Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok

Manajemen dan Keselamatan Laboratorium

KEAMANAN LABORATORIUM

OLEH KELOMPOK 1

PITRI RAHMA DEWI (1710246385)


BELLA OKTARI (1710246733)

DOSEN : Dr. MARIA ERNA, MSi

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu tentang gejala alam yang disusun berdasarkan observasi dan
eksperimen. Salah satu tujuan dari melakukan kegiatan eksperimen didalam belajar sains adalah
agar peserta didik atau mahasiswa berhadapan langsung dengan gejala-gejala atau fenomena.
Pemahaman akan lebih mudah diperoleh dengan cara melakukan eksperimen atau melalui
observasi langsung. Menurut Yusuf Hilmi Adisendjaja (2004) menjelaskan bahwa eksperimen
dapat merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan dapat juga membahayakan atau dapat
menimbulkan kecelakaan jika tidak dilakukan dengan hati-hati.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja laboratorium melakukan
eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat
tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja disebabkan oleh
kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran akan pentingnya K3 di
laboratorium. Keamanan dan keselamatan kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara
cukup (tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan
akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang
ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yang
ada disekitarnya (Tim Unit Keselamatan Kerja, 2015). Terjadinya kecelakaan dilaboratorium
dapat dikurangi seminimal mungkin jika setiap orang yang menggunakan laboratorium
mengetahui tanggung jawabnya terhadap keamanan laboratorium. Keamanan telah menjadi
komponen penting pengoperasian laboratorium. Menurut Lisa Moran dan Tina Masciangioli
(2010) Sistem keamanan laboratorium yang baik dapat mengurangi sejumlah resiko seperti
pencurian atau penyalahgunaan peralatan, pelepasan atau pemaparan bahan berbahaya,
penyalahgunaan bahan kimia dan lain-lain. Rosnijar, dkk (2014) menjelaskan pelaksanaan
kebijakan keselamatan dan keamanan laboratorium adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat
mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban
jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat menanggung proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Oleh karena itu keamanan laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai
upaya keselamatan dalam melaksanakan pemeriksaan atau praktikum di laboratorium dengan
tujuan melindungi pekerja atau praktikan dan orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan
kesehatan yang ditimbulkan akibat kecelakaan laboratorium.

2. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan. Beberapa masalah tersebut anatara lain:
a. Siapa saja yang bertanggung jawab pada keselamatan dan keamanan laboratorium
b. Bagaimana mengelola keamanan laboratorium
c. Apa saja aspek yang perlu diperhatikan dalam keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium
d. Apa saja yang perlu diperhatikan demi keamanan selama berada dilaboratorium
e. Apa saja perlengkapan keselamatan dilaboratorium
f. Apa saja gambaran umum yang perlu diketahui untuk perlindungan keamanan secara
personal selama berada di laboratorium
g. Apa saja aspek penting yang perlu diketahui dalam pengerjaan eksperimen yang aman
h. Mengapa tata tertib keamanan laboratorium itu penting
i. Bagaimana langkah - langkah membangun sistem manajemen keselamatan dan
keamanan

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui tanggung jawab dan akuntabilitas pada keselamatan dan keamanan
laboratorium
b. Mengetahui pengelolaan keamanan laboratorium
c. Mengetahui aspek yang perlu diperhatikan dalam keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium
d. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan demi keamanan selama berada
dilaboratorium
e. Mengetahui perlengkapan keselamatan dilaboratorium
f. Mengetahui gambaran umum untuk perlindungan keamanan secara personal selama
berada dilaboratorium
g. Mengetahui aspek penting dalam pengerjaan eksperimen yang aman
h. Mengetahui pentingnya tata tertib kemanan laboratorium
i. Mengetahui langkah-langkah membangun sistem manajemen keselmaatan dan kemanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keamanan
Keamanan berasal dari kata pokok ”aman” yang berarti bebas, terlindung dari bahaya,
selamat, tidak membahayakan, yakin, dapat dipercaya, dapat diandalkan. Sedangkan
”keamanan memiliki arti “suasana aman” ketenteraman, ketenangan (Peter Salim, 2002).
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesis mendefenisikan keamanan sebagai suatu
situasi yang terlindung dari bahaya (keamanan objektif), adanya perasaan aman (keamanan
subjektif) dan bebas dari keraguan.

B. Laboratorium

Secara etimologi kata “laboratorium” berasal dari kata latin yang berarti “tempat
bekerja” dan dalam perkembangannya kata “laboratorium” mempertahankan kata aslinya yaitu
“tempat bekerja”, akan tetapi khusus untuk keperluan penelitian ilmiah (Nyoman
Kertiasa,2006). Adapun pengertian laboratorium menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut W.J.S. Poerwadarminta, dalam kamus umum Bahasa Indonesia mengatakan
bahwa: Laboratorium adalah tempat untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dan
sebagainya) segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia. dan
sebagainya. Sedangkan laboran adalah orang (ahli ilmu kimia dan sebagainya) yang
bekerja di laboratorium (Saleh H. Emha, dkk, 2002).
2. Menurut A S Hornby (2010) Laboratorium adalah ruangan atau bangunan yang digunakan
penelitian ilmiah, eksperimen, pengujian, dll.
3. Dalam kamus Cambridge University Press (2008) Laboratorium adalah ruang atau
bangunan dengan peralatan ilmiah untuk melakukan tes ilmiah atau untuk mengajar ilmu
pengetahuan, atau tempat dimana bahan kimia atau obat-obatan yang diproduksi.
4. Menurut Dr. Abdul Kahfi Assidiq, M.Sc dalam kamus Biologi, laboratorium
adalah ruang kerja khusus untuk percobaan-percobaan ilmiah yang dilengkapi dengan
peralatan tertentu.
Menurut kegunaannya, laboratorium dibagi menjadi dua jenis yaitu laboratorium
pembelajaran (classroom laboratory) dan laboratorium penelitian (research laboratory)
(Anti Damayanti, dkk, 2008). Laboratorium pembelajaran mempunyai ukuran yang lebih
besar dari laboratorium penelitian. Laboratorium pembelajaran bisa disebut juga dengan
laboratorium sekolah yang didesain untuk proses belajar mengajar, praktikum dan kegiatan
lain yang mendukung proses pembelajaran. Laboratorium sekolah merupakan tempat atau
lembaga tempat peserta didik belajar serta mengadakan percobaan (penyelidikan) dan
sebagainya yang berhubungan dengan sains. Dengan begitu kegiatan laboratorium
(praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar biologi.

Ditinjau dari bidang garapannya, maka laboratorium sekolah/laboratorium pembelajaran


dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu laboratorium IPA, Laboratorium Biologi,
laboratorium Kimia, Laboratorium Perpustakaan, Laboratorium Bahasa, dan lain-lain, yang
mana tiap-tiap laboratorium sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Adapun fungsi
dari ruangan laboratorium antara lain sebagai berikut: (Koesmaji, w, dkk, 2004)
1. Sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktek yang
memerlukan peralatan khusus.
2. Sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam
pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamati.
3. Tempat display atau pameran.
4. Sebagai tempat bagi siswa untuk belajar memahami karakteristik alam dan lingkungan
melalui optimalisasi keterampilan proses serta mengembangkan sikap ilmiah.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas untuk Keselamatan dan Keamanan Laboratorium


Sebagian besar bahan kimia yang dihasilkan dan digunakan saat ini adalah bahan yang
bermanfaat, tetapi sebagian juga berpotensi merusak kesehatan manusia, lingkungan, dan sikap
masyarakat terhadap perusahaan kimia. Tanggung jawab keselamatan dan keamanan sepenuhnya
bergantung pada kepala lembaga dan satuan pelaksananya. Pegawai lain yang bertanggung jawab
memelihara lingkungan laboratorium yang selamat dan aman antara lain:
1. Kantor Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan
Kantor ini mestinya dijalankan oleh staf pakar bidang keamanan kimia, teknik,
kedokteran kerja, pengamanan kebakaran, toksikologi, atau bidang lain
2. Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia (CSSO)
CSSO menetapkan upaya bersama untuk manajemen keselamatan dan keamanan dan
memberikan panduan kepada semua orang di semua tingkat pada lembaga.CSSO harus
dibekali pengetahuan, tanggung jawab, dan kewenangan untuk mengembangkan dan
menegakkan sistem manajemen keselamatan dan keamanan yang efektif.
3. Manajer, Supervisor, dan Asisten Praktikum
Selain CSSO, tanggung jawab langsung manajemen program keselamatan laboratorium
biasanya berada pada manajer laboratorium. Dalam praktikum, instruktur laboratorium
bertanggung jawab secara langsung atas segala tindakan yang dilakukan para siswanya.
Instruktur harus mendorong budaya keselamatan dan keamanan dan mengajarkan
kemampuan yang diperlukan oleh siswa dan pegawai lain tentang cara menangani bahan
kimia dengan aman.
4. Siswa dan Staf Laboratorium
Meskipun mereka dipandu oleh pimpinan lembaga, siswa dan pegawai laboratorium
lainnya bertanggung jawab secara langsung untuk bekerja dengan aman dan menjaga
bahan kimia yang mereka gunakan. Semua orang yang bekerja di laboratorium, siswa
atau pegawai, harus mematuhi semua protokol keselamatan dan keamanan untuk
melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.
(Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010)
B. Mengelola Keamanan Laboratorium
Komite pengawasan keselamatan dan lembaga keamanan kimia bertanggung jawab untuk
membuat rencana keamanan menyeluruh. Orang yang bertanggung jawab untuk mengelola
keamanan di laboratorium harus mempunyai pengetahuan dasar minimal memahami resiko dan
mempunyai tingkat tanggung jawab serta kewenangan yang memadai. Keamanan harus
menjadi bagian integral dari program pelatihan keselamatan laboratorium. Latih semua pegawai
untuk memahami dan melaksanakan tindakan keamanan laboratorium selain tindakan
keselamatan, termasuk:
1. Meminimalkan penggunaan bahan kimia berbahaya untuk mengurangi resiko
2. Meminimalkan persediaan bahan yang dimiliki
3. Membatasi akses bagi mereka yang membutuhkan penggunaan bahan yang berbahaya
4. Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dan mengenali ancaman.
(Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010)
C. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium
Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam keselamatan dan keamanan
laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Keamanan Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan kimia harus disimpan dalam kemasan asli dari produsen, jika
memungkinkan, mengingat label kemasan memberikan informasi yang berharga terkait
dengan simbol bahaya. Jika wadah lain digunakan, maka haruslah digunakan pelabelan
yang sama.
Upaya melindungi label dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat
baik maka haruslah dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat
jelas dan ditulis dengan pensil atau tinta yang permanen. Wadah dan botol untuk
penyimpanan bahan kimia harus dibuat dari bahan yang kuat.Wadah plastik atau gelas
sering digunakan untuk keperluan ini.
Penyimpanan bahan kimia yang sangat sensitif seperti dietil eter yang cenderung
berubah membentuk peroksida yang berbahaya maka gelas berwarna gelap harus
digunakan. Jika botol plastik digunakan harus diperkirakan bahwa bahan sangat mungkin
akan rusak akibat pengaruh cahaya matahari dan dapat pecah. Botol seperti ini harus
berulang kali dicek dan bahan kimia dipindahkan pada wadah yang lain, jika diperlukan.
Pembuangan stock bahan kimia yang sudah tidak terpakai perlu dilakukan secara
berulang. Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada periode tertentu,
minimal satu kali setahun.Bahan kimia yang mungkin melepaskan racun, bersifat korosif
atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu perlu dicadangkan hanya dalam jumlah
kecil di lemari asam.
2. Pemindahan Bahan Kimia Ke Wadah Lain
Selama pemindahan bahan kimia, perhatian perlu ditekankan untuk menghindari
wadah jatuh atau kehilangan bahan.Wadah gelas yang terisi penuh biasanya merupakan
hal yang sangat mudah pecah.Wadah seperti ini tidak boleh dibawa dengan memegang
leher tetapi harus dipindahkan dengan menggunakan kantong, rak, perangkat bergerak
atau keranjang.
Pemindahan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lain selalu memperhitungkan
risiko tercecer dan dengan demikian sangat mungkin terjadi kontak dengan kulit dan
terkontaminasi pada baju.Supaya menurunkan risiko yang mungkin terjadi, suatu kain
alas untuk cairan atau bubuk harus selalu digunakan, bahkan untuk pengguna yang
memiliki kemampuan cukup untuk menangani bahan kimia tanpa peralatan
umum.Selama pengisian cairan, baik bahan yang toksik atau korosif, pengisian ke dalam
tangki seperti ini harus digunakan. Hal yang sama harus dikerjakan pada pengisian
padatan atau serbuk, lembar alas seperti kertas haruslah digunakan.
Pada kondisi tidak ada pengaruh lain, tidak di izinkan untuk memipet cairan
dengan menghisap menggunakan mulut karena diketahui banyak kecelakaan kerja terjadi
karena hal ini termasuk kasus keracunan dan kerusakan jaringan mulut. Kebiasaan ini
juga akan diikuti pada kasus cairan yang berbahaya untuk menghindari budaya yang
salah dalam aktivitas kerjaharian di laboratorium. Untuk pengisian cairan di pipet dapat
dibantu menggunakan pipet bola.
3. Aspek Keamanan Penggunaan Sarana Dan Alat Selama Eksperimen
Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan peralatan
gelas.Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia.Gelas tidak hanya
bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi
berlangsung.Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas merupakan salah
satu luka yang sangat sering terjadi di laboratorium.
Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyebabkan bahan kimia yang
berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran.Susunan peralatan gelas harus
dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman.Penggunaan bagian peralatan
yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan tipe gelas yang berbeda, sambungan
peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya.Susunan peralatan gelas yang
kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang dapat memungkinkan gelas
pecah.Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman (yang terbaik adalah di lemari
asam) dan aman dari gangguan.
Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi
atmosfersupaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan, perkecualian
reaktor autoklafyang terbukan dari bahan logam baja dan non korosif.
4. Keamanan pada Saat Pemanasan Dan Pendinginan
Sebagai sumber panas, kompor Bunsen, pemanas listrik datar, mantel pemanas
dan wadah pemanas dapat digunakan.Pada kasus bahan kimia yang mudah terbakar,
pemanas terbuka tidak boleh digunakan. Penggunaan wadah pemanas adalah merupakan
metoda yang aman untuk transfer panas. Wadah pemanas melakukan transfer panas
dengan temperatur yang tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan wadah pemanas,
wadah harus diisikan dengan ketinggian tertentu, karena transfer panas oleh cairan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan saat terjadinya kenaikan panas yang signifikan
saat pemanasan. Lebih lanjut, cairan untuk transfer panas dan bahan kimia yang
dipanaskan tidak boleh mengalami reaksi satu sama lain yang membahayakan jika
peralatan reaksi pecah selama eksperimen berlangsung. Hal ini harus diterapkan pada
banyak.
Selama pemanasan, maka pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini
dioperasikan dengan menggunakan air maka sambungan selang untuk mengumpan dan
mengalirkan air harus dijaga kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini harus
dilakukan dengan baik supaya pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama
pelaksanaan eksperimen guna menghindari kejadian kebakaran api yang membahayakan
atau bahkan terjadi ledakan.
D. Hal-hal yang Perlu diperhatikan Demi Keamanan Selama Berada di Laboratorium.
Demi keamanan selama berada dilaboratorium, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a. Pengenalan Laboratorium
Pengenalan Laboratorium perlu dilakukan agar benar-benar mengetahui seluk beluk
laboratorium.Dengan demikian, kita bisa melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja laboratorium, usaha penyelamatan diri apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Pengenalan Peralatan Laboratorium dan Fungsinya
Peralatan yang ada di laboratorium perlu dikenal dengan baik, untuk menghindari kesalahan
pemakaian alat. Misalnya, siswa tidak akan menggunakan gelas ukur untuk mereaksikan zat-
zat kimia, apabila siswa mengetahui kegunaan masing-masing peralatan kimia.
c. Pengenalan Keamanan Kerja Laboratorium dan Simbol-Simbol Bahan Kimia (MSDS)
Pengenalan simbol-simbol bahan kimia perlu dikenalkan, dengan tujuan dapat
mengantisipasi bahan-bahan kimia yang akan digunakan dalam praktikum. Hal yang perlu
ditekankan adalah bahwa semua bahan kimia merupakan bahan yang berbahaya yang harus
ditangani dengan professional. Dengan kata lain, kita harus hati-hati apabila bekerja dengan
bahan kimia, apapun bahan kimianya.
d. Pengenalan Peralatan Darurat
Untuk ukuran keselamatan dan keamanan maka sangatlah penting untuk mengetahui
peralatan darurat yang dibutuhkan dan lokasi keberadaannya di laboratorium. Item-item
yang penting adalah :
1. Pintu darurat, jalur penyelamatan dari kebakaran dan jalur penyelamatan secara umum
2. Sistem alarm, telepon, dan peralatan panggilan darurat lainnya
3. Alat pemadam kebakaran, alarm kebakaran dan jaket api
4. Masker pernafasan dan alat penyaring lainnya, shower keselamatan dan pencuci mata
5. Ruangan pertolongan pertama, dan kantor dosen

E. Perlengkapan Keselamatan
Perlengkapan keselamatan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat laboratorium dalam
kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa.
2. Perlengkapan yang digunakan sehari-hari sebagai perlindungan untuk mengantisipasi
bahan-bahan yang diketahui berbahaya.Setiap orang harus mengetahui begaimana
menggunakan semua perlengkapan keselamatan. Ketika peralatan darurat diperlukan,
kecepatan sangat diutamakan. Alat-alat darurat itu terdiri atas:
a. Alarm kebakaran
b. Alat dan bahan pemadam kebakaran
c. Pancuran keselamatan
d. Botol pencuci mata
e. Pintu darurat
f. Selimut kebakaran
Dalam bekerja dengan berbagai bahan kimia korosif atau zat pewarna, pengetahuan
tentang metoda perlindungan pribadi menjadi hal penting. Walaupun tujuan utama adalah untuk
mencegah kecelakaan, penting untuk menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi sebagai
perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Beberapa perlengkapan pribadi yang
biasa digunakan adalah:
1. Jas laboratorium untuk mencegah kotornya pakaian.
Penggunaannya sangat umum tetapi tidak populer di kalangan siswa SMP dan SMA karena
keengganan untuk membawa dan memakainya.Pakaian pelindung harus nyaman dipakai dan
mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia.
2. Pelindung lengan, tangan, dan jari.
Sarung tangan yang mudah dikenakan dan dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan
dan jari dari panas, bahan kimia, dan bahayalain. Sarung tangan karet diperlukan untuk
menangani bahan-bahan korosif seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan untuk
melindungi tangan dan jari dari benda tajam seperti pada saat bekerja di bengkel. Sarung
tangan asbes diperlukan untuk menangani bahan-bahan panas. Sarung tangan karet perlu
disimpan dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
3. Pelindung mata.
Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan kimia dan di
laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Idealnya setiap siswa memilikinya.
Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan. Kacamata pelindung perlu
dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, ammonia.
4. Respirator dan lemari uap.
Respirator digunakan sebagai pelindung terhadap gas, uap dan debu yang dapat mengganggu
saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun walau dalam jumlah sedikit, seperti
khlorin, bromin, dan nitrogen dioksida maka perlu dilakukan di lemari uap dan perlu
ventilasi yang baik untuk melindungi dari keracunan. Bila bekerja dengan menggunakan
lemari uap perlu hati-hati. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran gas dalam
keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak
digunakan.
5. Sepatu pengaman.
Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat harus dipakai saat
bekerja di laboratorium. Jangan menggunakan sandal untuk menghindari luka dari pecahan
kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
6. Layar pelindung.
Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan alat-alat hampa udara.
Layar ini ditempatkan di meja guru. Alat-alat perlindungan seperti kaca mata, sarung tangan,
dan respirator harus ditempatkan terbuka, demikian juga alat lain yang digunakan secara
teratur, jangan disimpan tersembunyi dalam lemari. Petunjuk penggunaannya harus diikuti
dengan kesadaran bahwa hal tersebut adalah untuk kebaikan siswa bukan sekedar peringatan.
Semua perlengkapan harus dipelihara dengan baik.

F. Gambaran Umum untuk Perlindungan Keamanan Secara Personal Selama Berada di


Laboratorium
Beberapa item prinsip yang harus diamati supaya menjamin perlindungan secara personal
adalah:
1. Saat bekerja di laboratorium, baju kerja yang nyaman harus telah dikenakan. Untuk
beberapa eksperimen laboratorium biasa, cukup mengenakan jas laboratorium berlengan
panjang yang terbuat dari bahan tidak mudah meleleh (disarankan dari katun atau kain
campuran poliester dan katun). Jas laboratorium tidak harus dikenakan di ruangan lain
seperti ruang kuliah, perpustakaan, ruang makan dan lain sebagainya supaya
menghindari kontaminasi dengan bahan kimia yang melekat.
2. Sepatu yang stabil dan tertutup harus dikenakan.
3. Selama bekerja di laboratorium, kacamata gelas dengan pelindung samping harus
dikenakan.
4. Saat menjalankan eksperimen, tidak boleh meninggalkan laboratorium jika suatu
pengukuran yang kontinyu dibutuhkan dan tidak ada orang lain yang tahu tentang
eksperimen tersebut dan dapat menangani kegiatan tersebut. Pada kasus eksperimen
yang berbahaya, maka paling sedikit dua orang yang harus berada disana.
5. Pada wilayah di laboratorium, makanan atau barang konsumsi harus disimpan dan
dilarang dimakan supaya tidak ada risiko terkontaminasi.
6. Terkait dengan risiko akibat adanya peningkatan wadah yang biasa digunakan untuk
makanan atau barang konsumsi, maka tidak boleh digunakan untuk menyimpan bahan
kimia, dan juga sebaliknya (makanan tidak boleh ditempatkan pada wadah yang biasa
digunakan untuk bahan kimia).
7. Merokok tidak diijinkan di laboratorium terkait dengan risiko bahaya pernafasan akibat
rokok terkontaminasi seperti halnya dengan bahan makanan, dan terkait dengan risiko
percikan api dan ledakan dengan bahan kimia yang mudah terbakar.

G. Aspek Penting Pengerjaan Eksperimen yang Aman


Untuk keperluan ini, petunjuk kerja sangatlah berguna. Petunjuk ini tidak hanya berisikan
spesifikasi reaksi tetapi juga memberi label dari setiap senyawa yang digunakan. Informasi
penting lebih lanjut dibutuhkan berupa risiko yang mungkin terjadi bagi orang dan lingkungan,
taksiran perlindungan diri dan instruksi tentang pertolongan pertama pada kasus darurat, dan
informasi tentang taksiran pemusnahan dari limbah yang dihasilkan. Sebelum memulai
eksperimen, perlu diperiksa apakah tersedia cukup waktu untuk menyusun eksperimen sesuai
alokasi waktu. Jika tidak maka perlu diputuskan jika suatu eksperimen dapat dihentikan dengan
aman pada selang waktu tertentu tanpa memberikan kerugian yang berpengaruh.
Semua bahan kimia dan peralatan yang dibutuhkan untuk suatu unjuk kerja yang aman
harus diperhatikan dari awal. Beberapa hal perlu dianjurkan bekerja dengan bahan kimia di
lemari asam. Eksperimen harus dilaksanakan di lemari asam jika melibatkan bahan-bahan yang
bersifat toksik dan korosif atau gas, uap atau aerosol yang mungkin terlepas dalam konsentrasi
yang membahayakan.
Mengingat bahan-bahan kimia biasanya bersifat berbahaya maka bahan ini tidak boleh
terjadi kontak dengan kulit selama penanganan. Bahan-bahan yang berbahaya harus ditangani
hanya dalam jumlah yang kecil dan peralatan pelindung yang nyaman harus dikenakan. Pada
praktikum laboratorium, bahan-bahan karsinogenik, mutagenic, dan teratogenik dilarang
diterapkan. Bahan-bahan seperti ini secara prinsip dapat digantikan dengan bahan lain yang
efeknya lebih rendah jika tujuan pembelajaran dapat dicapai.

H. Tata Tertib Keamanan Dilaboratorium


Untuk menjamin keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium, dibuatlah tata tertib yang
bertujuan untuk :
a. Menjamin kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di laboratorium.
b. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di
laboratorium.
c. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan beracun
d. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Adapun tata tertib yang perlu diperhatikan untuk keselamatan dan keamanan laboratorium adalah
sebagai berikut:
1. Peralatan Laboratorium
a. Meja dan peralatan praktikum harus selalu bersih. Tidak diperkenankan
meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor di meja praktikum.
b. Jangan meminjam alat dari meja praktikum lain tanpa ijin asisten atau pengawas
praktikum. Jika memerlukan peralatan tambahan, harap meminjam pada laboran yang
bertugas dan mencatatnya pada buku peminjaman.
c. Peralatan-peralatan besar untuk pemakaian bersama terletak diluar meja praktikum, di
dalam ruang laboratorium.
d. Jika ada peralatan yang rusak atau pecah, harus segera dilaporkan untuk diketahui dan
mendapat gantinya. Kelalaian melaporkan akan dikenai sanksi.
2. Bahan-Bahan Kimia
a. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
b. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
d. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya 2 kali untuk menghindari kesalahan.
e. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
f. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
g. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
h. Tutup botol jangan ditaruh di atas meja karena isi botol dapat terkotori.
i. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut.
j. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak-rak meja praktikum.
3. Aturan Bekerja di Laboratorium
a. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium minimal ada asisten/petugas yang
mengawasi.
b. Tas diletakkan pada lemari yang disediakan di luar laboratorium.
c. Dilarang bermain-main dengan peralatan dan bahan di laboratorium.
d. Jagalah kebersihan laboratorium, peralatan dan meja praktik
a. Persiapkanlah hal-hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja,
jenis percobaan, jenis bahan, jenis peralatan, jas laboratorium untuk melindungi
pakaian dan cara membuang limbah sisa percobaan.
b. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
c. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
d. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
e. Pencatatan data selengkap-lengkapnya harus segera dilakukan setelah percobaan
selesai dilakukan.
4. Keselamatan Kerja di Laboratorium
a. Dilarang keras merokok di dalam laboratorium
b. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
c. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama selesai
praktikum.
d. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar. Segera cuci
dengan air sebanyak-banyaknya.
e. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan yang berkaitan dengan bahan kimia,
laporkan segera pada asisten atau petugas laboratorium. Segera pergi ke dokter
untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
f. Mengetahui letak tabung pemadam kebakaran dan kotak P3K.
5. Penanganan Limbah
a. Limbah bahan kimia yang digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang
disediakan, jangan langsung dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak).
b. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah beracun harus dikumpulkan
dalam botol penampung. Botol ini harus tertutup dan diberi label yang jelas.
c. Limbah cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang tetapi harus diencerkan
dengan air secukupnya.
d. Sabun, detergen, dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat dibuang langsung
melalui saluran air kotor dan dibilas dengan air secukupnya.
e. Limbah zat organik harus dibuang secara terpisah pada tempat yang tersedia.
f. Limbah padat harus dibuang terpisah karena dapat menyebabkan penyumbatan.
g. Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api, dan pecahan kaca dibuang
pada tempat sampah.

I. Langkah - Langkah Membangun Sistem Manajemen Keselamatan Dan Keamanan


1. Kembangkan pernyataan kebijakan keselamatan dan keamanan.
Menerapkan kebijakan formal untuk mendefinisikan, mendokumentasikan, dan
menyetujui sistem manajemen keselamatan dan keamanan kimia.Pernyataan kebijakan
formal menetapkan harapan dan menyampaikan keinginan lembaga.
2. Tunjuk Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia.
Tugaskan CSSO untuk mengawasi program manajemen keselamatan dan
keamanan.Berikan waktu dan sumber daya khusus serta kewenangan yang diperlukan
CSSO untuk melaksanakan tanggung jawabnya.CSSO harus memiliki akses langkah, jika
diperlukan, ke pejabat senior yang bertanggung jawab kepada publik.
3. Identifikasi dan atasi situasi yang sangat berbahaya.
Laksanakan evaluasi berbasis risiko untuk menentukan dampak dan kecukupan upaya
kendali yang ada, memprioritaskan kebutuhan, dan menerapkan tindakan perbaikan
berdasarkan tingkat kepentingan dan sumber daya yang tersedia. Informasi yang
dikumpulkan akan memberi dasar bagi terciptanya sistem manajemen keselamatan yang
kokoh, serta membantu memprioritaskan berbagai upaya untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan.
4. Terapkan kendali administratif.
Kendali administratif menjelaskan peraturan dan prosedur lembaga tentang praktik
keselamatan dan keamanan dan menetapkan tanggung jawab para individu yang
terlibat.Kendali administratif juga harus memberikan mekanisme untuk mengelola dan
menanggapi perubahan, seperti prosedur, teknologi, ketentuan hukum, staf, dan
perubahan lembaga. Kontrol ini meliputi peraturan keselamatan umum, prosedur
kebersihan dan pemeliharaan laboratorium, panduan penggunaan bahan dan peralatan,
dan dokumen lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan peraturan dan harapan
kepada semua pegawai laboratorium.
5. Terapkan prosedur manajemen bahan kimia.
Manajemen bahan kimia adalah komponen yang sangat penting dari program
keselamatan laboratorium dan meliputi prosedur tertentu untuk: membeli bahankimia;
penanganan bahan kimia, termasuk ventilasi yang memadai, penggunaan peralatan
perlindungan diri (PPE) secara tepat, dan peraturan dan prosedur lembaga, terutama
untuk tumpahan dan keadaan darurat; penyimpanan bahan kimia; pelacakan inventaris
bahan kimia; pengangkutan dan pengiriman bahan kimia; dan pembuangan limbah kimia.
6. Kenakan Peralatan Pelindung Diri dan Peralatan Kendali Teknik.
Setiap lembaga harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang tepat untuk pegawai
laboratorium.Peralatan kendali teknik seperti tudung laboratorium, ventilasi buang
setempat, atau kotak sarung tangan, merupakan metode utama untuk mengontrol bahaya
di laboratorium kimia.Peralatan pelindung diri, seperti kaca mata pengaman, kaca mata
pelindung, dan pelindung wajah, harus melengkapi peralatan kendali teknik.
7. Latih, komunikasikan, dan bina.
Cara terbaik menciptakan budaya keselamatan di tempat kerja adalah dengan memberi
teladan yang baik setiap hari dengan mematuhi dan menegakkan peraturan dan prosedur
keselamatan dan keamanan setiap hari.Sangatlah penting untuk membentuk sistem
pelatihan dan pembinaan semua orang yang bekerja di laboratorium.Setiap lembaga harus
menentukan saluran komunikasi yang efektif tentang keselamatan bahan kimia dengan
pegawai di semua tingkat lembaga. Bahan di perangkat pengembangan (toolkit) yang
menyertai buku ini meliputi studi kasus dan sumber daya lain yang berguna untuk
melatih manajer laboratorium dan staf.
8. Evaluasi fasilitas dan atasi kelemahannya.
Rancang semua laboratorium untuk memudahkan kerja eksperimen serta mengurangi
kecelakaan.Keselamatan dan keamanan harus dipertimbangkan saat merancang dan
memelihara laboratorium dan ruang kerjanya.
9. Identifikasi dan atasi halangan kepatuhan terhadap keselamatan dan keamanan. Seperti
dibahas sebelumnya, ada banyak halangan kepatuhan terhadap sistem keselamatan dan
keamanan, termasuk perubahan pegawai dan kondisi yang khusus satu laboratorium
tertentu. Lembaga harus mengidentifikasi halangan-halangan ini dan menetapkan insentif
agar pegawai laboratorium mematuhi upaya keselamatan dan keamanan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan keamanan laboratorium sangatlah penting karena apabila hal-hal tersebut tidak
dimiliki akan terciptanyasuatu kondisi yang sangat fatal seperti kebakaran, ledakan, kerusakan
dan bahaya-bahaya lainnya.

B. Saran
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja maka diwajibkan kepada dosen,
mahasiswa, guru dan siswa agar mengetahui lebih dalam tentang kebijakan, keselamatan dan
keamanan laboratorium supaya tidak terciptanya sesuatu hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kahfi Assidiq. 2008. Kamus Biologi. Panji Pustaka. Yogyakarta

Anti Damayanti dan Isma Kurniatanty. 2008. Manajemen & Teknik Laboratorium. Prodi
Biolog Fakultas Saintek UIN SUKA. Yogyakarta

Anonim, diakses dari https://www.oc-praktikum. de/ nop / id/ articles / pdf/ _id.pdf pada tanggal
11 Maret 2018.

A,S,Hornby. 2010. Oxford Advanced Leaner’s Dictionary. Oxford University Press. Oxford
University

Cambridge University Press. 2008. Cambridge Advanced Leaner’s Dictionary. Green Gian
Press. Singapore
Koesmaji, W, dkk. 2004. Teknik Laboratorium. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
Bandung
Lisa Moran dan Tina Masciangioli. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia. The
National Academies Press.Washington Amerika serikat.

M. Pranjoto Utomo. 2011. Makalah Pengabdian Pada Masyarakat Adaptasi Pelaksanaan


Praktikum Kimia Negara OECD. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Nyoman Kertiasa. 2006. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya. Pudak Scientific. ,


Bandung

Peter Salim, 2002. Diakses dari https://polmas.wordpress.com/2014/10/10/keamanan-nasional/


pada tanggal 11 maret 2018

Rosnijar,dkk 2014. Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium. Jurusan


Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Pekanbaru

Saleh H. Emha, dkk. 2002. Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. PT Remaja


Rosdakarya. Bandung

Tim Unit Keselamatan Kerja. 2015. Panduan Keselamatan Laboratorium (Laboratory Safety
Guide). Laboatorium MIPA Terpadu. FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Yusuf Hilmi Adisendjaja. 2004. Keselamatan Dan Keamanan Laboratorium, Pelatihan


Pengelolaan Laboratorium Guru-guru SMP. BIO UPI. Bandung

Anda mungkin juga menyukai