Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PRA-RANCANGAN

3.1. Objek Pra-rancangan

Objek pra-rancangan adalah unit-unit bangunan Instalasi Pengolahan

Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Sleman yang dapat dijadikan sebagai salah

satu alternatif untuk mengolah buangan lumpur tinja.

3.2. Periode Pra-rancangan

Bangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dirancang

diproyeksikan untuk periode perancangan15 tahun, yakni dari tahun 2016 sampai

tahun 2030.

3.3. Lokasi Pra-rancangan

Lokasirencana IPLT yang akan dibangun berlokasi di Dusun Grembyangan,

Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada pra-rancangan bangunan Instalasi Pengolahan

Lumpur Tinja (IPLT) ini terdiri dari:

1
2

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung di lapangan.Data ini

menjadi data dasar utama dalam pra-rancangan bangunan instalasi

pengolahan lumpur tinja.Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi (Pengamatan) di lapangan

Kegiatan ini adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung di wilayah studi untuk memperoleh data lapangan sesuai

dengan tujuan.Observasi dilakukan di Kabupaten Sleman, dan dalam

observasi peneliti melakukan pengamatan, pengambilan gambar,

pencatatan yang ada di lokasi penelitian.

b. Wawancara

Kegiatan ini adalah melakukan wawancara bebas dengan menggunakan

pedoman pertanyaan sebagai panduan, dan jawaban dari responden atau

narasumber bersifat terbuka.Wawancara dilakukan pada saat survei di

lapangan, untuk mendukung data-data observasi.Narasumber atau

informan yang diwawancarai adalah yaitu orang yang diyakini

mengetahui informasi mengenai masalah lumpur tinja yang ingin

diketahui.

c. Dokumentasi dan Studi Literatur (Membaca)

Kegitan ini adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan

dokumen-dokumen yang ada dan mencari informasi yang berkaitan

dengan teori mengenai konsep pengelolaan dan pengolahan lumpur


3

tinja.Dokumen atau sumber literatur berupa laporan catatan, berkas,

buku-buku, artikel, laporan penelitian terdahulu yang telah dilakukan,

atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang

relevan dalam penelitian ini.

d. Perhitungan timbulan lumpur tinja

Perhitungan timbulan lumpur tinja di wilayah perencanaan

menggunakan pendekatan rumus Aritmatik, Geometrik, dan

Exponensial. Salah satu metode tersebut akan dipakai untuk mengetahui

timbulan lumpur tinja hingga periode tahun yang direncanakan melalui

data jumlah penduduk per tahun dan kuantitas lumpur tinja yang

dihasilkan per orang/hari.

Data primer yang dikumpulkan meliputi:

a. Kondisi sarana sanitasi setempat yang ada

b. Lokasi (lahan) yang dapat digunakan untuk pembangunan bangunan

pengolahan lumpur tinja

c. Kondisi lingkungan di sekitar lokasi (lahan)

d. Sarana jalan menuju calon lokasi bangunan pengolahan lumpur tinja.

e. Jumlah timbulan lumpur tinja.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah kumpulan data yang berasal dari kegiatan-kegiatan

sebelumnya yang dapat diperoleh melalui sumber lain seperti literatur,

industri produsen produk, internet, dan instansi-instansi pemerintah terkait.

Data sekunder yang dibutuhkan diantaranya adalah:


4

a. Kondisi iklim daerah pra-rancangan

b. Kondisi fisik wilayah pelayanan yang diperlukan untuk menunjang

proses pra-rancangan.

c. Data kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, kepadatan

penduduk dan sebagainya

d. Kondisi sosial-ekonomi dan budaya

3.5. Tahapan Pra-rancangan

Pra-rancangan bangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di

Kabupaten Sleman ini dirancang dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.5.1. Tahap Persiapan Pra-rancangan

Tahap persiapan pra-rancangan adalah menetapkan prosedur teknis dalam

proses pra-rancangan. Prosedur teknis berdasarkan pada kajian teoritis yaitu studi

literatur dari referensi, berupa Peraturan Pemerintah (UU/Peraturan Pemerintah/

Permen/ Pergub/ Perbup), text book mengenai pengelolaan lumpur tinja, hasil

penelitian mengenai pra-rancangan bangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

(jurnal, skripsi, tesis) dan publikasi lain mengenai pengelolaan lumpur tinja yang

memiliki sumber jelas.


5

3.5.2. Tahap Pelaksanaan Pra-rancangan

1. Tahap Identifikasi Data atau Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan data

yang dibutuhkan baik itu kebutuhan data primer dan data sekunder

berdasarkan kebutuhan data dan hasil identifikasi sumber data.

2. Tahap Analisis dan Pengkajian Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif dan data kuantitatif.Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

mengolah data atau informasi yang dikumpulkan sehingga diperoleh

gambaran masalah yang lebih lengkap.

3. Tahap Desain Unit-Unit Pengolahan Lumpur Tinja.

Pada tahap hasil penetapan ini berupa gambaran unit-unit bangunan

pengolahan yang dirancang untuk mengolah lumpur tinja berdasarkan kajian

teoritis yaitu karakteristik lumpur tinja, jenis pengolahan yang dipakai dan

kriteria perencanaan agar diperoleh dimensi-dimensi unit pengolahan dan

kualitas efluen yang diharapkan sesuai referensi.

Unit-unit proses pada bangunan IPLTyang dirancang tersusun sebagai

berikut:

1. Solids Separation Camber(SSC)

2. Oxidation Ditch

3. Kolam Fakultatif

4. Kolam Maturasi

5. Area Pengeringan (Drying Area)


6

Rangkaian unit-unit proses dapat digambarkan dalam diagram alir

proses seperti pada Gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pengolahan pada IPLT

4. Tahap Penyajian Hasil

Tahap penyajian data meliputi data hasil survei data primer dan

sekunder dalam format deskripsi, tabel, gambar dan peta.Serta penyajian hasil

perhitungan untuk memperoleh kapasitas buangan lumpur tinja, ukuran

dimensi-dimensi pada unit-unit pengolahan yang telah ditetapkan sebelumnya

dan gambar desain unit-unit pengolahan.Penyajian hasil lainnya yaitu

Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan dalam pra-rancangan

bangunan IPLT dan perhitungan kebutuhan biaya operasi dan

pemeliharaannya.
7

Berikut adalah keseluruhan dari tahapan pra-rancangan yang telah disajikan

diatas dan kemudian disajikan lagi dalam bentuk diagram seperti pada gambar

3.2.

Ide mengenai pra-rancangan


bangunan pengolahan lumpur
tinja di kabupaten Sleman

Persiapan pra-racangan

Menetapkan prosedur teknis


dalam proses pra-rancangan

Identifikasi data atau


pengumpulan data

Data primer: Data sekunder:


- Observasidi lapangan - Kondisi iklim daerah pra-
- Wawancara rancangan
- Dokumentasi dan Studi - Kondisi fisik wilayah pelayanan
Literatur - Data kependudukan yang meliputi
- Perhitungan timbulan jumlah penduduk,kepadatan
lumpur tinja penduduk dan sebagainya
- Kondisi sosial-ekonomi dan
Tahap budaya
analisa dan pengkajian
- Spesifikasi teknis unit SAP
data

Desain unit-unit
pengolahanlumpur tinja

Penyajian hasil

Gambar 3.2. Diagram alir tahapan pra-rancangan


8

3.6. Kriteria Perencanaan

Kriteria perencanaan bangunan pengolahan lumpur tinja adalah sebagai

berikut:

1. Bar Screen

Bar screen yang digunakan berupa batang-batang besi yang berbentuk

persegi panjang dengan kemiringan 45˚ dan dioperasikan secara manual.

Kriteria perencanaan:

Screen terbuat dari kisi-kisi berbentuk persegi panjang

- Kecepatan aliran (v) = 0,3 m/detik


- Jarak antar kisi (d) = 40 mm
- Tebal kisi = 50 mm
- Faktor kirshmer (β) = 1,67
- Lebar kisi (ω) = 0,5 cm
Sumber : Tchobanoglous, (1991)

Rumus-rumus :

- Lebar saluran (Wc) = (n x ω) + (n + 1) d


- Lebar total bukaan screen (WS) = (n + 1) d
- Panjang screen yang terendam air (Ls) = Q/WS x VS
- Kedalaman air pada screen (dc) = Ls x Sin α
- Kecepatan aliran melalui screen (Vs) = Q/WC x dc
- Luas area yang dilewati screen (A) = {(n + 1) x d} h/ 45˚
- Tinggi hilang tekanan pada screen (Hi screen)
Hi screen = β (w/b)4/3 x hv sin θ

hv = V2/ 2 x g
9

2. Solids Separation Chamber (SSC)

SSC atau Kolam pemisah lumpur berfungsi untuk memisahkan padatan dan

air dengan memanfaatkan sifat fisik air limbah.

Kriteria perencanaan:

- Waktu detensi (td) = (5-12) hari


- Dimensi bak (P : L) = (2 : 1) – (5:1)
- Kemiringan zona pengendapan = minimal 30˚
- Laju endapan lumpur = 20%
- Ketinggian supernatant maksimal = 1 m
- Ketinggian lumpur terendap = 50 cm
- Tinggi media pasir = (20-30) cm
- Tinggi media kerikil = (20-30) cm
- Efisiensi penyisihan BOD5 = (25 – 60) %
Sumber: Petunjuk Teknis CT/AL/Re-TC/001/98

Rumus-rumus :

- Beban permukaan (So) = Debit (Q)/ luas permukaan (As)


- Waktu detensi (td) = V/Q
- Volume =pxlxh

3. Parit Oksidasi (Oxidation Ditch)

Sistem Parit Oksidasi adalah extended aeration atau aerasi

berkelanjutan yang semula dikembangkan berdasarkan saluran sirkular

kedalaman 1 s/d 1,5 meter. Air diputar mengikuti saluran sirkular yang cukup

panjang untuk tujuan aerasi dengan alat makanik rotor seperti sikat baja yang

berbentuk tabung.

Kriteria Perencanaan :

Waktu Tinggal Lumpur =15-30 hari


10

Rasio F/M = (0,04-0,10) lb BOD/lb MLVSS hari

Beban BOD Volumetrik = (5-15) lb BOD/1000 ft3hari

MLSS = (3000-5000) mg/L

Waktu Detensi = (15-30) Jam

Return Activated Sludge (RAS) = (75-100)%

4. Kolam Fakultatif

Kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan konsentrasi

bahan organik dengan bantuan oksigen dan sinar matahari.

Kriteria Perencanaan:

Kedalaman Air = (1 – 2) m

Tinggi jagaan = (0,3 – 0,5) m

Beban BOD permukaan = (100 – 400)kg BOD/ha pada suhu 20-250C

Efisiensi penyisihan BOD5 = 70 – 90 %

Waktu tinggal = (5-30) hari

Rasio panjang : lebar = (2-4) : 1

Sumber :Hamzeh Ramadan and Victor M. Ponce, 2012 dan Petunjuk Teknis
CT/AL/RE-TC/001/98
Rumus-rumus kolam fakultatif:

Volume (V) = Li x Q/ beban BOD volumetrik


Pembebanan volumetric =λxH
Pembebanan permukaan = 20 x T˚C – 120 kg/ha.hari
Waktu tinggal (td) = V/Q
Luas (As) = V/H
BOD5 efluen = (100 – efisiensi) x Li
Volume =PxLxH
Li = BOD5 influen
11

5. Kolam Maturasi

Kolam Maturasi berfungsi untuk menurunkan konsentrasi padatan tersuspensi

(SS) dan BOD yang masih tersisa didalamnya dari kolam fakultatif dan

menurunkan kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam kandungan

lumpur tinja, terutama fecal coliform. Hubungan antara waktu detensi dengan

bakteri fecal coliform dihitung berdasarkan persamaan berikut:

KB = 2,6 (1,19)(T-20)

Ne = Ni/ {1 + KB (T) x t}

Dimana :

KB(T) = nilai penurunan fecal coliform pada suhu T ˚C (hari)

Ne = konsentrasi efluen bakteri dalam 100 ml (FC/ 100 ml)

Ni = konsentrasi ifluen bakteri dalam 100 ml (FC/ 100 ml)

t = waktu detensi

Kriteria Perencanaan:

Kedalaman air = (0,8-1,0) m

Tinggi jagaan = (0,3-0,5) m

Waktu tinggal (td) = (5-15) hari

Beban BOD volumetrik = <60 gr BOD/ m3/hari

Rasio panjang dan lebar = (2-4) : 1

Efisiensi penyisihan BOD5 = 70 %

Efisiensi penurunan coliform = 95 %

Sumber :Petunjuk Teknis CT/AL/Re-TC/001/98


12

Rumus-rumus kolam maturasi:

Volume (V) = Q x td
Luas (As) = V/ H
BOD5 efluen = (100 – efisiensi) x Li

6. Area Pengeringan (Drying Area)

Drying Area berfungsi untuk mengeringkan padatan lumpur yang sudah

setengah kering dan merupakan proses desinfeksi untuk membunuh

mikroorganisme melalui proses sinar matahari.

Kriteria Perencanaan:

Waktu pengeringan cake pada DA = (7-15) hari


Waktu pengambilan cake matang = 1 hari
Ketebalan cake = (10-30) cm
Tebal lapisan pasir = (15-30) cm
Tebal lapisan kerikil = (20-40) cm
Kadar air (P) = 20 %
Kadar solid (Pi) = 80 %
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum

Rumus-rumus:

Volume (V) = Panjang x Lebar x Tinggi


Luas = Panjang x Lebar

Luas = V/H
13

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Proyeksi pertumbuhan penduduk dalam perhitungan kapasitas IPLT

diperoleh berdasarkan data jumlah penduduk daerah pelayanan yaitu Perkotaan

Kecamatan Berbah, Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Prambanan,

kemudiandianalisis proyeksi untuk30 tahun kedepan. Untuk menganalisanya

digunakan rumus:

a. Aritmatik

Rumus : Pn = Po (1 + R n)

Dimana : Pn = jumlah Penduduk pada tahun m


Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
R = angka pertumbuhan penduduk
n = periode waktu dalam tahun
b. Geometrik

Rumus : Pn = Po (1 + r)t

Dimana : Pn = jumlah penduduk pada tahun n


Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = angka pertumbuhan penduduk
n = jangka waktu dalam tahun
c. Exponensial

Rumus : Pn = Poer.n

Dimana : Pn = jumlah penduduk pada tahun n


Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
r = angka pertumbuhan penduduk
n = jangka waktu dalam tahun
e = Bilangan pokok dari sistem logaritma
natural yang besarnya sama dengan 2,7182818
14

Dari ketiga metode tersebut ini akan dilakukan analisis tingkat kenaikan

penduduk tahun sebelumnya yaitu menghitung nilai perhitungan mundur

pertumbuhan penduduk, kemudian akan didapat nilai deviasi dari masing-masing

metode. Nilai deviasi terkecil dari rumus tersebut itulah yang akan dipakai dalam

perhitungan proyeksi jumlah penduduk.

Sementara untuk menghitung rata-rata kenaikan jumlah penduduk pertahun

yang dinyatakan dalam persen (%) digunakan rumus:

R = (Ʃ ri)
N

Dimana: r = prosentasi kenaikan jumlah penduduk


n = jumlah tahun data
ri = jumlah r1 + r2 + ….r n

3.7.2. Analisis Debit Buangan Lumpur Tinja

Perhitungan debit buangan lumpur tinja bertujuan untuk menentukan

besarnya jumlah lumpur tinja yang dihasilkan per satuan waktu. Perhitungan debit

buangan lumpur tinja selama tahun periode pra-rancangan di Kabupaten Sleman

didasarkan atas :

1. Perkiraan debit lumpur tinja didasarkan pada besar kuantitas lumpur tinja yang

dihasilkan yaitu 0,5 liter/orang/hari (Petunjuk Teknis CT/AL/Re-TC/001/98)

2. Penduduk yang akan dilayani dihitung berdasarkan prosentase penggunaan

sarana tangki septik.

3. Jumlah penduduk yang akan terlayani sampai akhir tahun periode

perancangan.
15

Perhitungan debit lumpur tinja dengan mengunakan rumus:

Debit = Total jumlah penduduk tahun 2030 x persentasi

kepemilikan tangki septik x buangan lumpur tinja yang

dihasilkan per kapita.

3.7.3. Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya dalam pra-rancangan ini digunakan untuk

memperhitungkan jumlah biaya yang dibutuhkan dalam membangun suatu

instalasi pengolahan lumpur tinja.Analisa ekonomi (RAB) dilakukan dengan

analisis BOW (Beban Orang Waktu). Perhitungan RAB (Rencana Anggaran

Biaya) dalam perencanaan ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

1. Setelah item pekerjaan dan volume telah ditetapkan kemudian metode

pelakanaan konstruksi dipilih yang paling sesuai untuk setiap item pekerjaan

untuk menentukan harga satuan item pekerjaan

2. Dilakukan analisa harga satuan setelah metode pelaksanaan ditetapkan dan

basic price (harga satuan bahan dan upah pekerja) serta harga satuan

depresiasi alat berat/sewa alat berat dan bobot per item pekerjaan ditetapkan.

3. Rencana anggaran biaya merupakan perkalian antara besaran volume per item

pekerjaan dikalikan dengan harga satuan per item pekerjaan.

4. Rencana anggaran biaya total merupakan harga poin (3) ditambahkan dengan

PPN 10% dan hasilnya dibulatkan.


16

3.7.4. Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya operasi dan pemeliharaan IPLT yang dimaksud adalah biaya yang

dikeluarkan untuk mengoperasikan dan merawat peralatan dan bangunan di

lokasi IPLT agar bangunan IPLT selalu siap untuk dioperasikan. Biaya operasi

dan pemeliharaan meliputi:

1. Biaya personil (upah dan gaji)

2. Biaya operasi yang meliputi bahan bakar, sampling dan pemeriksaan

laboratorium, pelumas, dan listrik.

3. Biaya pemeliharaan (penyediaan, perbaikan dan penggantian suku cadang)

4. Biaya perlindungan (kesehatan, pakaian, perlengkapan K3dan asuransi)

5. Biaya penunjang (ATK, keamanan dan komunikasi)

3.8. Jadwal Pelaksanaan Pra-rancangan

Jadwal pelaksanaan penyelesaian skripsi tentang pra-rancangan bangunan

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Sleman adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan


Waktu Pelaksanaan
(Oktober 2015 s/d Februari 2016)
No Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Pelaksanaan penelitian
4 Penyusunan skripsi
5 Pendadaran skripsi
6 Revisi skripsi

Anda mungkin juga menyukai