Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 2

Disusun Oleh:

1. Ernia Putri Setiawati (173210012)


2. Lulus Indra Susila (173210019)
3. Moh. Singgih Prasojo (173210021)
4. Zain Rachma Afifah (173210040)
5. Gleadys Merieta Putri (173210082)
6. Ade Gita Batmetan (173210103)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua
ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 2 yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam
cara penulisan maupun dalamisi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang
‘’Resiko Bunuh Diri’’.

Jombang 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Proses terjadinya masalah
2.3 Etiologi
2.4 Pohon masalah
2.5 Asuhan keperawatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri
sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang
disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi,gangguan bipolar, schizophrenia,
ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris ada
lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000
tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio
kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Susanto, 2010)
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain
karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri t
untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari
gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif
overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol.
Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain.
Ada serangkaian hal yang bisa anda lakukan saat menghadapi seseorang
dengan keinginan bunuh diri. Pertama, jangan anggap sepele obrolan terkait keinginan
bunuh diri. Akan lebih baik jika anda mendengarkan apapun yang dibicarakannya,
terlebih jika dia menunjukkan tanda-tanda bahaya. Kedua, jauhkan dari benda-benda
yang berbahaya. Ketiga, menjadi pendengar yang baik. Bagi mereka yang berpikir
untuk bunuh diri, harapan seolah tak ada lagi. Mereka merasa tak menemukan jalan
keluar dan tak ada satu pun yang peduli dengannya. Keempat, sarankan untuk
mengunjugi terapis. Ada situasi dimana seseorang berpikir untuk bunuh diri namun
belum menunjukkan tanda bahaya atau darurat. Kelima, mencari pertolongan. Jika
anda berhadapan dengan situasi darurat, cobalah untuk mengontak seseorang lain
yang dapat mengatasi situasi tersebut. Keenam, tetap kontak. Meski telah ditangai
tenaga ahli bukan berarti anda kemudian melepasnya begitu saja, tetapi anda perlu
menghubunginya untuk mengetahui perkembangan terkini.
Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok ingin membahas lebih lanjut
mengenai peran perawat dalam menghadapi dan membantu klien dengan resiko bunuh
diri.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan di
lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan kepribadian
2. Tujuan khusus:
1) Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai resiko
bunuh diri
2) Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
resiko bunuh diri yang mengacu pada teori Stuart
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa
alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (Captain, 2008).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh
diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai
diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012)
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang
harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif -maladaptif.Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas
yang jika tidak di cegah dapatmengarah kepada kematian. Rentang respon protektif
diri mempunyai peningkatandiri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku
destruktif diri, pencederaan diri,dan bunuh diri merupakan respon maladaptif
(Wiscarz dan Sundeen, 1998). Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang
mengalami gangguan mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang
dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan tindakan yang
sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai
cara. Dan seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat
pula beresiko melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang
bunuh diri, dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan dan faktor internal seperti
gangguan psikologi dalam dirinya.

Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar
kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1. Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2.2 Proses Terjadinya Masalah
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri Destruktif diri tidak Pencederaan diri


Beresiko destruktif langsung Bunuh diri

Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan
– putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
1. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat.
2. Rentang adaptif : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Putus
harapan, Tidak berdaya, Putus asa, Apatis, Gagal dan kehilangan, Ragu-
ragu, Sedih, Depresi Bunuh diri
3. Respon maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis
akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai.
Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan
individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat
berakhir dengan bunuh diri.
c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat
individu ke luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.3 Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)
untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi
dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan
c. Respon Terhadap Stress
1) Kognitif
Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran
berulang, dan pikiran tidak wajar
2) Afektif
Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata
akibatadanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
3) Fisiologis
Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua,
yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal
tubuh terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks
kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah
reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
4) Perilaku
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku
bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun
budaya.
5) Sosial
Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat
lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
d. Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping
1) Kemampuan Personal
Kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko bunuh diri
yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
2) Dukungan Sosial
Dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman,
kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang
diperlukan oleh klien adalah dukungan keluarga.
3) Asset Material
Ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana
atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan
lain-lain.
4) Keyakinan Positif
Merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang
sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan
koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang
harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan bahwa
klien mampu mengatas masalahnya.
e. Mekanisme Copig
Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara
sadar memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa
mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif
diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan
regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan rentang harapan-putus
harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
Keterangan:
1) Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan
diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
2) Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3) Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang
kurang tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.
4) Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5) Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme
koping. Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang
mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah
mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan
tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri.
2.3 Pohon masalah

Efek Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


(akibat )

Core Problem Resiko bunuh diri

Etiologi Harga diri rendah

2.4 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko
bunuh diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut
(videbeck, 2008), obat-obat yang biasanya digunakan pada klien resiko
bunuh diri adalah SSRI (selectiveserotonine reuptake inhibitor)
(fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75-225 mg/hari per oral),
nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per
oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut
sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis. Mekanisme
kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter
monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua
neurotransmiter ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur
keinginan, kewaspadaan, perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu
makan.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri
selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat
bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh
diri adalah (Keliat, 2009)
a) Klien tetap aman dan selamat
b) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
c) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
d) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
e) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik
3) Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1997, dalam Keliat, 2009:13)
mengidentifikasi intervensi utama pada klien untuk perilaku bunuh diri
yaitu :
a) Melindungi
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah
klien melukai dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah
tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu
dilakukan pengawasan, temani klien terus-menerus sampai klien
dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan jauhkan klien dari
semua benda yang berbahaya
b) Meningkatkan Harga Diri
Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah.
Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan
pujian pada hal yang positif
c) Menguatkan Koping Yang Konstruktif/Sehat
Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien.
Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk
koping yang destruktif perlu dimodifikasi atau dipelajari koping
baru.
d) Menggali Perasaan
Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama
mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi
prilaku klien.
e) Menggerakkan Dukungan Sosial
Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem
sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga
pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.

4) Penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri yaitu:


2.5 Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2.6 Meningkatkan harga diri klien, dengan cara:
2.6.1.1 Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

2.6.1.2 Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yang positif.

2.6.1.3 Meyakinkan klien bahwa dirinya penting

2.6.1.4 Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh


klien

2.6.1.5 Merencanakan aktifitas yang dapat klien lakukan


2.7 Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

2.7.1.1 Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya


2.7.1.2 Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing
cara penyelesaian masalah
2.7.1.3 Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.7.1.3.1 Pengkajian
2.7.1.3.1.1 Faktor predisposisi
Tn.K dalam kasus tersebut didiagnosis skizofrenia
2.7.1.3.1.2 Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.K yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah adanya
teman khayalan sehingga Tn.K selalu berusaha melindunginya dengan
mengorbankan dirinya sendiri yang bisa membahyakan.
2.7.1.3.1.3 Lingkungan psikososial
Tn.K mulai mengalami gangguan adalah ketika dia diserang dan dicoba dibunuh
oleh kakaknya yang baru keluar penjara dimana kakaknya mengalami dendam
terhadapnya
2.7.1.3.1.4 Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.K yang sama memiliki gangguan seperti dirinya.
2.7.1.3.1.5 Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman khayalannya
yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia ingin teman khayalan
tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa bersalah dengan apa yang
terjadi pada kakaknya sehingga dia juga tertekan. Tn.K akan selalu berusaha
melindungi dengan cara yang membahayakan dirinya tanpa dia sadari tersebut.
Karena pada dunia Tn.K, teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu
perlindungannyaPerilaku yang ditujukan oleh Tn.K dengan selalu melindungi teman
khayalannya yang merupakan cerminana dirinya tersebut karena dia ingin teman
khayalan tersebut tidak seperti dirinya sekarang. Dia juga merasa bersalah dengan
apa yang terjadi pada kakaknya sehingga dia juga tertekan. Tn.K akan selalu
berusaha melindungi dengan cara yang membahayakan dirinya tanpa dia sadari
tersebut. Karena pada dunia Tn.K, teman khayalan yang dia lihat itu nyata dan perlu
perlindungannya
2.7.1.3.1.6 Sosiokultural
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.K memiliki hubungan yang baik dan Tn.K
merupaka tokoh yang diidolakan karena karya bukunya. Akan tetapi, hubungan
Tn.K dengan kakaknya sangat tidak baik. Dan hal tersebut salah satu yang
melatarbelakangi apa yang dialaminya sekarang
2.7.1.3.2 Diagnose Keperawatan
Resiko bunuh diri
2.7.1.3.3 Intervensi
2.7.1.3.3.1 Bantu klien untuk mengenal masalah yang sedang dialami
2.7.1.3.3.2 Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif (behavior
management)
2.7.1.3.3.3 Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan
resiko
2.7.1.3.3.4 Bantu klien mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan sosial
2.7.1.3.3.5 Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positif

2.7.1.3.4 Implementasi
NO DX KLIEN INT. KE TOPIK

KEPERAWATAN

1. Resiko PK Pasien I Penyebab PK

Tanda dan gejala PK

PK yang dilakukan

Akibat PK

Cara mengontrol PK

Latihan cara mengontrol fisik I

Masukkan dalam rencana harian

II Latihan cara fisik II

Masukkan dalam rencana harian

III Latihan cara verbal

Masukkan dalam rencana harian

IV Latihan spiritual

Masukkan dalam rencana harian

V Patuh minum obat

Masukkan dalam rencana harian

Keluarga I Masalah PK pasien


II Cara merawat pasien PK

III Latihan cara merawat

Sumber rujukan

2. Halusinasi Pasien I Mengetahui isi, waktu,

frekwensi, respon terhadap

halusinasi

Cara-cara mengontrol halusinasi

Belajar menghardik halusinasi

Masukkan dalam rencana harian

II Belajar cara mengontrol dengan

patuh obat

Masukkan dalam rencana harian

III Belajar mengontrol dengan

bercakap-cakap

Masukkan dalam rencana harian

IV Belajar mengontrol dengan

aktivitas terarah

Implementasi sesuai dengan

rencana harian

Keluarga I Mengenal masalah halusinasi

II Cara-cara merawat halusinasi,

membantu mengontrol

halusinasi

III Praktek merawat pasien dengan

halusinasi

Sumber untuk rujukan


3. Isolasi sosial Pasien I Penyebab isolasi sosial

Keuntungan berhubungan

dengan orang lain

Kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

Belajar berkenalan

Masukkan dalam rencana harian

II Belajar interaksi dengan

anggota keluarga

Masukkan dalam rencana harian

III Belajar interaksi dengan

tetangga

Masukkan dalam rencana harian

Keluarga I Masalah isolasi sosial

II Cara penanganan isolasi sosial

III Praktek penanganan isolasi

sosial

Sumber rujukan

4. Harga diri rendah Pasien I Identifikasi aspek positif

Nilai aspek positif

Pilih aspek positif yang bisa

dikerjakan

Latih aspek positif I

Masukkan dalam rencana harian

II Latihan aktivitas positif 2

Masukkan dalam rencana harian


Keluarga I Masalah HDR

II Cara merawat pasien HDR

III Praktek merawat HDR

Tempat rujukan

5. Waham Pasien I Identifikasi kebutuhan yang

tidak terpenuhi

Identifikasi cara memenuhi

kebutuhan

Praktek pemenuhan kebutuhan

Masukkan dalam rencana harian

II Identifikasi kemampuan positif

Praktek aspek positif 1 dst

Masukkan dalam rencana harian

III Patuh obat

Masukkan dalam rencana harian

Keluarga I Masalah waham

II Cara merawat pasien dengan

waham

III Praktek merawat klien dengan

waham

Sumber rujukan
6. Resiko bunuh diri Pasien I Pengawasan ketat

Amankan benda berbahaya

Kontrak treatment

Cara mengendalikan dorongan

bunuh diri

II Aspek positif diri

Koping konstruktif 1 dst

III Koping konstruktif ...

Rencana masa depan

Keluarga I Masalah resiko bunuh diri

Pengawasan ketat

Amankan benda berbahaya

Pemberian obat

Rujuk segera

II Dukungan koping konstruktif

III Merencanakan masa depan

7. Defisit perawatan Pasien I Perlunya perawatan diri

diri Cara-cara sehat perawatan diri

Praktek kebersihan diri

Masukkan dalam rencana harian

II Latihan cara makan yang baik

Masukkan dalam rencana harian

III Latihan eliminasi yang baik

Masukkan dalam rencana harian

IV Latihan berdandan

Masukkan dalam rencana harian


Keluarga I Masalah perawatan diri

Dukungan keluarga

Membantu pasien dalam

perawatan diri

II dst Praktek merawat pasien

Tempat rujukan

2.7.1.3.5 Evaluasi
S :Tuliskan apa yang masih dirasakan klien
Klien masih sering melihat teman bayangannya setiap waktu yang seolah-olah
selalu meminta bantuannya
O: klien masih terlihat sering berbicara sendiri seolah-olah ada lawan bicaranya
A: tanda dan gejala yang masih ada atau yang sudah hilang
a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada
mencedari diri dengan alasan melindungi temannya
b. klien masih sering mengobrol sendiri
c. klien masih menganggap bahwa temannya itu nyata
P:Lanjutkan intervensi no 2, 4, 5, 6

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman
verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri.
Terjadinya bunuh diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori
seperti halusinasi. Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan terapi
farmakologi sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berfokus pada
klien dan keluarga klien. Selain penatalaksanaan, resiko bunuh diri dapat dicegah
melalui upaya pencegahan, baik upaya pencegahan dari diri sendiri tetapi juga
upaya pencegahan yang berasal dari lingkungan klien

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri
dengan baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian bunuh
diri dapat ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula

DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
StrategiPelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta:
SalembaMedika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.

Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis


KeperawatanDiagnosaNANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi
kesembilan. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai