Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua
ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 2 yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam
cara penulisan maupun dalamisi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang
‘’Resiko Bunuh Diri’’.
Jombang 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Proses terjadinya masalah
2.3 Etiologi
2.4 Pohon masalah
2.5 Asuhan keperawatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan di
lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan kepribadian
2. Tujuan khusus:
1) Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai resiko
bunuh diri
2) Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
resiko bunuh diri yang mengacu pada teori Stuart
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa
alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (Captain, 2008).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh
diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai
diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012)
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang
harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif -maladaptif.Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas
yang jika tidak di cegah dapatmengarah kepada kematian. Rentang respon protektif
diri mempunyai peningkatandiri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku
destruktif diri, pencederaan diri,dan bunuh diri merupakan respon maladaptif
(Wiscarz dan Sundeen, 1998). Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang
mengalami gangguan mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang
dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan tindakan yang
sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai
cara. Dan seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat
pula beresiko melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang
bunuh diri, dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan dan faktor internal seperti
gangguan psikologi dalam dirinya.
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar
kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1. Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2.2 Proses Terjadinya Masalah
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan
– putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
1. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat.
2. Rentang adaptif : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Putus
harapan, Tidak berdaya, Putus asa, Apatis, Gagal dan kehilangan, Ragu-
ragu, Sedih, Depresi Bunuh diri
3. Respon maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis
akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai.
Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan
individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat
berakhir dengan bunuh diri.
c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat
individu ke luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2.3 Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)
untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi
dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan
c. Respon Terhadap Stress
1) Kognitif
Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran
berulang, dan pikiran tidak wajar
2) Afektif
Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata
akibatadanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
3) Fisiologis
Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua,
yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal
tubuh terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks
kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah
reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
4) Perilaku
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku
bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun
budaya.
5) Sosial
Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat
lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
d. Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping
1) Kemampuan Personal
Kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko bunuh diri
yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
2) Dukungan Sosial
Dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman,
kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang
diperlukan oleh klien adalah dukungan keluarga.
3) Asset Material
Ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana
atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan
lain-lain.
4) Keyakinan Positif
Merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang
sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan
koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang
harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan bahwa
klien mampu mengatas masalahnya.
e. Mekanisme Copig
Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara
sadar memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa
mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif
diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan
regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan rentang harapan-putus
harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
Keterangan:
1) Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan
diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
2) Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3) Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang
kurang tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.
4) Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5) Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme
koping. Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang
mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah
mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan
tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri.
2.3 Pohon masalah
2.6.1.2 Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yang positif.
2.7.1.3.4 Implementasi
NO DX KLIEN INT. KE TOPIK
KEPERAWATAN
PK yang dilakukan
Akibat PK
Cara mengontrol PK
IV Latihan spiritual
Sumber rujukan
halusinasi
patuh obat
bercakap-cakap
aktivitas terarah
rencana harian
membantu mengontrol
halusinasi
halusinasi
Keuntungan berhubungan
Belajar berkenalan
anggota keluarga
tetangga
sosial
Sumber rujukan
dikerjakan
Tempat rujukan
tidak terpenuhi
kebutuhan
waham
waham
Sumber rujukan
6. Resiko bunuh diri Pasien I Pengawasan ketat
Kontrak treatment
bunuh diri
Pengawasan ketat
Pemberian obat
Rujuk segera
IV Latihan berdandan
Dukungan keluarga
perawatan diri
Tempat rujukan
2.7.1.3.5 Evaluasi
S :Tuliskan apa yang masih dirasakan klien
Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-olah
selalu meminta bantuannya
O: klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah-olah ada lawan bicaranya
A: tanda dan gejala yang masih ada atau yang sudah hilang
a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada
mencedari diri dengan alasan melindungi temannya
b. klien masih sering mengobrol sendiri
c. klien masih menganggap bahwa temannya itu nyata
P:Lanjutkan intervensi no 2, 4, 5, 6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman
verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri.
Terjadinya bunuh diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori
seperti halusinasi. Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi
farmakologi sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada
klien dan keluarga klien. Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah
melalui upaya pencegahan, baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga
upaya pencegahan yang berasal dari lingkungan klien
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri
dengan baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian bunuh
diri dapat ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
StrategiPelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta:
SalembaMedika.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.