Anda di halaman 1dari 89

a

Prediksi Financial Distress Dan Non-Financial Distress Dengan


Faktor Internal dan Eksternal Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia
(Studi Pada Sub Sektor Pakan Ternak dan Sub Sektor Makanan
dan Minuman Periode 2012-2016)

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:
FRISKA MAULIDA
Nomor Pokok : K.2013.5.32432
Jurusan : Menejemen
Program Studi : Keuangan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


STIE MALANGKUҪEҪWARA
MALANG
2017
CURRICULUM VITAE

Nama : Friska Maulida


Tempat/tanggal lahir : Malang, 24 Agustus 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Aga ma : Islam
Al amat : Jalan Borobudur VI/9B Blimbing - Malang
Nama Ayah : Hadi Susanto
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Nuryatin
Pekerjaan Ibu : Wirausaha
Alamat Ibu : Jalan Borobudur VI/9B Blimbing - Malang
Riwayat Pendidikan :1. SD Islam Sabilillah Malang 2001
2. SMP Negeri 8 Malang 2007
3. SMK Telkom Sandhy Putra Malang 2010
Hasil karya tulis/research : Tahun 2017 Penelitian Pada Prediksi Financial
Distress di Bursa Efek Indonesia dengan judul
“Prediksi Financial Distress Dengan Faktor Internal
dan Eksternal Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia
(Studi Pada Sub Sektor Pakan Ternak dan Sub
Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016)”

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN
FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN
FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Allah SWT atas segala berkat karunia-Nya kepada hamba
sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul ” Prediksi Financial Distress Dengan Faktor Internal dan Eksternal Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Studi Pada Sub Sektor Pakan Ternak
dan Sub Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2012-2016)”. Penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu tugas dan syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Malangkuçeçwara Malang, guna menerapkan teori-teori dan pengetahuan yang
saya peroleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada.
Atas bantuan yang telah diberikan kepada saya, baik secara moril maupun materiil
dari semua pihak yang sangat besar artinya dalam rangka penyusunan dan
peyelesaian skripsi ini maka dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Yang Terhormat Bapak Drs. Bunyamin, MM, PhD selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkuçeçwara Malang dan selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pengorbanan waktu serta dengan
penuh kesabaran telah mengarahkan dan membimbing saya dalam
menyusun skripsi ini.
2. Yang Terhormat Ibu Dra. Lindananty, MM. selaku Ketua Jurusan
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkuçeçwara
Malang.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan kepada
saya selama masa studi.
4. Terimakasih yang sebesar-besarnya say atujukan untuk mamaku Nuryatin
tercinta yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, bekerja

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
keras untuk menafkahi saya dan selalu memberi dukungan sampai saat ini
“You are the best mom in the world”. Kuperjuangkan memperoleh gelar
sarjana untukmu ma…
5. Untuk adikku Aldys Rosalinda, terimakasih atas doa-doanya selama ini.
6. Untuk sahabat saya Yulita Sari, terimakasih untuk support yang selama ini
diberikan, serta kerelaan waktunya dalam mendompleng materi untuk
persiapan sidang.
7. Untuk teman-teman beserta kakak tingkat dan adik tingkatku di seluruh
penjuru kampus tercinta, saya ucapkan terimakasih atas dukungan,
kerjasama, dan persahabatannya, kalian memberikan saya semangat untuk
menyelesaikan skripsi dan kalian juga telah memeri makna dalam
kehidupan saya di kampus STIE Malangkuçeçwara tercinta.
8. Untuk tim hore ( Parlin, Rosi, Yola, dan Rico) yang telah menyemangati
saya untuk terus semangat mengerjakan skripsi, menemani saya begadang,
dan mensupport saya untuk segera mendapatkan gelar sarjana.
9. Ahirnya saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Harapan saya selaku penulis skripsi ini kiranya apa yang
terkandung dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Malang, Agustus 2017

Friska Maulida

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN
FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
ABTRAKSI

Penelitian terhadap financial distress sering kali digunakan dalam meneliti apakah
perusahaan tersebut mengalami financial distress atau non-financial distress.
Financial distress dapat membawa suatu perusahaan mengalami kegagalan
(corporate failure) pada kontraknya yang akhirnya dapat dilakukan restrukturasi
financial antara perusahaan. Tujuan dari penelitian financial distress ini yaitu
sebuah peringatan awal atau early warning bagi perusahaan, investor, kreditur
maupun pihak lain yang terkait dengan perusahaan tersebut. Sampel yang
digunakan dlam penelitian ini adalah sebesar 15 perusahaan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif da. Variabel penelitian ini adalah
current ratio, quick ratio, debt to asset ratio, stockholder equity ratio, return on
asset, tingkat suku bunga dan kurs sebagai variabel independen dan financial
distress sebagai variabel dependen dengan analisis menggunakan regresi logistik.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa current ratio, tingkat suku
bunga dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress dengan
nilai sig melebihi 5%. Sedangkan quick ratio, debt to asset ratio, stockholder
equity ratio dan return on asset berpengaruh signifikan terhadap financial
distress, tetapi untuk debt to asset ratio dan return on asset berpengaruh
signifikan negatif. Jika nilai debt to asset ratio dan return on asset positif, maka
hasilnya nilai sig rendah, dan sebaliknya.
(keyword: financial distress, bankrupty, laporan keuangan)

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Daftar Isi
CURRICULUM VITAE............................................................................................................i
Abtraksi..............................................................................................................................ii
Daftar Tabel.......................................................................................................................vi
Daftar Gambar..................................................................................................................vii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................7
BAB II..................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................9
2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................................9
2.2 Financial Distress..........................................................................................12
2.2.1 Indikator Financial distress...........................................................................15
2.2.2 Penyebab Financial distress.........................................................................18
2.2.3 Prediksi Financial distress............................................................................18
2.3 Kerangka Pemikiran......................................................................................27
2.4 Model Penelitian..........................................................................................28
2.5 Hipotesis.......................................................................................................29
2.5.1 Faktor Internal Terhadap Financial distres.......................................................29
2.5.2 Faktor Eksternal Terhadap Financial distress...................................................30
BAB III...............................................................................................................................32
METODE PENELITIAN.......................................................................................................32
3.1 Jenis Penelitian...................................................................................................32
3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran...................................................32
3.3 Populasi dan Sampel...........................................................................................38

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
3.4 Objek Penelitian..................................................................................................40
3.5 Sumber Data.......................................................................................................40
3.6 Metode Pengumpulan Data..........................................................................41
3.7 Metode Analisis............................................................................................42
BAB IV..............................................................................................................................43
Hasil dan Pembahasan.....................................................................................................43
4.1 Data Indikator Financial Distress Perusahaan...............................................43
4.2 Analisa Deskriptif..........................................................................................43
4.2.1 Perkembangan Kinerja Likuiditas.................................................................43
4.2.2 Perkembangan Kinerja Leverage...................................................................44
4.2.3 Perkembangan Kinerja Profitabilitas............................................................45
4.2.4 Perkembangan Sensitifitas Perusahaan...........................................................45
4.3 Uji Asumsi Klasik.................................................................................................46
4.3.1 Uji Normalitas..................................................................................................46
4.3.2 Uji Moltikolinieritas......................................................................................48
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas.................................................................................49
4.3.4 Uji Autokorelasi............................................................................................50
4.4 Penilaian model fit........................................................................................50
4.5 Analisis Variabelitas Variabel..............................................................................51
4.6 Tingkat Klasifikasi Model.....................................................................................52

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
4.7

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Analisis Regresi Logistik................................................................................52
4.7.1 Current ratio terhadap financial distress......................................................53
4.7.2 Quick ratio terhadap financial distress.........................................................53
4.7.3 Debt ratio terhadap financial distress..........................................................54
4.7.4 SER terhadap financial distress....................................................................54
4.7.5 ROA terhadap financial distress...................................................................54
4.7.6 SBI terhadap financial distress.....................................................................54
4.7.7 K terhadap financial distress........................................................................55
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian..............................................................................55
4.8.1 Pengaruh Current ratio Terhadap Kondisi Financial Distress............................55
4.8.2 Pengaruh Quick ratio Terhadap Kondisi Financial Distress...............................56
4.8.3 Pengaruh Debt ratio Terhadap Kondisi Financial Distress................................57
4.8.4 Pengaruh SER Terhadap Kondisi Financial Distress..........................................58
4.8.5 Pengaruh ROA Terhadap Financial Distress.....................................................58
4.8.6 Pengaruh SBI Terhadap Kondisi Financial Distress...........................................59
4.8.7 Pengaruh K Terhadap Kondisi Financial Distress..............................................60
BAB V...............................................................................................................................61
Kesimpulan dan Saran......................................................................................................61
5.2 Kesimpulan.........................................................................................................61
5.2 Saran...................................................................................................................63
Daftar Pustaka..................................................................................................................65

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN
FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Daftar Tabel

1. Tabel 3.5.1 Proses Pemilihan Sampe...........................................................41


2. Tabel 3.5.2 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sample..................................42
3. Tabel Data Indikator Financial Distress.......................................................43
4. Tabel 4.1 Perkembangan Rata-rata Likuiditas..............................................46
5. Tabel 4.2 Perkembangan Rata-rata Leverage...............................................47
6. Tabel 4.3 Perkembangan Rata-rata Profitabilitas..........................................48
7. Tabel 4.4 Perkembangan Rata-rata Tingkat Sensitifitas...............................49
8. Tabel 4.5 Kolmogorof – smirnov..................................................................51
9. Tabel 4.6 Uji Multikolieritas.........................................................................52
10. Tabel 4.7 Uji Autokorelasi..........................................................................54
11. Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow’s Test.....................................................54
12. Tabel 4.9 Negelkerke’s R Square................................................................55
13. Tabel 4.10 Overall Percentage Predicted....................................................56
14. Tabel 4.11 Variables in the Equation...........................................................57

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Daftar Gambar

1. Gambar 1..........................................................................................20
2. Gambar 2..........................................................................................21
3. Gambar 3..........................................................................................23
4. Gambar 4..........................................................................................23
5. Gambar 5..........................................................................................24
6. Gambar 6..........................................................................................28
7. Gambar 7..........................................................................................29
8. Gambar 8..........................................................................................33
9. Gambar 9..........................................................................................34
10. Gambar 10......................................................................................35
11. Gambar 11.......................................................................................36
12. Gambar 12......................................................................................36
13. Gambar 13......................................................................................37
14. Gambar 14......................................................................................42
15. Gambar 15......................................................................................46
16. Gambar 16......................................................................................49
17. Gambar 17......................................................................................53

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN


FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA
(STUDI PADA SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN
MINUMAN PERIODE 2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian terhadap financial distress sering kali digunakan dalam meneliti apakah
perusahaan tersebut mengalami financial distress atau non-financial distress. Menurut
Ross dan Westerfield (1996:808) financial distress adalah suatu dimana cash flow
operasi perusahaan tidak mampu menutupi atau mencakupi kewajiban saat ini,
financial distress dapat membawa suatu perusahaan mengalami kegagalan (corporate
failure) pada kontraknya yang akhirnya dapat dilakukan restrukturasi financial antara
perusahaan. Penelitian financial distress ini merupakan sebuah peringatan awal atau
early warning bagi perusahaan, investor, kreditur maupun pihak lain yang terkait
dengan perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam
likuidasi maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut mulai memasuki masa
kesulitan keuangan (financial distress), dan jika kondisi kesulitan tersebut tidak cepat
diatasi maka ini bisa berakibat kebangkrutan usaha (bankruptcy) (Fahmi 2012: 158).
Peringatan awal tentang kondisi financial distress sangat diperlukan oleh berbagai
pihak. Bagi perusahaan sendiri, penelitian financial distress sangat bermanfaat dalam
memahami kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan dapat membantu
perusahaan dalam mengambil keputusan diwaktu yang akan datang. Bagi investor,
penelitian terhadap financial distress digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan sehingga para investor dapat
mempertimbangkan dimana dan kapan harus mempercayakan investasi mereka pada
suatu perusahaan. Bagi kreditur, penelitian financial distress kerap digunakan sebagai
acuan dalam mempertimbangkan dalam melakukan penilaian kredit, apakah
perusahaan tersebut layak diberikan sejumlah pinjaman dalam kondisinya sekarang.
Penelitian tentang financial distress juga mengantisipasi kemungkinan perusahaan
mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Kemudian yang terakhir yaitu maraknya penyebaran virus flu burung yang mewabah
pertama kali pada tahun 2004 dan berkembang hingga sekarang. Virus flu burung
tersebut berdampak dominan terhadap perusahaan pakan ternak di Indonesia.
Charoen Pockpand merupakan salah satu perusahaan pakan ternak di Indonesia,
perusahaan ini mengalami dampak dari virus flu burung pada tahun 2005, dimana
penjualannya menurun drastis ditahun tersebut dan rating perusahaan Charoen
Pockpand menurun menjadi –BBB.
(Sumber: www.detikFinance/Jum’at,22September2005)
Dari ketiga kasus diatas dapat disimpulkan bahwa financial distress dapat terjadi dari
faktor internal maupun eksternal perusahaan. Dilihat dari kasus diatas, faktor internal
dari financial distress tersebut berasal dari rasio keuangannya dan faktor eksternalnya
dapat dilihat dari pertukaran kurs yang tidak stabil atau kuat lemahnya nilai tukar
(kurs). Menurut Munawir (2010:289) penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Pada akhirnya penulis disini akan menggunakan variabel yang berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal perusahaan yang akan dianalisis dengan menggunakan
metode regresi logistik. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal
manajemen perusahaan, faktor-faktor spesifik perusahaan yang dapat mengakibatkan
kemungkinan terjadinya financial distress diantaranya: kepemilikan dan struktur tata
kelola perusahaan, risiko operasi perusahaan dari leverage perusahaan. Sedangkan
faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan
operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
Faktor internal yang digunakan oleh penulis yaitu current ratio, quick ratio, debt to
asset ratio, stockholder equity ratio, dan return on asset. Current ratio, termasuk
rasio likuiditas, yang banyak digunakan di beberapa penelitian, antara lain Platt dan
Platt (2002), Gruszczynski (2004), dan Sutiono (2015). Quick ratio juga sering
digunakan dalam penelitian, seperti Kariman (2016) dan Wahyu dan Setiawan (2009).
Debt to asset ratio, penelitian yang menggunakan rasio ini dilakukan oleh Rice

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
(2012), dan Utami (2013). Stockholdars equity ratio, semakin besar rasio ini, maka
semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Rasio ini
digunakan dalam penelitian Rayenda (2007) dan Almilia dan Kristijadi (2003).
Return on asset yang tinggi menunjukkan perusahaan mampu menggunakan aset
yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Pindado dkk
(2004) dan Gruszczynski (2004).
Sedangkan faktor eksternal yang digunakan oleh penulis yaitu tingkat suku bunga dan
kurs. Tingkat sensitifitas perusahaan terhadap kondisi ekonomi makro akan
berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress. Pada tingkat suku
bunga yang tinggi masyarakat akan lebih banyak membuat tabungan karena lebih
banyak bunga yang akan diperoleh. Namun, tingginya tingkat suku bunga juga akan
berpengaruh terhadap peminjam dan membuat bunga pinjaman menjadi lebih banyak.
Sehingga apabila perusahaan menggunakan hutang untuk modalnya, maka bunga
yang dibayarkan akan menjadi lebih banyak. Sehingga tingkat bunga akan
berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress suatu perusahaan.
Selain itu kurs juga sangat berpengaruh bagi perusahaan yang melakukan transaksi
ekspor-impor. Menurut Nuzul dan Lautania (2015), perusahaan di Indonesia yang
melakukan transaksi dengan perusahaan luar negeri menunjukkan bahwa terjadi
fluktuasi nilai piutang dan hutang pada perusahaan yang benominasi mata uang asing
(U.S Dolar), sehingga mengalami pergerakan nilai saat dikonversi ke dalam mata
uang lokal.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis tentang prediksi
financial distress dan non-financial distress yang berdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan menggunakan variabel mikro dan makro perusahaan serta menganalisis
menggunakan metode regresi logistik. Untuk itu diperlukan sebuah kajian yang
mendalam tentang financial distress perusahaan melalui penelitian yang berjudul
“Prediksi Financial Distress Dan Non-Fimancial Distress Dengan Faktor Internal

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
dan Eksternal Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Sub Sektor
Pakan Ternak dan Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2012-2016).
Pemilihan sub sektor pakan ternak disebabkan adanya beberapa faktor yang akan
mengancam perusahaan sub sektor tersebut. Diantaranya kekhawatiran akan
datangnya kembali virus flu burung yang tidak dapat diprediksi. Selain virus flu
burung, melonjaknya bahan baku juga dapat mempengaruhi kelangsungan produksi
perusahaan tersebut. Faktor ancaman yang tidak menguntungkan dari suatu bisnis
adalah menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
diperlukan untuk proses lebih lanjut. Pada rentan tahun 2003-2006, anak perusahaan
Jpfa yaitu cargill mengalami kemorosotan penjualan pakan unggas yang sangat
drastis. Hal ini berkaitan dengan mewabahnya virus flu burung yang sangat
mempengaruhi tingkat penjualan produk dari perusahaan tersebut.
Pemilihan sub sektor makanan dan minuman disebabkan adanya pesaing dari negri
seberang yang semakin marak dengan harga dibawah standart. Dibeberapa pertokoan
banyak terlihat produk negri sebelah yang terjual bebas. Diantaranya dari China,
Korea, Malaysia, bahkan dari Eropa sekalipun kerap dijumpai. Selain produk dari
negri sebelah, fluktuasi nilai tukar dan bahan baku yang tidak menentu, tentu akan
berpengaruh.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dari penelitian ini
dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah faktor internal yang terdiri dari current ratio, quick ratio,
debt ratio, stockholdars equity ratio, dan return on assets berpengaruh sebagai
alat prediksi financial distress dan non-financial distress pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sub sektor pakan ternak dan sub sektor
makanan dan minuman periode 2012-2016?

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
2. Bagaimanakah faktor eksternal yang terdiri dari suku bunga dan kurs
berpengaruh sebagai alat prediksi financial distress dan non-financial distress
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sub sektor pakan
ternak dan sub sektor makanan dan minuman periode 2012-2016?

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1 .Untuk mengetahui faktor internal yang terdiri dari current ratio, quick
ratio, debt ratio, stockholdars equity ratio dan return on assets berpengaruh
sebagai alat prediksi financial distress dan non-financial distress pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sub sektor pakan
ternak dan sub sektor makanan dan minuman periode 2012-2016.
2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang terdiri dari suku bunga dan kurs
berpengaruh sebagai alat prediksi financial distress dan non-financial distress
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sub sektor
pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman periode 2012-2016.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak perusahaan dalam memahami kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya dan dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan
diwaktu yang akan datang. Bagi investor, dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengetahui berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan sehingga para
investor dapat mempertimbangkan dimana dan kapan harus mempercayakan

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
investasi mereka pada suatu perusahaan. Bagi kreditur dapat digunakan sebagai
acuan dalam mempertimbangkan dalam melakukan penilaian kredit, apakah
perusahaan tersebut layak diberikan sejumlah pinjaman dalam kondisinya
sekarang.
2. Manfaat Teoritis
Secara teori, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
masukan bagi dunia pendidikan khususnya di bidang keuangan (finance) dan
menambah kajian ilmu financial distress.
3. Manfaat Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan yang relevan tentang analisis financial distress dan non-financial
distress. Serta hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagaimana financial
distress terjadi di perusahaan.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai dasar dan
pertimbangan dalam penelitian yang berkaitan dengan prediksi financial distress,
yaitu:
1. Platt dan Platt (2002: 184) model early warning system dibangun untuk
memprediksi kebangkrutan diantara industri supplier otomotif dengan sampel
24 perusahaan distress dan 62 perusahaan non-distress. Perusahaan
diklasifikasikan dalam financial distress jika beberapa tahun pendapatan
operasi bersihnya negatif dan tidak membagikan dividen. Menggunakan
analisis regresi logit dengan 6 variabel yang memiliki signifikan prediktor, yaitu
EBITDA/Sales, Current Assets/Current Liabilities, Net Fixed Assets/Total
Assets, Long-Term Debt/Equity, Notes Payable/Total Assets, dan Cash Flow
Growth Rate, keakuratan analisa penelitian ini sekitar 98%.
2. Gruszczynski (2004) menguji penentuan financial distress perusahaan di
Polandia selama periode transformasi. Data meliputi 200 sampel laporan
keuangan tahunan perusahaan unlisted pada tahun 1995-1997. Sumber data dari
Institute of Economics of the Polish Academy of Science. Tingkatan financial
distress berupa variabel binominal sebagai berikut: (1) perusahaan mengalami
financial distress, (2) perusahaan yang tidak mengalami, atau variabel
trinominal dengan variabel diantara (1) dan (2). Model menjelaskan variabel
distress (binominal atau trinominal) tahun 1997 dari evaluasi indikator
keuangan pada laporan keuangan dari tahun sebelumnya (1995 dan 1996).
Model yang digunakan adalah model binominal logit dan model trinominal
logit. Hasil dari penelitian digambarkan dari nilai estimasi model binominal dan

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
trinominal logit. Akurasi peramalan model estimasi berada antara 80-90 persen.
Terdapat bukti pertengahan tahun 9o’an kondisi keuangan perusahaan Polandia
ditentukan oleh tingkat likuiditas, profitabilitas, dan leverage keuangan.
3. Roziqon Kariman (2016) melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar
di bursa efek indonesia dengan menggunakan rasio likuiditas dan profitabilitas.
Dan dari penelitian tersebut, hasil dari current ratio dan quick ratio tidak
terbukti signifikan. Sedangkan return on total asset mengalami keadaan yang
berbalik dengan rasio likuiditas, terdapat hasil yang signifikan negatif dengan
nilai signifikan 0,028 lebih kecil dari 0,05.
4. Wahyu Widarjo dan Doddy Setiawan (2009) melakukan penelitian pada
perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia menggunakan
variabel current ratio, quick ratio, cash ratio, profitabilitas, total liabilitas to
total asset, current liabilitas to total asset, dan pertumbuhan penjualan. Dari
beberapa variabel tersebut didapatkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh
positif terhadap financial distress. Sedangkan current ratio, quick ratio, cash
ratio, total liabilitas to total asset, current liabilitas to total asset, dan
pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap financial distress.
5. Rice (2012) melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di LQ-45
dengan menggunakan variabel perubahan laba, perubahan arus kan operasional,
debt to equity dan debt to asset. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hanya debt to asset ratio yang
berpengaruh terhadap financial distress, sedangkan perubahan laba, perubahan
arus kas operasional dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
financial distress pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
6. Sutiono (2012) melakukan penelitian pada perusahaan aneka industri yang
terdaftar di bursa efek indonesia. Penelitian tersebut menggunakan rasio
leverage, operating capacity, dan current ratio. Hasil dari penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa rasio leverage berpengaruh positif terhadap financial

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
distress. Artinya perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi
cenderung financial distress dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai rasio leverage yang rendah. Sementara operating capacity
berpengaruh negatif terhadap financial distress. Artinya perusahaan yang
mempunyai rasio operating capacity yang tinggi cenderung nonfinancial
distress dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai rasiooperating
capacity yang rendah. Sedaangkan current ratio berpengaruh negatif terhadap
financial distress. Artinyaperusahaan yang mempunyai current ratio yang
tinggi cenderung nonfinancial distress dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai current ratio yang rendah.
7. Mesisti Utami (2013) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek indonesia dengan menggunakan rasio aktivitas, leverage
dan pertumbuhan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio
aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. sedangkan
rasio leverage dan rasio pertumbuhan berpengaruh positif signifikan dengan
nilai sig masing-masing 0,000 dan 0,037 dibawah 0,05.
8. Rayenda K. Brahmana (2010) melakukan penelitian pada industri manufaktur
di Indonesia untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
financial distress dengan menggunakan rasio relatif industri, unadjusted
financial ratio, reputasi auditor, dan data historis perusahaan yang dianalisis
menggunakan regresi. Dari hasil penelitan diketahui bahwa unadjustred
financial ratio mempunyai kekuatan klasifikasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rasio keuangan, reputasi auditor memiliki hubungan yang tidak
signifikan terhadap financial distress, dan ditemukan adanya 1% perusahaan
manufaktur di Indonesia yang mengalami financial distress.
9. Luciana Spica Almalia dan Kristijadi (2003) melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk mengetahui penggunaan
rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress. Variabel yang

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
digunakan dalam penelitian ini ialah rasio profit margin, rasio likuiditas, rasio
effisiensi operasi, rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio posisi kas, dan rasio
pertumbuhan dengan menggunakan analisis regresi logit. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial
distress dan rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi financial
distress adalah rasio profit margin, rasio leverage, rasio Likuiditas, dan rasio
pertumbuhan.
10. Nindia Desiyani (2011) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur di
bursa efek indonesia menggunakan variabel return on asset, debt to total asset,
kurs, tingkat suku bunga dan free cash flow. Hasil dari penelitian tersebut
bahwa variabel return on assets dan debt to total aset secara parsial
berpengaruh terhadap non-financial distress. Sedangkan variabel kurs, tingkat
suku bunga dan free cash flow secara parsial tidak berpengaruh terhadap
financial distress. kategori grey, yang berpengaruh signifikan hanya debt to
total asset saja, lainnya tidak berpengaruh signifikan.
11. Penelitian yang dilakukan oleh Arnab Bhattacharjee dan Jie Han (2010)
menggunakan faktor mikro ekonomi dan makro ekonomi terhadap financial
distress pada bursa efek di China selama 1995-2006. Hasilnya bahwa variabel
makro ekonomi dan faktor institute berdampak pada financial distress. Variabel
mikro ekonomi yang diteliti menggunakan variabel profitabilitas, struktur
financial, dan cash flow. Sedangkan variabel makronya menggunakan siklus
bisnis, tingkat suku bunga, dan kurs.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka penelitian ini akan menganalisa


prediksi financial distress dengan current ratio, quick ratio, debt ratio, stockholders
equity ratio, ROA sebagai faktor internal, dan tingkat suku bunga (sbi) dan kurs
sebagai faktor eksternal.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
1.2 Financial Distress
Financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas
jangka pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya
bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan
keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan
laporan keuangan perusahaan (Hanafi, 2007:278).
Kondisi financial distress perusahaan didefinisikan sebagai kondisi di mana hasil
operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Menurut
Fachrudin (2008), ada beberapa definisi kesulitan keuangan menurut tipenya, antara
lain sebagai berikut :
1. Economic Failure, economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan
dimana pendapatan perusahaan tidak cukup untuk menutupi total biaya,
termasuk cost of capital. Bisnis ini masih dapat melanjutkan operasinya
sepanjang kreditur bersedia menerima tingkat pengembalian (rate of return)
yang di bawah pasar.
2. Business Failure, kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang
menghentikan operasi dengan alasan mengalami kerugian.
3. Technical Insolvency, adapun sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam
keadaan technical insolvency apabila suatu perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban lancarnya ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan
membayar hutang secara teknis menunjukkan bahwa perusahaan sedang
mengalami kekurangan likuiditas yang bersifat sementara, dimana jika
diberikan beberapa waktu, maka kemungkinan perusahaan bisa membayar
hutang dan bunganya tersebut. Di sisi lain, apabila technical insolvency
merupakan gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin bisa menjadi sebuah
tanda perhentian pertama menuju bankruptcy.
4. Insolvency in Bankruptcy, bisa terjadi di suatu perusahaan apabila nilai buku
hutang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar asset saat ini. Kondisi tersebut

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
bisadianggap lebih serius jika dibandingkan dengan technical insolvency,
karena pada umumnya hal tersebut merupakan tanda kegagalan ekonomi,
bahkan mengarah pada likuidasi bisnis. Perusahaan yang sedang mengalami
keadaan seperti ini tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara
hukum.
5. Legal Banckruptcy, perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan
secara hukum apabila perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi
sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Brigham dan Gapenski, 1997).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi financial distress
yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan teknologi,
kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen perusahaan dan
penurunan aktifitas perdagangan industri (Wruck dalam Whitaker, 1999). Dalam
kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang mengalami
financial distress adalah akibat dari kelemahan manajemen (Whitaker, 1999).
Platt dan Platt (2008) menyatakan bahwa financial distress adalah tahap
penurunan kondisi keuangan sebelum terjadi kebangkrutan. Pada saat terjadi
kesulitan keuangan, ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut keterlambatan dalam perputaran keuangan.
Kebangkrutan adalah keadaan dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi segala kewajiban pemberi pinjaman (debitur) karena perusahaan
kekurangan dana untuk menjalankan dan melanjutkan usahanya sehingga
pencapaian tujuan ekonomi tidak terpenuhi (Chirissa dan Wongsosudono, 2013).
Kebangkrutan didefinisikan ke dalam beberapa pengertian (Martin dalam Supardi &
Mastuti, 2003), yaitu:
1. Economic distress, berarti perusahaan kehilangan uang atau pendapatan
sehingga tidak mampu menutup biaya sendiri karena tingkat laba yang lebih
kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dan arus kas perusahaan lebih kecil
dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh di

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
bawah arus kas yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis dan
investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan
untuk sebuah investasi.
2. Financial distress, berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan
atau kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada
kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan
aset. Definisi financial distress yang lebih pasti sulit dirumuskan tetapi terjadi
dari kesulitan ringan sampai berat.

2.2.1 Indikator Financial distress


Terdapat beberapa indikator yang memberikan sinyal bahwa suatu perusahaan dalam
kondisi financial distress. Menurut Aiyabei (2002) beberapa indikator yang dapat
digunakan sebagai sinyal terjadinya financial distress adalah:
1. Pengurangan dividen, dimana dividen yang dibagikan secara kontinyu
menunjukkan adanya penurunan.
2. Plant closing, pemberhentian suatu rencana atau proyek perusahaan.
3. Losses, kerugian operasi menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar
dividen atau meningkatkan investasinya.
4. Lay offs, pemberhentian karyawan oleh perusahaan untuk sementara waktu.
5. CEO resignations,berhentinya manajer dari perusahaan.
6. Plummeting stock prices, turunnya nilai saham perusahaan.
Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengujian bahwa suatu perusahaan
mengalami financial distress (Platt dan Platt, 2002) seperti:
1. Arus kas negatif (Whitetaker, 1999).
2. Laba bersih operasi negatif (Hofer, 1980) dan (Whitetaker, 1999).
3. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
4. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan
tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi (Tirapat
dkk, 1999).
5. Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksikan
perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 3 (tiga) indikator yang sama
dengan Iramani (2007) sebagai sinyal perusahaan mengalami financial distress,
yaitu:
1. Cash flow (CF)
Arus kas perusahaan merupakan hal yang sangat krusial yang harus mendapat
perhatian dari perusahaan, karena arus kas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas. Laporan arus kas diperlukan untuk membantu prediksi
kemampuan dalam mempertahankan kas yang berasal dari kegiatan operasi (White,
et al., 2003:87). Arus kas sangat penting karena ada beberapa situasi dimana
perusahaan dapat meraih keuntungan yang tinggi namun ternyata tidak mampu untuk
memenuhi kewajiban karena tidak mempunyai kas yang cukup.
Ketersediaan kas yang cukup sangat penting untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan maupun memenuhi kewajiban. Jika arus kas bernilai positif berarti
pemasukan kas dapat melebihi pengeluaran kas yang dilakukan oleh perusahaan,
sehingga pada akhirnya terdapat peningkatan kas perusahaan. Adanya arus kas
negatif mengindikasikan perusahaan tidak dapat melakukan operasional perusahaan
dengan baik dan tidak mampu memenuhi kewajiban.
Oleh karena itu arus kas merupakan indikator terbaik untuk digunakan bagi
perusahaan, kreditor, dan pemegang saham untuk memberikan sinyal apakah suatu
perusahaan telah mengalami financial distress atau tidak.
2. Net Operating Income (NOI)
NOI merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan selama satu periode setelah
dikurangi dengan beban pokok pendapatan dan beban usaha. NOI yang tinggi sangat

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
diharapkan oleh kreditor maupun pemegang saham. Dengan NOI yang tinggi berarti
perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar bunga pinjaman maupun
dividen bagi pemegang saham. NOI negatif menunjukkan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa NOI negatif
merupakan sinyal baik bagi kreditor dan pemegang saham bahwa perusahaan telah
mengalami financial distress.
3. Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan laba bersih yang diterima para pemegang saham untuk setiap lembar
saham yang dimiliki. Perusahaan hendaknya memberikan kinerja EPS yang positif
untuk kepentingan para pemegang sahamnya. Jika perusahaan memiliki EPS yang
negatif maka hal tersebut merupakan sinyal bagi pemegang saham bahwa perusahaan
telah mengalami financial distress.

Pemberian bobot di atas dengan pertimbangan sebagai berikut:


a. CF diberi bobot 1 apabila bernilai negatif dan 0 apabila positif, karena
pengukuran financialdistress dengan indikator CF sangat penting baik untuk:
perusahaan, kreditor maupun pemegang saham.
b. NOI diberi bobot 1 apabila bernilai negatif dan 0 apabila positif , karena
pengukuran financialdistress dengan indikator NOI penting untuk kreditor dan
pemegang saham.
c. EPS diberi bobot 1 apabila bernilai negatif dan 0 apabila positif, karena
pengukuran financialdistress dengan menggunakan EPS cukup penting bagi
pemegang saham.

Penjumlahan antara bobot merupakan total nilai yang akan menentukan perusahaan
masuk dalam kelompok financial distress atau nonfinancial distress dimana 0 ≤ total
nilai ≤ 3. Berdasarkan total nilai tersebut, jika:
1. Total nilai ≥ 2 : perusahaan dikelompokkan dalam kondisi financial distress.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
2. Total nilai < 2 : perusahaan dikelompokkan dalam kondisi nonfinancial
distress.
Pengukuran status perusahaan untuk lebih jelasnya disajikan sebagai berikut:

Pengukuran Status Perusahaan


CF NOI EPS Jumlah Kategori
0 0 1 1 NFD
0 1 0 1 NFD
1 0 0 1 NFD
0 1 1 2 FD
1 1 0 2 FD
1 0 1 2 FD
1 1 1 3 FD
0 0 0 0 NFD
Sumber: Peneliti (2017)

2.2.2 Penyebab Financial distress


Selain faktor internal perusahaan, kondisi financial distress dapat juga dialami karena
terjadinya kelesuan operasi industri atau kondisi ekonomi suatu negara (Whitaker
1999). Perusahaan dalam kondisi financial distress dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Internal Perusahaan:


Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen
perusahaan. Faktor internal merupakan faktor yang mempunyai dampak langsung
terhadap kondisi financial distress. Faktor-faktor spesifik perusahaan yang dapat
mengakibatkan kemungkinan terjadinya financial distress diantaranya: kepemilikan
dan struktur tata kelola perusahaan, risiko operasi perusahaan dari leverage
perusahaan.
2. Faktor Eksternal Perusahaan:
Faktor eksternal merupakan faktor diluar kendali perusahaan yang juga dapat
mempengaruhi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Faktor

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
eksternal tersebut dapat berasal dari lingkungan industri maupun faktor makro.
Faktor lingkungan industri berpengaruh langsung terhadap perusahaan dalam
industri yang sama. Faktor tingkat industri yang memiliki pengaruh penting
terhadap kemungkinan sebuah perusahaan akan mengalami financial distress
diantaranya adalah : tingkat persaingan antar perusahaan dalam industri dan adanya
daregulasi industri. Sedangkan faktor makro ekonomi akan berpengaruh terhadap
semua perusahaan dalam berbagai industri.

2.2.3 Prediksi Financial distress


Untuk dapat memprediksi financial distress diperlukan analisis internal dan
eksternal perusahaan. Analisis internal perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis eksternal perusahaan dapat
dilakukan dengan mengetahui tingkat sensitifitas perusahaan terhadap variabel
makro ekonomi.

2.2.3.1 Faktor Internal


2.2.3.1.1 Analisis Rasio Keuangan

Analisa rasio keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio


yang pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan
melainkan juga bagi pihak luar. Penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan
faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang
akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi
perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002: 64).
Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut Simamora
(2002:357), analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan
keuangan.
Menurut Riyanto (2010:329), rasio keuangan dapat digunakan untuk membandingkan
perbedaan kinerja keuangan beberapa perusahaan dalam industri yang sama, dengan
cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut
dari tahun ke tahun.
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat)
tipe dasar, yaitu likuiditas, probabilitas, aktivitas dan leverage. Berdasarkan kajian
teori dan penelitian terdahulu, maka rasio keuangan untuk menganalisis faktor
internal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rasio likuiditas
Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah analisis rasio
likuiditas. Analisis rasio likuiditas mengacu kepada ketersediaan sumber daya
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Menurut Harahap
(2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Current ratio/rasio lancar
Current Ratio, adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang yang harus dilunasi dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Aktiva lancar harus lebih
tinggi prosentasenya dibanding dengan hutang lancar, dengan begitu aktiva
lancar tersebut dapat menutup semua hutang lancar dari kreditur. Menurut
Munawir (2005:72) ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisis
posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan
bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian
kalinya hutang jangka pendek. Current ratio 200% kadang-kadang sudah
memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya
ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau ratio yang umum
tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan.
Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rute of thumb) dan akan
digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitiaan atau analisa yang
lebih lanjut. Dengan demikian pedoman current ratio 200% bukanlah
pedoman yang mutlak yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang
cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan (Riyanto, 2010;26).

Gambar 1

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah


dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current rationya terlalu
tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan dana yang menganggur.
Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang
baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika
current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat
mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi
dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan
rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut
atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.

b. Quick ratio/rasio cepat

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Quick ratio, adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan. Rasio ini dapat mengidentifikasikan
sebuah perusahaan tetap bertahan atau tidak meskipun dalam kondisi keuangan
yang buruk, dengan ketentuan tidak kurang dari perbandingan 0.8:1. Jika
kurang dari itu maka bisa disimpulkan bahwa perusahaan tersebut benar-benar
mengalami keburukan dalam pendanaan dan dapat berakibat mengalami
financial distress.
Angka rasio ini tidak harus 100% (seratus Persen) atau 1:1. Walaupun rasionya
tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat
(Harahap, 2002:302).
Gambar 2

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang
kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid dari pada
piutang.
Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat
dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar
kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

2. Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang
oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala
kewajiban financialnya apabila perusahaan dilikuidasikan dan melihat seberapa
resiko keuangan perusahaan. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
a. Debt to Asset Rratio (DAR)
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara total utang/kewajiban yang dimiliki
dan seluruh aset/kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil presentasenya,
cendarung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditur maupun pemegang
saham. Adanya tambahan dana hasil penerbitan saham baru akan berpengaruh
terhadap perubahan komposisi hutang dan modal. Kinerja leverage akan
membaik apabila dana yang diperoleh dari hasil penerbitan saham baru dikelola
dengan benar (Halim, 2007).

Jika DAR semakin tinggi maka dapat diidentifikasikan:


 Semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh hutang
 Semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal sendiri
 Semakin tinggi resiko perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka
panjang
 Semakin tinggi beban bunga hutang yang ditanggung oleh perusahaan.
Menurut Syamsuddin (2006:30), Debt to Total Assets Ratio (DAR) digunakan
untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan
total hutang. Menurut Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini semakin
baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.

Gambar 3

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
b. Stockholdars equity ratio
Ukuran untuk mengetahui seberapa banyak perusahaan memiliki aset yang
tersedia. Rasio ini menunjukkan persentase investasi dalam total aktiva yang
telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal sendiri dan digunakan
untuk mengukur kemampuan keuangan jangka panjang (Jumingan, 2006: 135).
Pada intinya mencerminkan jumlah aset perusahaan yang tidak didanai oleh
utang atau pinjaman. Tingginya rasio ini akan membawa perbaikan dalam
posisi keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan bagi kreditur.
Jadi, semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan
mengalami financial distress.

Gambar 4

3. Rasio Profitabilitas
Analisis profitabilitas dapat diartikan sebagai pengukuran laba perusahaan dan
efektivitas perusahaan yang dapat dilihat dari nilai rasio-rasio profitabilitas.
Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat
mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan.
Para kreditur, pemilik perusahaan, dan pihak manajemen akan berusaha
meningkatkan keuntungan, karena disadari betapa pentingnya keuntungan bagi
masa depan perusahaan (Ross, 2003). Rasio ini memberikan gambaran tentang
tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Return On Assets (ROA).
ROA (return on assets) merupakan hasil pengembalian atas total aktiva. Rasio
ini merupakan ukuran yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara
laba bersih rata-rata dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini diperoleh dari

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
perbandingan laba yang diperoleh sebelum pembayaran pajak dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam mengelola
setiap nilai aset yang mereka miliki untuk menghasilkan laba bersih setelah
pajak.

Gambar 5

Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai return on assets yang tinggi, maka
hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang
lebih besar untuk meningkatkan laba operasi. Hal ini akan memberikan
pengharapan positif bagi para investor saham untuk mendapatkan return saham
yang lebih besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat
dikatakan baik apabila > 2%.
Perusahaan yang nilai profitabilitasnya menurun mengindikasikan bahwa
perusahaan memerlukan tambahan dana untuk menambah aset perusahaan
dalam memaksimumkan laba.

2.2.3.2 Faktor Eksternal


2.2.3.2.1 Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga merupakan salah satu variabel makro yang mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas
pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakn
dalam presentase tahunan (Dornbusch dkk, 2008).
Dalam Nopirin (1992), teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari dana
investasi, dengan demikian bunga adalah dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau
diinvestasikan. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi pula

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya. Menurut teori Keynes bunga
ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang).
Tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer sumberdaya manusia masa lalu
dan masa depan, hasil tabungan dan peminjaman (Mankiw, 2002) .Tingkat bunga
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil,
dimana:
1. Tingkat bunga riil adalah pengembalian terhadap tabungan dan biaya
peminjaman setelah disesuaikan dengan inflasi. Suku bunga ini merupakan nilai
yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah
untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
2. Tingkat bunga nominal adalah hasil tabungan dan biaya peminjaman tanpa
penyesuaian dengan inflasi.
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian,
yaitu (Sawaldjo, 2004):
1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung
pertumbungan perekonomian.
2. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan
dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang suatu
negara.
4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI Rate (suku bunga
BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank
Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI Rate ini kemudian yang
digunkan sebagi acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. BI Rate
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi
pasar terbuka berada di sekitar BI Rate.
Selanjutnya suku bunga SBI satu bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar
uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih panjang. BI Rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.BI Rate diumumkan
oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap rapat Dewan Gubernur bulanan.
Bank Indonesia telah memperkenalkan suku bunga baru yaitu BI 7-days Reverse
yang sudah efektif dari 19 Agustus 2016. Adanya suku bunga baru ini bertujuan agar
dapat mempercepat pengiriman tingkat kebijakan pasar uang, industri perbankan dan
sektor riil. Selain itu untuk menstabilkan harga, pemerintah membuat kebijakan baru
yang sekarang menjadi acuan suku bunga Bank Indonesia.

2.2.3.2.2 Kurs/Nilai Tukar


Kurs atau yang biasa disebut dengan nilai tukar berbagai transaksi ataupun jual beli
valas. Kurs atau nilai tukar ada 4 jenis yaitu
1. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central
pada suatu saat tertentu.
3. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diper hitungkan
promosi dan biaya‐biaya lainya.
Kurs merupakan hal penting bagi perekonomian terbuka, apalagi untuk neraca
berjalan ataupun variabel makro lainnya. Menurut Salvatore penentuan nilai tukar

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
atau kurs yang diterjemahkan oleh Drs.Haris Munandar
(namatulisanku.blogspot.co.id/2014), ada dua pendekatan yang digunakan dalam
penentuan nilai tukar mata uang asing yaitu :
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan berdasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli yang
kedudukannya sangat penting untuk menjelaskan pergerakan kurs jangka
panjang.
2. Pendekatan Keuangan
Pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada pasar modal dan arus
permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs jangka pendek
yang kecenderungannya mengalami lonjakan-lonjakan tak terduga.

Naik turunnya kurs atau nilai tukar dapat terjadi jika dilakukan resmi oleh pemerintah
yang menganut sistem tarik menarik kekuatan penawaran dan permintaan di dalam
pasar. Perubahan kurs dapat terjadi karena ada empat ha, yaitu:
1. Depresiasi
Penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang negara lain, terjadi
akibat adanya penawaran dan permintaan pasar

2. Appresiasi
Peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing
lainnya, terjadi akibat adanya penawaran dan permintaan pasar.

3. Devaluasi
Penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya
yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.
4. Revaluasi

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing
lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 6
Pemilihan variabel di dukung oleh penelitian :
1. Current Ratio : Platt dan Platt (2002), Gruszczynski (2004), dan Sutiono
(2015).

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
2. Quick Ratio : Kariman (2016) dan Wahyu dan Setiawan (2009).
3. DAR : Rice (2012), dan Utami (2013).
4. SER : Rayenda (2007) dan Almilia dan Kristijadi (2003).
5. ROA : Pindado dkk (2004) dan Gruszczynski (2004).
6. SBI : Bhattacharje dan Han (2010) dan Desiyani (2011)
7. K : Bhattacharje dan Han (2010) dan Desiyani (2011)

2.4 Model Penelitian


Gambar 7
Current Ratio
(X1)
Quick Ratio (X2)

Debt Ratio (X3)


Stockholders Equity
Ratio (X4) Financial
ROA (X5) distress

SBI
(X5)(X6) (Y)
K (X7)

2.5 Hipotesis
Berdasarkan model konsep penelitian yang telah disajikan di atas, maka dapat
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
2.5.1 Faktor Internal Terhadap Financial distres
Untuk dapat memprediksi financial distress diperlukan analisis internal perusahaan
dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, quick
ratio, debt to assets, stockholders equity ratio, dan return on assets. Disebutkan
bahwa semakin tinggi current ratio, semakin kecil kemungkinan perusahaan
mengalami financial distress. Begitupun halnya dengan Quick ratio, semakin rendah
rasio ini, maka semakin besar kemungkinan suatu perusahan mengalami financial
distress (Jumingan, 2006: 126).

Debt ratio yaitu rasio total utang terhadap total aktiva, semakin tinggi rasio debt to
asset, maka semakin tinggi risiko perusahaan untuk mengalami financial distress dan
sebaliknya. Mengenai stockholders equity ratio, tingginya rasio ini akan membawa
perbaikan dalam posisi keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan
bagi kreditur (Jumingan, 2006: 135). Jadi, semakin besar rasio ini, maka semakin
kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.

Faktor internal lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi financial
distress yaitu return on assets. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi profitabilitas suatu
perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan
keuangan yang baik, sehingga return on assets dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress.

Berdasarkan model konsep penelitian diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
H1 Current ratio dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada
perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 Quick ratio dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada


perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 Debt ratio dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan
sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
H4 Stockholders equity ratio dapat digunakan untuk memprediksi financial distress
pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H5 Return on assets dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada
perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.5.2 Faktor Eksternal Terhadap Financial distress


Selain faktor internal, faktor eksternal perusahaan juga diperlukan untuk memprediksi
financial distress yaitu dengan mengetahui tingkat sensitifitas perusahaan terhadap
variabel makro ekonomi, hal ini dikarenakan tingkat sensitifitas perusahaan terhadap
variabel makro ekonomi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban-kewajibannya. Variabel makro ekonomi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tingkat suku bunga dan kurs.

Berdasarkan model konsep penelitian diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
H6 Suku bunga dapat digunakan untuk memprediksi financial pada perusahaan
sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

H7 Kurs dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan


sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Berdasarkan tujuan yang hendak penulis capai, maka jenis penelitian yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut
McClav, Benson, dan Sinsich (2011:15 ), data kuantitatif adalah ukuran yang dicatat
berdasarkan skala numerik. Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 29:2012).
Dalam artian bahwa penelitian ini menganalisis dan menggambarkan secara detail
dan akurat tentang beberapa fakta yang menggambarkan tentang adanya faktor
internal dan eksternal dalam menilai adanya prediksi financial distress. Penelitian ini
dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah informasi data hingga dapat
menyajikan hasil penelitian yang disertai dengan tafsiran sehingga diperoleh
gambaran yang jelas mengenai pokok yang sedang dibahas. Alasan digunakannya
jenis penelitian ini karena ingin mengetahui apakah dengan mendeskripsikan teori
beserta pengukuran yang dilihat dari faktor internal dan eksternal perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sub sektor pakan ternak dan sub sektor
makanan dan minuman benar-benar mengalami financial distress atau sebaliknya
tidak mengalami financial distress.

3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran


Dalam penelitian yang akan dilakukan, variabel sangatlah penting sebagai tolak ukur
perhitungan yang akan dilakukan. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang atau obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2012:61). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yaitu
variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen.

1. Variabel independen
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2011:161).

 Faktor Internal
a. Current Ratio, adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang yang harus
dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Aktiva lancar harus lebih tinggi prosentasenya dibanding dengan hutang
lancar, dengan begitu aktiva lancar tersebut dapat menutup semua
hutang lancar dari kreditur. Dengan begitu dapat disimpulkan semakin
tinggi rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami
financial distress, dan sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin
rawan pula mengalami kemungkinan financial distress.
Menurut Munawir (2005:72) Ratio yang paling umum digunakan untuk
menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio
yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat
dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current ratio
200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi
jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor,
suatu standard atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk
seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
(rute of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk
mengadakan penelitiaan atau analisa yang lebih lanjut.
Variabel ini dikumpulkan dengan menggunakan data interval perusahaan
selama 3 tahun (2012-2016) dalam bentuk rasio dan dihitung dengan cara:
Gambar 8

b. Quick ratio, adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendek perusahaan. Rasio ini dapat
mengidentifikasikan sebuah perusahaan tetap bertahan atau tidak
meskipun dalam kondisi keuangan yang buruk, dengan ketentuan tidak
kurang dari perbandingan 0.8:1. Jika kurang dari itu maka bisa
disimpulkan bahwa perusahaan tersebut benar-benar mengalsmi
keburukan dalam pendanaan dan dapat berakibat mengalami financial
distress.
Angka rasio ini tidak harus 100% (seratus Persen) atau 1:1. Walaupun
rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah
dikatakan sehat (Harahap, 2002:302). Intinya semakin tinggi rasio ini
maka semakin rendah pula kemungkinan mengalami financial distress,
dan semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi pula kemungkinan
mengalami financial distress. Variabel ini dikumpulkan dengan
menggunakan data interval perusahaan selama 3 tahun (2012-2016)
dalam bentuk rasio dan dihitung dengan cara:
Gambar 9

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
c. Debt to asset ratio, adalah ukuran yang mengindikasikan proporsi hutang
terhadap aset perusahaan. Bisa juga disebut rasio untuk mengukur
jumlah aset yang dibiayai oleh hutang. Rasio ini juga bisa diginakan
dlaam melihat leverage perusahaan atau melihat kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya.
Jika DAR semakin tinggi maka dapat diidentifikasikan:
 Semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh hutang
 Semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal sendiri
 Semakin tinggi resiko perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka
panjang
 Semakin tinggi beban bunga hutang yang ditanggung oleh perusahaan.

Jadi bisa disimpulkan semakin rendah rasio ini maka semakin kecil pula
kemungkinan mengalami financial distress, dan semakin tinggi rasio ini
maka semakin tinggi pula perusahaan mengalami financial distress.
Identifikasi tersebut ada di laman website www.
tradingbyknowledge.blogspot.co.id/2013/07/debt-to-asset-ratio.html.
Menurut Syamsuddin (2006:30), Debt to Total Assets Ratio (DAR)
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva
guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Variabel ini
dikumpulkan dengan menggunakan data interval perusahaan selama 5
tahun (2012-2016) dalam bentuk rasio dan dihitung dengan cara:
Gambar 10

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
d. Stockholdars equity ratio, adalah ukuran untuk mengetahui seberapa
banyak perusahaan memiliki aset yang tersedia. Rasio ini menunjukkan
persentase investasi dalam total aktiva yang telah dibelanjai dengan dana
yang berasal dari modal sendiri dan digunakan untuk mengukur
kemampuan keuangan jangka panjang (Jumingan, 2006: 135). Pada
intinya mencerminkan jumlah aset perusahaan yang tidak didanai oleh
utang atau pinjaman. Tingginya rasio ini akan membawa perbaikan
dalam posisi keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan
bagi kreditur. Jadi, semakin besar rasio ini, maka semakin kecil
kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.Variabel ini
dikumpulkan dengan menggunakan data interval perusahaan selama 5
tahun (2012-2016) dalam bentuk rasio dan dihitung dengan cara:
Gambar 11

e. ROA, adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung perbandingan


antara laba bersih rata-rata dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini
digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam mengelola
setiap nilai aset yang mereka miliki untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA sebuah perusahaan maka
semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya dan
semakin rendah ROA maka kemungkinan untuk mengalami financial
distress pun semakin besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196)
angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Variabel ini dikumpulkan
dengan menggunakan data interval perusahaan selama 5 tahun (2012-
2016) dalam bentuk rasio dan dihitung dengan cara:
Gambar 12

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Current ratio dan quick ratio merupakan rasio likuiditas dimana rasio ini
menjelaskan tentang kesanggupan perusahaan dalam melunasi hutang
jangka pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
kemampuan membayar hutang jangka pendeknya semakin tinggi pula.
Perhitungan current ratio melibatkan aset lancar dan kewajiban lancar,
dimana aset lancar itu meliputi kas, piutang, surat-surat berharga,
persediaan, serta pembiayaan dibayar dimuka (persekot). Sedangkan
kewajiban lancar meliputi hutang dagang, hutang wasel, hutang gaji,
hutang pajak, serta beban-beban yang harus dibayar.
ROA merupakan ratio profitabilitas, dimana rasio ini menjelaskan tentang
tingkat efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin besar
prosentase perusahaan memperoleh laba maka semakin besar pula investor
dan kreditur akan bekerja sama dengan perusahan tersebut. Dampak positif
yang diperoleh yaitu investor tidak akan ragu menanamkan modalnya
dalam bentuk penyertaan modal ke perusahaan tesebut, serta bagi kreditur
pula juga tidak akan ragu dalam meminjamkan pendanaan dalam bentuk
hutang ke perusahaan tersebut.
Menurut Harmono (2005), kinerja fundamental perusahaan yang
diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan
kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan
struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang
perusahaan.

 Faktor Eksternal

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
a. Tingkat Suku Bunga, adalah ukuran tingkat sensitivitas perusahaan
terhadap suku bunga Indonesia. Variabel ini dikumpulkan dengan
menggunakan data interval tingkat suku bunga Indonesia selama 5 tahun
(2012-2016) dalam bentuk persentase dan dihitung dengan cara:
Gambar 13

P = pokok pinjaman
i = suku bunga per tahun
t = lama kredit dalam bulan

Tingkat suku bunga sudah diperhitungkan oleh pemerintah negara, tidak


lebih dari 5% kenaikan suku bunga tersebut. Apabila suku bunga berlebih
maka yang akan diuntungkan adalah investasi deposito, tetapi berbeda
halnya dengan para debitur semakin terbebani dengan besarnya suku
bunga yang ada. Serta dari pihak bank pun akan mengalami penurunan
dlam pengkreditannya dikarenakan suku bunga yang terlalu tinggi.
b. Kurs, Kurs atau exchange rate antar dua negara adalah tingkat harga
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan (Mankiw, 2003:123). Kurs atau Nilai Tukar adalah Harga
suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Cara menghitung kurs
dapat di hitung di www.bi.go.id dengan kalkulator kurs.

Menguatnya rupiah terhadap dollar berdampak positif tetapi tidak


menutup kemungkinan adanya dampak negatif. Dampak positifnya di
sektor harga bahan baku impor menurun tetapi berdampak pada

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
persaingan yang amat kuat juga. Selain itu biaya produksi industri akan
mengalami penurunan pula. Melemahnya rupiah juga ada dampak positif
dan negatifmya, positifnya di bagian ekspor akan mengalami keuntungan
yang lumayan, produk sendiri akan berjaya di negeri sendiri, bijak dalam
melakukan kredit, sektor pariwisata akan mengalami untung, dan juga
para pekerja yang digaji dalam dollar akan mengalami untung besar.
Tetapi dampak negatifnya yaitu dari harga impor akan mengalami
kenaikan yang signifikan pula.

2. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu status perusahaan, yaitu kondisi
perusahaan financial distress. Financial distress adalah kondisi perusahaan tidak
dapat memenuhi kewajiban, khususnya dalam hal pembayaran hutang.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo
yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan (Darsono dan Anshari, 2005:101).

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang akan diteliti oleh penulis.
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7), populasi adalah kumpulan dari semua
kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek
perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian . Oleh sebab itu disini
penulis mengambil populasi sebagai obyek penelitian di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam penelitian ini untuk metode pengumpulan data sebagai bahan perhitungan
dalam memprediksi financial distress adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang berada di sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan
minuman periode 2012-2016. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang penulis gunakan dalam hal pengumpulan data. Purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
(Sugiyono, 2010:218). Ancaman flu burung serta ancaman barang konsumsi dari
negara lain merupakan faktor utama pengambilan purposive sampling.

Tabel 3.5.1 Proses Pemilihan Sampel


KETERANGAN JUMLAH PERUSAHAAN

Perusahaan yang pernah masuk di Bursa Efek Indonesia 526


(BEI)) selama tahun 2012-2016

Perusahaan yang konsisten di Bursa Efek Indonesia 15


(BEI)) selama tahun 2012-2016

Dalam pengambilan purposive sampling ini terdapat beberapa kriteria:


1. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2012-
2016 secara terus-menerus.
2. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan pada 31 Desember secara rutin
selama 5 tahun sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan untuk
periode 2012-2016.

Tabel 3.5.2 Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian tahun 2012-2016
No. Kode Perusahaaan Nama Perusahaan

1 CPIN Charoen Pokphand indonesia Tbk.

2 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

3 MAIN Malindo Feedmill Tbk.

4 SIPD Siearad Produce Tbk.

5 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

6 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

9 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
10 MYOR Mayora Indah Tbk.

11 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk.

12 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk.

13 SKBM Sekar Bumi Tbk.

14 SKLT Sekar Laut Tbk.

15 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading


Company Tbk.

3.4 Objek Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian terlebih dahulu perlu ditentukan objek penelitian.
Objek penelitian yaitu sifat atau keadaan (attributes) dari sesuatu benda atau keadaan
yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian (Kurniawan, 2014:69). Sasaran
penelitian ini untuk memprediksi finansial distress atau kesulitan keuangan yang
terjadi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sub sektor pakan ternak dan sub sektor
makanan dan minuman pada periode 2012-2016 yang akan diukur dari faktor internal
dan eksternal perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi objek penelitian pada penelitian
ini adalah prediksi financial distress dari faktor internal dan eksternal di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman pada
periode 2012-2016) periode 2012-2016.

3.5Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekundar, yaitu data
yang sudah dikumpulkan dari internet dan sudah diolah oleh pihak pengumpul data
primer dan juga melalui studi pustaka ataupun internet dari beberapa sumber yang
ada hubungannya dengan penelitian ini. Data sekundar adalah data yang tidak
langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
lain atau mencari melalui dokumen (Sugiyono, 2005:64). Adapun data sekundar yang
digunakan meliputi :
a. Data laporan keuangan perusahaan tahun 2012-2016
Penulis mengambil data tersebut di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan di
Pojok BEI STIE Malangkucecwara Malang.
b. Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2012-2014
c. Suku bunga Indonesia (2012-2016)
Data suku bunga ini penulis ambil dari website Bank Indonesia yaitu data BI rate
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data dan data BI 7-day (reverse) repo rate
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/data/Contents.
d. Kurs (2012-2016)
Data tingkat kurs ini penulis ambil dari website Bank Indonesia yaitu di
Informasi Kurs http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-
bi/Default.aspx.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat sumber dari pengambilan data tingkat suku bunga
ada dua, yaitu BI Rate dan BI 7-day (reverse) Repo Rate. Pengambilan data berbeda
ini dikarenakan Bank Indonesia akan melakukan penguatan operasi moneter dengan
memperkenalkan suku bunga acuan yaitu BI 7-day (reverse) repo rate yang bertujuan
untuk bisa tetap menstabilkan harga. Penguatan operasi moneter ini tidak mengubah
stance atau sikap kebijakan moneter. Hal ini berlaku pertanggal 19 Agustus 2016,
yang dulunya menggunakan BI Rate sekarang berpindah ke BI 7-day (reverse) repo
rate.

3.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ada berbagai macam yaitu ada angket (kuisioner), tes,
wawacara, dokumentasi, dan observasi. Disini penulis mengunakan metode
pengumpulan data secara dokumentasi dengan menggunakan data sekundar. Data

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
sekundar adalah data yang didapat tidak seacra langsung dari obyek penelitian,
peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial (Rusli,
2014:9).

3.7 Metode Analisis


Metode analisis yang dipergunakan dalam menganalisis prediksi financial distress ini
yaitu dengan menggunakan metode regresi logistik, dimana tahap-tahap analisis
penelitian menggunakan beberapa variabel prediktor, baik numerik maupun kategori.
Regresi logistic adalah regresi yang menuntut variabel dependen berupa pilahan
nominal seperti terjadi atau tidak terjadi, memilih atau tidak memilih, sukses atau
gagal, regresi dengan variabel bernilai nominal tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan nilai dummy 1 atau 0 (Suharjo, 2013:152).
Regresi logistik digunakan karena variabel dependen pada penelitian ini merupakan
variabel dikotomi yang terdiri atas dua nilai. Dalam pengkategorian perusahaan yang
mengalami financial distress dan non-financial distress didasarkan pada tingkat
probabilitas 0<p<1, jika p ≥ 0,5 maka perusahaan masuk dalam kategori financial
distress, dan apabila p ≤ 0,5 maka perusahaan masuk dalam kategori non-financial
distress.
Hasil analisis menggunakan regresi logistik dapat dilihat dari overall model fit yang
menjelaskan apakah model yang dihasilkan fit dengan data, dan tingkat klasifikasi
model yang menjelaskan apakah model yang dihasilkan sudah dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai pengklasifikasian kelompok financial distress dan
non-financial distress.
Rumus Regresi Logistic:
Gambar 14

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Keterangan :
probabilitas
konstanta
koefisien regresi
variabel

BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Indikator Financial Distress Perusahaan


Tabel data Indikator
BINARY LOGIC
Kode
2012 2013 2014 2015 2016
CPIN 0 0 0 0 0
JPFA 0 0 0 0 0
MAIN 0 0 1 0 0
SIPD 0 0 1 1 0
AISA 0 0 0 0 0
CEKA 0 0 0 0 0
ICBP 0 0 0 0 0
INDF 0 0 0 0 0
MLBI 0 0 0 0 0
MYOR 0 0 0 0 0
PSDN 0 0 1 1 1
ROTI 0 0 0 0 0
SKBM 0 0 0 0 0
SKLT 0 0 0 0 0
ULTJ 0 0 0 0 0

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
4.2 Analisa Deskriptif
4.2.1 Perkembangan Kinerja Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Perkembangan likuiditas pada perusahaan yang berada pada sub sektor
pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman diukur dengan 2 rasio, yaitu
current ratio dan quick ratio yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1Perkembangan Rata-Rata Likuiditas 2012-2016
Rata-rata Rata-rata 5
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Current ratio 174,41 186,68 174,14 171,93 197,76 180,98
Quick ratio 1,06 1,13 1,12 1,15 1,35 1,16
Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa mengandalkan persediaan, karena
persediaan merupakan aset yang paling lama untuk berubah menjadi kas dan juga
karena adanya ketidakpastian nilai persediaan pada setiap perusahaan. Perputaran
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk sudah sangat
baik sebab bisa melewati perbandingan 1:1.

4.2.2 Perkembangan Kinerja Leverage


Leverage menunjukkan seberapa banyak perusahan menggunakan dana dari hutang.
Perkembangan leverage pada perusahaan yang berada pada sub sektor pakan ternak
dan sub sektor makanan dan minuman diukur dengan 2 rasio, yaitu debt to asset ratio
dan stockholdars equity ratio yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Perkembangan Rata-Rata Leverage 2012-2016
Rata-rata Rata-rata 5
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Debt to Asset R. 0,48 0,51 0,54 0,53 0,49 0,51
Stockholdar E.R 0,57 0,58 0,58 0,57 0,57 0,57
Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa rata-rata debt to asset ratio selama 5
tahun sebesar 0,51, nilai ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata pertahun. Rata-rata
pertahun untuk debt to asset ratio perusahaan mengalami perubahan yang tidak
menentu dari tahun 2012 hingga tahun 2016. Tingginya rata-rata debt to asset ratio
untuk tahun 2014 disebabkan beberapa perusahaan memiliki proporsi total hutang
terhadap total aktiva lebih besar dibandingkan perusahaan lain, akibatnya risiko yang
harus ditanggung perusahaan tersebut akan semakin tinggi, terlebih lagi jika nilai
penjualan menurun.
Rata-rata stockholdars equity ratio hampir sama tiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan memberikan tingkat keamanan bagi kreditur
sekaligus membawa perbaikan dalam posisi keuangan jangka panjang.

4.2.3 Perkembangan Kinerja Profitabilitas


Profitabilitas menunjukkan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Perkembangan profitabilitas pada perusahaan yang berada pada sub sektor pakan
ternak dan sub sektor makanan dan minuman diukur dengan menggunakan 1 rasio,
yaitu ROA yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Perkembangan Rata-Rata Profitabilitas 2012-2016


Rata-rata Rata-rata 5
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
ROA 12,37 9,65 7,00 5,08 9,38 8,70
Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa rata-rata ROA mengalami peningkatan
di tahun 2012 dan penurunan yang terendah terjadi pada tahun 2015. Rendahnya
ROA ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan untuk menghasilkan
laba melalui aktiva yang tersedia.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
4.2.4 Perkembangan Sensitifitas Perusahaan
Tingkat sensitifitas perusahaan menunjukkan bagaimana kondisi perusahaan dalam
menghadapi kondisi makro ekonomi diukur dengan dua variabel, yaitu tingkat suku
bunga dan kurs yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Perkembangan Rata-Rata Tingkat Sensifitifas


Rata-rata Rata-rata 5
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
SBI 0,06 0,08 0,08 0,08 0,05 0,07
Kurs 9637,5 12170 12385 13787 13472 12290,3
Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa rata-rata SBI selama 5 tahun sebesar
0,07. Pada tahun 2016 SBI terendah terjadi, yaitu sebesar 0,05. Kemudian titik
tertinggi pada tahun 2013-2015, yaitu 0,08. Sedangkan untuk Kurs rata-rata selama 5
tahun sebesar 12290,3, yang pada tahun 2012 merupakan titik terendah sebesar
9637,5. Kemudian titik tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu 13787.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
marko, yaitu tingkat suku bunga dan tingkat kurs. Tingginya rata-rata tingkat
sensitifitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan perubahan
suku bunga yang terjadi.

4.3 Uji Asumsi Klasik


4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji
normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki oleh
data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud data
terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
normal (Santosa&Ashari, 2005:231). Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan normal P-P Plot dan menggunakan kolmogorov –
smirnov.
4.2.1.1 Normal P-P Plot
Gambar 15

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


Dependent Variable: Financial Distress
1.00

.75
Expected Cum Prob

.50

.25

0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Dari analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan
mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.

4.2.1.2 Kolmogorov – smirnov

Tabel 4.5 Kolmogorov – smirnov

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CR QR DAR SER
N 75 75 75 75
Normal Parameters a,b Mean 180.9831 1.1503 .4975 .5470
Std. Deviation 78.86649 .58211 .12264 .12797
Most Extreme Absolute .097 .158 .120 .113
Differences Positive .093 .158 .069 .085
Negative -.097 -.088 -.120 -.113
Kolmogorov-Smirnov Z .842 .656 1.035 .981
Asymp. Sig. (2-tailed) .478 .782 .234 .291
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Financial
ROA SBI K Distress
N 75 75 75 75
Normal Parameters a,b Mean 8.6956 .0665 12290.30 .16
Std. Deviation 11.79924 .01198 1472.540 .369
Most Extreme Absolute .206 .361 .267 .508
Differences Positive .206 .179 .164 .508
Negative -.151 -.361 -.267 -.332
Kolmogorov-Smirnov Z 1.104 .767 .514 .643
Asymp. Sig. (2-tailed) .175 .599 .954 .802
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Dari data diatas untuk dapat menganalisa, lihat pada baris "Asymp. Sig. (2-tailed)"
baris paling bawah. Bila nilai pada setiap variabel lebih dari (>0,05) maka uji
normalitas dapat terpenuhi. Dari data diatas menunjukkan nilai setiap variabel >0,05
maka dianggap terpenuhi.

4.3.2 Uji Moltikolinieritas


Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Ghozali 2007:91). Untuk mendeteksi

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
adanya multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai
VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi
multikolinearitas (Wijaya, 2009:119).
Tabel 4.6 Uji Multikolieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 CR .856 1.168
QR .934 1.071
DAR .893 1.119
SER .943 1.061
ROA .937 1.067
SBI .939 1.065
K .914 1.094
a. Dependent Variable: Financial Distress

Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)


Dari hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF<10 ini berarti tidak
terjadi multikolonieritas. Dan menyimpulkan bahwa uji multikolonieritas terpenuhi.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu mempunyai


varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa
varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda. Salah satu
metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya Heterokedastisitas akan
mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil
penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan
dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi residual sama untuk
semua pengamatan atau disebut homokedastisitas (Gujarati dalam Elmasari,
2010:53).
Gambar 16

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Scatterplot
Dependent Variable: Financial Distress
3

Regression Studentized Residual


2

-1

-2
-2 -1 0 1 2 3 4

Regression Standardized Predicted Value

Dari hasil scatterplot diatas bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
sebab titik-titik tersebut menyebar diatas 0 dan dibawah 0 di sumbu Y, sehingga dapat
dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.

4.3.4 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri
sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai
variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya
(Santosa&Ashari, 2005:240).
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
 Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
 Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Durbin-W
Model atson
1 1.676a
a. Predictors: (Constant), K, DAR, ROA, SBI, SER, QR, CR
b. Dependent Variable: Financial Distress

Dari tabel diatas didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 1,676 atau 2.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni
-2 ≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah
Uji Autokorelasi terpenuhi.

4.4 Penilaian model fit


Pengujian analisis model dilakukan dengan analisis model keseluruhan untuk menguji
hipotesis nol yang menyatakan bahwa model dihipotesiskan fit dengan data (data
empiris sesuai dengan model). Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit. Hasil nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit dapat dilihat di Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow’s Test


Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3.815 7 .801
Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa hasil analisis model fit berupa nilai
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menunjukkan nilai 3.815 dengan tingkat
signifikansi 0.801, dimana nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05. Sehingga

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
dapat dikatakan bahwa model yang dikembangkan layak digunakan untuk
menganalisis atau memperdiksi financial distress.

4.5 Analisis Variabelitas Variabel


Analisis variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas
variabel independen yang ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke’s R square yang
diperoleh dari hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.9
.
Tabel 4.9 Nagelkerke’s R square
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 27.167 .404 .690
a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter
estimates changed by less than .001.
Sumber: Peneliti, 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai Nagelkerke R Square diperoleh
sebesar 0.690. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabilitas variabel independen pada persamaan regresi logistik penelitian ini
adalah sebesar 69%, sedangkan sisanya sebesar 31% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain diluar model penelitian.
4.6 Tingkat Klasifikasi Model
Analisis ini berkaitan dengan daya prediksi dari model. Daya prediksi menunjukkan
seberapa besar tingkat akurasi model dalam memprediksi keadaan kelompok yang
benar. Daya prediksi dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Overall Percentage Predicted

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Classification Tablea
Predicted
Observed Financial_Distress Percentage
0 1 Correct
Step 1 Financial_Distress 0 62 1 98.4
1 5 7 58.3
Overall Percentage 92.0
a. The cut value is .500

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa tingkat klasifikasi model


perusahaan non-financial distress sebesar 98.4% dan 58.3% untuk perusahaan yang
mengalami financial distress. Tingkat klasifikasi model secara keseluruhan adalah
92%. Ada 1 perusahaan yang keluar dari 63 perusahaan non-financial distress
menjadi perusahaan yang mengalami financial distress dan 5 perusahaan keluar dari
12 perusahaan yang mengalami financial distress menjadi perusahaan non-financial
distress.

4.7 Analisis Regresi Logistik

Tabel 4.11 Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 CR .000 .016 .000 1 .984 1.000
QR 6.318 2.935 4.634 1 .031 554.480
DAR -12.853 5.700 5.084 1 .024 .000
SER 12.849 6.146 4.371 1 .037 3.803E5
ROA -.616 .246 6.261 1 .012 .540
SBI 41.531 53.505 .602 1 .438 1.088E18
K .000 .000 1.065 1 .302 1.000
Constant -4.433 6.184 .514 1 .473 .012
a. Variable(s) entered on step 1: CR, QR, DAR, SER, ROA, SBI, K.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dalam Tabel 4.11, maka model persamaan
regresi logistik untuk penelitian ini adalah:
Gambar 17

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dari Tabel 4.11 sebelumnya, maka
pengaruh dari variabel current ratio, quick ratio, debt ratio, stockholdars equity ratio,
ROA, SBI dan K terhadap financial distress dapat dijabarkan sebagai berikut:

4.7.1 Current ratio terhadap financial distress


Variabel current ratio memiliki nilai signifikansi 0.984, dimana nilai signifikansi
tersebut tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% maupun 10%.
Oleh karena itu current ratio memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
financial distress, dan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel current ratio dapat
digunakan sebagai prediksi financial distress (H1) ditolak.

4.7.2 Quick ratio terhadap financial distress


Variabel quick ratio memiliki nilai signifikansi 0.031, dimana nilai signfikansi
tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa variabel quick ratio dapat digunakan sebagai
prediksi financial distress (H2) diterima.

4.7.3 Debt ratio terhadap financial distress


Variabel debt to asset ratio memiliki nilai signifikan 0.024, dimana nilai signfikansi
tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Nilai B pada debt to
asset ratio memiliki nilai negatif, dimana naiknya debt to asset ratio akan diikuti

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
oleh menurunnya financial distress. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan
bahwa variabel debt ratio dapat digunakan sebagai prediksi financial distress (H3)
diterima.

4.7.4 SER terhadap financial distress


Variabel stockholdars equity ratio memiliki nilai signifikansi 0.037, dimana nilai
signfikansi tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Oleh
karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa variabel quick ratio dapat digunakan
sebagai prediksi financial distress (H4) diterima.

4.7.5 ROA terhadap financial distress


Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0.012, dimana nilai signfikansi tersebut
signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Nilai B pada ROA memiliki
nilai negatif, dimana naiknya ROA akan diikuti oleh turunnya financial distress. Oleh
karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa variabel ROA dapat digunakan sebagai
prediksi financial distress (H5) diterima.

4.7.6 SBI terhadap financial distress


Variabel SBI memiliki nilai signifikansi 0.490, dimana nilai signfikansi tersebut tidak
signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% dan 10%. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa variabel SBI dapat digunakan sebagai prediksi
financial distress (H6) ditolak.

4.7.7 K terhadap financial distress


Variabel K memiliki nilai signifikansi 0.302, dimana nilai signfikansi tersebut tidak
signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% dan 10%. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa variabel K dapat digunakan sebagai prediksi
financial distress (H7) ditolak.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
4.8.1 Pengaruh Current ratio Terhadap Kondisi Financial Distress
Pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa current
ratio yang merupakan ukuran untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek (Agnes, 2003: 8), tidak berpengaruh signifikan terhadap
financial distress. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Platt dan Platt (2002), Hadad Muliaman (2003), Luciana Spica Almalia dan
Kristijadi (2003), Gruszczynski (2004), Widarjo dan Setiawan (2009), serta Atika dkk
(2012) yang menemukan pengaruh antara current ratio dengan financial distress.
Pengaruh yang tidak signifikan ini mendukung hasil penelitian dari William H.
Beaver (1966, Ohlson (1980), Fathmi Elloumi dan Jean-Pierre Gueyie (2001),
Karbhari dan Sori (2006), Cantoni dan Silvi (2007), Luciana Spica Almalia (2006),
serta Kumalaningrum (2015) yang menemukan hubungan pengaruh tidak signifikan
antara current ratio dengan financial distress.
Berdasarkan analisis deskriptif current ratio menunjukkan nilai rata-rata pada tahun
2015 sebesar 171,93 yang merupakan titik terendah dan puncak tertinggi pada 2016
yaitu 197,76. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2016 perusahaan memiliki
kinerja yang baik dalam pemenuhan kewajiban jangka pendeknya, sedangkan
penurun kinerja nampak pada tahun 2015 yang nilainya lebih kecil dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Meskipun terjadi penurunan nilai pada current rasio, perusahaan
masih dalam kondisi yang aman karena nilai current ratio diatas 1 atau diatas 100%.
Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya tanpa mengandalkan persediaan, karena persediaan merupakan aset
yang paling lama untuk berubah menjadi kas dan juga karena adanya ketidakpastian
nilai persediaan.
Hubungan tidak signifikan ini sekaligus menolak teori Sawir (2005), yang
menyatakan bahwa current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current
rationya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan dana yang
menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.

4.8.2 Pengaruh Quick ratio Terhadap Kondisi Financial Distress


Berdasarkan pengujian hipotesis, ditemukan hubungan yang signifikan antara quick
ratio, yang merupakan rasio likuiditas sebagai prediktor financial distress. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Platt
dan Platt (2002), Hadad Muliaman (2003), Luciana Spica Almalia dan Kristijadi
(2003), Gruszczynski (2004), serta Kumalaningrum (2015) yang menemukan
hubungan yang signfiikan antara quick ratio dengan financial distress.
Pengaruh yang signifikan ini sekaligus bertentangan dengan penelitian William H.
Beaver (1966, Fathmi Elloumi dan Jean-Pierre Gueyie (2001), Karbhari dan Sori
(2006), Cantoni dan Silvi (2007), Luciana Spica Almalia (2006), serta Kariman
(2016) yang memberikan hubungan tidak signifikan antara quick ratio dengan
financial distress.
Analisis statistik deskriptif pada quick ratio, rata-rata yang paling rendah terdapat di
tahun 2012 sebesar 1,06, kemudian pada tahun 2016 merupakan rata-rata paling
tinggi yaitu sebesar 1,35. . Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan asset yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini lebih tajam dari current ratio, karena hanya membandingkan
aktiva yang sangat likuid dengan hutang lancar. Jika Current ratio tinggi tapi Quick
ratio rendah menunjukkan adanya Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk bertahan daripada perusahaan yang memiliki
likuiditas yang rendah. Semakin rendah rasio ini, maka semakin besar kemungkinan
suatu perusahan mengalami financial distress.
Hubungan yang signifikan ini mendukung teori Jumingan (2006), yang menyatakan
bahwa perusahaan dengan likuiditas yang tinggi memiliki kesempatan yang lebih

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
baik untuk bertahan daripada perusahaan dengan masalah likuiditas. Hasil yang
signifikan ini juga sekaligus menjadi tanda tanya bagi perusahaan. Pada current ratio
tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress sedangkan quick ratio
berpengaruh signifikan. Pengaruh yang signifikan ini didasarkan kepada penggunaan
kas dan aset cepat perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya.

4.8.3 Pengaruh Debt ratio Terhadap Kondisi Financial Distress


Hasil uji hipotesis debt ratio sebagai prediktor financial distress dsebagaimana telah
disebutkan sebelumnya, variabel debt ratio mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap financial distress. Pengaruh yang signfikan ini mendukung penelitian dari
William H. Beaver (1996), Lin-Lin dan Piesse (2001), Platt dan Platt (2002), Luciana
Spica Almalia (2003), Gruszczynski (2004), Azwar (2015) dan Andre (2009) yang
menemukan pengaruh signfikan.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadad Muliaman
(2003), Karbhari dan Sori (2006), Cantoni dan Silvi (2007), yang menemukan
pengaruh tidak signfikan antara debt ratio dengan financial distress.
Analisis menggunakan statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata debt ratio
selama 5tahun sebesar 0,51, nilai ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata pertahun.
Tingginya rata-rata debt ratio untuk tahun 2014 disebabkan beberapa perusahaan
memiliki proporsi total hutang terhadap total aktiva lebih besar dibandingkan
perusahaan lain, akibatnya risiko yang harus ditanggung perusahaan tersebut akan
semakin tinggi, terlebih lagi karena nilai penjualan menurun.
Horne (2005: 210) berpendapat bahwa rasio ini menekankan pada peran penting
pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan
yang didukung oleh pendanaan utang. Menurut Home dan Wachowicz (2001: 210)
semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin besar risiko keuangannya, semakin
rendah rasio ini, maka semakin rendah juga risiko keuangannya. Harahap (2007:303)

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
menyatakan untuk keamanan pihak luar nilai rasio ini terbaik jika jumlah modal lebih
besar dari jumlah utang atau minimal sama.

4.8.4 Pengaruh SER Terhadap Kondisi Financial Distress


Berdasarkan hasil uji hipotesis, variabel stockholdars equity ratio berpengaruh
signifikan terhadap financial distress sebagai prediktor. Hasil ini mendukung
penelitian Luciana Spica Almalia dan Kristijadi (2003) yang menemukan adanya
hubungan yang signifikan antara stockholdars equity ratio dengan financial distress,
dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa rasio keuangan yang paling dominan
dalam menentukan financial distress adalah rasio profit margin, rasio likuiditas, rasio
leverage, dan rasio pertumbuhan.
Hubungan yang tidak signifikan ini bertentangan dengan hasil penelitian Fathmi
Elloumi dan Jean Pierre Gueyie (2001), yang tidak menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara stockholdars equity ratio dengan financial distress.
Nilai rata-rata stockholdeers equity ratio perusahaan hampir sama tiap tahunnya,
dengan rata-rata 5 tahun sebesar 0.57. Nilai stockholdar equity nampak dari nilai
buku perusahaan. . Nilai buku (Book Value) per lembar saham menunjukkan aktiva
bersih (Net Asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar
saham karena aktiva bersih adalah sama dengan total equity pemegang saham
(Jogianto, 2000: 62). Tingginya rasio ini akan membawa perbaikan dalam posisi
keuangan jangka panjang dan menambah tingkat keamanan bagi kreditur.

4.8.5 Pengaruh ROA Terhadap Financial Distress


Berdasarkan hasil uji hipotesis, variabel Return On Assets berpengaruh signifikan
terhadap financial distress sebagai prediktor. Hasil ini mendukung penelitian Pindado
dkk (2004), Gruszczynski (2004) dan Karbhari dan Sori (2006). Return on asset yang
tinggi menunjukkan perusahaan mampu menggunakan aset yang dimiliki untuk

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut.
Hubungan yang signifikan ini bertentangan dengan hasil penelitian Cantoni dan
Silvi (2007) dan Liou dan Smith (2006) yang tidak menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara Return On Assets dengan financial distress.
Nilai rata-rata Return On Assets perusahaan mengalami naik turun pada setiap
tahunnya, dan rata-rata 5 tahun sebesar 8,7. Syamsuddin (2007: 63) mengatakan
Return on Aset adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai return
on assets yang tinggi, maka hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk meningkatkan laba operasi. Hal ini
akan memberikan pengharapan positif bagi para investor saham untuk mendapatkan
return saham yang lebih besar.

4.8.6 Pengaruh SBI Terhadap Kondisi Financial Distress


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ditemukan hubungan yang tidak signifikan
antara SBI dengan financial distress sebagai prediktor. Berdasarkan hasil pengujian
statistik menunjukkan bahwa SBI tidak berpengaruh terhadap financial distress
dengan nilai signikansi sebesar 0,438 pada tingkat signifikasi 5%.. Hasil ini bertolak
belakang dengan penelitian Tirapat dkk (1999) serta Dah Kwei Liou dan Malcolm
Smith (2006).
Sedangkan untuk SBI rata-rata selama 5 tahun sebesar 0,07. Tingkat sensitivitas ini
tidak dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi. Perusahaan-perusahaan besar yang
sudah berpengalaman telah menemukan jalan dalam mengatasi kesulitan dalam
fluktuasi suku bunga. Perusahaan mengatur keuangannya dalam bentuk usaha yang
berbeda, banyak mempercayakan modal ataupun pendapatan yang dihasilkannya
dengan pinjaman jangka panjang secara luas. Hal itu dilakukan agar selama

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
peminjaman merekan dapat memenuhi jadwal pembayaran kembali atau peminjaman
mereka dapat memenuhi jadwal pembayaran kembali atau meminjam uang selama
pinjaman untuk menghasilkan dana pinjaman beserta bunganya.

4.8.7 Pengaruh K Terhadap Kondisi Financial Distress


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ditemukan hubungan yang tidak signifikan
antara K dengan financial distress sebagai prediktor. Berdasarkan hasil pengujian
statistik menunjukkan bahwa K tidak berpengaruh terhadap financial distress dengan
nilai signikansi sebesar 0,302 pada tingkat signifikasi 5%.
Sedangkan untuk K rata-rata selama 5 tahun sebesar 12290,3. Tingkat sensitivitas ini
tidak dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi. Menurut Nuzul dan Lautania (2015),
perusahaan di Indonesia yang melakukan transaksi dengan perusahaan luar negeri
menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi nilai piutang dan hutang pada perusahaan yang
benominasi mata uang asing (U.S Dolar), sehingga mengalami pergerakan nilai saat
dikonversi ke dalam mata uang lokal.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
marko, yaitu tingkat suku bunga dan tingkat kurs.Tingginya rata-rata tingkat
sensitifitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan perubahan
suku bunga yang terjadi.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai “Prediksi Financial Distress Dengan Faktor


Internal dan Eksternal Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Studi Pada
Sub Sektor Pakan Ternak dan Sub Sektor Makanan dan Minuman Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2012-2016)”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara CR terhadap financial distress
pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan koefisien
regresi (β) untuk CR sebesar 0,000, namun dengan tingkat signifikansi lebih
besar dibandingkan taraf signifikansi yang telah ditetapkan (0,984 > 0,05).
Sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa “Likuiditas dengan menggunakan
current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress”.
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara SBI terhadap financial distress
pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan koefisien
regresi (β) untuk SBI sebesar 41,531, namun dengan tingkat signifikansi lebih
besar dibandingkan taraf signifikansi yang telah ditetapkan (0,438 > 0,05).
Sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa “Tingkat Sensitifitas dengan
menggunakan tingkat suku bunga (SBI) tidak berpengaruh signifikan terhadap
financial distress”.
3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara K terhadap financial distress
pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
yang terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan koefisien
regresi (β) untuk K sebesar 0.000, namun dengan tingkat signifikansi lebih besar
dibandingkan taraf signifikansi yang telah ditetapkan (0,302 > 0,05). Sehingga
dapat ditarik kesimpulkan bahwa “Tingkat Sensitifitas dengan menggunakan
tingkat kurs (K) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress”.
4. Terdapat pengaruh positif signifikan pada QR terhadap terhadap financial distress
pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan koefisien
regresi (β) sebesar 6.318, dan tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan taraf
signifikansi yang telah ditetapkan (0,031 < 0,05). Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa “Quick Ratio dengan berpengaruh positif signifikan terhadap
financial distress”.
5. Terdapat pengaruh negatif signifikan pada DAR terhadap financial distress pada
perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien
regresi (β) sebesar -12.853, signifikansi lebih kecil dibandingkan taraf
signifikansi yang telah ditetapkan (0,024 < 0,05). Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa “Debt To Asset Ratio dengan berpengaruh negatif signifikan
terhadap financial distress”.
6. Terdapat pengaruh positif signifikan pada SER terhadap terhadap financial
distress pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan
koefisien regresi (β) sebesar 12.849, dan tingkat signifikansi lebih kecil
dibandingkan taraf signifikansi yang telah ditetapkan (0,037 < 0,05). Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa “Stockholdars equity ratio dengan berpengaruh
positif signifikan terhadap financial distress”.
7. Terdapat pengaruh positif signifikan pada ROA terhadap terhadap financial
distress pada perusahaan sub sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
minuman yang terdaftar di BEI periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan
koefisien regresi (β) sebesar -.616, dan tingkat signifikansi lebih kecil
dibandingkan taraf signifikansi yang telah ditetapkan (0,012 < 0,05). Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa “Return On Asset dengan berpengaruh positif
signifikan terhadap financial distress”.
8. Secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh yang signifikan antara CR,
QR, DAR, Ser, ROA, SBI, dan K terhadap financial distress pada perusahaan sub
sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI
periode 2012-2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai F sebesar 27,717 dan
tingkat signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditetapkan yakni
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel CR, QR,
DAR, SER, ROA, SBI, dan K secara simultan (bersama-sama) berpengaruh
signifikan terhadap financial distress.
9. Nilai Nagelkerke R Square diperoleh sebesar 0.690. Hal ini berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen
pada persamaan regresi logistik penelitian ini adalah sebesar 69%, sedangkan
sisanya sebesar 31% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model
penelitian.
10. Maka model persamaan regresi logistik untuk penelitian ini adalah:

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan hasil kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa


saran sebagai berikut:

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
1. Variabel penelitian hanya menggunakan CR, QR, DAR, SER, ROA, SBI, dan K
Sehingga bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik
yang sama perlu menambahkan variabel lain yang berpengaruh terhadap financial
distress, agar diperoleh hasil yang lebih beragam.
2. Perusahaan yang dijadikan objek penelitian masih terbatas pada perusahaan sub
sektor pakan ternak dan sub sektor makanan dan minuman sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan objek yang lebih banyak
dan periode pengamatan yang lebih lama sehingga diharapkan dapat memperoleh
hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Daftar Pustaka

Andre, Orina. 2009. PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN


LEVERAGE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS. (Studi Empiris
Pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di BEI). Universitas Negeri
Padang.
Atika, dkk. 2012. PENGARUH BEBERAPA RASIO KEUANGAN TERHADAP
PREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Tekstil
dan Garmen yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).
Universitas Brawijaya Malang.
Azwar. 2015. MODEL PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN BINARY
LOGIT (STUDI KASUS EMITEN JAKARTA ISLAMIC INDEX). Balai Diklat
Keuangan Makassar.
Beaver,W.H.(1966).Financial Ratios as Predictors of Failure.Journal of Accounting
Research (Supplement),Hal 71-111.
Brigham, Eugene F. dan Gapenski, Louis C. 1997. Financial Management Theory and
Practice. Orlando : The Dryden Press.
Darsono, ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta:
ANDI.
Fachrudin, Khaira Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal.
Medan: USU Press.
Fahmi, Ilham. 2012. Analisis Laporan keuangan. Cetakan ke-2. Bandumg:
ALFABETA.
Hafsah dkk. 2015 ANALISIS STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BEI. Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Hanafi, Mamduh dan Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan, edisi 3. Yogyakarta :
Penerbit UPP STIM YKPN.
Hapsari, Evanny Indri. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang.
Harahap, Sofyan Safri. (2002). Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Harmono. 2005. “Pengaruh Likuiditas, Earnings Variablility, Leverage, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Abnormal Return (Studi Peristiwa Publikasi Laporan
Keuangan Manufakturyang terdaftar di BEI.)”. Jurnal Penelitian, Vol. XXII. No.
1.
Harmono. 2009. “Managemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan
Teori , Kasus, dan Riset Bisnis”. Edisi Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Mas’ud dan Reva Maymi Srengga. 2011. ANALISIS RASIO KEUANGAN
UNTUK MEMPREDIKSI KONDISIFINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Program
Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember.
Iramani, Subagyo. 2007. Model Prediksi Financial Distress di Indonesia Era
Globalisasi (Studi Perusahaan Go-Public pada Sektor Manufaktur), The 1st PPM
National Conference on Management Research. Manajemen di Era Globalisasi.
Sekolah Tinggi Manajemen PPM.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kumalaningrum, Bimbi. 2015. ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN
DALAM PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2010 – 2013.
Kurniawan, Albert. 2014. Metode Riset untuk Ekonomi & Bisnis: Teori, Konsep &
Praktik Penelitian Bisnis (Dilengkapi Perhitungan Pengelolaan Data dengan IBM
SPSS 22.0). Bandung: Alfabeta.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non
Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas
Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Liou, dkk. 2006. Makroekonomic Variables in the Identification of Financial
Distress. Multinational Journal.
Luciana Spica Almilia dan Kristijadi. 2003. ANALISIS RASIO KEUANGAN
UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA. STIE
PERBANAS Surabaya.
Lukman Syamsudin. 2006. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Mankiew, N. Gregory. 2003. Macroeconomics. 5th Edition. Jakarta: Erlangga.
McClave, Benson, Sinsich. 2010. Statistics for Business and Ekonomics. 11 th Edition.
Jakarta: Erlangga.
Mesisti Utami. 2015. PENGARUH AKTIVITAS, LEVERAGE, DAN
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2009-2012. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG.
Munawir. 2005. Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Munawir. (2010).Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Ni Wayan Krisnayanti Arwinda Putri dan Ni Kt. Lely A. Merkusiwati. PENGARUH
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, LIKUIDITAS, LEVERAGE,
DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA FINANCIAL DISTRESS. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Nur Fadli Andriawan dan Dantje Salean. 2016. ANALISIS METODE ALTMAN Z-
SCORE SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Alumni
Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 SurabayaFakultas Ekonomi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Nuzul, dkk. 2015. PENGARUH LEVERAGE,FINANCIAL DISTRESS DAN
GROWTH OPTIONS TERHADAP AKTIVITAS HEDGING PADA
PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA. Universitas Syiah Kuala Lumpur-Malaysia.
Pindado dkk, 2004. Estimating the Probability of Financial Distress : International
Evidence. Universidad de Salamanca, Spain.
Rayendra, K.Brahmana. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia
Manufacture Industry. Birmingham Business School, University of Birmingham,
United Kingdom.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar0dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4.
Yogyakarta: BPPE.
Richard B. Whitaker. 1999. The Early Stage of Financial Distress. Journal of
Economics and Finance. Vol. 23. no.2. p.123-133.
Ross, Stephen A. Westerfield, and Jaffe. 2002. Corporate Finance. Sixth Edition.
Revised Printing. Mc-Graw Hill. Boston.
Roziqon Kariman. 2016. PREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS DENGAN
MENGGUNAKAN MULTIPLE DISCRIMINANT ANALYSIS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN,FAKULTAS EKONOMI, UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
Rusli, Muhammad. 2014. Pengelolaan Statistik yang Menyenangkan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
Suharjo, Bambang. 2013. Statistika Terapan Disertai Contoh dengan Aplikasi SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet.
Suhardy dan Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Edisi
2. Jakarta: Salemba Empat.
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan Edisi Ke – 2. Indonesia. Kencana
Prenada Media Group.
Supardi, Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z score Altman Untuk Menilai
Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan yang Go public di Bursa Efek Jakarta.
KOMPAK No.7. p.68-93.
Suroso, 2006. Investasi Pada Saham Perusahaan Yang Menghadapi Financial
Distress, Usahawan. No.2. Tahun XXXV.
Sutiono. 2015. Pengaruh Leverage, Operating Capacity, Current Ratio Terhadap
Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2014). Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Tirapat, Sunti dan Aekkachai Nittayagasetwat. 1999. An Investment of Thai listed
Firm’s Financial Distress Using Makro and Mikro Variables. Multinational
Finance Journal. Vol 2.
Wongsosudono, Corinna dan Chrissa(2013).Analisis Rasio keuangan Untuk
memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar
di BEI. JURNAL BINA AKUNTANSI IBBI. Volume.19,No.2.

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432
Whitaker, R.B. 1999. The early Stages of Financial Distress. journal of Economics
and Finance, 23(2), 123-133.
White, I. Gerald. , et al. 2003. The Analysis and Use of Financial Management. 3rd
Edition.
http://www.bi.go.id/en/moneter/bi-rate/data/Default.aspx
http://www.bi.go.id/en/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspx
http://www.bi.go.id/en/moneter/jibor/data-historis/Default.aspx
www.detikFinance/Jum’at,22September2005

“PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DAN NON-FINANCIAL DISTRESS DENGAN FAKTOR


INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PADA BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA
SUB SEKTOR PAKAN TERNAK DAN SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE
2012-2016)”
Author: Friska Maulida NPK: K.2013.5.32432

Anda mungkin juga menyukai