Resin Akrilik
A. Pengertian
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik
dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita
mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik
dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau
aplikasinya bisa tercapai dengan baik. Resin akrilik adalah turunan etilen yang
mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2003).
Crazing
Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing pada
resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada
resin berwarna, menimbulkan gambaran putih (Anusavice, 2003).
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15
2
kg/mm . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif
lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik
cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan
terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin
akrilik ini bukan suatu masalah besar. (Combe, 1992)
3. Sifat kimia
Penyerapan Air
Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih
besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan
perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan. Penelitian Cheng Yi-Yung
(1994) menemukan bahwa penambahan berbagai serat pada resin akrilik
menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil selama perendaman
dalam air. (Combe, 1992)
Stabilitas Warna
Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan
terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan
menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling
rendah setelah direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga
menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas
warna yang baik. (Combe, 1992).
4. Sifat biologis
Pembentukan Koloni Bakteri
Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan
gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas
permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan
yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan
air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering
dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.
Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara
teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan
bakteri. (Combe, 1992)
Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.
Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi
yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada
basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi
apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang
tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa
untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %.
(Combe, 1992)
Sumber:
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai
Pustaka
Tim Penyusun. 2009. Petunjuk Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I. Jember :
Fakultas Kedokteran Gigi UNEJ