SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
FRISKA MAULIDA
Nomor Pokok : K.2013.5.32432
Jurusan : Menejemen
Program Studi : Keuangan
Puji syukur ke-hadirat Allah SWT atas segala berkat karunia-Nya kepada hamba
sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul ” Prediksi Financial Distress Dengan Faktor Internal dan Eksternal Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Studi Pada Sub Sektor Pakan Ternak
dan Sub Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2012-2016)”. Penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu tugas dan syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Malangkuçeçwara Malang, guna menerapkan teori-teori dan pengetahuan yang
saya peroleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada.
Atas bantuan yang telah diberikan kepada saya, baik secara moril maupun materiil
dari semua pihak yang sangat besar artinya dalam rangka penyusunan dan
peyelesaian skripsi ini maka dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Yang Terhormat Bapak Drs. Bunyamin, MM, PhD selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkuçeçwara Malang dan selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pengorbanan waktu serta dengan
penuh kesabaran telah mengarahkan dan membimbing saya dalam
menyusun skripsi ini.
2. Yang Terhormat Ibu Dra. Lindananty, MM. selaku Ketua Jurusan
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkuçeçwara
Malang.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan kepada
saya selama masa studi.
4. Terimakasih yang sebesar-besarnya say atujukan untuk mamaku Nuryatin
tercinta yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, bekerja
Friska Maulida
Penelitian terhadap financial distress sering kali digunakan dalam meneliti apakah
perusahaan tersebut mengalami financial distress atau non-financial distress.
Financial distress dapat membawa suatu perusahaan mengalami kegagalan
(corporate failure) pada kontraknya yang akhirnya dapat dilakukan restrukturasi
financial antara perusahaan. Tujuan dari penelitian financial distress ini yaitu
sebuah peringatan awal atau early warning bagi perusahaan, investor, kreditur
maupun pihak lain yang terkait dengan perusahaan tersebut. Sampel yang
digunakan dlam penelitian ini adalah sebesar 15 perusahaan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif da. Variabel penelitian ini adalah
current ratio, quick ratio, debt to asset ratio, stockholder equity ratio, return on
asset, tingkat suku bunga dan kurs sebagai variabel independen dan financial
distress sebagai variabel dependen dengan analisis menggunakan regresi logistik.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa current ratio, tingkat suku
bunga dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress dengan
nilai sig melebihi 5%. Sedangkan quick ratio, debt to asset ratio, stockholder
equity ratio dan return on asset berpengaruh signifikan terhadap financial
distress, tetapi untuk debt to asset ratio dan return on asset berpengaruh
signifikan negatif. Jika nilai debt to asset ratio dan return on asset positif, maka
hasilnya nilai sig rendah, dan sebaliknya.
(keyword: financial distress, bankrupty, laporan keuangan)
1. Gambar 1..........................................................................................20
2. Gambar 2..........................................................................................21
3. Gambar 3..........................................................................................23
4. Gambar 4..........................................................................................23
5. Gambar 5..........................................................................................24
6. Gambar 6..........................................................................................28
7. Gambar 7..........................................................................................29
8. Gambar 8..........................................................................................33
9. Gambar 9..........................................................................................34
10. Gambar 10......................................................................................35
11. Gambar 11.......................................................................................36
12. Gambar 12......................................................................................36
13. Gambar 13......................................................................................37
14. Gambar 14......................................................................................42
15. Gambar 15......................................................................................46
16. Gambar 16......................................................................................49
17. Gambar 17......................................................................................53
Penjumlahan antara bobot merupakan total nilai yang akan menentukan perusahaan
masuk dalam kelompok financial distress atau nonfinancial distress dimana 0 ≤ total
nilai ≤ 3. Berdasarkan total nilai tersebut, jika:
1. Total nilai ≥ 2 : perusahaan dikelompokkan dalam kondisi financial distress.
1. Rasio likuiditas
Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah analisis rasio
likuiditas. Analisis rasio likuiditas mengacu kepada ketersediaan sumber daya
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Menurut Harahap
(2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Current ratio/rasio lancar
Current Ratio, adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang yang harus dilunasi dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Aktiva lancar harus lebih
tinggi prosentasenya dibanding dengan hutang lancar, dengan begitu aktiva
lancar tersebut dapat menutup semua hutang lancar dari kreditur. Menurut
Munawir (2005:72) ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisis
posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan
Gambar 1
2. Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang
oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat
Gambar 3
Gambar 4
3. Rasio Profitabilitas
Analisis profitabilitas dapat diartikan sebagai pengukuran laba perusahaan dan
efektivitas perusahaan yang dapat dilihat dari nilai rasio-rasio profitabilitas.
Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat
mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan.
Para kreditur, pemilik perusahaan, dan pihak manajemen akan berusaha
meningkatkan keuntungan, karena disadari betapa pentingnya keuntungan bagi
masa depan perusahaan (Ross, 2003). Rasio ini memberikan gambaran tentang
tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Return On Assets (ROA).
ROA (return on assets) merupakan hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio
ini merupakan ukuran yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara
laba bersih rata-rata dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini diperoleh dari
Gambar 5
Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai return on assets yang tinggi, maka
hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang
lebih besar untuk meningkatkan laba operasi. Hal ini akan memberikan
pengharapan positif bagi para investor saham untuk mendapatkan return saham
yang lebih besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat
dikatakan baik apabila > 2%.
Perusahaan yang nilai profitabilitasnya menurun mengindikasikan bahwa
perusahaan memerlukan tambahan dana untuk menambah aset perusahaan
dalam memaksimumkan laba.
Naik turunnya kurs atau nilai tukar dapat terjadi jika dilakukan resmi oleh pemerintah
yang menganut sistem tarik menarik kekuatan penawaran dan permintaan di dalam
pasar. Perubahan kurs dapat terjadi karena ada empat ha, yaitu:
1. Depresiasi
Penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang negara lain, terjadi
akibat adanya penawaran dan permintaan pasar
2. Appresiasi
Peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing
lainnya, terjadi akibat adanya penawaran dan permintaan pasar.
3. Devaluasi
Penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya
yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.
4. Revaluasi
Gambar 6
Pemilihan variabel di dukung oleh penelitian :
1. Current Ratio : Platt dan Platt (2002), Gruszczynski (2004), dan Sutiono
(2015).
SBI
(X5)(X6) (Y)
K (X7)
2.5 Hipotesis
Berdasarkan model konsep penelitian yang telah disajikan di atas, maka dapat
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
Debt ratio yaitu rasio total utang terhadap total aktiva, semakin tinggi rasio debt to
asset, maka semakin tinggi risiko perusahaan untuk mengalami financial distress dan
sebaliknya. Mengenai stockholders equity ratio, tingginya rasio ini akan membawa
perbaikan dalam posisi keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan
bagi kreditur (Jumingan, 2006: 135). Jadi, semakin besar rasio ini, maka semakin
kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Faktor internal lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi financial
distress yaitu return on assets. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi profitabilitas suatu
perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan
keuangan yang baik, sehingga return on assets dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress.
Berdasarkan model konsep penelitian diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
Berdasarkan model konsep penelitian diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
1. Variabel independen
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2011:161).
Faktor Internal
a. Current Ratio, adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang yang harus
dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Aktiva lancar harus lebih tinggi prosentasenya dibanding dengan hutang
lancar, dengan begitu aktiva lancar tersebut dapat menutup semua
hutang lancar dari kreditur. Dengan begitu dapat disimpulkan semakin
tinggi rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami
financial distress, dan sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin
rawan pula mengalami kemungkinan financial distress.
Menurut Munawir (2005:72) Ratio yang paling umum digunakan untuk
menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio
yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat
dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current ratio
200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi
jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor,
suatu standard atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk
seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan
Jadi bisa disimpulkan semakin rendah rasio ini maka semakin kecil pula
kemungkinan mengalami financial distress, dan semakin tinggi rasio ini
maka semakin tinggi pula perusahaan mengalami financial distress.
Identifikasi tersebut ada di laman website www.
tradingbyknowledge.blogspot.co.id/2013/07/debt-to-asset-ratio.html.
Menurut Syamsuddin (2006:30), Debt to Total Assets Ratio (DAR)
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva
guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Variabel ini
dikumpulkan dengan menggunakan data interval perusahaan selama 5
tahun (2012-2016) dalam bentuk rasio dan dihitung dengan cara:
Gambar 10
Faktor Eksternal
P = pokok pinjaman
i = suku bunga per tahun
t = lama kredit dalam bulan
2. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu status perusahaan, yaitu kondisi
perusahaan financial distress. Financial distress adalah kondisi perusahaan tidak
dapat memenuhi kewajiban, khususnya dalam hal pembayaran hutang.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo
yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan (Darsono dan Anshari, 2005:101).
Tabel 3.5.2 Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian tahun 2012-2016
No. Kode Perusahaaan Nama Perusahaan
3.5Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekundar, yaitu data
yang sudah dikumpulkan dari internet dan sudah diolah oleh pihak pengumpul data
primer dan juga melalui studi pustaka ataupun internet dari beberapa sumber yang
ada hubungannya dengan penelitian ini. Data sekundar adalah data yang tidak
langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang
Dari penjelasan diatas dapat dilihat sumber dari pengambilan data tingkat suku bunga
ada dua, yaitu BI Rate dan BI 7-day (reverse) Repo Rate. Pengambilan data berbeda
ini dikarenakan Bank Indonesia akan melakukan penguatan operasi moneter dengan
memperkenalkan suku bunga acuan yaitu BI 7-day (reverse) repo rate yang bertujuan
untuk bisa tetap menstabilkan harga. Penguatan operasi moneter ini tidak mengubah
stance atau sikap kebijakan moneter. Hal ini berlaku pertanggal 19 Agustus 2016,
yang dulunya menggunakan BI Rate sekarang berpindah ke BI 7-day (reverse) repo
rate.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa rata-rata ROA mengalami peningkatan
di tahun 2012 dan penurunan yang terendah terjadi pada tahun 2015. Rendahnya
ROA ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan untuk menghasilkan
laba melalui aktiva yang tersedia.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa rata-rata SBI selama 5 tahun sebesar
0,07. Pada tahun 2016 SBI terendah terjadi, yaitu sebesar 0,05. Kemudian titik
tertinggi pada tahun 2013-2015, yaitu 0,08. Sedangkan untuk Kurs rata-rata selama 5
tahun sebesar 12290,3, yang pada tahun 2012 merupakan titik terendah sebesar
9637,5. Kemudian titik tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu 13787.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
marko, yaitu tingkat suku bunga dan tingkat kurs. Tingginya rata-rata tingkat
sensitifitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan perubahan
suku bunga yang terjadi.
.75
Expected Cum Prob
.50
.25
0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00
Dari analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan
mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
CR QR DAR SER
N 75 75 75 75
Normal Parameters a,b Mean 180.9831 1.1503 .4975 .5470
Std. Deviation 78.86649 .58211 .12264 .12797
Most Extreme Absolute .097 .158 .120 .113
Differences Positive .093 .158 .069 .085
Negative -.097 -.088 -.120 -.113
Kolmogorov-Smirnov Z .842 .656 1.035 .981
Asymp. Sig. (2-tailed) .478 .782 .234 .291
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Financial
ROA SBI K Distress
N 75 75 75 75
Normal Parameters a,b Mean 8.6956 .0665 12290.30 .16
Std. Deviation 11.79924 .01198 1472.540 .369
Most Extreme Absolute .206 .361 .267 .508
Differences Positive .206 .179 .164 .508
Negative -.151 -.361 -.267 -.332
Kolmogorov-Smirnov Z 1.104 .767 .514 .643
Asymp. Sig. (2-tailed) .175 .599 .954 .802
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari data diatas untuk dapat menganalisa, lihat pada baris "Asymp. Sig. (2-tailed)"
baris paling bawah. Bila nilai pada setiap variabel lebih dari (>0,05) maka uji
normalitas dapat terpenuhi. Dari data diatas menunjukkan nilai setiap variabel >0,05
maka dianggap terpenuhi.
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 CR .856 1.168
QR .934 1.071
DAR .893 1.119
SER .943 1.061
ROA .937 1.067
SBI .939 1.065
K .914 1.094
a. Dependent Variable: Financial Distress
-1
-2
-2 -1 0 1 2 3 4
Dari hasil scatterplot diatas bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
sebab titik-titik tersebut menyebar diatas 0 dan dibawah 0 di sumbu Y, sehingga dapat
dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.
Model Summaryb
Durbin-W
Model atson
1 1.676a
a. Predictors: (Constant), K, DAR, ROA, SBI, SER, QR, CR
b. Dependent Variable: Financial Distress
Dari tabel diatas didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 1,676 atau 2.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni
-2 ≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah
Uji Autokorelasi terpenuhi.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa hasil analisis model fit berupa nilai
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menunjukkan nilai 3.815 dengan tingkat
signifikansi 0.801, dimana nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05. Sehingga
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai Nagelkerke R Square diperoleh
sebesar 0.690. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabilitas variabel independen pada persamaan regresi logistik penelitian ini
adalah sebesar 69%, sedangkan sisanya sebesar 31% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain diluar model penelitian.
4.6 Tingkat Klasifikasi Model
Analisis ini berkaitan dengan daya prediksi dari model. Daya prediksi menunjukkan
seberapa besar tingkat akurasi model dalam memprediksi keadaan kelompok yang
benar. Daya prediksi dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Overall Percentage Predicted
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dari Tabel 4.11 sebelumnya, maka
pengaruh dari variabel current ratio, quick ratio, debt ratio, stockholdars equity ratio,
ROA, SBI dan K terhadap financial distress dapat dijabarkan sebagai berikut:
5.2 Kesimpulan
5.2 Saran