Masyarakat cenderung menyeragamkan ketiga komoditas ini dengan istilah "gas", padahal tiga gas
ini memiliki karakter berbeda yang sangat memengaruhi bagaimana pemanfaatan masing-masing
jenis. LPG dan LNG sama-sama gas yang dicairkan untuk memudahkan pengangkutan untuk
jarak yang tidak terjangkau dengan pipa. Meskipun sama-sama gas cair, komponen yang
mendominasi keduanya berbeda. Komponen LPG, atau liquefied petroleum gas, didominasi oleh
Propana dan Butana. Jenis gas ini memiliki massa jenis yang lebih besar dari LNG. Dalam tabung,
LPG berbentuk zat cair, namun pada suhu dan tekanan normal, LPG yang keluar dari tabung akan
langsung berubah menjadi gas. Tekanan yang dibutuhkan untuk mencairkan gas ini cukup rendah
sehingga lebih aman digunakan. Inilah yang membuat LPG lebih pas untuk konsumen rumah
tangga, karena sifatnya mudah disimpan dan bisa langsung dibakar untuk dimanfaatkan, tanpa
perlu infrastruktur khusus. Saat ini LPG diproduksi di beberapa lapangan migas, yaitu salah
satunya dengan mengumpulkan minyak yang “menguap” ketika keluar dari sumur. Perlu diingat,
tidak semua gas yang keluar dari sumur bisa dijadikan LPG karena tidak semua lapangan
menghasilkan “uap gas” yang cukup banyak sehingga ekonomis untuk dimanfaatkan. Produksi
LPG Indonesia saat ini sekitar 1,4 juta metrik ton per tahun, sementara kebutuhan LPG nasional
sekitar 5 juta metrik ton per tahun. Inilah yang menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor
LPG.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa bedanya LPG, LNG dan
CNG?", https://money.kompas.com/read/2014/12/01/102616526/Apa.bedanya.LPG.LNG.dan.CNG..
Penulis : advertorial