Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Klien An. “ L ” Dengan Diagnosa Medis “ GASTROENTERITIS


Diruang Zall anak RSUD Raden Achmad BASOENI Gedeg
Mojokerto

Disusun oleh :
EKWANTORO, S. Kep. Ns
06. 06. 007

PROGRAM STUDY DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MAYJEND SUNGKONO
MOJOKERTO
2008
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan Kebidanan pada klien dengan diruang ,


ini kami buat sebagai tanda bukti bahwa mahasiswa telah melakukan praktek di
ruang, Mulai tanggal telah disetujui serta disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Tempat:

Mahasiswa

Kepala Ruang Pembimbing Ruangan

Mengetahui :
Pembimbing Akademik
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRO ENTERITIS

I. DEFINISI
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak konsistensi fises encer, dapat
berwana hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
(Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, 1997, Jakarta EGC).
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
(Monsjoer, Arif : 2000 : 470).
Diare adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami defikasi sering dengan feses cair atau feses yang tidak
berbentuk.
(Carpenito Lynda Juall : 2000 : 104)

II. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi internal : Infeksi saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebab diare pada anak melewati :
Infeksi internal :
Vibrio, E coli, salmonella, shigela, compy tobactery, yersinia,
Aeromanas.
Infeksi virus :
Entero virus (virus ECHO, Coy sakie, polyo myelitis), Adenovirus,
Rotovirus, Astrovirus.
Infeksi parasit :
Cacing (Ascaris, Trichoris, Oryuris, Strongyloides), protozoa,
(Entamoeba, Histolytica, glardia lamblia, Trichomonas), jamur
(candida albican).
b. `Infeksi parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis,
bronko pneumia, ensifalitis, dan sebagainya, keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawa 5 tahun.
2. Faktor Mal Nutrisi
Mal Absorbsi Karbohidrat :disakarida (intoleransi laktosa, Maltosa dan
sukrosa), Monosakarida, (intoleransi glokosa,
fruktosa dan glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayidan anak yang terpenting dan
interaksi laktosa.
3. Faktor Makanan
 Makanan basi.
 Makanan beracun.
 Alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
(Ngastiyah : 1997 : Hal 143 – 144).

III. PATOFISIOLOGI
a. Narasi
Berhubungan dengan mal absorbsi atau inflamasi sekunder, akibat :
Kwasiorkor Penyakit crohn
Gasteritis Kanker kolon
Ulkus peptikum Spatis kolon
Devertikulitis Penyakit seliaka (sprue)
Kolitis ulserativa Usus yang sagat sensitf.
Berhubungan dengan defisiensi laktasi.
Berhubungan dengan peningkatan peristaltik sekunder akibat
peningkatan kecepatan metabolik (heperteroidisme).
Berhubungan dengan sidrom dumping.

Berhubungan dengan proses infeksi sekunder akibat :


Trikinosis Sigelosis
Disentri Demam tifoid
Kolera Hepatitis infeksiolora
Malaria
Berhubungan dengan sekresi lemak yang berlebihan dalam
feses sekunder akibat disfungsi hepar.
Berhubungan dengan inflamasi dan ulserasi dari mukosa
gastrointestinal sekunder akibat tingginya kadar pembungan nitrogen
(gagal ginjal).

(Lynda Juall Carpenito, Buku saku diangnosa keperawatan, jilid


8, hal 104).
a. Bagan

Makanan/zat yang Rangsangan Gangguan imobilitas


diserap toksin usus

Tekanan osmotic Peningkatan Hipoperis Hiperperi


rongga usus sekresi air & taltik staltik
alektrolit ke
rongga usus
Pergeseran air dan Bakteri Absorbsi
elektrolit kerongga tumbuh dan makanan
usus berkembang

Gastro Enteritis

Hospitalisasi Kehilangan Penyimpa  Makana Mual


air & ngan n yang dan
elektrolit Glykogen dihentikan muntah
 Lin  Pengen
gkungan ceran susu yg
Asing Dehidrasi Ganggua terlalu lama Ganggu
 Pros ng  Absorb an
Absorbsi si makanan intolera
cemas G3 makanan n
keseimbang
an cairan & Gangguan
BAB/muntah elektrolit pemenuhan
nutrisi

Syok
hipovolumik

Gangguan
sirkulasi
IV. GEEJALA KLINIK
a. Awalnya anak menjadi sengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafasu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare, tinja makin cair, mungkin mengandung
darah atau lendir, warna tinja menjadi kehijau-hijauan karana tercampur
empedu, anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
b. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum dan sesudah diare, bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi, berat badan turun, pada bayai ubun-ubun besar
cekung, tonus dan torgor kulit berkurang, selaput lender dan bibir kering.

V. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian Cairan
Pemberian cairan pada pasien dengan memperhatiakan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
 Cairan per oral
Pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan berikan per oral
berupakan cairan yang berisikan NaCl dan NaHCo3, Kcl dan Glukosa.
 Cairan perenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesui dengan
kebutuhan pasien.
Cara pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per – oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defikasi.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 100 ml/kg BB per – oral (intragastrik).
c. Dehidrasi sedang
 1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB per – oral / intragastrik
 Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari ad libitum

d. Dehidrasi berat
 Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg : 1
jam pertama : 40 ml/kg BB / jam : 10 tetes / kg BB / menit (set
infus berukuran 1 ml : 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit) set
infus 1 ml : 20 tetes 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam : 3 tetes
/ kg BB / menit (set infus 1 ml : 15 tetes) atau 4 tetes / kg BB /
menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml / kg
BB, oralit per – oral atau intragastrik bila anak tida mau minum,
teruskan dengan intravena 2 tetes / kg BB / menit (set infus 1 ml :
15 tetes) atau 3 tetes / kg BB / menit (set infus 1 ml : 20 tetes).
 Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15
kg.
1 jam pertama : 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit
(1ml : 15 tetes) atau 10 tetes / kg BB / menit (1 ml 20 tetes).
7 jam berikutnya : 10 ml / kg /BB / jam atau 3 tetes / kg BB / menit
(1 ml : 20 tetes ). 16 jam berikutnya : 125 ml / kg BB / oralit per –
oral atau intragastrik, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
D6 aa intravena 2 tetes / kg BB / menit (1 ml : 15 tetes) atau 3 tetes
kg BB / menit (1 ml ; 20 tetes).
 Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15 – 25 kg
1 jam pertama : 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(1ml : 15 tetes) atau 7 tetes / kg BB / menit (1 ml : 20 tetes).
7 jam berikutnya : 10 ml / kg BB / jam / 2,5 tetes / kg BB / menit
(1 ml : 15 tetes) atau 3 tetes / kg BB / menit (1 ml : 20 tetes).
16 jam : 105 ml / kg BB oarlit per – oral atau bila anak tidak mau
minum dapat diberikan D6 aa intravena 1 tetes / kg BB / menit (1
ml : 15 tetes) atau 1 ½ tetes / kg BB / menit (set 1 ml : 20 tetes).
 Untuk bayi lahir (neonatal) dg BB 2 – 3 kg kebutuhan cairan
125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml / kg / BB / 24 jam. Jenis cairan :
½
cairan 4 : 1 (4 bagian Glokosa 5% + 1 bagian NaHC 03 1 %)
kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg
BB / menit (1ml : 20 tetes). 20 jam berikutnya 150 ml / kg BB / 20
jam atau 2 tetes / kg BB / menit (1ml : 15 tetes) atau 2 1/2 tetes / kg
BB / menit (1ml : 20 tetes).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan
kurang dari 2 kg.
Kebutuhan cairan 250 ml / kg BB / 24 jam, jenis cairan : cairan 4 :
1 (4 bagian glokosa 10% + 1 bagian NaHC03 1 1/2 %) kecepatan
cairan sama dengan pada bayi baru lahir.
 Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi
berat. Misalnya untuk umur 1 bln – 2 thn dengan berat badan 3 –
10 jenis cairan D6 aa dan jumlah cairan 250 ml / kg BB / 24 jam
kecepatan : 4 pertama : 60 ml / kg BB / jam atau 15 ml / kg BB /
jam atau 4 tetes / kg BB / menit (1ml : 15 tetes) atau 5 tetes / kg
BB / menit (1ml = 20 tetes).
(Ngastiyah : 1997 : 147 – 148).

2. Pengobatan Diatetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI dan atau formula yang mengandung lactosa
rendah dan laktosa lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau
sejenis lainya).
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuikan dengan kelainan yang
temukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam
lamak yang barantai sedang atau tidak jenuh.
Cara Memberikanya :
a. Hari 1 : setelah dehindrasi segera diberikan
makanan per – oral. Bila diberi ASI / susu formala tetapi deare masih
sering, supaya diberikan oralit selang – seling dengan ASI misalnya 2
kali ASI / susu khusus, 1 kali oralit.

b. Hari II – IV : ASI / susu formula rendah laktosa


penuh.
c. Hari V : Bila tidak ada kelainan pasien
dipulangkan kembali susu atau makanan biasa, disesuikan dengan
umur bayi atau berat badanya
(Ngastiyah : 1997 : 148).

3. Obat – Obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalai
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glokosa atau karbohidrat lain (gula, air tajir, tepung beras dan
sebagainya).
a. Obat anti
sekresi.
Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minum 30 mg.
Klopormazim dosis 05 – 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat
Spasmolitik.
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, oprum
loporamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi,obat
pengeras tinja seperti : koalin, paktin, charcoal, taboral, tiadak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotik.
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebab kolera, diberikan tetra aiklin 25 – 50 mg / kg BB /
hari.
(Ngastiyah : 1997 : 149).
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap muntah dan
diare atau aut put yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan absorbsi yang tidak adekuat.
3. Intoleran aktifitas yang
berhubungan dengan kelemahan fisik
4. peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan proses penyakit

VII. INTERVENSI
Dx 1 : Gangguan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder terhadap diare.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya pada pasien dan keluarga
pasien.
R : Menbina saling kepercayaan antara pasien dengan tem medis.
2. Kaji output dan input cairan
R : Untuk membantu deteksi dini balance cairan.
3. Berikan kebutuhan cairan sesui dengan advis dokter.
R : Agar kebutuhan cairan tubuh dapat terpenuhi.
4. Observasi TTV (TD, N, S).
R : Detensi dini kekurangan cairan yang lebih berat.
5. Observasi kelancaran cairan infus.
R : Terpenuhi balance cairan dalam tubuh.
6. Anjurkan pasien minum 2 – 2,5 hari / hari / 8 gelas / hari.
R : Untuk menhindari terjadinya dehidrasi yang lebih berat.
7. Kalaborasi dengan dokter dan tim medis lain dalam
pemberian cairan infus dan antibiotik.
R : Memungkinkan fungsi penggantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit cairan.

Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan absorbsi yang tidak adekuat.
Intervensi :
1. M
enjelaskan tindakan yang kita lakukan.
R : Agar pasien dan keluarga tahu tentang prosedur yang kita lakukan.
2. K
aji intake dan autput makanan.
R : Membantu pemenuhan nutrisi dalam tubuh.
3. B
erikan makan pasien sesui dengan selera pasien dengan kondisi pasien
secara berkala.
R : Untuk menguragi muntah dan merangsang nafsu makan.

4. B
erikan kolaborasi oral.
R : Meningkatkan nafsu makan.
5. T
imbang berat badan tiap hari.
R : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi.
6. K
olaborasi degan ahli gizi dalam pemberian diit TKTP.
R : Menentukan terapi yang tetap tentang diit yang dijalani.

Dx 3 : Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik


Intervensi :
1. Melakukan pendekatan pada pasien.
R : Agar pasien dan keluarga tahu tentang prosedor yang kita lakukan.
2. instruksikan pasien dan keluarga untuk
penghematan energi
R : Agar memulihkan kondisi yang lemah.
3. Berikan motivasi kepada pasien dan
keluarga untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
R : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
secara tiba – tiba.
4. Untuk pasien yang tirah baring lama
lakukan mobilisasi mika – miki tiap 2 jam.
R : Agar tidak terjadi luka baring yang lama.
5. kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi
R : Mempercepat penyembuhan.

Dx 4 : Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses


penyakit
Intervensi :
1. Kaji saat timbulnya demam
R/ Dapat didentifikasi pola/ tingkat demam
2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum kien
3. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu
tubuh
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialamai k;ein dapat membantu
mengurangi kecemasan klien
4. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang
dilakukan
R/ Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga
untuk lebioh kooperatif
5. Berikan kompres pada daerah aksila, paha, dan hipotalamus
R/ Aksila, paha merupakan daerah yang banyak pembuluh darahnya
6. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ untuk mencegah kejang dan memberikan rasa nyaman pasien

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengus Marily E. 1999. Rencana Asuhan Keperawtan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian. Buku kedokteran. EGC.
2. Juall C, Linda, 2000. Diagnosa keperawatan. Buku kedokteran. EGC.
3. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta. Jilid 1. FKUL.
4. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta. Jilid 2. FKUL.
PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

No. register : 0007614


Ruang : Keperawatan
Tgl / Jam MRS : 13 Januari 2008 / 13.00
Tgl pengkajiaan : 13 Januari 2008
Diagnosa Medis : Gastroenteritis / GE
I. IDENTITAS
A. Biodata Pasien
Nama : An “L“
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 21 bulan
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan :-
Alamat : Buluk jombok, Mojokerto

B. Penanggung jawab
Nama : Ny “ D “
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Buluk jombok, Mojokerto

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya berak cair 4 kali sehari
disertai muntah, mual serta panas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya berak cair 4 kali sehari
disertai mual, muntah, serta panas sejak 2 hari yang lalu.
Kemudian pasien di bawa ke RSUD Basoeni oleh
keluarganya pada tanggal 13 januari 2008
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya hanya sakit batuk pilik dan
tidak pernag masuk RS
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami
penyakit keluaraga atau keturunan seperti hipertensi, DM,
dan penyakit menular seperti hepatitis
E. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat –
obatan serta makanan
G. Riwayat Atenatal
 Kesehatan ibu selama hamil : kesehatan ibu baik,
hanya saat hamil, ibu mudah sering merasakan
mual.
 Penambahan BB selama hamil 11 kg
 Pemeriksaan kehamilan : oleh bidan desa
Trisemester I : 3 x di bidan dengan keluhan mual
Trisemester II : 3 x di bidan desa tampa keluhan
trisemester III :3x di bidan tidak ada lkeluhan
 Obat - obatan yang diminum selama hamil, selain
obat yang diberikan bidanwaktu pemeriksaan
kehamilan yaitu : vitamin, tablet Fe, ibu tidak
minum jamu selama hamil.
H. Riwayat Natal
Tenaga pendorong : bidan
Tempat: rumah bidan
Jenis persalinanan : normal
I. Riwayat Neonatal :
o Kondisi bayi : baik, menagis kuat
o warna kulit waktu lahir merah
o wajah, bibir merah
o akivitas bayi : bergerak aktif
o BB : 2650 / 49 cm
o masalah yang terjadi sejak lahir tidak ada
J. Riwayat post notal :
Lama : ± 3 hari, penyakit yang terjadi setelah lahir tidak
ada
K. Riwayat ekonomoi
Yang mengasuh ; ibu kandung
Hubungan dengan keluarga dan pasien : baik
Hubungan dengan teman sebaya : baik
L. Riwayat Imunisasi :
imunisasi Usia ( hari )
Hepatitis B2dan folio 1
BSG 2
DPT 3
Hepatitis B3polio 4
DPT 5
DPT3 Polio 4
Camak polio 9

H. POLA AKIVITAS SEHARI – HARI


NO POLA AKTIVITAS DIRUMAH DI RUMAH SAKIT
1 Nutrisi :
- Kebiasaan Makan 3x/hari 3 x Sehari
- Menu Nasi + Sayur + Ikan Bubur halus, kasar
- Makanan Kesukaan Tidak ada Tidak ada
- Makanan Pantangan Tidak ada Menurun
- Selera Makan Baik / porsi makan habis Menurun dengan
porsi ½ habis
- Jumlah Minum 2500 ml / hari 2500ml / hari
- Gangguan Hambatan Tidak ada Perubahan nutrisi
yang diakibatkan
muntah
2 Eliminasi :
- BAK
Kebiasaan 4 – 5 x Sehari 3 x Sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Gangguan Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
Volume - -
- BAB
Kebiasaan 1 – 2 x Sehari 4 x sehari
Warna Kuning Kuning kecoklatan
Konsistensi Lunak Cair, ampas
Gangguan Tidak ada gangguan Peningkatan
konsistensi cairan
3 Aktifitas Fisik
- Kebiasaan Bermain dengan teman – Hanya tirah
temannya sekolah baring/bed rest total
- Waktu senggang Bermain & nonton TV istirahat
- Gangguan Tidak ada gangguan Intoleran aktivitas
fisik B/D kelemahan
fisik
4 Istirahat tidur
- Kebiasaan Pasien tidur ditemani Pasien tidur ditemani
ibunya ibunya
- Waktu Malam : 20.00 – 06. 00 Malam : 19.00 –
WIB 06.00b wib
Siang : 15.00 – 16.00 Tidak tentu
- Perlengkapan Kasur, bantal, guling Bed kasur, bantal.
- Penerangan Lampu dinyalakan Lampu dinyalakan
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
5 Personal Hygiene
- Mandi 2 x sehari Pasien di RS diseka
- Keramas setiap 3x sehari Pasien di RS belum
keramas
- Gosok gigi - -
- Ganti pakaian setiap 2 x sehari 3 x sehari

- Gangguan Tidak ada gangguan Tidak ada


6 Ketergantungan
- Kopi Pasien tidak minum kopi tidak minum kopi
- Rokok Pasien tidak merokok tidak merokok
- Alkohol Pasien tidak minum Pasien tidak minum
alkohol alkohol
I. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Emosi
Psien gelisah, rewel, sering menangis
b. Konsep Diri
1. Body Image
Pasien tidak mengetahui keadaan dirinya yang di
tandai pasien sering rewel dan menangis
2. Self Ideal
Pasien merasa dirinya di siksa ditandai dengan setiap
perawat yang mendekati dirinya selalu menangis
3. Self Esteem
Pasien adalah anak tunggal sehingga seluruh kasih
sayang orang tua tertuju padanya.

4. Role Perfomence
Pasien adalah anak yang masih kecil dan manja
terhadap keluarganya

J. DATA SOSIAL
1. Pendidikan :-
2. Sumber Penghsilan :-
3. Pola Komunikasi : pasien tidak bisa berinteraksi
dengan baik yang di tandai pasien selalu menangis jika di
dekati perawat
4. Pola Interaksi : interaksi dengan perawat maupun dokter
kurang baik tetapi jika kepada keluarga baik
K. DATA SPIRITUAL
Pasien tidak sholat karena masih kecil

VII. PEMERISAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentris GCS : 4-5-6
3. Tanda – tanda vital : RR : 30 x/menit
N/S : 112 x/menit / 38,6º C
4. Kepala
- Ekspresi wajah : Tampak pucat, simetris
- Rambut : Pendek, berombak, tidak ada
ketombe
- Mata : Simetris, palpebra tidak
edema,sclera tidak ikterus
konjungtiva tidak anemis,
penglihatan berfungsi dengan baik,
cowong
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Pendengaran normal
- Hidung : Simetris, tidak ada serumen,
Maupun polip
- Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada
Stomatitis, tidak ada karies,
lidah agak kotor
- Leher : Tidak ada pembesaran vena
Jugelaris dan pembendungan
kelenjar limfe.
5. Thorax
- Inseksi : tidak ada benjolan, bentuk dada
simetris tidak pigoenchest,
tidak funnelchest
- Palpasi : Tidak ada benjolan pada
Mamae dan tidak nyeri palpasi
- Perkusi : Terdengar suara sonor pada ICS 1-7
Dan suara redup pada ICS 8 dan 9
- Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
( whicing maupun ronchi)
6. Abdoment
- Inseksi : Tidak ada luka bekas Operasi
disekitar abdomen, simetris
- Palpasi : tidak ada benjolan dan tidaka ada
nyeri tekan
- Perkusi : Pada lambung terdengar
suara timpani, pada hepar terdengar
dullness
- Auskultasi : Terdengar bising usus 24x /menit
7. Ektremitas
- Atas : Terpasang Infus pada tangan
Kanan RL 14 Tpm dan tidak
Edema, tidak ada polidaktilli
- Bawah : kedua kaki bergerak aktif tidak
Edema, simetris, tidak varices
Pergerakan ROM 5 5
5 5
8. genetalia : tidak terkaji

VIII. DATA PENUNJANG


Tanggal : 14 januari 2008
1. Hasil pemeriksaan darah / urine
Widal : Normal
- Salmonella ty. O : 1/120 Negatif
- Salmonella ty. H : Positif 1/80 Negatif
- Salmonella P.ty. A : Positif 1/160 Negatif
- Salmonella P. ty.B : Positif 1/160 Negatif
2. hasil pemeriksaan darah
Hemoglobin : 12,6 gr/DL
Leucosite : 6700/mm3
Tombosit : 330.000
LED : 25
Hitung jenis
 ESO : 7,6 %
 BASO : 5,3 %
IX. THERAPY
Infus : RL I Grojok 500 cc & RL II 15 Tpm Micro
Injeksi : Lapixim 3 x 250 mg
Oral : Sanmol 3 x ½ Tab
Lastab 3x ½ Tab

ANALISA DATA

Nama : An. “L “ Ruang : Keperawatan


Umur : 21 bulan Jenis Kelamin : Perempuan
Dx DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : Ibu Pasien mengatakan anaknya Bakteri dan virus Gangguan
diare 4x sehari, mual dan keseimbangan
muntah cairan
Do :
K/u : lemah
S : 37,6°C
N : 112x/menit
 BAB cair ± 4x/hari
 Muntah, mual
 Bising usus 24 x/ menit
2 Ds : ibu pasien mengatakan anaknya Infeksi Gangguan suhu
panas tubuh
Do :
 Mukosa bibir kering
 Suhu tubuh meningkat
3 Ds : Ibu pasien mengatakan bahwa Mual dan muntah Gangguan
ankanya tidak mau makan pemenuhan
Do : kebutuhan nutrisi
o Porsi yang dihidangkan ½
habis
o Pasien lemah & lemas
o BB turun
4 Ds : Ibu pasien mengatakan anaknya Kelemahan fisik Intoleran aktifitas
lemah sulit untuk beraktifitas
Do :
o Pasien hanya berbaring di
tempat tidur
o K/u lemah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An. “L “ Ruang : Keperawatan


Umur : 21 bulan Jenis Kelamin : Perempuan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan keseimbangan cairan yang berhubungan output yang berlebihan
K/u : lemah
S : 37,5°C
N : 112x/menit
 BAB cair 4 x/hari
 Mata pasien cowong
2 Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit
 Mukosa bibir kering
 Suhu tubuh meningkat
S : 37,5°C
N : 112x/menit
3 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan intake
yang tidak daekuat (mual dan muntah), yang ditandai dengan
 K/u : lemah
 Makan yang di sediakan ½ porsi habis
 BB menurun
 N : 112 x/mnt/ S : S : 37,5ºC
4 Intoleran aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
 K/u : lemah
 Pasien hanya berbaring di tempat tidur
 Pasien lemas

Anda mungkin juga menyukai