Hingga suatu ketika saat Top sedang berjalan-jalan kesebuah pameran dan
merihat sebuah alat untuk menggorang kacang, kemudian ia berpikir untuk
berjualan kacang. Top lalu menyewa alat tersebut dengan harga 10.000 bath
perbulan. Kemudian Top membuka toko kacang di Mall bersama Pamannya.
Untuk membuka toko kacang, perjuangan Top dimulai dari bertanya kepada
penjual-penjual kacang untuk mendapatkan rasa kacang yang enak. Walaupun ia
berhasil membuat kacang yang enak, dagangannya tetap tidak laku.
Top sedikit meras frustasi dan mencoba melakukan beberapa cara agar
dagangannya laku. Hingga suatu ketika Top berjalan ke sebuah pasar tradisional
dan mendapatkan inspirasi seperti memberikan diskon dan lokasi yang tepat untuk
menentukan pasar bisnis.
Hingga kemudian Top meminta pindah ke bagian depan Mall dan terlihat bahwa
kacang jualannya semakin laku keras, hingga kemudian Top membukan beberapa
cabang. Namun, saat Top mulai melakukan ekspansi bisnis chesnut-nya secara
besar-besaran, timbul maslah baru yaitu mesin penggorngan kacang yang
digunakan menimbulkan asap dan mengotori atap Mall, sehingga ia harus
menutup dagangannya dan pihak Mall membatalkan kontrak kedainya.
Dititik inilah Top hampir putus asa, Orang tuanya memutuskan untuk pergi ke
China, namun Top bersikeras untuk ebrtahan di Thailan dan melanjutkan
usahanya. Dari bisnis berjualan kacang, ia beralih mencoab untuk membuka bisnis
rumput laut yang terinspirasi dari cemilan kesukaan kekasihnya yang kekasihnya
berikan untuk Top.
Dalam tekanan yang begitu hebat, Top tetap berusaha mencari tahu tentang
strategi-strategi penjualan. Ia bahkan rela belajar langsung dari pasar dengan
ebrtanya langsung kepada pedagang. Hingga inspirasi datang ektika ia berbelanja
disalah satu minimarket , 7-eleven. Lalu ia menerapkan metode yang pernah
diajarkan ketika di tempat kursus yang dahulu di pilihkan ayahnya untuknya.
Yaitu metode ekspansi penjualan ke berbagai negara, namun usahanya tidak
berjalan dengan mudah. 7-eleven memberikan standart tinggi yang harus dipenuhi
supaya produk Top bisa masuk pasaran.
Top hampir saja putus asa dan memutuskan untuk berangkat ke Cina, namun
sebelum itu terjadi Top masih terus melakukan usaha terkahirnya demi memenuhi
syarat yang diberikan oleh 7-eleven, dan akhirnya upaya terakhirnya tidak sia-sia.
Kesulitan yang ia alami yaitu mulai dari membuat inivasi untuk kemasan dan
produknya hingga Top diharuskan memiliki pabrik untuk memproduksi dalam
jumlah besar.
Pada usia 26 tahun Top ittipat sudah memiliki 2500 karyawan dan mengirim ke
6000 cabang 7-eleven di seluruh dunia dan mengekspor cemilan rumput lautnya
ke 27 negara termasuk di Indonesia. Hingga akhirnya Top telah memiliki lahan
perkebunan rumput laut di Korea Selatan. Pendapatan yang dimiliki Top
mencapai 1,5 miliar bath sekitar 450 miliar rupiah pertahun. Top ittipat membayar
kesuksesannya dengan berkorban jiwa, raga, waktu, kesenangan jadi gamer,
termasuk berkorban cinta terhadap kekasihnya.
“Saya selalu mengilustrasikan diri saya sebagai seorang Thariq bin Ziyad yang
membakar semua kapal pasukannya untuk menjemput syahid,” katanya.
Haluan Kepri salah satu milik H Basrizal Koto, di Bengkong Garama, Batam,
Selasa 11 Juni 2013. F Suprizal Tanjung
Masih segar dalam ingatan Basrizal, suatu hari sepulang dari sekolah, ia tak
menemukan sebutir pun nasi di meja makannya. Sang Mamak yang kasihan
melihat begitu laparnya dia, kemudian berinisiatif meminjam beras ke tetangga
yang masih terbilang saudaranya. Namun tanpa disangka-sangka, sang tetangga
menolak mentah-mentah permintaan Mamaknya sambil berkata ketus: “Kasih
makan batu saja anak kau!”.
Mendengar kata-kata tersebut, tentu saja Basrizal merasa sedih dan kecewa. Tapi
itu dahulu, ketika ia masih seorang bocah kecil yang mungkin berpikiran pendek.
Saat ini ketika menjadi seorang yang sangat terkenal dan sukses, ia menyatakan,
“Saya selalu doakan dia karena saya tahu dia juga orang miskin seperti kami saat
itu,” ungkap laki-laki Minang kelahiran Pariaman 47 tahun silam itu.
Bisnis Basrizal dimulai sejak usia 12 tahun. Dengan tekad hidup mandiri, suatu
hari dirinya yang saat itu masih duduk di kelas 5 SD, bersujud memohon restu
sang mamak untuk pergi merantau ke Pekan Baru. Dengan berat hati dan diiringi
linangan air mata sang bunda, Basrizal pun meninggalkan segala kenangan masa
kecilnya di desa tercinta.
”Waktu itu saya berprinsip, saya baru akan pulang kampung dan menjemput
keluarga saya jika sudah bisa mendapatkan seliter beras,” ungkap penikmat setia
masakan sambal balado yang selalu bergaya serius tapi santai itu.
Hari-hari Basrizal di tanah rantau dihiasi dengan mengerjakan apa saja, termasuk
menjajakan pisang goreng di jalanan. Hidup bagi Basrizal adalah pertempuran
demi pertempuran untuk melawan rasa malas dan rasa gengsi yang membuncah.
“Saya selalu mengilustrasikan diri saya sebagai seorang Thariq bin Ziyad yang
membakar semua kapal pasukannya untuk menjemput syahid. Jujur saja saya
mengadopsi sikap seperti. Saya ingin dan harus membangkitkan batang terendam
karena selama ini orang selalu mengecilkan peran kami sebagai keturunan orang
miskin,” katanya penuh semangat.
Namun, jauh di balik suksesnya saat ini, ada hal yang selalu menjadikannya lebih
merasa bangga dan terharu, yakni kenangan akan pengorbanan dan rasa kasih
sayang sang bunda. Ia sangat sadar, tanpa jasa ibunya tak mungkin orang
mengenal Basrizal Koto seperti saat ini. “Dalam kemiskinan, dia bisa
membesarkan saya. Sungguh ini sangat luar biasa,” ungkapnya dalam nada rasa
haru yang mendalam. Rasa cintanya yang mendalam itu juga yang membuat
suami Hj. Mukhniarti itu tidak berani sedikit pun membantah kata-kata sang
bunda hingga detik ini.
Ada satu hal lagi yang menjadi ciri Basrizal Koto, yakni sikap ramah tamahnya
kepada setiap orang. Kepada siapa pun yang ingin bertemu dengannya, ia selalu
berusaha menyempatkan diri untuk memenuhinya. Pantang bagi dia untuk
menolak orang yang mau bersilaturahmi. “Oleh karena itu, hp dan telepon saya,
stand by 24 jam,” katanya sungguh-sungguh.
Silaturahmi, bagi Basrizal, adalah sebuah kenikmatan yang tiada terperi. Tuhan
sudah menganugerahkan kenikmatan yang panjang bagi dia dan seluruh
keluarganya. Jadi tidak ada salahnya bila ia kemudian ingin membagi juga
kenikmatan tersebut kepada orang lain. Dan itu merupakan salah satu bentuk
kebahagiaan itu sendiri.
Kehidupan
Basko lahir di Kampung Ladang, Pariaman dari pasangan Ali Absyar dan
Djaninar. Masa kecilnya sangatlah getir, dimana Basko sempat merasakan hanya
makan sehari sekali, di mana untuk makan sehari-hari saja sang ibu harus
meminjam beras ke tetangga. Ayahnya hanyalah bekerja sebagai buruh tani yang
mengolah gabah. Karena susahnya hidup, ia ditinggal ayahnya yang pergi
merantau ke Riau. Ketabahan sang ibu yang dipanggilnya amak dalam
menghadapi kehidupan selalu membekas dihatinya.
Meski sempat bersekolah hingga kelas lima SD, Basko akhirnya berkesimpulan
bahwa kemiskinan harus dilawan bukan untuk dinikmati. Atas seizin ibunya,
diapun memilih pergi merantau ke Riau dibanding melanjutkan sekolah. Sebelum
berangkat, ibunya berpesan agar menerapkan 3 K dalam hidup, yaitu pandai-
pandai berkomunikasi, manfaatkan peluang dan kesempatan, serta bekerjalah
dengan komitmen tinggi. 3 K itulah yang dia terapkan dalam berbisnis. Hal
pertama yang dilakukannya di perantauan adalah datang ke terminal setelah subuh
untuk mencari pekerjaan menjadi kernet. Berkat kemampuannya berkomunikasi,
maka hari pertama dia sudah bisa membantu sopir oplet. Saat pertama jadi kernet,
siang-malam dia bekerja hingga memungkinkan untuk menyewa rumah kontrakan
guna menampung keluarga.
Perjalanan Bisnis
Basko yang panjang akal dan visioner mengawali usahanya dengan berjualan
pete. Meski tidak punya uang tetapi dengan modal kepercayaan, pete yang belum
dibayar dibawanya kerestoran Padang dan dijual dengan selisih harga yang lebih
tinggi. Perjalanan hidupnya penuh warna dan keinginan untuk terus mengubah
nasib mengantarnya menjajal berbagai macam profesi mulai dari kernet, sopir,
pemborong, tukang jahit hingga akhirnya menjadi dealer mobil.
Kemahirannya berkomunikasi, membangun jaringan, menepati janji, dan menjaga
kepercayaan akhirnya membawanya sukses menaklukan kemiskinan, membangun
kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja. Jumlah perusahaan yang
dikelolanya kini mencapai 15 perusahaan dan sejak 2006 dia juga terjun ke bisnis
penambangan batu bara di Riau, menyediakan jasa TV kabel dan Internet
di Sumatra.
Beberapa perusahaan yang masuk dalam MCB Group miliknya adalah PT Basko
Minang Plaza (pusat belanja), PT Cerya Riau Mandiri Printing (CRMP)
(percetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Bastara Jaya Muda (tambang
batubara), PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor ternak), PT
Riau Agro Mandiri Perkasa (pembibitan, pengalengan daging), PT Indonesian
Mesh Network (TV kabel dan Internet), dan PT Best Western Hotel (saat ini
berubah nama menjadi Premier Basko Hotel) Padang. Premier Basko Hotel
Padang sebuah hotel bintang lima terdiri dari 180 kamar yang beroperasi
di Padang, Sumatera Barat. Saat ini proyek yang sedang berjalan seiring dengan
perkembangan kotaPekanbaru, Riau adalah Green City Riau] Superblock yang
berada di jantung pusat Kota Pekanbaru berdiri di lahan seluas 2 Hektar dengan
konsep Superblock dimana terdiri dari 7 Lantai Pusat Perbelanjaan dan 3 Tower
masing-masing Tower Apartemen, Tower Condotel / Condominium Hotel dan 1
Tower Perkantoran.
Ia juga menjadi pemilik empat media yang sirkulasinya hampir seluruh Pulau
Sumatera bahkan menjangkau Jakarta, yaitu Harian Haluan di Padang, Harian
Haluan Kepri di Batam, Harian Haluan Riau di Pekanbaru dan Radio Mandiri FM
di Pekanbaru.
Perusahaan
RINGKASAN
Basrizal Koto lahir di Kampung Ladang, Sumatera Barat pada tanggal 11 Oktober
1959. Hidup dalam kemiskinan sejak kecilnya, ketika Ia pulang sekolah Ia tidak
mendapati adanya makanan di tudung saji. Dan sang amak yang merasa kasihan,
meminta beras ke rumah saudaranya, tetapi saudaranya menolak keras, ketika
basrizal melihat amaknya di tolak, Ia merasa sedih dan kecewa. Dan Ia pun
meminta izin kepada amaknya untuk merantau ke Riau demi merubah nasib
hidupnya, dan tak melanjutkan sekolahnya. Tetapi sang amak memberi restu
kepada anaknya itu.
Basrizal sempat duduk dibangku sekolah sampai kelas 5 SD. Ia memulai langkah
pertamanya dengan membantu sopir oplet, menjadi seorang kernet. Dan basrizal
yang memiliki akal panjang, memulai usahanya dengan berjualan pete dan nasi
goreng. Semua dilakukannya demi merubah apa yang dialaminya saat itu kearah
yang lebih baik lagi, pria yang ingin membuat bangga amak yang sangat
disayanginya itu. Berbagai macam profesidijalaninya mulai dari kernet, sopir,
pemborong, tukang jahit hingga akhirnya menjadi dealer mobil.
Beberapa perusahaan yang masuk dalam MCB Group miliknya adalah PT Basko
Minang Plaza (pusat belanja), PT Cerya Riau Mandiri Printing (CRMP)
(percetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Bastara Jaya Muda (tambang
batubara), PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor ternak), PT
Riau Agro Mandiri Perkasa (pembibitan, pengalengan daging), PT Indonesian
Mesh Network (TV kabel dan Internet), dan PT Best Western Hotel (saat ini
berubah nama menjadi Premier Basko Hotel) Padang. Premier Basko Hotel
Padang sebuah hotel bintang lima terdiri dari 180 kamar yang beroperasi
di Padang, Sumatera Barat. Saat ini proyek yang sedang berjalan seiring dengan
perkembangan kotaPekanbaru, Riau adalah Green City Riau] Superblock yang
berada di jantung pusat Kota Pekanbaru berdiri di lahan seluas 2 Hektar dengan
konsep Superblock dimana terdiri dari 7 Lantai Pusat Perbelanjaan dan 3 Tower
masing-masing Tower Apartemen, Tower Condotel / Condominium Hotel dan 1
Tower Perkantoran.
Ia juga menjadi pemilik empat media yang sirkulasinya hampir seluruh Pulau
Sumatera bahkan menjangkau Jakarta, yaitu Harian Haluan di Padang, Harian
Haluan Kepri di Batam, Harian Haluan Riau di Pekanbaru dan Radio Mandiri FM
di Pekanbaru.
Kesuksesan yang diperolehnya sampai saat ini adalah berkat doa sang amak yang
tulus kepada anaknya. Ia juga menjaga silaturahmi dengan keluarganya, dengan
tidak menutup jalinan komunikasi diantara mereka.