PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Etiologi
Agen mayor dari HFMD adalah human entero viruses species A (HEV-A),
khususnya coxsackie virus A16 (CA16) dan entero virus 71 (EV-71). Merupakan
genus Entero virus dalam keluarga Picornaviridae. HEV-A serotype lainnya, seperti
Coxsackie virus A6 dan Coxsackie virus A10, juga terkait dengan HFMD dan
herpangina. Sementara semua virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan pada
anak-anak, EV-71 berkaitan dengan penyakit saraf dan kematian pada wabah besar di
kawasan Asia Pasifik selama dekade terakhir. 10 HFMD mulut sering rancu dengan
penyakit kaki dan mulut (juga disebut penyakit kuku dan mulut). 11
3.2. Epidemiologi
Beberapa tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV 71 lebih
banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan (1998) dan
Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun 2000, 2005 dan
2007 serta Cina pada tahun 2008. Epidemi terbesar terjadi pada tahun 1998 di Taiwan
Indonesia telah menjadi wabah pada tahun 2012, yang dilaporkan terjadi 11 kasus di
HFMD masih menjadi masalah kesehatan yang penting di Singapura dengan angka
kejadian meningkat 10 kali lipat dari tahun 2001-2007, yaitu 167 kasus pada tahun
3.3 Patofisiologi
Patogenesis HFMD sendiri belum sepenuhnya dapat dijelaskan, namun secara
masuk melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada faring dan
2
usus, kemungkinan dalam sel M mukosa. Masing-masing serotipe memiliki reseptor
yang merupakan makromolekul permukaan sel yang digunakan untuk masuk menuju
sel inang.
2
Replikasi awal dalam faring dan usus diikuti dalam beberapa hari oleh
multiplikasi dalam jaringan limfoid seperti tonsil, patch Peyer, dan kelenjar getah
bening regional.13 Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini berjalan dalam waktu 24
jam yang diikuti dengan viremia.2 Pada viremia minor, virus menyebar ke sistem
retikuloendotelial yang lebih jauh, termasuk hati, limpa, sumsum tulang, dan kelenjar
seperti sistem saraf pusat, jantung dan kulit. Kecenderungan organ target adalah
yang terinfeksi namun hanya 11% individu dewasa yang terinfeksi memiliki kelainan
kulit.8 Umumnya, anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi memiliki gejala yang
berbeda ini. Data dari penelitian terbaru menunjukkan bahwa 21% dari anak-anak
yang terinfeksi EV71 mengalami komplikasi berat termasuk komplikasi sistem saraf
pusat (SSP) dan kegagalan kardiopulmoner. Sebaliknya, 53% dari orang dewasa yang
terinfeksi adalah asimtomatik, atau simtomatik pada orang dewasa sepenuhnya bias
pulih. Namun, ada beberapa laporan juga tentang komplikasi berat yang dialami orang
dewasa yang terinfeksi dengan HFMD, seperti ensefalitis akut. 15 (Li et al., 2011)
Setelah fase inkubasi 3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas badan
yang biasanya tidak terlalu tinggi (38°C hingga 39°C), malaise, nyeri perut, dan
gejala traktus respiratorius bagian atas seperti batuk, nyeri tenggorok dan nyeri sendi.
Gejala klinis nampak 1 atau 2 hari setelah demam dimulai, ditandai dengan
adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut yang sangat pedih sehingga menyebabkan
3
anak tidak mau makan. Lesi pada mulut terjadi pada sekitar 90% kasus yang
merupakan tanda khusus penyakit ini. Sekitar sepuluh atau lebih Aphtae-like erosi
dapat terlihat di kavitas oral. Lesi di mulut berupa makula yang dapat berkembang
menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan (eritem). Vesikel cepat
mengalami erosi yang dikelilingi halo yang kemerahan. Lesi sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Daerah tersering timbul yaitu di palatum durum, lidah,
enanthem. Lesi berukuran 3-7 mm, timbul makula yang cepat berubah warna menjadi
kepucatan dan timbul vesikel. Vesikel kecil, dinding tipis, berwarna seperti mutiara,
dapat menyebar ke wajah, bokong, daerah genital dan tungkai. Gejala ini dapat hilang
kisaran 7 hari, biasanya tanpa meninggalkan jaringan parut atau krusta. Ruam
biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki; itu juga dapat muncul pada lutut, siku,
Gambar 1. Multipel erosi dangkal dan kecil, lesi vesikular dikelilingi oleh halo
4
Gambar 2. Multipel diskrit, kecil, lesi vesikular pada jari dan telapak tangan 9
(a)
Gambar (b) telapak kaki, (b) Vesikel pada telapak
3 (a). vesikel “football-shaped” pada
kematian. Disfungsi jantung dan edema paru yang fulminan dapat menyebabkan
kematian mendadak.3 Anak yang terinfeksi EV71 memiliki risiko yang lebih tinggi
5
Tidak ada tes laboratorium yang menjadi indikasi. Jika diduga terjadi epidemi,
maka kultur feses dan tenggorokan sangat membantu untuk determinasi strain dan
isolasi virus dengan kultur dan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Usaha
prognostik. PCR adalah teknik yang sangat efektif dan memberikan hasil yang cepat
terdeteksi tapi menghilang secara cepat. Pada fase konvalesens, terdapat peningkatan
giant cell dan inclusion bodies. Biakan virus dilakukan dengan mengisolasi virus di
vesikel, dahak, ataupun feses. Feses dianggap sebagai sampel yang paling tepat karena
kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap hidup dalam waktu yang lebih lama
karena EV71 bereplikasi dalam saluran usus biasanya antara dua dan empat minggu,
a. Herpangina
6
Herpangina, manifestasi lain oleh penyebab virus yang sama. Herpangina
berupa enantema tanpa lesi kulit dengan lokasi yang tersering di plika anterior
2,3
fossa tonsilaris, uvula, tonsil, palatum molle. Sedangkan predileksi HFMD
pada mulut tersering adalah: palatum durum, lidah, mukosa buccal, jarang
terjadi di orofaring.8
Gambar 4 Multipel, vesikel kecil dan erosi dengan eritema halo pada palatum
mole9
Pada eritema multiforme bentuknya lesi target, sedangkan pada HFMD lesi
c. Herpes ginggivostomatitis
Biasanya mengalami lesi yang lebih nyeri dengan limfadenopati leher dan
d. Stomatitis aphthosa
Ditandai dengan lebih besar, lesi ulseratif dari bibir, lidah dan mukosa ukal
7
Gambar 6 (a) Aphthous ulcers: minor Multipel, dasar ulkus berwarna abu-abu
dikelilingi halo eritema. (b) Aphthous ulcer: major Ulkus yang dalam pada lateral
lidah9
e. Varicella
Lesi kulit HFMD jarang mengenai badan. Hal ini yang membedakan dengan
infeksi varisela.2 Lesi vesikel pada varisela sembuh dengan membentuk krusta,
Bentuk vesikel varisela adalah dew drop on rose petal, yang artinya vesikel
berisi cairan jernih pada dasar eritema, sedangkan vesikel pada HFMD
mutiara.
Gambar 5 multipel papul dan vesikel pada dasar eritema dengan pola beragam
pada badan 9
3.8. Penatalaksanaan
8
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limited disease yang
dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari. Tujuan pemberian farmakoterapi adalah
suportif dan ditujukan untuk meredakan gejala. 2 Hingga sekarang belum ada antivirus
a. Tatalaksana umum
penyebaran virus yaitu edukasi bahwa virus yang menyebabkan HFMD tetap
ada di feses pasien selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik mencuci
tangan yang baik dan benar untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit.
penyebaran virus. Anjurkan pasien untuk lebih sering minum untuk mencegah
dehidrasi. Ganti diet menjadi makanan lunak jika terjadi lesi di mulut.
pasien membaik dan seluruh lesi pecah dan kering untuk mempercepat proses
b. Tatalaksana khusus
diantaranya yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi sebelum
mouthwash atau spray atau gel lidokain untuk mengurangi rasa tidak nyaman
9
Pada penderita HFMD yang tidak mau minum, dapat diberikan terapi cairan
secara intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan syok. Nyeri dapat
diobati dengan dosis standar asetaminofen atau ibuprofen. Lesi kulit pada
Kasus yang menunjukan tanda dan gejala yang berat harus dipertimbangkan
mioklonik, halusinasi.
Nafas pendek, keringat dingin, sirkulasi perifer menurun, takikardi
(>160/menit)
Lemah tungkai, unsteady gait, conjugated ocular disturbance, paresis
nervus kranialis.
Beberapa penelitian klinis infeksi EV 71 simtomatik dapat berkembang
darah.
3 Cardiopulmonary failure
3A Hipertensi/ edema pulmoner Phospodiesterase inhibitor, milrinone, untuk
10
frequency oscillatory ventilation jika edema
berat.
3B Hipotensi Tambahkan inotropik seperti dopamin dan epinefrin
4 Convalescence Rehabilitasi untuk kelemahan alat gerak, disfagia,
3.9. Komplikasi
Komplikasi HFMD sangat jarang ditemui. Beberapa komplikasi yang mungkin
timbul meliputi11:
a) Virus atau "aseptik" meningitis dapat terjadi tetapi sangat jarang. Hal ini
dalam waktu 4 minggu. Pada saat ini, tidak diketahui apakah kehilangan kuku
adalah hasil dari penyakit. Namun, dalam laporan hilangnya kuku adalah
kematian.3
Salah satu komplikasi yang sangat jarang terjadi lainnya adalah eczema
coxsackium yang terjadi pada seseorang dengan riwayat atopi sebelumnya. Dehidrasi
juga dapat terjadi pada penderita HFMD. Epidemi HFMD yang diakibatkan
kematian. Didapatkan hasil bahwa komplikasi yang cukup serius lebih sedikit terjadi
enterovirus 71.1,8,16
3.10. Prognosis
11
Dubia ad bonam, karena HFMD merupakan penyakit yang bersifat self-limited
disease yang sembuh dalam kisaran 7-10 hari. tapi pada beberapa pasien tertentu
seperti pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat berkembang menjadi
komplikasi yang mengancam jiwa.8
BAB 3
KESIMPULAN
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi
virus akut yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan adanya
vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. Distribusi penyebaran
penyakit ini terjadi di seluruh belahan dunia dan sering menimbulkan outbreak
(wabah). Penyebab tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA 16) dan
Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral atau
feses dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Diagnosis infeksi enterovirus seringkali
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Gejala klinis ditandai dengan adanya
ulserasi berupa lesi di sekitar mulut serta lesi mukokutaneus lainnya yang timbul di
telapak tangan dan telapak kaki terutama pada bagian jari-jari dan ibu jari. Lesi
12
mukokutaneus yang terjadi berupa timbul makula sampai papula yang berkembang
virus. Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik yang bersifat simptomatis
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limited disease yang
dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari dengan prognosis umumnya baik, tapi pada
beberapa pasien tertentu seperti pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat
komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang cukup serius yang sering
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Synopsis of Clinical Dermatology. 7th ed. New York: Mc Graw Hill
Companies.pp.803-05
10. WHO, 2011. A Guide to clinical management and public health response for
hand, foot and mouth disease (HFMD). [Online] WHO Library Cataloguing in
Publication Data: WHO Library Cataloguing in Publication Data Available at:
http://www.wpro.who.int/publications/docs/Guidancefortheclinicalmanagementof
HFMD.pdf.
11. Centers for Disease Control and Prevention, 2014. Hand, Foot and Mouth
Disease. [Online] Available at: http://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/index.html
12. Ang LW et al. Epidemiology and control of hand, foot and mouth disease in
Singapore, 2001-2007. Ann Acad Med Singapore 2009; 38: 106-12.
13. Park, K.S., Choi, Y.J. & Park, J.S., 2012. Enterovirus infection in Korean children
and antienteroviral potential candidate agents. Korean Journal Pediatric, 55(10),
pp.359-66.
14. Roy, N. & Halder, N., 2010. Compartmental Modeling of Hand, Foot and Mouth
Infectious Disease (HFMD). Research Journal of Applied Sciences, 5(3), pp.177-
82.
15. Li, Y. et al., 2011. Comparing Enterovirus 71 with Coxsackievirus A16 by
analyzing nucleotide sequences and antigenicity of recombinant proteins of VP1s
and VP4s. BMC Microbiology, 11(246), pp.1-10.
16. Sterling, J.C., 2010. Virus Infections - Hand foot and mouth disease. In T. Burns,
S. Breathnach & C.G. ths, eds. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th ed.
Chichester, UK: Willey-Blakwell. p.33.72.
17. Rao, P.K. et al., 2012. Hand, Foot and Mouth Disease: Changing Indian Skenario.
International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, 5(3), pp.220-22.
18. Chang, L.-Y., 2008. Enterovirus 71 in Taiwan. Pediatric Neonatology, 49(4),
pp.103-12.
19. Health Promotion Board, 2015. Hand, Foot & Mouth Disease: Prevention and
Protection. [Online] Available at: http://www.hpb.gov.sg/HOPPortal/dandc-
article/792
15