TETANUS
Disusun oleh:
Muhammad Alip Wildan G99151067
Rosita Alifa Pranabakti G99152090
Matius Dimas Reza D I G99152097
Pembimbing:
Amru Sungkar, dr.,Sp.B,Sp. BP-RE
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang menunjukkan diri dengan gangguan
neuromuskuler akut berupa trismus, kekauan dan kejang otot di sebabkan oleh eksotoksin
spesifik dari kuman anaerob Clostridium tetani. Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh
manusia melalui luka. Semua jenis luka dapat terinfeksi oleh kuman tetanus, seperti luka
laserasi, luka tusuk, luka tembak, luka bakar, luka gigit oleh manusia atau binatang, luka
suntikan dan sebagainya.
Pada 60% dari pasien tetanus , porte d’entree terdapat di daerah kaki, terutama pada
luka tusuk. Infeksi tetanus juga terjadi melalui uterus sesudah persalinan atau abortus
provaktus. Pada bayi baru lahir, Cl.tetani dapat masuk melalui umbilikus setelah tali pusar
dipotong tanpa memperhatikan kaidah asepsis antisepsis. Otitis media atau gigi yang
berlubang dapat di anggap sebagai porte d’entree bila pada pasien tetanus tidak di temukan
luka yang di perkirakan sebagai tempat masuknya kuman.
Walaupun WHO menetapkan target mengeradikasi tetanus pada tahun 1995, tetanus
tetap bersifat endemik pada negara – negara sedang berkembang dan WHO memperkirakan
kurang lebih 1.000.000 kematian akibat tetanus di seluruh dunia pada tahun 1992, termasuk
didalamnya 580.000 kematian akibat tetanus neonatorum, 210.000 di Asia Tenggara, dan
152.000 di Afrika. Penyakit ini jarang di jumpai di negara – negara maju di Afrika Selatan,
kira – kira 300 kasus pertahun, kira – kira 12 – 15 kasus dilaporkan terjadi tiap tahun di
Inggris. Penyakit ini merupakan penyakit yang serius namun dapat dicegah kejadiannya pada
manusia. Tetanus merupakan salah satu penyakit yang jika tidak segera diobati akan
menyebabkan kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanos, yang diambil dari kata teinein
yang berarti teregang. Tetanus dikarakteristikan dengan kekakuan umum dan kejang
kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya dimulai pada rahang (lockjaw)
dan leher dan kemudian menjadi umum.
Penyakit ini adalah penyakit infeksi dengan gejala spasme otot tonik dan
hiperrefleksia yang menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), kejang, dan paralisis pernapasan.
Toksin tetanus, produk dari Clostridium tetani, adalah penyebab gejala tetanus.
Toksin ini banyak ditemukan di tanah. Toksin tersebut menyebabkan kekakuan pada otot
rahang serta otot-otot lain.
Gambar 1. Spasme muskular di pasien yang menderita tetanus. Gambar oleh Sir
Charles Bell, 1809.
B. Mikrobiologi
Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus,langsing,berukuran
panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Clostridium tetani termasuk dalam bakteri
gram positif, anaerob obligat, dapat mebentuk spora dan berbentuk seperti drumstik.
Bakteri ini terdapat di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan
binatang. Clostridium tetani berspora, mengeluarkan eksotoksin. Clostridium tetani
menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin. Tetanospaminlah yang
dapat menyebabkan penyakit tetanus. Perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar
toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram
untuk 70 kilogram manusia.
Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap
antiseptik. Sporanya juga dapat bertahan meski telah diautoklaf pada suhu 249.8°F
(121°C) selama 10 – 15 menit dan juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang
lainnya.
I. Diagnosis
Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada anamnesis dan gejala klinis. Anamnesis
tentang adanya kelainan yang dapat menjadi tempat masuknya kuman tetanus, adanya
trismus, risus sardokinus, kaku kuduk, opistotonus, perut keras seperti papan atau kejang
tanpa gangguan kesadaran, cukup untuk menegakkan diagnosis tetanus.
Tabel 2. Anamnesis Infeksi Tetanus
Pertanyaan Uraian
Identitas pasien nama lengkap? tempat dan tanggal lahir? jenis kelamin? Umur? suku
agama? alamat lengkap? Pendidikan? pekerjaan dan status perkawinan?
Keluahan Utama Demam, Mulut terasa kaku, Nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan
Riwayat Penyakit panasnya naik turun? atau panasnya tidak pernah turun?
Sekarang berapa lama demam? ada keluhan kejang pada punggung?
kapan kejang terjadi? sudah berapakali mengalami kejang?
menggunakan apa untuk mengatasi kejangnya?
apakah ada obat-obat yang pernah diminum?
apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran?
berapa lama kejang terjadi?
Apakah sebelumnya pasien pernah terluka atau tertusuk?
atau terjatuh dan ada luka ditempat yang kotor?
Keluhan Penyerta kaku pada wajah, leher, perut dan anggota gerak?
bengkak pada daerah yang terluka dan bernanah?
mulut hanya bisa dibuka maksimal 2 jari?
Riwayat Penyakit apakah pernah mengalami demam atau kejang sebelumnya?
Dahulu mengalami kecelakaan dijalan dengan luka yang penuh dengan debu
dan kotoran?
riwayat pemberian ATS (anti tetanus toxoid)?
apakah pernah menderita riwayat penyakit yang lain dan pernahkah
dirawat dirumah sakit?
adakah riwayat alergi? riwayat penyakit jantung? ginjal, hati? DM ?
penyakit infeksi lain?
Riwayat pemberian ulang vaksin DT (dipteri dan tetanus) pada saat
dewasa umur 19 tahun?
Adakah riwayat penyakit keluarga seperti epilepsi, jantung, ginjal,
hepatitis, TBC, alergi?
Apakah penderita pernah mengalami riwayat kejang sebelumnya?
Riwayat Sosial lingkungan tempat tinggal? Hygiene? saat ada luka pasien tidak pernah
merawatnya?
apakah perawatan luka menggunakan bahan yang kurang aseptic?
Adams. R.D. 2007. Tetanus: principles of new'ology. New York: McGraw-Hill; p.1205-7.
Ahmadsyah I, Salim A. 1985. Treatment of tetanus: an open study to compare the efficacy of
procaine penicillin and metronidazole. Br Med J (Clin Res Ed); 291:648–650.
Atkinson, William. 2012. Tetanus Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable
Diseases (12 ed.). Public Health Foundation. pp. 291–300. ISBN 9780983263135.
Attygalle D.1996. Magnesium sulphate in the management of severe tetanus averts artificial
ventilation and sedation. Ceylon Med J, 41:120.
Barkin, R. M.; Pichichero, M. E. 1979. Diphteria–Pertusis–Tetanus Vaccine Teactogenicity
of Cimmercial Products. Pediatricas; 63:256–260.Behrman, Richard E, Kliegman,
Robert M, Jenson Hal. B. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics Vol 1” 17th edition
W.B. Saunders Company.
Bleck, T.P. 2005. Clostridium tetani (Tetanus). In Principles and Practice of Infectious
Diseases, 6th ed.; Mandell, G.L., Bennett, J.E., Dolin, R., Eds.; Elsevier: Amsterdam,
The Netherlands. pp. 2817–2822. 17. Weng, W.C.; Huang, W.Y.; Peng, T.I.; Chien,
Y.Y.; Chang, K.H.; Ro, L.S.; Lyu, R.K.; Wu, C.L.
Brennen U. 2008. Clostridium tetani. [http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/unrein_bre/
Clinical characteristics of adult tetanus in a Taiwan medical center. 2011. J. Formos. Med.
Assoc. 110, 705–710.
Cook TM, Protheroe RT, Handel JM. 2001. Tetanus: a review of the literature. Br J
Anaesth;87(3):477-87.
Dawn MT, Elisson RT. 2008. Tetanus. In: Irwin RS, Rippe JM, editors. Irwin and Rippe’s
intensive care medicine. 6th ed. Massachusetts: Lippincot Williams & Wilkins.
p.1140-1.
Edlich RF, Hill LC, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Horowitz JH, et al. 2003. Management
and prevention of tetanus. Niger J Paed.13(3):139-54.
Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, Parry CM. 2009. Tetamus. J
Neurol, Neurosurg, and Psychia 69 (3): 292–301
Galazka A, Gasse F. 1995. The present state of tetanus and tetanus vaccination. Curr Topics
Microbilo Immunol. 195: 31-53
Jahan K, Ahmad K, Ali MA. 1984. Effect of ascorbic acid in the treatment of tetanus.
Bangladesh Med Res Counc Bull, 10:24–28.
Lipman J. 2009. Tetanus. In: Bersten AD, Soni N, eds. Oh’s Intensive Care Manual. 6th ed.
Philadelphia: Butterworth Heinemann Elsevier.p.593-7.
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed. New Jersey :
Pearson Education.Hal. 233-245
Meienberg, O.; Burgunder, J.M. 1985. Saccadic eye movement disorder in cephalic tetanus.
Eur Neurol. 24, 182–190.
Orwitz, J.I.; Galetta, S.L.; Teener, J.W. 1997. Bilateral trochlear nerve palsy and downbeat
nystagmus in a patient with cephalic tetanus. Neurology 49, 894–895.
Rodrigo C, Fernando D, Rajapakse S. (2014). Pharmacological management of tetanus : an
evidence-based review. Critical Care, 1–10.
Sjamsuhidayat R, De jong W. 2004. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC; p. 21-4.
Sun KO, Chan YW, Cheung RT, So PC, Yu YL, Li PC.1994. Management of tetanus: a
review of 18 cases. J R Soc Med, 87:135–137.
Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I. 2013. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat
penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI; p.2911-23.
Suraatmaja, S., and Soetjiningsih. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Sanglah Fakultas Kedokteran Udayana. Denpasar.
Taylor AM. 2006. Tetanus. Continuing education in anesthesia, critical are & pain. Vol. 6 No.
3. [Internet]. http://www.ceaccp.oxfordjournals.org/content/6/4/164.3.full.pdf.
Thwaites CL, Yen LM, Cordon SM, Thwaites GE, Loan HT, Thuy TT, White NJ, Soni N,
Macdonald IA, Farrar JJ. 2008. Effect of magnesium sulphate on urinary
catecholamine excretion in severe tetanus. Anaesthesia, 63:719–725.
Torbey MT, Suarez JI, Geocadin R. 2004. Less common causes of quadriparesis and
respiratory failure. In: Suarez JI, editor. Critical care neurology and neurosurgery. 1st
ed. New Jersey: Humana Press; p.493-5.
Trujillo MH, Castillo A, España J, Manzo A, Zerpa R. 1987. Impact of intensive care
management on the prognosis of tetanus. Analysis of 641 cases. Chest, Jul;92(1):63-5.
Vandaler, J, Birmingham M, Gasse, F, et al, 2003. Tetanus in developing countries: An
update on the Maternal and Neonatal Tetanus Elimination Intiative Vaccine. In:
Vaccine, 21: 3442-3445.
World Health Organization (WHO), 2006. Tetanus Vaccine. In: Weekly Epidemiological
Record, No. 2. Swizerland: WHO, 198-207.
World Health Organization (WHO), 2008. Current recommendations for treatment of tetanus
during humanitarian emergencies. Tersedia di : http://www.who.int/immuni
zation/topics/tetanus/en/index.html. Diakses 25 Juli 2016.