Definisi
Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar
adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi.
Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki efek penting pada metabolism
karbohidrat dan fungsi imun, sedangkan mineralokortikoid memiliki efek kuat
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.7,8
Penggunaan kortikosteroid di klinik mendasar pada efek metabolisme dan efek
katabolisme, antiinflamasi, imunosupresi dan juga sebagai antiproliferasi.
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan mineral
pada sel yang berperan pada fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik dan
tulang, sistem saraf dan organ lainnya. Pertimbangan pemberian kortikosteroid tentu
mendasar pada efek positif dan efek negatif. Efek negatif bergantung pada dosis serta
lamanya penggunaan yang bisa berefek pada atrofi dari kelenjar korteks adrenal
sampai pada glaukoma, gangguan keseimbangan natrium, kalium, kalsium serta
nitrogen demikian juga sistem imunitas dan hormon-hormon lainnya seperi hormon
pertumbuhan.9
Kortikosteroid banyak digunakan untuk tatalaksana penyakit inflamasi seperti
reumathoid arthritis (RA) dan systemic lupus erythematosus (SLE). Kortikosteroid
juga diresepkan dalam berbagai pengobatan seperti replacement therapy pada
penderita insufisiensi adrenal, supresor sekresi androgen pada congenital adrenal
hyperplasia (CAH), dan terapi kelainan-kelainan non endokrin seperti penyakit ginjal,
infeksi, reaksi transplantasi, alergi, dan lain-lain.4 Kortikosteroid juga banyak
diresepkan untuk penyakit kulit, baik itu penggunaan topikal maupun sistemik.11
Penggunaan yang luas dan manfaat yang banyak, membuat kortikosteroid
menjadi obat yang digemari. Selain memiliki manfaat yang banyak, kortikoseteroid
memiliki banyak efek samping, yaitu sekitar sembilan puluh lima efek samping
pengobatan. Kortikosteroid sering disebut life saving drug karena dalam
penggunaanya sebagai antiinflamasi, kortikosteroid berfungsi sebagai terapi paliatif,
yaitu menghambat gejala saja sedangkan penyebab penyakit masih tetap ada. Hal ini
akhirnya menyebabkan kortikosteroid banyak digunakan tidak sesuai indikasi, dosis,
dan lama pemberian.10
Penggunaan yang terus menerus menyebabkan efek samping yang serius dan
bersifat merugikan. Efek samping yang ditimbulkan oleh kortikosteroid akan menjadi
semakin buruk apabila digunakan tidak sesuai dengan aturan pakainya, baik itu dosis
maupun lama pemakaian.7 Maka penting dipertimbangkan indikasi dan efek samping
pengunaan kortikosteroid sebelum memulai terapi.
Farmakokinetik Kortikosteroid
Kortikosteroid terutama glukokortikoid mudah diserap baik oleh tubuh secara
oral. Jika diinginkan kadar tinggi dalam waktu cepat maka digunakan jalur IV, kalau
dibutuhkan lebih lambat maka digunakan jalur IM. Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorbsi, mulai kerja dan lama kerja karena juga
mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein.12
Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang
sinovial. Penggunaan jangka panjang pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan
efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal.12
Pada keadaan normal, 90% glukokortikoid terikat pada 2 jenis protein plasma
yaitu globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Anfinitas globulin tinggi tetapi
kapasitas ikatan rendah, sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kapasitas ikatannya
relatif tinggi. Karena itu pada kadar rendah atau normal sebagian besar kortikosteroid
terikat globulin. Bila kadar kortikosteroid meningkat jumlah hormon yang terikat
albumin dan bebas juga meningkat, sedangkan yang terikat globulin sedikt mengalami
perubahan. Kortikosteroid berkompetisi sesamanya untuk berikatan dengan globulin
pengikat kortikosteroid. Glukokortikoid mempunyai anfinitas tinggi sementara
mineralkortikoid mempunyai anfinitas rendah.12
Gambar 3 Tabel preparat kortikosteroid dan fungsinya
Sumber : Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. 2nd Ed.
Kortikosteroid Bioavailabilitas
Dosis dan Pemberian
Merek Dagang Intranasal
Beclomethasone 1-2 spray/nostril 168-336 µg/hari Dewasa dan Belum diketahui
Beconase AQ® 2 kali sehari anak ≥ 6 tahun
42 µg per spray
Vancenase 1 atau 2 spray/ 168-336 µg/hari Dewasa dan
84AQ® nostril per hari anak ≥ 6 tahun
84 µg per spray
2 spray/nostril 200 µg/hari Dewasa ≥ 15 40%-50%
Flunisolide dua kali sehari tahun
Nasalide® / atau 300 µg/hari
Nasarel®, 25 µg 2 spray/nostril 3
per spray kali sehari 150 µg/hari Anak 6-14 tahun
1 spray/nostril 3
kali sehari atau 200 µg/hari
2 spray/nostril 2
kali sehari
256 µg/hari Dewasa dan 20%
Budesonide 2 spray/nostril 2 anak ≥ 6 tahun
Rhinocort®, 32 kali sehari
µg per spray 4 spray/nostril
per hari
200 µg/hari Dewasa dan 0,5%- 2%
Fluticasone 2 spray/nostril anak ≥ 12 tahun
Flonase®, 50 µg per hari 100-200 µg/hari Anak 4-11 tahun
per spray 1-2 spray/nostril
per hari
220-440 µg/hari Dewasa dan Belum diketahui
Triamcinolone 2-4 spray/nostril anak ≥ 12 tahun
Nasacort®, 55 µg per hari 220 µg/hari Anak 6-11 tahun
per spray 2 spray/nostril
per hari
220 µg/hari Dewasa dan
Nasacort AQ®, 55 2spray/nostril anak ≥ 12 tahun
µg per spray per hari 110-220 µg/hari Anak 6-12 tahun
1-2 spray/nostril
per hari
200 µg/hari Dewasa dan 0,1%
Mometasone 2 spray /nosreil anak ≥ 6 tahun
Nasonex®,50 µg per hari
per spray
2.4.3 Keuntungan
Penelitian efek humoral steroid intranasal menunjukkan pengaruh langsung
respon imun pada alergen musiman oleh regulasi produksi antibodi alergen spesifik.
Penggunaan steroid mengurangi gejala rhinitis dan mengantisipasi peningkatan IgE
spesifik selama paparan alergen. Penggunaan kortikosteroid intranasal juga terlihat
lebih efektif dalam mengatasi rhinitis alergika perenial dibandingkan antihistamin
generasi kedua.16
Kortikosteroid intranasal juga sering dikominasikan dengan antihistamin
untuk mengurangi gejala pada mata dengan lebih cepat. Pada suatu penelitian juga
terlihat bahwa kortikosteroid intranasal juga lebih baik dibandingkan dengan
Pollinex-R, suatu bentuk imunoterapi.17
Sediaan baru nasal steroid dengan bioavailabilitas sistemik rendah seperti mometason
dan fluticason dipertimbangkan pada penatalaksanaan rhinitis alergi pada anak.
Sediaan ini telah disetujui oleh FDA dimulai pada usia 3 tahun (mometason) dan 4
tahun (fluticason), dengan dosis yang direkomendasikan setengah dari dosis dewasa.
Mometason dan fluticason hampir tidak diabsorbsi di traktus gastrointestinal, dengan
fraksi yang diabsorbsi dimetabolisme dengan cepat di hepar.17