Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian hukum pada dasarnya adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan mengenalinya,
kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasahan
yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Di dalam melakukan penelitian hukum, seorang peneliti seyogianya selalu
mengkaitkannya, dengan arti-arti yang mungkin dapat diberikan pada hukum, arti-arti
tersebut, merupakan pemahaman-pemahaman yang diberikan oleh masyarakat, terhadap
gejala yang dinamakan hukum, yang kemudian dijadikan suatu pegangan. Proses
mengaitkan arti-arti tersebut dilakukan secara terencana, sistematis, percobaan- percobaan
dalam aktivitas tersebut.
Bila hukum dijadikan objek kajian maka tujuannya adalah untuk mengetahui
kaidah hukum yang seharusnya berlaku dan seharusnya tidak berlaku yang bersumber
dari adanya nilai-nilai tertentu. Hal ini berarti hukum dilihat sebagai perwujudan nilai-
nilai tertentu. Nilai tersebut sulit diterapkan dalam tataran empirik. Nilai tersebut bersifat
subyektif dan tidak bisa pernah dipandang sebagai obyek penelitian ilmu-ilmu empirik.
Tetapi bukan berarti hukum tidak dapat digunakan sebagai kajian empirik. Hukum dapat
diangkat sebagai kajian ilmu empirik tetapi tujuannya tentu saja tidak untuk mencapai
tujuan kaidah hukum yang mana berlaku dan tidak berlaku yang bersumber dari nilai nilai
tadi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Apa pengertian hukum ?
2. Bagaimana dasar pemikiran penelitian hukum normatif dalam mengkaji hukum
sebagai obyek studi?
3. Bagaimana dasar pemikiran filsafat dan dogmatik penelitian hukum normative ?
4. Bagaimana dasar pemikiran teori hukum penelitian normatif terhadap hukum sebagai
obyek studi?
1
5. Bagaimana dasar pemikiran penelitian hukum empiris dalam mengkaji hukum sebagai
obyek studi ?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian hukum
2. Mengetahui dasar pemikiran penelitian hukum normatif dalam mengkaji hukum
sebagai obyek studi
3. Mengetahui dasar pemikiran filsafat dan dogmatik penelitian hukum normative
4. Mengetahui dasar pemikiran teori hukum penelitian normatif terhadap hukum sebagai
obyek studi
5. Mengetahui dasar pemikiran penelitian hukum empiris dalam mengkaji hukum
sebagai obyek studi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum
Hukum adalah salah satu dimensi kehidupan manusia. Manusia adalah individu
yang berhakikat sosial. Dalam kesosialannya itu ia memerlukan hukum. Sebagai salah
satu dimensi kesosialan manusia, hukum menjadi objek formal dari ilmu hukum. Objek
formal itu menentukan metode yang dipergunakan dalam memahami objek tersebut.
Selanjutnya metode akan menentukan produk yang dihasilkan. Produk itu dinamakan
teori hukum.1
Sebagai suatu sistem hukum terdiri dari tiga subsistem yaitu struktur, substansi,
dan budaya hukum. Ketiga subsistem itu memiliki hubungan satu sama lain. Struktur
yang mencakup badan-badan pelaksana perundang-undangan seperti kepolisisan,
kehakiman, kejaksaan, dan kepengacaraan. Sebaliknya budaya hukum (legal
culture) yang di dalamnya termuat nilai-nilai hukum, yaitu sesuatu yang dianggap baik
atau buruk , sehingga ia dianut baik oleh substansi hukum maupun oleh struktur hukum.
Bisa jadi budaya hukum yang dianut oleh substansi hukum akan berbeda dengan budaya
hukum yang dianut oleh struktur hukum, terutama para pejabat pelaksana hukum. Bisa
jadi budaya hukum yang hidup di masyarakat berbeda dengan budaya hukum yang
dirumuskan dalam substansi. Dengan perkataan lain, bisa terjadi antara ketiga subsistem
dalam sistem hukum tidak serasi. Bila ketiga subsistem itu berada dalam keadaan tidak
serasi, sangat berpotensi besar berakibat sistem hukum itu tidak efektif.2
Sebagai objek formal ilmu hukum memiliki ruang lingkup yang luas dan memiliki
banyak dimensi dan karena itulah hukum itu sulit didefinisikan. Ruang lingkup yang luas
itu dapat dilihat dari bidang kehidupan manusia yaitu bidang politik, bidang ekonomi, dan
bidang sosial. Oleh karena itu kita bisa menyaksikan adanya hukum politik, hukum
ekonomi dan hukum sosial. Dilihat dari dimensi hukum yang luas tersebut mengakibatkan
hukum meiliki banyak arti. Jika hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, lantas
tercipta metode penelitian hukum normatif. Sebaliknya jika hukum diartikan sebagai
perikelakuan yang ajek atau sikap tindak yang teratur maka terciptalah metode penelitian
hukum sosiologis.Namun dilain pihak terdapat keberatan terhadap pembagian metode

1
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung,

1985. Hal. 30
2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005. Hal. 22

3
penelitian sebagaimana tersebut di atas, dengan menyatakan bahwa penelitian hukum itu
hanya satu yaitu penelitian hukum saja. Penelitian hukum sosiologis atau penelitan socio-
legal, bukan penelitian hukum, melainkan penelitian ilmu sosial bagi kajian hukum.
Karena hukum itu multi dimensi, maka penelitiannya juga haruslah sesuai dengan
dimensi tersebut. Jika penelitian ditujukan terhadap hukum secara instrinsik dinamakan
penelitian hukum normatif, yang mencakup :
1. penelitian terhadap asas-asas hukum,
2. penelitian terhadap sistematika hukum,
3. penelitian terhadap tingkat sinkronisasi hukum,
4. penelitian sejarah hukum, dan
5. penelitian perbandingan hukum.3

Sebaliknya jika hukum dilihat dari luar, hukum dipandang sebagai gejala sosial,
hukum sebagai sarana pengendalian masyarakat, hukum sebagai sikap tindak atau
perilaku, maka penelitiannya adalah penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang
mencakup
1. penelitian terhadap identifikasi hukum tidak tertulis.
2. Penelitian terhadap efektivitas hukum.4

Pendekatan dalam penelitian hukum dimana objeknya berupa norma yang sifatnya
preskriptif, dapat dilakukan melalui
1. pendekatan undang-undang (statute approach),
2. pendekatan kasus (case approach),
3. pendekatan historis (historical approach),
4. pendekatan komparatif (comparative approach),
5. pendekatan konseptual (conceptual approach).
Hasil pendekatan-pendekatan tersebut dipergunakan untuk menelaah masalah atau isi
hukum yang sedang dihadapi.

Penelitian hukum sosiologis, hukum sebagai variabel terikat (dependent variable),


sedangkan faktor-faktor non hukum dipandang sebagi variabel bebas (independent

3
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1981. Hal. 50
4
Ibid, hal 52

4
variable). Hasil yang hendak didapat dari penelitian ini ialah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan :
1. Apakah ketentuan hukum tertentu efektif di suatu daerah tertentu?
2. Apakah ketentuan hukum tertentu efektif untuk seluruh Indonesia?
3. Faktor-faktor non hukum apakah yang mempengaruhi terbentuknya suatu undang-
undang?
4. Apakah peranan lembaga tertentu efektif dalam menegakan hukum?
5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penegakan hukum?
Penelitian hukum sosiologis yang melihat korelasi antar dua variabel dimulai
dengan hipotesis, untuk membuktikan hipotesis tersebut diperlukan data yang diperoleh
dengan sampling secara random, atau purposive sampling atau stratified random
sampling atau bahkan sampel bergantung pada sifat populasi yang diteliti. Tehnik
pengumpulan data dimulai mungkin dengan wawancara, observasi, kuisioner, atau cara
lain. Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif atau kualitatif. Jika analisis
kuantitatif menggunakan metode statistik. Hasil yang diperoleh adalah menerima atau
menelaah hipotesis. Jika diterima maka berubah menjadi tesis yang dapat berupa teori
atau hukum.5

B. Dasar Pemikiran Penelitian Hukum Normatif dalam mengkaji hukum sebagai obyek
studi.
Penelitian hukum Normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu aturan-
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab
isu hukum yang dihadapi. Hasil penelitian hukum adalah argumentasi, teori, atau konsep
baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi. Soetandyo
Wignjosoebroto, mengatakan bahwa penelitian hukum doktinal (demikian Soetandyo
mengistilahkan penelitian hukum normatif) adalah penelitian –penelitian atas hukum
yang dikonsepkan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut oleh sang
pengkonsep dan atau sang pengembangnya.6
Adapun penelitian hukum doktrinal ini bekerja untuk menemukan jawaban-
jawaban yang benar dalam pembuktian kebenaran yang dicari di atau dari preskripsi
hukum yang tertulis di kitab-kitab undang-undang atau kitab –kitab agama(tergantung

5
Ibid, hal 53-55
6
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005). Hal 24

5
keyakinan yang dianutnya), berikut doktrin yang mendasarinya. Tujuan dari penelitian
hukum normatif adalah memberikan preskripsi apa yang yang seyogyanya sesuai dengan
ilmu hukum yang mempunyai karakreristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptip dan
terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptip maka maka ilmu hukum mempelajari
tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsepkonsep hukum, dan
norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan hukum menetapkan standar prosedur ,
ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan-aturan hukum. Tujuan
penelitian normatif untuk mengkaji hukum sebagai obyek studi adalah mengatakan false
and true berdasarkan norma hukum. Pengutamaan tercapainya tujuan hukum untuk
Kepastian hukum menjadi ciri khas penelitian hukum yang normatif.7

C. Dasar pemikiran Filsafat dan Dogmatik Penelitian Hukum Normatif


Penelitian hukum Normatif adalah jenis penelitian yang lazim dilakukan dalam
kegiatan pengembanan ilmu hukum yang dibarat biasa juga disebut Dogmatika Hukum.
Mochtar Kusumaatmaja dan Koesnoe menyebutnya ilmu Hukum Positip.Hukum
termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu praktikal normologikal. Ilmu praktikal adalah ilmu
yang secara langsung mempelajari cara menemukan dan menawarkan alternatif
penyeleaian terhadap masalah kongkrit Sebagai ilmu praktika, ilmu hukum termasuk jenis
ilmu normologikal yakni ilmu yang berupaya menemukan hubungan antara 2 hal atau
lebih berdasarkan atas asas imputasi (yakni menautkan tanggung jawab/ kewajiban) untuk
menetapkan apa yang seharusnya terjadi atau menjadi kewajiban subyek hukum tertentu
dalam situasi konkret tertentu, sehubungan dengan terjadinya perbuatan atau peristiwa
atau keadaan tertentu walaupun dalam kenyataan apa yang seharusnya terjadi itu tidak
niscaya dengan sendirinya terjadi, yang implementasi dan kepatuhannya dapat ditegakkan
oleh otoritas publik. Metodenya disebut metode Normatif yang oleh Soetandyo
WignyoSoebroto disebut metode doktrinal ada juga yang menyebut metode dogmatik.
Metode dogmatik adalah metode yang bertumpu pada kaidah-kaidah yang mengharuskan
yang kepatuhannya dapat dipaksakan dengan kekuasaan negara (normatif). Hal ini berarti
sumber utama adalah norma hukum .
Ilmu hukum adalah ilmu tentang hukum, maka obyek penelitian hukum adalah
norma hukum itu sendiri. Dogmatik hukum bertujuan untuk memaparkan, menganalisis,

7
Ibid, hal 25

6
mengsistemantisasi dan menginterpretasi dan menilai hukum itu sendiri, oleh karena itu
penelitian hukum dalam aspek dogmatik hukum harus dapat bertujuan untuk
memaparkan, menganalisis, mengsistematisasi, dan menginterpretasi dan menilai hukum
itu sendiri, sehingga obyek dari Penelitian Hukum Normatif atau Doktrinal adalah kaidah
hukum itu sendiri. Perilaku manusia tidak merupakan obyek dari penelitian hukum itu
sendiri.8

D. Dasar pemikiran Teori Hukum Penelitian Normatif terhadap hukum sebagai obyek
studi.
Dasar pemikiran penelitian hukum normatif dalam mengkaji hukum sebagai
obyek studi dari aspek teori hukum dilakukan dengan melihat perkembangan konsep-
konsep hukum yang ada yang pada hakekatnya melihat obyek pengkajian ilmu hukum
adalah norma hukum itu sendiri. Ilmu hukum merupakan salah satu norma sosial yang
sarat akan nilai. Konsep hukum yang mendasari kajian hukum normatif dari aspek
perkembangan konsep hukum antara lain Hukum sebagai kajian Normatif didasarkan
konsep hukum sebagai an istrument of the state or polis concerned with justice, with rules
of conduct to regulate human behavior. Selanjutnya hukum dikonsepkan sebagai sistem
kumpulan norma-norma positip di dalam kehidupan masyarakat.
Bila hukum dijadikan objek kajian maka tujuannya adalah untuk mengetahui
kaidah hukum yang seharusnya berlaku dan seharusnya tidak berlaku bersumber dari
adanya nilai-nilai tertentu. Hal ini berarti hukum dilihat sebagai perwujuadan nilai-nilai
tertentu. Nilai tersebut sulit diterapkan dalam tataran empirik. Nilai tersebut bersifat
subyektif dan tidak bisa pernah dipandang sebagai obyek penelitian ilmu-ilmu empirik.
Tetapi bukan berarti hukum tidak dapat digunakan sebagai kajian empirik. Hukum dapat
diangakat sebagai kajian ilmu empirik tetapi tujuannya tentu saja tidak untuk mencapai
tujuan itu.
Untuk mengilmiahkan hukum maka menurut ajaran positivisme hukum, hukum
harus dibersihkan dari unsur-unsur yang tidak logis seperti moral. Ilmu didudukkan
seperti ilmu alam yang bersifat netral,bebas dari nilai. Positivisme hukum merupakan
doktrin yang menjiwai saintifikasi hukum modern ini. Hans Kelsen mengemukakan
ajaran teori hukum Murni. Teori ini berusaha menjelaskan apa itu hukum dan bagaimana

8
Bambang Sunggono., Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005). Hal 27

7
ia ada, bukan bagaimana ia semestinya ada. Ia merupakan ilmu hukum (yurisprudensi)
bukan politik hukum.Ia disebut teori hukum murni lantaran ia hanya menjelaskan hukum
dan berusaha membersihkan obyek penjelasannya dari segala hal yang tidak bersangkut
paut dengan hukum .Yang menjadi tujuannya adalah membersihkan ilmu hukum dari
unsur-unsur asing metodologis ilmu hukum murni ini menjadi dasar berpikir yang tepat
untuk menjadi konsep berpikir metode penelitian hukum normatif yang mengkaji hukum
sebagai obyek studi.9

E. Dasar Pemikiran Penelitian Hukum Empiris dalam mengkaji hukum sebagai obyek
studi
Penelitian hukum normatif yang mengkaji hukum sebagai obyek studi yang
dipengaruhi paham positivisme yang diuraikan sebelumnya mendududukkan ilmu hukum
sebagai ilmu yang netral dan bebas nilai yang ingin memurnikan ilmu hukum dari faktor-
faktor non hukum mengakibatkan masalah hukum yang kompleks dipandang secara
sederhana, mekanis dan deterministik. akibatnya daya antidipasi hukum akan lemah
dengan cepatnya perkembangan masyarakat . Donny Gahral Adrian menyatakan
positivisme melembagakan pandangan obyektivistiknya dalam suatu doktrin kesatuan
ilmu (unified science). Doktrin ini menyatakan bahwa ilmu alam maupun ilmu sosial
harus berada dibawah payung paradigma positvisme. Doktrin kesatuan ilmu memuat
kriteria-kriteria bagi ilmu pengetahuan sebagai berikut:
1. Bebas nilai peneliti harus atau pengamat harus bebas dari kepentingan , nilai, dan
emosi dalam mengamati onjeknyaagar dipeoleh pengetahuan yang obyektif
2. Ilmu pengetahuan harus menggunakan metode verivikasi empiric
3. Realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati10
Hukum merupakan salah satu dimensi kehidupan manusia. Sebagai salah satu dimensi,
hukum memiliki keterkaitan dengan dimensi lainnya. Karena itu kajian terhadap hukum
secara utuh paling sedikit dilakukan dari dimensi notmatif dan dimensi kenyataan.
Dengan perkataan lain hukum harus dilihat secara instrinksik, dari dalam, juga dilihat dari
luar. Dengan demikian ilmu hukum itu adalah ilmu yang objeknya dapat berupa norma
dan juga kenyataan.

9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1981. Hal. 63
10
Bambang Sunggono, ., Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005). Hal 30

8
Penelitian hukum sebagai suatu aktivitas ilmiah senantiasa harus dikaitkan dengan
arti yang dapat diberikan pada hukum, yang berkaitan dengan metode pendekatan yang
digunakan. Menurut Soerjono Soekanto, hal ini meliputi:11
1. hukum dalam arti ilmu (pengetahuan);
2. hukum dalam arti disiplin atau sistem ajaran tentang kenyataan;
3. hukum dalam arti kaidah dan norma;
4. hukum dalam arti tata hukum atau hukum positif tertulis;
5. hukum dalam arti keputusan pejabat;
6. hukum dalam arti petugas;
7. hukum dalam arti proses pemerintahan;
8. hukum dalam arti perilaku yang teratur dan ajeg;
9. hukum dalam arti jalinan nilai-nilai.
Dalam pendekatan yuridis sosiologis, hukum sebagai law in action, dideskripsikan
sebagai gejala sosial yang empiris. Dengan demikian hukum tidak sekedar diberikan arti
sebagai jalinan nilai-nilai,keputusan pejabat, jalinan kaidah dan norma, hukum positif
tertulis, tetapi juga dapat diberikan makna sebagai sistem ajaran tentang kenyataan,
perilaku yang teratur dan ajeg, atau hukum dalam arti petugas.

11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1981. Hal. 65

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum adalah seperangkat kaidah atau aturan yang tersusun dalam satu
sistem, yang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
manusia sebagai warga masyarakat dalam kehidupan bermasyarakatnya, yang
bersumber baik dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain, yang diakui
berlakunya oleh otoritas tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benar-benar
diberlakukan oleh warga masyarakat tersebut. Metode Penelitian Hukum adalah cara
untuk mencari jawaban yang benar mengenai sesuatu problem tentang hukum. inti
dari pada metodologi dalam setiap penelitian hukum adalah menguraikan tentang tata
cara bagaimana suatu penelitian hukum itu harus dilaksanakan. Sebagai uraian
tentang tata cara (teknik) penelitian yang harus dilakukan.
Hukum merupakan salah satu dimensi kehidupan manusia. Sebagai salah satu
dimensi, hukum memiliki keterkaitan dengan dimensi lainnya. Karena itu kajian
terhadap hukum secara utuh paling sedikit dilakukan dari dimensi notmatif dan
dimensi kenyataan. Dengan perkataan lain hukum harus dilihat secara instrinksik, dari
dalam, juga dilihat dari luar. Dengan kajian dari dua dimensi itu masing-masing
menjadi “gegenstand” dari ilmu dogmatik hukum dan ilmu kenyataan
hukum(tatsachenwissenchaft). Dengan demikian ilmu hukum itu adalah ilmu yang
objeknya dapat berupa norma dan juga kenyataan.

B. Saran
Untuk hal-hal yang sudah disepahami, sebaiknya digunakan secara konsisten,
agar keilmuan hukum semakin berkembang dengan baik. Di samping itu, jika hal ini
dilakukan, para mahasiswa tidak bingung dalam menentukan pilihan jenis penelitian
yang akan dilakukannya

10
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sunggono, SH. MS., Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005).
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum,
Alumni, Bandung, 1985.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2005)
http://eprints.unsri.ac.id/557/1/APAKAH_ILMU_HUKUM_ADALAH_ILMU.pdf
http://slametsuwaryo.blogspot.com/2016/04/hukum-sebagai-obyek-penelitian.html

11

Anda mungkin juga menyukai