jumlah Pelanggan Jumlah
Kebersihan ini berkaitan dengan masalah No Dusun Node Domestik Non Sambu-
kesehatan masyarakat sebagai pengguna (KK) Domestik ngan
air tersebut. Jika air yang digunakan untuk 1 Pengoros 7 13 1 Masjid 0
keperluan konsumsi tidak bersih dan steril 2 Permas 8 102 1 Masjid 3
dari bakteri, maka air yang mengandung
1 Masjid &
bakteri tersebut dapat menyebabkan 3 Serumbung 9 112
2 SD/M
5
timbulnya penyakit.
4 Keranji 10 40 1 SD 2
Kaitannya dengan hal tersebut,
pemerintah tentu tidak lepas tangan dan 5 Ujung 11 100 1 Masjid 5
berusaha memberikan pasokan air bersih 1 Masjid &
6 Pemongkong 12 66 5
kepada masyarakat. Usaha pemerintah 2 SD/MI
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat 7 Ujung Betok 13 7 0 3
terhadap air bersih dapat di lihat dari
8 Jelok Buso 14 44 1 SMK 5
pembentukan lembaga-lembaga yang
mengurusi proses pengolahan sampai 2 Masjid &
9 Desa Sepit* 15 189 6
pendistrubusian air bersih tesebut. 2 SD/MI
Namun sampai saat ini, air bersih Jumlah 673 15 36
yang didapatkan oleh masyarakat umum Sumber: PDAM Lombok Timur
masih sangat minim. Hal ini tentu saja
disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu LANDASAN TEORI
faktor yang menghambat proses distribusi A. Mekanika Fluida
air bersih ke masyarakat adalah sistem Mekanika fluida merupakan bidang
distribusi air tersebut. Sistem distribusi air ilmu yang membahas tentang fluida, baik
bersih ini sangatlah erat kaitannya dengan fluida gas maupun cairan. Ruang lingkup
sistem perpipaan, karena proses pembahasan dalam Mekanika Fluida secara
pendistribusian air bersih ke masyarakat Umum ada dua yaitu Statika Fluida dan
secara umum dilakukan melalui saluran pipa Dinamika Fulida.
dengan memanfaatkan aliran dalam pipa
tersebut. 1. Statika Fluida
Desa Pemongkong Kec. Jerowaru Statika fluida merupakan bagian
kab. Lombok Timur merupakan salah satu dari mekanika fluida yang membahas
desa yang sumber utama air bersihnya dari tentang sifat-sifat dari fluida diam atau
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). biasa disebut fluida statis.
Akan tetapi dalam proses pendistribusian air a. Tekanan
bersih tersebut, masih terjadi permasalahan Tekanan didefinisikan sebagai gaya
yang perlu dicarikan solusinya. Di beberapa persatuan luas. Tekanan dapat

112
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

dinyatakan dalam: tidak ada perubahan temperatur,


maka massa jenis fluida dianggap
konstan dari titik 1 ke titik 2, sehingga
P= …………………………………… (1)
persamaan menjadi:
Dimana: A1V1=A2V2……………….…… (4b)
2
p = Tekanan (N/m ) Q1=Q2…………………….……. (4c)
F = Gaya Tekan (N) Dimana :
2 3
A = Luas Bidang Tekan (m ) Q = Debit Aliran (m /s)
A = Luas Penampang Saluran (m2)
b. Tekanan Hidrostatis 2
V = Kecepatan Aliran (m /s)
Tekanan Hidrostatis merupakan
tekanan suatu dalam suatu fluida b. Persamaan Energi
yang disebabkan oleh berat dari fluida Persamaan energi pada aliran
itu sendiri.Tekanan Hidrostatis dapat dalam pipa dapat dinyatakan dalam:
dirumuskan menjadi:
+ + = + + + ℎ … (5)
Pℎ = ρ g h (Pa) ……………………. (2)
Dimana:
2 Dimana:
ph = Tekanan Hidrostatis (N/m )
3 p = Tekanan(Pa)
ρ = Massa Jenis (kg/m ) 3
2 γ = Berat Jenis (N/m )
g = Percepatan Gravitasi (m/s ) 2
h = Ketinggian pengukuran (m) V = Kecepatan Aliran(m /s)
2
g = Gravitasi Bumi (m/s )
c. Tekanan Uap Z = Ketinggian (m)
Tekanan uap merupakan hLT = KerugianTekanan Aliran (m)
tekanan dimana fluida cair (liquid) (Viktor L. Streeter, dkk, 1998)
mulai berubah fase dari fase cair Persamaan energi dapat diilustrasikan
menjadi fase uap. Pada temperatur dalam Garis Energi (GE) dan Garis
tertentu, suatu zat cair akan mendidih Tingkat Hidrolik (GTH) di bawah ini.
apabila tekanannya mencapai
tekanan uap meskipun temperaturnya
konstan.
Didalam fluida yang mengalir,
tekanan pada suatu titik tertentu
mungkin mencapai tekanan uapnya
sehingga pada titik tersebut akan
terjadi penguapan. Peristiwa ini
disebut dengan kavitasi. Efek dari
kavitasi ini berupa kerusakan pada
material atau peralatan yang berada
di sekitaran terjadinya kavitasi.

2. Dinamika Fluida
Dinamika fluida merupakan bagian Gambar 1. Garis Energi (GE) dan
dari mekanika fluida yang membahas Garis Tingkat Hidrolik (GTH)
tentang kecepatan, percepatan dan (Sumber: Bruce R. Munson, dkk,
gaya-gaya yang bekerja pada gerakan 2005)
fluida. Gerakan fluida umumnya berupa
aliran pada suatu medium tertentu. Salah c. Persamaan Bernoulli
satu contohnya adalah aliran dalam pipa. Persamaan Bernoulli pada
aliran fluida dapat dinyatakan dalam:
B. Aliran dalam Pipa
1. Konsep Dasar Aliran Fluida + + = + + ………. (6)
a. Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinu dapat
Persamaan Bernoulli dengan
dinyatakan dalam:
persamaan energi (persamaan 5)
ρ1A1V1=ρ2A2V2………………. (4a)
sangat mirip. Perbedaannya yaitu
Karena dalam aliran pipa diasumsikan

113
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

pada persamaan Bernoulli


mengasumsikan viskositas diabaikan 3. Persamaan Hazen-Williams
(aliran inviscid), sedangkan untuk Selain persamaan Darchy-Weybach,
persamaan energi, viskositas tidak dikenal juga persamaan Hazen-Williams.
diabaikan. Selanjutnya efek viskos ini Persamaan Hazen-Williams yang
akan menyebabkan kerugian tekanan. digunakan untuk mencari kerugian
(Bruce R. Munson, dkk, 2005) tekanan pada sistem perpipaan adalah:

2. Kerugian Aliran Fluida ,


ℎ , , …………………. (9)
Di dalam Mekanika Fluida
dikenal dua macam Losses yaitu Mayor
Dimana:
Losses (hf) dan Minor Losses (hL).
hl = Kerugian Tekanan (m)
a. Mayor Losses (hf)
K1 = Konstanta (10,59 untuk satuan
Mayor losses merupakan
SI dan 4,72 untuk satuan Inggris)
kerugian tekanan yang disebabkan
C = Koefesien kekasaran Hazen-
oleh gesekan pada dinding-dinding
Williams
saluran (pipa). Kerugian akibat
L = Panjang pipa (m)
gesekan ini dapat diketahui
D = Diameter pipa (m)
menggunakan persamaan Darchy- 3
Q = Debit aliran (m /s) (Merle C.
Weibach:
Potter, 2011)
Sedangkan untuk mencari kecepatan
ℎ ………………….….. (7) adalah:
, ,
Dimana: = 0,354 …………… (10)
hf = kerugian tekanan (m)
f = Koefesien Gesekan Dimana :
L = Panjang Saluran (m) V = Kecepatan aliran (m/s)
D = Diameter Saluran (m) C = Koefisien kekerasan Hazen
V = kecepatan Aliran (m/s) Williams
2
g = Gravitasi Bumi (m/s ) D = Diameter pipa (m)
I = Kemiringan gradien hidraulik;
b. Minor Losses (hL) Perbandingan kerugian tekanan
Minor Losses merupakan (Head Loss) dengan panjang
kerugian yang disebabkan oleh pipa, sehingga Kemiringan
properti disepanjang saluran gradien hidrolis dapat
perpipaan. Properti yang dimaksud dinyatakan dengan persamaan:
berupa katup-katup,
belokan, perubahan dimensi = …………………………….. (11)
penampang dll. Kerugian akibat Minor (Merle C. Potter, 2011)
Losses ini dinyatakan dalam:
Tabel 2. Koefesien Kekasaran Hazen-
ℎ ………..…………….. (8) Williams
Koefisien
Jenis Pipa
Dimana: Kekasaran (C)
hL = Kerugian Tekanan (m) Sangat Halus, Semen Berserat 140
KL = Koefesien Kerugian Besi Cor Baru 130
V = Kecepatan Aliran (m/s)
2 Baja Las Baru 120
g = Percepatan Gravitasi (m/s )
Besi Cor Rata-rata, Baja Ribet
110
baru
Koefesien kerugian ini berbeda-beda
untuk setiap jenis komponen Besi Cor setelah digunakan
95-100
Bertahun-tahun
perpipaan. Di bawah ini beberapa
jenis komponen perpipaan yang Pipa-pipa tua rusak 60-80
memiliki Koefesien Kerugian yang Sumber: Merle C. Potter, 2011
berbeda-beda.
(Bruce R. Munson, dkk, 2005)

114
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

C. Dasar-dasar Perancangan Sistem QTotal = QSR + QSU + QND……....... (13)


Perpipaan
1. Standar Kebutuhan Air Domestik Dimana:
3
Standar kebutuhan air Domestik QTotal = Kebutuhan Total (m /s)
yaitu kebutuhan air bersih yang QSR = Kebutuhan Rumah Tangga
3
digunakan pada tempat- tempat hunian (m /s)
pribadi untuk memenuhi hajat hidup QSU = Kebutuhan Sambungan
3
sehari-hari, seperti pemakaian air untuk Umum (m /s)
minum, mandi, dan mencuci. Satuan QND = Kebutuhan Non Domestik
3
yang dipakai adalah liter/orang/hari. (m /s)
Standar kebutuhan domestik ini dapat
dilihat pada tabel 2. Table 3. Standar kebutuhan air domestijk
Untuk menghitung jumlah Kategori Kota Berdasarkan Jumlah
kebutuhan di masing-masing wilayah per Penduduk
detik menggunakan persamaan: Uraian Besar Sedang Kecil IKK
Metro 500.000 100.000 20.000 dan
>1.000.000 s/d s/d s/d Desa
= ℎ / .. (12) 1.000.000 500.000 100.000 <20.000

Sambungan
Dimana: rumah tangga 190 170 150 130 100
(L/O/h)
QSR = Jumlah Kebutuhan Jumlah jiwa
Sambungan Rumah 5 5 5 5 5
per SR
Tangga (L/s) Sambungan
30 30 30 30 30
Jmlh Pengguna = Jumlah total pengguna umum (L/O/h)
Jumlah jiwa
dalam satu wilayah per SU
100 100 100 100-200 200
(Orang) Kehilangan
20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
SKAB = Standar Kebutuhan Air air (%)
Bersih untuk Faktor jam
1,75-2,0 1,75-2,0 1,75-2,0 1,75 1,75
sambungan puncak
Sisa tekan di
Rumah Tangga (L/O/h) penyediaan 10 10 10 10 10
air (mka)
Sedangkan untuk mencari jumlah Jam operasi 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
pengguna adalah dengan cara Sumber: Ditjen Cipta Karya DPU
mengalikan jumlah jiwa per sambungan .
rumah tangga dengan jumlah Pelanggan Tabel 4. Standar kebutuhan air Non
(jumlah KK) di wilayah tersebut. Domestik untuk kategori Kota Metropolitan-
Kota Kecil
2. Standar Kebutuhan Air Non Domestik
(ND) Sektor
Nilai
Satuan
Standar kebutuhan air non Kebutuhan
domestik yaitu kebutuhan air bersih di Sekolah 10 Liter/murid/hari
luar keperluan rumah tangga. Kebutuhan Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari
air non domestik antara lain:
Puskesmas 2.000 Liter/hari
a. Penggunaan komersial dan industri; Mesjid 3.000 Liter/hari
yaitu penggunaan air oleh badan-
Perkantoran 10 Liter/pegawai/hari
badan komersial dan industri-industri.
b. Penggunaan umum; yaitu Pasar 12.000 Liter/hektar/hari
penggunaan air untuk bangunan- Hotel 150 Liter/bed/hari
bangunan atau fasilitas umum,
Liter/tempat
misalnya rumah sakit, sekolah- Rumah Makan 100
duduk/hari
sekolah, dan rumah ibadah. Komplek Militer 60 Liter/orang/hari
Kebutuhan air total di masing-
masign wilayah adalah penjumlahan dari Kawasan Industri 0,2-0,8 Liter/detik/hektar
pemakaian Sambungan Rumah Tangga Kawasan
0,1-0,3 Liter/detik/hektar
(SR), Sambungan Umum dan Kebutuhan Pariwisata
Non Domestik (ND), atau dapat Sumber: Ditjen Cipta Karya DPU.
digambarkan dengan persamaan:

115
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

Tabel 5. Standar kebutuhan air Non b. Data Skunder


Domestik untuk kategori IKK/Desa. Data Skunder adalah data-
data pendukung yang digunakan
Nilai
Sektor Satuan dalam perhitungan. Data ini juga
Kebutuhan
Sekolah 5 Liter/murid/hari didapatkan dengan cara observasi
dilapangan dan meminta data di
Mesjid 3.000 Liter/Unit/Hari
instansi terkait yaitu PDAM Lombok
Musholla 2.000 Liter/Unit/Hari Timur. Data Skunder ini berupa:

Jumlah Pelanggan (konsumen)
Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari 
Topografi desa.

Puskesmas 1.200 Liter/hari Peta jaringan perpipaan.
Hotel 90 Liter/hari
3. Pengolahan dan Analisa Data
Kawasan Industri 10 Liter/hari Setelah data-data tersebut diatas
didapatkan, Langkah selanjutnya adalah
Sumber: Ditjen Cipta Karya DPU. pengolahan data-data untuk digunakan
dalam analisa. Analisa data dilakukan
METODE PENELITIAN dengan perhitungan menggunakan
A. Teknik Pengumpulan Data persamaan-persamaan yang didapatkan
Pengumpulan data yang pada saat study literatur.
diperlukan dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara observasi di lapangan 4. Pemodelan dengan Program Epanet
dan meminta data yang diperlukan di 2.0
instansi terkait yaitu PDAM Lombok Data-data yang telah diolah
Timur. kemudian digunakan untuk membuat
pemodelan berupa simulasi jaringan
B. LangkahKerja perpipaan yang ada di desa
1. Study Literatur Pemongkong. Keluaran dari hasil
Langkah awal yang dilakukan pemodelan ini kemudian dibandingkan
dalam penelitian ini adalah dengan dengan hasil perhitungan manual.
melakukan study literatur mengenai
materi-materi yang menunjang dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini. penelitian ini dilakukan A. Hasil Survey Data
berdasarkan keadaan alam dan 1. Pemakaian Air Desa Pemongkong
masyarakat di desa Pemongkong kec. a. Total pemakaian perbulan
Jerowaru, kab. Lombok Timur.

2. Survey Lapangan
Setelah literatur terkumpul,
langkah kedua yaitu melakukan survey
lapangan dan mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan. Data-data yang
dimaksud adalah:
a. Data Primer
Data Primer adalah data-data
utama yang digunakan dalam
perhitungan. Data ini didapatkan
dengan cara observasi dilapangan
dan meminta data di instansi terkait Gambar 2. Grafik perbandingan debit
yaitu PDAM Lombok Timur. Data tersedia dan debit terpakai perbulan
primer ini berupa: pada tahun 2012 di desa Pemongkong.

Elevasi jaringan

Panjang pipa Dari grafik tersebut, dapat dilihat

Diameter pipa bahwa debit yang tersedia pada bulan

Komponen perpipaan ke-1 (Januari) s/d bulan ke-8 (Agustus)

Debit terpakai masih cukup stabil, dimana debit

Debit tersedia minimum sebesar 8,96 L/s pada bulan
Agustus. Debit tersedia mengalami
penurunan cukup drastis mulai bulan ke-

116
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

9 (September) s/d bulan ke-12 node tersebut.


(Desember). Hal ini menyebabkan Sedangkan untuk kondisi
pemakaian pada bulan September s/d minimum, pemakaian terjadi hanya di
Desember sangat rendah. tiga node yaitu node 8 (dusun Pengoros)
sebesar 0,228 L/s, node 10 (dusun
b. Jumlah Pemakaian Perdusun Serumbung) sebesar 1,120 L/s, dan
Data pemakaian yang digunakan node 15 (desa Sepit) sebesar 1,512 L/s.
pada penelitian ini adalah data pada Hal ini disebabkan karena debit aliran
bulan Pebruari dan bulan Maret 2012. yang tersedia sangat rendah, Sehingga
Data pemakaian pada bulan Pebruari aliran hanya sampai pada tempat yang
merupakan pemakaian maksimum, lebih dekat dari pipa induk.
sedangkan pada bula Oktober
merupakan pemakaian minimum pada C. Analisa di Masing-masing Node
Tahun 2012. Data pemakaian air 1. Berdasarkan SKAB DPU
tersebut sudah termasuk data pemakaian Untuk menganalisa masing-
Domestik dan Nondomestik. masing node, perlu diketahui debit
aliran di masing-masing pipa dan node.
B. Perbandingan jumlah Kebutuhan dan Debit aliran di masing-masing pipa
Pemakaian Rata-rata di Masing- dapat ditentukan menggunakan
masing Dusun persamaan kontinuitas, baik pada pipa
Jumlah kebutuhan air bersih ini tunggal, pipa tersusun seri, pipa
ditentukan berdasarkan Standar tersusun paralel maupun pipa
Kebutuhan Air Bersih (SKAB) Ditjen bercabang.
Cipta Karya DPU. Berdasarkan SKAB a. Kondisi Biasa (Harian)
Ditjen Cipta Karya DPU, daerah Di bawah ini adalah head
Pemongkong merupakan daerah yang tekan sisa di masing-masing dusun
termasuk dalam kategori desa, sehingga berdasarkan SKAB DPU.
penentuan standar kebutuhan terahadap
air bersih akan mengacu pada kategori
tersebut.

Gambar 4. Grafik head tekan sisa pada


kondisi harian berdasarkan SKAB DPU.

Dari hasil analisa tersebut


Gambar 3. Grafik perbandingan antara dapat dilihat bahwa tekanan sisa di
kebutuhan berdasarkan SKAB DPU masing-masing node cukup tinggi.
dengan pemakaian pada bulan Pebruari Tekanan sisa minimum terjadi di node
(maksimum) Oktober (minimum). 15 (desa Sepit) yaitu berdasarkan
analisa manual sebesar 82,66 m dan
Dari gambar 3, dapat dilihat berdasarkan simulasi Epanet 2.0
bahwa pada pemakaian maksimum, sebesar 82,54m.
pemakaian lebih tinggi dari jumlah Selanjutnya di desa
kebutuhan berdasarkan SKAB DPU. Pemongkong secara umum tekanan
Pada kondisi maksimum ini pemakaian sisa masih di atas 100 m. Nilai ini jauh
lebih di dominasi oleh node 10 (dusun lebih tinggi dari standar tekanan sisa
Serumbung) yaitu sebesar 2,326 L/s. sebesar 10 m. Hal ini berarti, pada
Dominasi pemakaian ini disebabkan oleh kondisi biasa (harian) sistem perpipaan
jumlah pelanggan yang cukup banyak di desa Pemongkong masih cukup baik
dan head tekan sisa yang cukup tinggi di untuk menyalurkan air dari sumber ke

117
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

daerah pelayanan. Dari hasil analisa tersebut dapat


dilihat bahwa tekanan sisa di masing-
b. Analisa Jam Puncak masing node cukup tinggi. Tekanan
sisa minimum terjadi di node 15 (desa
Sepit) yaitu berdasarkan analisa
manual sebesar 82,36 m dan
berdasarkan simulasi Epanet 2.0
sebesar 82,28 m dan node 9 (dusun
Permas) yaitu berdasarkan analisa
manual sebesar 88,00 m dan
berdasarkan simulasi Epanet 2.0
sebesar 83,52 m. Hal ini berarti, pada
kondisi biasa (harian) sistem perpipaan
Gambar 5. Grafik head tekan sisa pada di desa Pemongkong masih cukup baik
jam puncak berdasarkan SKAB DPU. untuk menyalurkan air dari sumber ke
daerah pelayanan.
Dari hasil analisa tersebut
dapat dilihat bahwa secara umum 2) Analisa Jam Puncak
tekanan sisa di masing-masing node
cukup tinggi. Head tekan sisa minimum
terjadi di node 9 (dusun Permas) yaitu
berdasarkan analisa manual sebesar
29,23 m dan berdasarkan simulasi
Epanet 2.0 sebesar 29,49 m, node 12
(dusun Ujung) yaitu berdasakan analisa
manual sebesar 96,70 m dan
berdasarkan simulasi Epanet sebesar
97,59 m. Hal ini berarti, pada jam
puncak kedua node ini memiliki potensi
hambatan aliran yang cukup tinggi Gambar 7. Grafik head tekan sisa pada
dibandingkan node-node yang lain, jam puncak berdasarkan pemakaian.
sehingga debit aliran cenderung akan
menuju node dimana tekanan sisa yang Dari hasil analisa tersebut dapat
lebih tinggi. dilihat bahwa terdapat dua node yang
memiliki head tekan sisa yang sangat
2. Berdasarkan Pemakaian Air rendah dibandingkan dengan node-
Dengan menggunakan cara node lain. Kedua node tersebut adalah
yang sama seperti langkah di atas di node 9 (dusun Permas) yaitu
(analisa berdasarkan SKAB DPU), berdasarkan analisa manual sebesar -
maka didapatkan hasil perhitungan 2,81 m dan berdasarkan simulasi
berdasarkan pemakaian air pada bulan Epanet 2.0 sebesar -1,50 m, node 12
Pebruari dan Oktober 2012. (dusun Ujung) yaitu berdasakan analisa
a. Perhitungan Pada Bulan Pebruari manual sebesar 20,15 m dan
2012 berdasarkan simulasi Epanet 2.0
1) Kondisi Biasa (Harian) sebesar 21,94 m. Hal ini berarti, pada
jam puncak kedua node ini memiliki
potensi hambatan aliran yang cukup
tinggi dibandingkan node-node yang
lain.

b. Perhitungan pada bulan Oktober 2012


Pemakaian pada bulan Oktober
2012 merupakan pemakaian minimum,
Sehingga analisa Head Loss pada
bulan ini tidak dilakukan. Karena
Gambar 6. Grafik head tekan sisa pada semakin rendah debit aliran dalam
kondisi harian berdasarkan pemakaian. suatu saluran pipa, maka Head Loss

118
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

yang terjadi semakin rendah. Jadi PENUTUP


analisa Head Loss pada pemakaian A. Kesimpulan
maksimum (bulan Pebruari 2012) dapat Berdasarkan analisa yang telah
mewakili analisa pada bulan Oktober dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil
2012. ialah:
1. Faktor utama yang menyebabkan
D. Solusi untuk Permasalahan seringnya terjadi kekurangan air di
1. Permasalahan Ketersediaan Air desa Pemongkong baik secara
Dari hasil analisa dapat keseluruhan maupun pada titik-titik
diketahui bahwa faktor utama yang tertentu adalah ketersediaan air di
menyebabkan terjadinya kekurangan sumber.
air di desa Pemongkong adalah 2. Secara umum, kekurangan air terjadi
ketersediaan air di sumber. pada bulan september s/d desamber.
Kekurangan air ini terutama terjadi Secara khususnya kekurangan air
pada jam puncak. Untuk mengatasi tersebut terjadi pada jam puncak.
permasalahan ini dapat dilakukan 3. Terdapat dua dusun yang paling sering
penampungan-penampungan air di mengalami kekurangan air jika
antara sumber dan daerah pelayanan. dibandingkan dengan dusun lain yaitu,
Hal ini cukup memungkinkan dilakukan dusun Permas dan dusun Ujung. Hal ini
karena: disebabkan karena diameter pipa
a. Kebutuhan rata-rata harian transmisi yang menuju ketiga dusun
berdasarkan SKAB sebesar tersebut terlalu kecil yaitu sebesar 2 in,
3
0,009949 m /s DPU dan sehingga potensi head loss yang
berdasarkan jumlah pemakaian menyebabkan kerugian tekanan cukup
maksimum di desa Pemongkong tinggi.
3
sebesar 0,012997 m /s. Sedangkan 4. Dari analisa yang telah dilakukan
debit rata-rata yang tersedia di menggunakan analisa manual dengan
3
sumber sebesar 0,0124 m /s, mengabaikan head loss minor dan
sehingga debit sisa pada kondisi analisa menggunakan Epanet 2.0 tanpa
biasa (harian) masih bisa disimpan mengabaikan head loss minor, dapat
untuk digunakan pada jam puncak. diketahui bahwa tidak ada perbedaan
b. Lokasi sumber dan daerah yang signifikan antara hasil dari kedua
pelayanan cukup jauh, sehingga analisa tersebut. Hal ini berarti pada
memungkinkan untuk pembangunan penelitian ini head loss minor tidak
bak penampungan sebanyak begitu berpengaruh dalam menghitung
mungkin. head tekan sisa.
B. Saran
2. Permasalahan Head Tekan Sisa Bagi teman-teman yang ingin
Dari hasil analisa, terdapat dua melakukan penelitian selanjutnya dengan
node yang berpotensi menghasilkan topik jaringan perpipaan, jika jaringannya
head tekan sisa sangat rendah pada jam cukup kompleks, analisa sebaiknya
puncak. Kedua dusun tersebut adalah hanya menggunakan program komputer,
dusun Permas dan Ujung. Hal ini terjadi baik Epanet 2.0, WaterNet ataupun
karena diameter pipa skunder (transmisi) WaterCad.
yang terpasang untuk mendistribusikan
air bersih menuju ketiga dusun tersebut DAFTAR PUSTAKA
adalah 2 in. Sehingga potensi terjadinya Andika, Rahmad Danu, 2009, Pemodelan
head loss cukup tinggi. Masalah ini dapat sistem Distribusi Jaringan Air
diatasi dengan cara memperbesar Minum, Tugas Ahir, bandung :
diameter pipa transmisi yang menuju Institut Teknologi Bandung.
ketiga dusun tersebut. Untuk kondisi Anonim, 2010, Buku Ajar Sistem Distribusi
pada saat sekarang ini masing Air Minum, Institut Teknologi
memungkinkan untuk memperbesar Sepuluh Nopember, Surabaya.
diameter pipa menjadi 3 in, namun Anonim, 1996, Kriteria Perencanaan
dengan mempertimbangkan Distribusi Air bersih, Ditjen Cipta
pertambahan pelanggan beberapa tahun Karya Dinas Pekerjaan Umum.
kemudian, akan lebih baik mengganti Munson, Bruce R., Young, Donald F.,
pipa dengan diameter 4 in. Okhiishi, Theodore H., 2005,

119
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 2 Juli 2013 M. Hilmi, Rudy, Yesung: Analisa Sistim Distribusi Air PDAM
ISSN: 2088-088X

Mekanika Fluida; Jilid 1, Jakarta : Roberson, Jhon A., Cassidy, Jhon J.,
Erlangga. Chaudry, M. Hanif, 1997, Hidraulic
nd
Munson, Bruce R.., Young, Donald F., Enginering; 2 Edition, USA : Jhon
Okhiishi, Theodore H., 2005, Wiley & Sons inc.
Mekanika Fluida; Jilid 2, Jakarta : Streeter, Viktor L., Wylie, E. Benjamin,
Erlangga. Bedford, Keith W., 1998, Fluid
Potter, Merle C., Wiggert, David C., Mechanic, Singapore : Mc Graw Hill.
2011, Schaum’s Outlines Mekanika Sudrajat S., A., 1983, Mekanika Fluida dan
Fluida, Jakarta : Erlangga. Hidrolika, Bandung : Nova.

120

Anda mungkin juga menyukai