Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran

bahasa yang sangat penting karena bahasa merupakan fenomena social yang

tidak dapat dipisahkan dari keberadaan masyarakat itu sendiri. Bahasa sangat

dibutuhkan oleh masyarakat sebagai perekat sesama mereka, sebagai alat

komunikasi dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya dan sekaligus sebagai

identitas kebudayaan. Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, bahasa

Inggris digunakan dengan jangkauan distribusi yang sangat luas sebagai bahasa

informasi dunia, ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta sebagai media

komunikasi masyarakat antar bangsa. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi yang penuh dengan komunikasi dalam bahasa Inggris, diperlukan

pemberdayaan kemampuan berbahasa Inggris. Oleh karena itu tidak berlebihan

jika kiranya di katakan bahwa sumber daya manusia Indonesia yang ideal adalah

sumber daya yang melengkapi diri dengan ketrampilan berbahasa Inggris.

Dari data dilapangan, bahwa pada umumnya kemampuan bahasa Inggris

masih kurang memuaskan, dimana para siswa sudah belajar bahasa Inggris dari

SD, tetapi sebagian besar mereka masih kurang mampu dalam berbicara bahasa

Inggris dengan baik. Selain itu suasana belajar yang tidak menyenangkan juga

masalah yang menghadang dalam pembelajaran bahasa Inggris. Jika dilihat dari
2

input prestasi siswa ketika masuk pada umumnya di sekolah belum mampu

berbahasa Inggris dengan baik, maka dalam pembelajaran bahasa Inggris harus

dipahami bahwa setiap konsep kegiatan mengajar secara implicit terkandung

konsep kegiatan belajarnya. Dengan kata lain pengajaran itu sendiri mengandung

kegiatan-kegiatan yang menjadikan anak itu belajar dan pengajaran yang baik

tentu akan melihat kondisi dan berbagai aspek yang ada pada diri peserta belajar

dengan sebaik-baiknya.

Disini guru mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan

dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada mata pelajaran bahasa Inggris.

Tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SMA adalah untuk membekali siswa dapat

menguasai katrampilan berkomunikasi yang meliputi: listening, speaking,

reading, dan writing, serta dapat berkomunikasi secara lisan dan tertulis sesuai

dengan konteks dengan lancar dan akurat dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah penggunaaan metode

pembelajaran yang kurang tepat, alat evaluasi yang kurang baik ataupun materi

yang diberikan kurang sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan bahasa Inggris sudah dilakukan oleh beberapa

pihak , terutama pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini

dapat dilihat dengan adanya penyempurnaan Kurikulum, perbaikan sistem

pembelajaran, peningkatan kualifikasi guru, dan pengadaan alat pelajaran.


3

Strategi belajar mengajar merupakan taktik atau tindakan yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaiful

(1995:37) “ strategi pembelajaran merupakan suatu pola umum kegiatan guru dan

murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang digariskan”.

Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan erat

antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru memiliki tugas untuk

memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan

dan mampu memotivasi siswa dalam kegiatan belajar demi tercapainya tujuan

pendidikan.

Guna meningkatkan hasil belajar siswanya, guru harus selalu berupaya

dengan berbagai strategi, termasuk diantaranya adalah dengan menggunakan

media belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Media mengajar

merupakan sarana bagi guru untuk mempermudah penyampaian ilmu pengetahuan

kepada siswanya. Media pembelajaran yang tepat akan membuat siswa lebih

termotivasi, lebih aktif, dan lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan yang

diberikan oleh gurunya selama proses pembelajaran, serta membuat proses

pembelajaran lebih menyenangkan.

Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Negeri 2 Sigli bahwa motivasi

belajar siswa dalam bidang studi Bahasa Inggris masih kurang. Hal itu terlihat

ketika proses belajar mengajar berlangsung, ada perilaku siswa yang tidak sesuai

dengan proses pembelajaran sehingga saat ada tugas yang diberikan oleh guru

siswa tidak bisa mengerjakkannya. Selama ini dalam proses belajar mengajar guru
4

hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas berupa pekerjaan

rumah untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dibuku paket.

Pada proses pembelajaran siswa hanya mendapat tugas untuk menghafal

dan memahami berbagai materi yang diajarkan tanpa adanya suasana atau model

pembelajaran yang menyenangkan untuk dapat mendukung siswa dalam

mengingat dan memahami materi yang diajarkan. Akibatnya, minat belajar siswa

menjadi lemah, siswa cenderung merasa bosan dan jenuh dengan suasana

pembelajaran di kelas yang harus mendengarkan penjelasan materi dari guru

sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah. Untuk mengatasi hal

tersebut, salah satu upaya guru yaitu dengan menerapkan pembelajaran

menggunakan media pohon pintar.

Dengan penerapan pembelajaran dengan pemanfaatan media pohon pintar

ini diharapkan siswa dapat belajar dengan suasana pembelajaran yang

menyenangkan sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Suasana

pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

kreatif dan menikmati suasana pembelajara yang tidak kaku dan membosankan.

Dengan demikian pemanfaatan media pohon pintar ini diharapkan dapat menjadi

salah satu solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam proses

belajar mengajar di kelas, terutama dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menerapkan

pembelajaran dengan pemanfaatan media pohon pintar terhadap upaya

meningkatkan minat belajar siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 2 Sigli pada

materi Pronoun . Dengan judul “ Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas X


5

MIA 1 Pada Materi Pronoun Melalui Pemanfaatan Media Pohon Pintar di

SMA Negeri 2 Sigli ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi identifikasi masalah

adalah sebagai berikut:

1. Minat belajar siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 2 Sigli pada mata pelajaran

bahasa Inggris masih rendah

2. Kemampuan siswa masih rendah dalam memahami materi pronounciation

oleh karena itu, penulis ingin menerapkan pembelajaran dengan pemanfaatan

media pohon pintar pada materi ini.

3. Strategi pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi siswa,

strategi yang sering digunakan adalah ceramah dan pemberian tugas sehingga

siswa merasa bosan dengan suasana pembelajaran.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah bagaimanakah meningkatkan minat belajar

siswa kelas X MIA 1 pada materi Pronoun melalui pemanfaatan media pohon

pintar di SMA Negeri 2 Sigli?


6

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan

pembelajaran menggunakan media pohon pintar dalam meningkatkan minat

belajar siswa pada materi Pronoun.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat mengembangkan daya kreatifitas dan berfikir

kritis serta meningkatkan minat belajar siswa sehingga kemampuan siswa

dalam pemecahan masalah menjadi lebih baik.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan

prestasi belajar mengajar Bahasa Inggris.

3. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman, khususnya tentang

efektifitas strategi pembelajaran di kelas.


7

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori.


1. Pengertian Media

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

dalam keberhasilan proses pembelajaran di kelas selain daripada kemampuan guru

dalam memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa. Tidak mampunya

seorang guru dalam mencari serta memanfaatkan media pembelajaran akan

membuat siswa kesulitan dalam menerima transfer ilmu dari guru.

Seorang guru memiliki peranan penting dalam proses pendidikan, guru

harus memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan

menguasai ketiga kemampuan tersebut diharapkan guru akan menjadi motivator

dan fasilitator yang baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rahmanto, (dalam

Indra 2009) bahwa kemampuan tersebut dikelompokkan menjadi tiga ranah

(domain) yang kemudian dikenal dengan istilah “taksonomi”, yakni ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Guru yang memiliki tiga kemampuan tersebut akan mampu memanfaatkan

media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kebutuhan anak didiknya.

Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa antusias dan

termotivasi dalam proses pembelajaran, sehingga kemampuan siswa dalam

memahamii materi yang disampaikan guru juga akan lebih baik, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Indra, (2009) “media adalah suatu alat yang dipakai

sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau

informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). “


8

2. Jenis dan Kegunaan Penggunaan Media Pembelajaran


Media pembelajaran tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik

yang kompleks, tetapi juga bentuk sederhana, seperti slide, foto, diagram buatan

guru, objek nyata, kunjungan keluar kelas. Menurut, Trianto (2009:234) media

pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain:


pertama, media grafis atau media dua dimensi, seperti gambar, foto,
grafik,; kedua, media model solid atau dimensi tiga, seperti model-model
benda ruang dimensi tiga, diorama dan sebagainya; ketiga, media proyeksi,
seperti film, filmstrip, OHP; keempat, media informasi, komputer, internet,
dan kelima, lingkungan.

Beragam media dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan

informasi ilmu pengetahuan kepada siswa melalui indera penglihatan, perasa dan

pendengaran. Selama proses pembelajaran berlangsung guru tentunya sudah dapat

melihat bakat dan kemampuan siswanya yang berbeda-beda, yang mana setiap

perbedaan ini harus mampu disiasati oleh guru dengan pemikiran-pemikiram

cemerlang, sebagian siswa lebih cepat belajar melalui media visual, sebagian

melalui media audio, sebagian lebih senang melalui media cetak, yang lain

melalui media audio visual, dan sebagainya. Selanjutnya Trianto, (2009:234)

mengemukakan bahwa:
media pembelajaran diharapkan dapat bermanfaat, antara lain: (1) bahan
yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat
verbalistik; (2) metode pembelajaran lebih bervariasi; (3) siswa menjadi
lebih aktif melakukan beragam aktifitas; (4) pembelajaran lebih menraik;
dan (5) mengatasi keterbatasan ruang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat

mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh setiap siswa. Pengalaman

tiap siswa berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan. Media

pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Banyak hal yang tidak

mungkin dialami secara langsung di dalam kelas. Misalnya objeknya terlalu besar,
9

objek mengandung unsur bahaya yang tinggi dll. Media pembelajaran

memungkinkan adanya interaksi langsung antara murid dengan lingkungannya.

Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Media dapat menanamkan konsep

dasar yang benar, kongkrit dan realistis. Media membangkitkan motivasi dan

merangsang anak untuk belajar. Media memberikan pengalaman yang integral

dari yang kongkrit sampai dengan yang abstrak.

3. Prosedur Penggunaan Media Pengajaran


Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa penggunaan media juga

harus sesuai dengan kebutuhan dan materi yang akan di ajarkan. Seorang guru

baik mampu menggunakan media secara tepat dan benar. Memiliki kemampuan

dasar tentang penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu guru dalam

kelancaran proses pembelajaran.


Dalam prosedur penggunaan media, melibatkan siswa merupakan hal yang

sangat baik, karena hal itu akan membantu mengembangkan pola fikir siswa

tentang penggunaan media belajar. Budinuryanta dalam Indra, (2009:3)

mengemukakan bahwa “ada tiga langkah pokok dalam prosedur penggunaan

media pengajaran yang perlu diikuti yaitu (1) persiapan, (2) pelaksanaan

(penyajian dan penerimaan) dan (3) tindak lanjut”.


Ketiga langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Persiapan

Langkah ini dilakukan sebelum menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan agar penggunaan media dapat dipersiapkan dengan baik, yaitu:

pelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, kemudian

diikuti di dalamnya, siapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media

yang dimaksud, tetapkan apakah media tersebut digunakan secara individual atau
10

kelompok, dan atur tatanannya, agar peserta dapat melihat, dan mendengar pesan-

pesan pengajarannya dengan baik. (2) Pelaksanaan (penyajian). Satu hal yang

perlu diperhatikan selama menggunakan media pengajaran yaitu hindari kejadian-

kejadian yang dapat mengganggu ketenangan, perhatian, dan konsentrasi peserta.

(3) Tindak Lanjut. Kegiatan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman peserta

terhadap pokok-pokok materi atau pesan pengajaran yang hendak disampaikan

melalui media tersebut. Selanjutnya, pada beberapa media yang dilengkapi dengan

alat evaluasi, maka langkah ini dimaksudkan pula untuk melihat tercapai atau

tidaknya tujuan yang ditetapkan.

4. Pengertian Minat Belajar Siswa

Minat dapat diartikan sebagai keinginan yang tinggi untuk mengetahui,

terlibat, dan memahami sesuatu. Sementara minat belajar siswa dapat dimaknai

sebagai semangat siswa untuk menjalankan proses dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mendapatkan perlakuan berupa

pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Minat siswa terhadap suatu hal yang

mereka dengar dan lihat dapat bergantung pada dua faktor, yang pertama

kemampuan guru dalam memilih strategi penyampaian yang tepat sehingga

pemahaman siswa terhadap apa yang disampaikan dapat terwujud dengan baik,

kedua adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri (Sudjana, 1989:39).

Minat siswa terhadap suatu materi pembelajaran merupakan suatu hal yang

harus mendapatkan perhatian khusus oleh guru, untuk itu guru harus berupaya

dengan maksimal agar siswa dapat memiliki minat yang cukup baik. Tinggi atau
11

rendahnya minat belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh

siswa, baik itu melalui nilai (score) maupun sikap.

5. Media Pohon Pintar


Media pohon pintar adalah suatu media yang dapat digunakan dengan

memanfaatkan pohon baik yang tersedia secara alami di alam maupun yang

sengaja dibuat oleh guru untuk menggantungkan berbagai macam huruf atau

benda sehingga menarik minat peserta didik untuk belajar. Dalam hal ini, media

pohon pintar yang dimanfaatkan oleh guru yaitu pohon yang tumbuh secara alami

di perkarangan sekolah SMA Negeri 2 Sigli .

2.2 Hipotesis Tindakan


Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pemanfaatan media

pohon pintar dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas X MIA 1 pada materi

Pronoun di SMA Negeri 2 Sigli.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan September 2015

sampai dengan November 2015. Adapun pembagian waktu penelitian dapat

diperinci seperti pada table 3.1.


Tabel 3.1 Pembagian Waktu Penelitian.
Minggu
No Kegiatan
1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4
12

1 Pengajuan
Proposal

2 Penyusunan
Rancangan

3 Penelitian

4 Pelaksanaan Siklus
I

5 Analisis Siklus I

6 Pelaksanaan Siklus
II

7 Analisis Siklus II

8 Penulisan hasil
Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan

jadwal jam pelajaran.


2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sigli

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu bersifat deskriptif,

data hasil penelitian berupa kata-kata dan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang

terjadi di lapangan dan analisis secara induktif. Menurut Moleong (2007: 8-13)

penelitian kualitatif mempunyai karakteristik yaitu (1) Manusia sebagai

instrument, (2) Analisis data induktif, (3) Hasil penelitian bersifat deskriptif, (4)

Adanya batas permasalahan data yang ditentukan oleh penelitian, (5) Kriteria

khusus yang diperlukan untuk keabsahan data. Oleh karena penelitian ini

memenuhi kriteria-kriteria tersebut maka pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif.


13

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Classroom action) yang

direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 fase utama yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dilihat dari jenisnya penelitian

ini bertujuan memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan proses belajar

mengajar. Bedasarkan permasalahan yang ditemukan merupakan masalah hasil

belajar siswa sendiri ketika melaksanakan proses belajar mengajar di kelas

(Arikunto, 1997:83)

3.3 Kehadiran Peneliti

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

tindakan kelas, maka kehadiran peneliti sangat diperlukan. Moleong (2007:47)

menyatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.

Karena peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data,

penganalisa, penafsiran data dan sebagai pelapor hasil. Oleh karena itu untuk

mengurangi kerumitan yang dialami oleh peneliti maka kehadiran pengamat dapat

membantu dalam mengunpulkan data, analisis data, dan refleksi serta membantu

dalam kegiatan yang diperlukan.

3.4 Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup:

1. Nilai tes awal dan tes akhir tindakan


2. Hasil observasi selama kegiatan pembelajaran
3. Hasil catatan lapangan
14

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 yang

berjumlah 23 orang siswa. Data yang di kumpulkan dari siswa meliputi data test

tertulis. Test tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

tes, observasi dan catatan lapangan.


1. Tes
Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir tindakan

setelah penerapan model kooperatif tipe jigsaw.


2. Observasi/Pengamatan
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan berdasarkan format observasi

yang telah disediakan oleh peneliti


4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah kegiatan untuk mendokumentasikan secara tertulis

segala peristiwa selama kegiatan pembelajaran berlangsung

3.6 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian dianalisis dengan

menggunakan metode analisis data kualitatif. Miles dkk (Sugiyono, 2010:337)

menyatakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh.”

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan peserta

didik setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:


15

1. Hasil belajar

Untuk mengetahui tes hasil belajar peserta didik dalam kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi

Pronoun dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu:

P=

keterangan:

P = angka persentase

F = frekuensi jawaban peserta didik

N = jumlah peserta didik

Nilai ketuntasan belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 65.

Sedangkan kriteria hasil adalah jika ≥ 80% peserta didik mendapatkan nilai ≥

65 dari skor total.

2. Hasil Observasi

Untuk menganalisis data hasil observasi dalam penelitian ini peneliti

melakukannya dengan menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh

masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor.

Selanjutnya dihitung persentase skor dengan cara membagikan jumlah skor

dengan skor maksimal dan dikalikan 100% secara sistematis dapat ditulis

sebagai berikut :

PS =
16

kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut:

90 % < NR ≤ 100% : Sangat baik


80 % < NR ≤ 90% : Baik
70 % < NR ≤ 80% : Cukup baik
60% < NR ≤ 70% : Kurang baik
0% < NR ≤ 60% : Sangat Kurang

3. 7 Tahap-Tahap Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini berupa siklus spiral yang meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi


1. Penyusunan Rencana
Sebelum melaksanakan tindakan maka seharusnya penulis membuat
penyusunan rencana. Rochiati Wiriatmadja (2008:19) mengemukakan bahwa

rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersususun berdasarkan

prosedur yang ada.


Adapun pada penelitian ini, tahap penyusunan rencana yang penullis

lakukan adalah sebagai berikut:


- Menetapkan materi yang akan diajarkan
- Menyusun Rencana pembelajaran (RPP)
- Membuat LKS
- Menyiapkan soal tes akhir tindakan
- Menyiapkan lembar observasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah pelaksanaan pembelajaran

dengan mengajar materi yang telah ditetapkan. Materi yang diajarkan pada

pembelajaran ini adalah Pronoun.


Observasi adalah kegiatan pengumpulan data lapangan dengan cara

mengamati dan melihat secara langsung objek penelitian yang dilakukan sehingga

diharapkan dapat memperoleh data yang lebih akurat. Rochiati Wiraatmadja

(2008:22) mengemukakan bahwa observasi berfungsi mendokumentasikan


17

pengaruh tindakan terkait, yang berorientasi pada masa yang akan datang dan

memberikan dasar bagi refleksi.


3. Refleksi
Semua data yang yang berkaitan dengan penelitian ini baik itu evaluasi,

observasi akan dideskripsikan. Berdasarkan hasil deskripsi maka akan dilakukan

refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan guna mengetahui tindakan apa

yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya, jika memang masih kurang maka

peneliti harus menyusun perencanaan kembali.


Adapun kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seperti yang dikemukakan oleh Usman dkk (2008:23) yaitu ” jika kriteria proses

atau hasil observasi telah mencapai skor ≥ 80% maka proses dikatakan berhasil.

Sedangkan kriteria hasil dapat dikatakan berhasil adalah jika ≥ 85% siswa

mendapat nilai ≥ 65 pada tes akhir tindakan”.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

3.1 Hasil Penelitan


1. Deskripsi Kondisi Awal

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan pratindakan dalam penelitian

ini adalah memberikan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan prasyarat yang dimiliki oleh peserta didik pada materi Pronoun.

Pelaksanaan tes awal disajikan dalam bentuk soal isian yang terdiri dari 5 soal
18

dengan mengalokasikan waktu selama 30 menit. Tes awal diikuti oleh seluruh

peserta didik kelas X MIA 1 yang berjumlah 23 orang. Adapun persentase hasil

tes awal ini berdasarkan skor tertinggi sampai dengan skor terendah dapat dilihat

pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Tes Awal

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 Diatas 65 13 56,52 Tuntas

2 Dibawah 65 10 43,48 Tidak Tuntas

Jumlah 23 100

Berdasarkan tabel diatas ketuntasan belajar siswa dari 23 yaitu 56,52%

atau hanya 13 orang siswa yang nilainya mencapai KKM (65). Sedangkan 10

siswa atau 43,48% belum mencapai ketuntasan.

2. Deskripsi Hasil Siklus I

Kegiatan yang di lakukan pada tindakan meliputi perencanaan,pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskansebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan.
Pada kegiatan perencanaan peneliti telah menyiapkan beberapa hal sebagai

berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
3. Lembaran observasi
19

4. Soal tes akhir tindakan


b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 September 2015

selama 90 menit yang dilaksanakan. Kemudian pembelajaran dilaksanakan

berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Pada

pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai peneliti, sedangkan dua

orang teman sejawat guru mata pelajaran bahasa Inggris bertindak sebagai

pengamat. Jumlah peserta didik yang mengikuti pada saat pelaksanaan tindakan

adalah sebanyak 23 orang peserta didik. Adapun materi yang akan dipaparkan

pada tindakan adalah materi Pronoun dan masing-masing pengamat akan

diberikan lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran kegiatan

belajar mengajar di bagi ke dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Awal

Pelaksanaan tindakan pada tahap awal ini dilakukan dengan menggunakan

alokasi waktu 10 menit. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melakukan

kegiatan rutin, yang meliputi membuka pelajaran dengan menyampaikan materi

kemudian peneliti membangkitkan pengetahuan prasyarat dengan menanyakan

kepada peserta didik tentang Pronoun.

Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai pada materi Pronoun.

2. Tahap Inti
20

Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan alokasi waktu 50 menit.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mengorganisasikan peserta didik kedalam

beberapa kelompok yang ditentukan. Setelah itu peneliti menyampaikan tentang

materi yang akan dipelajari. Menggantungkan kata untuk dirangkai menjadi

kalimat yang benar yang ditulis di karton berbentuk buah di pohon pintar, guru

meminta setiap siswa dalam satu kelompok untuk mengambil karton menurut

nomor dan menyusun kalimat dari pohon kemudian berdiskusi secara kelompok,

guru mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat

serta menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri dengan hasil kerja yang

diperoleh, dan memanggil salah satu anggota dari setiap kelompok, untuk

menjawab salah satu pertanyaan yang dilemparkan secara acak.

3. Tahap Akhir

Pahap tahap akhir pembelajaran selama 15 menit, peneliti mengarahkan

dan membimbing peserta didik menyimpulkan materi pelajaran yang sudah

dipelajari. Selanjutnya peneliti menginformasikan bahwa sebentar lagi akan

diadakan tes akhir tindakan.

c. Tes Akhir Tindakan

Tes akhir tindakan dilaksanakan pada hari yang sama dengan pelaksanaan

pembelajaran pada tindakan yaitu pada hari kamis tanggal 22 September 2015.

Pelaksanaan tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik

terhadap materi telah dipelajari. Tes ini diikuti oleh sebanyak 23 orang peserta
21

didik dengan pengawasan oleh peneliti dan 2 orang pengamat. Adapun hasil tes

akhir tindakan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 Diatas 65 17 73,91 Tuntas

2 Dibawah 65 6 26,87 Tidak Tuntas

Jumlah 23 100

Berdasarkan tabel diatas ketuntasan belajar siswa dari 23 siswa yaitu

73,91% atau 17 orang siswa. Sedangkan 6 siswa atau 26,87% belum mencapai

ketuntasan. Jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas sudah meningkat namun

belum mencapai kriteria yang diharapkan yaitu 80% siswa harus memperoleh

nilai diatas KKM (65) maka perlu kiranya dilakukan siklus kedua.

d. Hasil Observasi

Berdasarkan pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran tampak

bahwa kegiatan pembelajaran belum terlaksana sepenuhnya dengan baik. Hal ini

terlihat dari beberapa peserta didik tidak aktif melaksanakan tugas yang

diberikan, sehingga peneliti selalu mengulang-ulang memberikan pengarahan dan

nasehat.

Kegiatan observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat yaitu dua orang

teman sejawat guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Observasi yang dilakukan

meliputi aktivitas peneliti sebagai guru dan juga aktivitas peserta didik selama

berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh pengamat dengan


22

mengisi lembaran observasi yang telah disediakan. Adapun hasil observasi 2

orang pengamat terhadap aktivitas peneliti dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Peneliti

No Pengamat Skor Persentase (%)


1 Pengamat I 43 78,18
2 Pengamat II 41 74,54
Rata-rata 42 76,36

Dari hasil observasi yang ditentukan pengamat I terhadap aktifitas guru,

diperoleh jumlah skor 43, dengan demikian diperoleh persentase adalah 78,18 %.

Observasi yang dilakukan oleh pengamat II, diperoleh jumlah skor 41, dengan

demikian diperoleh persentase adalah 74,54%. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh 2 orang pengamat terhadap kegiatan guru diperoleh persentase

rata-rata adalah 76,36%. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat I

dan II, maka persentase observasi guru pada pelaksanaan siklus I dalam kategori

cukup. Adapun hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan peserta didik pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan peserta didik Siklus I
No Pengamat Skor Persentase (%)
1 Pengamat I 42 76,36
2 Pengamat II 42 76,36
Rata-rata 42 76,36

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat I terhadap aktifitas

peserta didik, diperoleh jumlah skor 42, dengan demikian diperoleh persentase

adalah 76,36%. Observasi yang dilakukan oleh pengamat II, diperoleh skor 42,

dengan demikian diperoleh persentase adalah 76,36%. Berdasarkan hasil


23

observasi yang dilakukan oleh 2 orang pengamat terhadap kegiatan peserta didik

diperoleh persentase rata-rata 76,36%. Dari hasil pengamatan (observasi) yang

dilakukan oleh pengamat I dan II, maka persentase aktivitas peserta didik pada

pelaksanaan siklus I termasuk dalam katagori cukup.

e. Refleksi
Pelaksanaan refleksi dalam pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pelaksanaan tindakan sudah berhasil atau belum. Adapun kriteria

keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti dikemukakan

oleh Usman dkk (2008:23) yaitu “Jika hasil observasi telah mencapai skor ≥ 80%.

Sedangkan kriteria hasil adalah jika ≥ 80% siswa mendapat skor ≥ 65 pada tes

akhir tindakan.”
Pelaksanaan penelitian yang telah penulis lakukan pada pelaksanaan

tindakan siklus I menunjukkan bahwa dari segi hasil, peserta didik yang tidak

mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 6 orang (26,87%)

sedangkan peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan berjumlah 17

orang (73,91%) artinya belum memenuhi kriteria hasil yang telah dikemukakan di

atas. Disamping itu ditinjau dari hasil observasi terhadap kegiatan guru yang

dilakukan oleh pengamat I diperoleh persentase adalah 78,18% dan pengamat II

diperoleh persentase adalah 74,54%. Hasil observasi terhadap kegiatan peserta

didik yang dilakukan oleh pengamat I diperoleh persentase adalah 76,36% dan

pengamat II diperoleh persentase adalah 76,36%. Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan oleh pengamat I dan II terhadap kegiatan guru dan peserta didik

diperoleh persentase rata-rata adalah 76,36%, dengan demikian hasil pengamatan


24

(observasi) yang dilakukan oleh pengamat I dan II terhadap kegiatan guru dan

peserta didik pada pelaksanaan siklus I termasuk dalam kategori cukup.


Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I tersebut di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum berhasil dan masih

perlu dilakukan pengulangan siklus, sehingga peneliti melakukan siklus II.


1. Deskripsi Hasil Siklus II

Pada tindakan siklus II, kegiatan pada penelitian ini merupakan

pengulangan siklus agar segala kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada

siklus I dapat teratasi. Siklus II dilakukan selain untuk tetap menjaga agar peserta

didik selalu termotivasi dalam mengikuti pembelajaran juga untuk meningkatkan

pemahaman peserta didik pada materi Pronoun jauh lebih baik dari tindakan

siklus I sebelumnya. Karena model pembelajaran yang digunakan adalah

pembelajaran media pohon pintar maka untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah peserta didik, maka pembelajaran pada siklus II juga harus

memberikan LKS kepada peserta didik dengan soal-soal yang sedikit berbeda.

Selain LKS, peneliti juga mempersiapkan RPP untuk tindakan siklus II yang tidak

jauh berbeda dengan tindakan siklus I. Demikian halnya juga dengan soal tes

akhir tindakan, peneliti mencoba memberikan soal yang sedikit berbeda tetapi

masih sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II meliputi perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan siklus II


1. Menyusun Rencana Palaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Menyiapkan materi pembelajaran
25

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)


4. Lembaran observasi
5. Soal tes akhir tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan siklus II

Pelaksanaan pembelajaran untuk tindakan siklus II dilaksanakan pada hari

Kamis tanggal 29 September 2015. Pemberian tindakan ini dilaksanakan sesuai

dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Jumlah peserta didik yang hadir

sebanyak 23 orang peserta didik. Materi pembelajaran pada tindakan siklus II

merupakan materi yang sama pada tindakan siklus I yaitu materil Pronoun. Waktu

yang dialokasikan untuk pelaksanaan tindakan siklus II adalah selama 90 menit

yang dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir.

Pada tahap awal pembelajaran, Peneliti memulai pembelajaran dengan

memberikan gambaran umum tentang hasil tes akhir tindakan siklus I, kemudian

dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, minat peserta didik, dan

menjelaskan harapan agar materi dapat dikuasai dengan baik. Selanjutnya peneliti

menjelaskan kembali pengetahuan peserta didik tentang Pronoun. Dilanjutkan

dengan melakukan tanya jawab untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta

didik tentang Pronoun.Tahap awal diakhiri dengan penyampaian model

pembelajaran yang akan digunakan yaitu media pohon pintar, kemudian

menyampaikan tujuannya serta langkah-langkah pembelajarannya.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan materi ajar sama

seperti siklus I, setelah membagikan materi, peneliti melakukan pemodelan dalam

menerapkan 4 strategi pemahaman mandiri, kemudian untuk melihat pemahaman

peserta didik akan materi yang telah diberikan. Peneliti meminta peserta didik
26

untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada LKS secara individu. Menurut

pengamatan peneliti ketika berkeliling membimbing dari setiap peserta didik

tampak bahwa keaktifan peserta didik dalam menyelesaikan masalah mengalami

peningkatan, peserta didik tampak lebih serius dari sebelumnya. Peserta didik juga

mulai berani mengajukan pertanyaan kepada peneliti jika ada masalah LKS yang

belum dipahami.

Hal ini menunjukan bahwa tampak bahwa peserta didik mulai termotivasi

dalam belajar dan juga pamahaman peserta didik tentang masalah yang diberikan

mengalami peningkatan.

Tahap akhir dilaksanakan setelah semua kegiatan selesai. Dalam tahap ini

Peneliti membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan dan membuat

rangkuman. Setelah kegiatan ini selesai peneliti memberikan kesempatan kepada

peserta didik jika masih ada masalah yang belum dipahami. Kerena tidak ada

peserta didik yang mengajukan pertanyaan, maka peneliti menyampaikan bahwa

kegiatan pembelajaran telah selesai dan menginformasikan bahwa sebentar lagi

akan diadakan tes akhir tindakan siklus II.

c. Tes Akhir Tindakan

Seperti pada tes akhir tindakan siklus I, pelaksanaan tes akhir tindakan

siklus II dilaksanakan pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembelajaran

yaitu pada hari Kamis tanggal 29 September 2015. Tes akhir tindakan ini diikuti

oleh sebanyak 23 orang peserta didik dengan pengawasan dari peneliti dan 2

orang pengamat. Sebelum pelaksanaan tes akhir tindakan peneliti memberikan


27

motivasi kepada peserta didik dan memberitahukan agar tes akhir tindakan ini

dikerjakan secara individual. Alokasi waktu untuk pelaksanaan tes akhir tindakan

ini adalah sebanyak 40 menit dengan jumlah soal sebanyak 5 soal isian. Adapun

hasil tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 Diatas 65 20 86,96 Tuntas

2 Dibawah 65 3 13,04 TidakTuntas

Jumlah 23 100

Berdasarkan diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak

20 siswa (86,96%) yang berarti sudah ada peningkatan. Maka dapat disimpulkan

bahwa pada siklus II tingkat keberhasilan siswa sudah mencapai 80% maka dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II sudah berhasil.

d. Hasil Observasi

Pada pelaksanaan tindakan siklus II, menurut pengamatan peneliti kegiatan

pembelajaran telah terlaksana dengan baik dan peserta didik termotivasi dan aktif

dalam kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang

diharapkan.

Pada tindakan siklus II observasi juga dilakukan oleh dua orang pengamat

yang sama dengan siklus sebelumnya. Pengamatan dilakukan dengan mengisi

lembaran observasi yang telah disediakan sebelumnya. Hasil observasi dari dua
28

orang pengamat terhadap aktivitas peneliti sebagai guru dapat dilihat pada tabel

4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Peneliti

No Pengamat Skor Persentase (%)


1 Pengamat I 49 89,09
2 Pengamat II 47 85,45
Rata-rata 48 87,27

Dari hasil observasi yang ditentukan pengamat I terhadap aktifitas guru,

diperoleh jumlah skor 49, dengan demikian diperoleh persentase adalah 89,09%.

Observasi yang dilakukan oleh pengamat II, diperoleh jumlah skor 47, dengan

demikian diperoleh persentase adalah 85,45%. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh 2 orang pengamat terhadap kegiatan guru diperoleh persentase

rata-rata adalah 87,27%. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat I

dan II, maka persentase observasi guru pada pelaksanaan siklus II dalam kategori

baik. Adapun hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan peserta didik pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Hasil Observasi Terhadap Kegiatan Peserta Didik Siklus II

No Pengamat Skor Persentase (%)


1 Pengamat I 48 87,27
2 Pengamat II 49 89,09
Rata-rata 47 88,18

Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat I terhadap aktivitas siswa

diperoleh jumlah skor 48, dengan demikian diperoleh persentase adalah 87,27%.

Observasi yang dilakukan oleh pengamat II, diperoleh skor 49, dengan demikian

diperoleh persentase adalah 89,09%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan


29

oleh 2 orang pengamat terhadap kegiatan siswa diperoleh persentase rata-rata

88,18%. Dari hasil pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh pengamat I dan

II, maka persentase aktivitas peserta didik pada pelaksanaan siklus II termasuk

dalam kategori baik.

e. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir tindakan. Tujuan

pelaksanaan refleksi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pelaksanaan tindakan sudah berhasil atau belum. Kriteria keberhasilan dalam

penelitian ini ditinjau dari dua segi yaitu segi proses (hasil observasi) dan segi

hasil (hasil pelaksanaan tes akhir tindakan). Adapun kriteria keberhasilan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seperti dikemukakan oleh Usman dkk

(2008:23) yaitu “Jika hasil observasi telah mencapai skor ≥ 80%. Sedangkan

kriteria hasil adalah jika ≥ 80% siswa mendapat skor ≥ 65 pada tes akhir

tindakan.”
Dari hasil pelaksanaan penelitian yang telah penulis laksanakan pada

tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak

20 siswa (86,96%) yang berarti sudah ada peningkatan. Ditinjau dari segi hasil

observasi terhadap kegiatan guru yang dilakukan oleh pengamat I diperoleh

persentase adalah 89,09% dan pengamat II diperoleh persentase adalah 85,45%.

Hasil observasi terhadap kegiatan siswa yang dilakukan oleh pengamat I diperoleh

persentase adalah 87,27% dan pengamat II diperoleh persentase adalah 89,09%.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat I dan II terhadap

kegiatan guru dan siswa diperoleh persentase rata-rata adalah 87,27%.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tes, dan hasil observasi, maka dapat disimpulkan
30

bahwa pelaksanaan tindakan siklus II sudah berhasil. Hal ini karena hasil siswa

yang mendapat skor ≥ 65 telah mencapai 86,96%, hasil observasi telah tercapai

87,73%.
3.2 Pembahasan Hasil Penelitian.

Berdasarkan uraian hasil dari hasil penelitian mulai dari pelaksanaan

pembelajaran tindakan siklus I dan pengulangan siklus II peneliti melaksanakan

pembelajaran dengan mengkondisikan peserta didik belajar dengan media pohon

pintar untuk melihat peserta didik belajar secara mandiri. Untuk mengetahui

pengetahuan awal peserta didik, peneliti memberikan tes awal tentang materi

prasyarat, yaitu Pronoun. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan materi

yang diberikan dalam tindakan adalah mengenai Pronoun dengan media pohon

pintar. Tes akhir tindakan siklus I dilaksanakan pada hari yang sama dengan

pelaksanaan tindakan. Dari hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh peserta didik

yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 6 orang

(26,09%) sedangkan peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan

berjumlah 17 orang (73,91%). Dari segi hasil penelitian dapat dikatakan belum

tuntas, sehingga harus dilakukan siklus II. Hasil observasi terhadap aktivitas

peneliti pada tindakan siklus I mencapai skor 76,36% dan hasil observasi terhadap

aktivitas peserta didik pada tindakan siklus I mencapai 76,36%. Berdasarkan

kriteria proses yang ditetapkan, maka pelaksanaan tindakan siklus I dapat

dikatakan baik, namun karena kriteria hasil belum mencapai 80%, maka peneliti

melakukan pengulangan tindakan pada siklus II.


31

Pelaksanaan tindakan siklus kedua dilakukan dengan model pembelajaran

yang diberikan masih sama dengan siklus I yaitu materi Pronoun dengan media

pohon pintar. Namun, untuk soal-soal tes akhir tindakan peneliti mengubah sedikit

soal agak berbeda tapi masih sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil tes akhir

tindakan siklus II diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa

(86,96%) yang berarti sudah ada peningkatan. Dari segi kriteria hasil yang

ditetapkan dalam penelitian ini, maka kriteria hasil telah tercapai. Hasil observasi

terhadap aktivitas peneliti pada tindakan siklus II mencapai skor 87,27% dan hasil

observasi terhadap aktivitas peserta didik pada tindakan siklus II mencapai

88,18%. Dari kriteria proses yang ditetapkan, proses pembelajaran sudah

berlangsung dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan

kriteria hasil dan proses penelitian tindakan siklus II yang ditetapkan, kriterianya

telah tercapai dan penelitian telah selesai.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I dan II yang terdiri dari

pelaksanaan tindakan, tes akhir tindakan, dan observasi, hasil catatan lapangan

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media pohon pintar mendapat respon

yang baik dari peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan peserta didik

yang sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dan

pemahaman mengenai materi Pronoun lebih meningkat.

Media pohon pintar merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan

hasil belajar peserta didik dalam mempelajari materi Pronoun. Guru dapat

menggunakan media pohon pintar untuk meningkatkan minat belajar peserta didik
32

dalam memahami materi pelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik lebih

maksimal.

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa

simpulan dan saran. Adapun simpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I siswa yang mencapai nilai tuntas

adalah sebesar 73,91% yaitu 17 siswa dari 23 siswa. Sedangkan 6 siswa atau

26,87% belum mencapai ketuntasan. Sedangkan hasil pelaksanaan tindakan

siklus II terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa

(86,96%) yang berarti sudah ada peningkatan.


2. Hasil observasi tindakan siklus I terhadap kegiatan guru yang dilakukan oleh

pengamat I diperoleh persentase adalah 78,18% dan pengamat II diperoleh

persentase adalah 74,54%. Hasil observasi terhadap kegiatan peserta didik

yang dilakukan oleh pengamat I diperoleh persentase adalah 76,36% dan


33

pengamat II diperoleh persentase adalah 76,36%. Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan oleh pengamat I dan II terhadap kegiatan guru dan peserta

didik diperoleh persentase rata-rata adalah 76,36%. Sedangkan hasil

observasi tindakan siklus II terhadap kegiatan guru yang dilakukan oleh

pengamat I diperoleh persentase adalah 87,27% dan pengamat II diperoleh

persentase adalah 89,09%. Hasil observasi terhadap kegiatan siswa yang

dilakukan oleh pengamat I diperoleh persentase adalah 89,09% dan pengamat

II diperoleh persentase adalah 85,645%.


3. Hasil pelaksanaan wawancara yang peneliti lakukan dengan responden

penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X MIA 1 di SMA Negeri 2 Sigli

menyukai pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media

pohon pintar karena menurut mereka penggunaan media pohon pintar akan

memudahkan mereka dalam memahami materi Pronoun.


4.2 Saran
Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan

saran bahwa guru hendaknya menerapkan media pohon pintar sesuai dengan

materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga hasil

belajar siswa dapat meningkat pula, selain daripada itu hendaknya dapat

menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.


34

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.

BSNP. 2006. Standar Isi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah,dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ekagurunesama. 2010. Media Pohon Cerdas. (online),


(http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/media-pohon-cerdas
direct.html,).

Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Supiyanto. 2006. PAI Untuk SMK Kelas XI. Jakarta: Phibeta.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya:


Kencana.

Usman, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Banda Aceh: Darussalam

Wartono, 2003. Pengembangan Program Pengajaran PAI. Malang: Universitas


Negeri Malang.
35

Anda mungkin juga menyukai