Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah AWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik guna memenuhi
tugas.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu dan semua pihak


yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari adanya banyak kekurangan dan kelemahan baik dari


segi penulisan maupun pembahasannya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


penulis dan pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2014

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar negara, pedoman dan tolak ukur


kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia.
Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala
penjabaran dari norma baik dari norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainnya.
Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan
suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman
dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai
yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang
bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukanlah
merupakan pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun
praksis melainkan merupakan sesuatu sistem nilai-nilai etika yang
merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun
norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut
dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam
kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang ada di makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian Nilai, Moral dan Norma?
2. Bagaimana Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai praksis?
3. Bagaimana Pancasila sebagai nilai dasar Fundamental bagi
Bangsa dan Negara RI?
4. Apa makna nilai-nilai sila setiap sila Pancasila?
5. Apa saja 45 butir nilai untuk pedoman, penghayatan, dan
pengamalan Pancasila?
BAB II
PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DAN ETIKA POLITIK

2.1 pengertian nilai, moral, dan norma

2.1.1 Pengertian Nilai


Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah,
memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat,
martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong
dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu
sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan,
disamping sistem sosial dan karya.
Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah
wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat
dihayati atau dipersepsikan dalam konteks kebudayaan, atau sebagai
wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai-nilai
menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya,
pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan
menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan
nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai
diatas, Prof. Notonogoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu
sebagai berikut:
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktivitas.

3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani


manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci sebagai berikut:
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi
dan cipta.

b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.

c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau


kemauan (karsa, etika)

d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai


kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada
keyakinan dan keimanan manusia kepada Tuhan

2.1.2 Pengertian Moral


Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan,
tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan
buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma
yang berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak
benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggao tidak
bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-
prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat
dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral, filsafat,
moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma
dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam
berbagai aspeknya.

2.1.3 Pengertian Norma


Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan
kepatuhan terhadap peraturan atau norma. Norma adalah petunjuk
tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan motivasi tertentu.
Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai
makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa
norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan
norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang
dikenal dengan sanksi, misalnya:
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan.

b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal


terhadap diri sendiri.

c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam


pergaulan masyarakat.

d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan


atau denda yang dipaksakan oleh alat Negara.

2.2 Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

2.2.1 Nilai Dasar


Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati
melalui panca indra manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai
berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan
manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar, yaitu
berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-
nilai tesebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut
kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat Tuhan,
manusia, atau makhluk lainnya.
Apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat kepada
suatu benda, kiantitas, aksi, ruang dan waktu, nilai itu dapat juga
disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang
praktis. Namun, nilai yang bersumber dari kebendaan itu tidak boleh
bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber
penjabaran norma tersebut. Nilai dasar yang menjadi sumber etika
bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

2.2.2 Nilai instrumental


Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna
sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum memiliki formulasi
serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret. Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah lahu manusia dalam
kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma
moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan kebijagan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar,
sehingga dapat juga dikatan bahwa nilai-nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan kita nilai instrumental itu
dapat kita temukan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945,
yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam
sila-sila pancasila. Tanpa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945,
maka nilai-nilai dasar yang termuat dalam pancasila belum
memberikan makna yang konkret dalam praktik ketatanegaraan kita.

2.2.3 Nilai Praksis


Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata. Dengan demikian,
nilai praksis merupakan pelaksanaan secra nyata dari nilai-nilai dasar
dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari
nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-
nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.
Nilai praksis dalam kehidupan ketatanegaraan dapat
ditemukan dalam undang-undang organic, yaitu semua perundang-
udangan yang berada dibawah UUD 1945 sampai kepada peraturan
pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah. Apabila dikaitkan dengan
nilai-nilai yang dibahas diatas, maka nilai-nilai dasar terdapat dalam
UUD 1945, yaitu dalam pembukaannya, sedangkan nilai instrumental
dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan juga dalam
ketetapan MPR. Nilai praksis dapat ditemukan dalam peraturan
perundang-undangan berikutnya, yaitu dalam Undang-udang sampai
kepada peraturan dibawahnya.

2.3 Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan


negara RI

Nilai-nilai pancasila bersifat universal yang memperlihatkan


napas humanism, karenanya pancasila dapat dengan mudah diterima
siapa saja. Sekalipun pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak
begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua bangsa.
Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara
sadar dirangkai dan dipisahkan menjadi satu kesatuan yang
berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa.
Dalam arti bahwa pancasila adalah milik khas bangsa indonesia dan
sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legimitasi moral dan
budaya bangsa indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat
dalam pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya. Pancasila
sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang
terpadu berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Apabila kita memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang pada hakikatnya
adalah nilai-nilai Pancasila.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan
sebagai pokok-pokok kaidah Negara yang fundamental, karena di
dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai sebagai berikut:
1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas
politik Negara (Negara Republik Indonesia dan berkedaulatan
rakyat), dan Negara asas kerohanian Negara (Pancasila).

2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu “….. maka


disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
undang-undang dasar Negara Indonesia…”. Hal ini menunjukkan
adanya sumber hukum.

Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum


mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak
berubah, dalam arti dengna jalan hukum apapun tidak mungkin lagi
untuk dirubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-
nilai dasar yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat diubah secara hukum.
Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17
Agustus 1945.

2.4 MAKNA NILAI-NILAI SILA SETIAP SILA PANCASILA

2.5 45 BUTIR NILAI UNTUK PEDOMAN, PENGHAYATAN DAN


PENGAMALAN PANCASILA
2.5.1 Sila pertama

Bintang.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

2.5.2 Sila kedua

Rantai.

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat


dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

2.5.3 Sila ketiga

Pohon Beringin.

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan


dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

2.5.4 Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia


Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.

2.5.5 Sila kelima

Padi Dan Kapas.

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai