Anda di halaman 1dari 34

A.

Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah
suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
(Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes
RI, 2007).Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia,
sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah
kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk.
Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit
tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Wiwid, 2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne
C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular
pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).

1
B. Pohon Masalah

Microbacterium Droplet Masuk lewat jalan nafas


tuberkulosa infection

Menempel pada paru

Keluar dari
Dibersihkan oleh Menetap dijaringan
tracheobionchial bersama
makrofag paru
sekret

Sembuh tanpa Terjadi proses peradangan


pengobatan

Pengeluaran zat patogen Tumbuh dan berkembang


disitoplasma makrofag

Mempengaruhi
hipothalamus Sarang primer / afek
primer (fokus ghon)

Mempengaruhi sel point

Hipertermi

Komplek primer Limfangistis lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke organ lain (paru lain, Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
saluran pencernaan, tulang melalui pengobatan fibrosis
media bronchogen percontinuitum,
hematogen, limfogen)

Radang tahunan dibronkus Pertahankan primer tidak


adekuat

Berkembang Pembentukan tuberkel Kerusakan


menghancurkan membran aveolar
jaringan ikat sekitar 2
Pembentukan sputum Menurunnya permukaan
Bagian tengah berlebihan efek paru
nekrosis

Ketidakefektifan Alveolus
Membentuk jaringan bersihan jalan nafas
keju
Alveolus mengalami
konsolidasi &
Sekret keluar saat eksudasi
batuk Gangguan pertukaran
gas
Tekanan parsial O2 di
Batuk produktif alveoli menurun
(batuk terus menerus)

Terjadi penyempitan
jalan napas
Droplet infection Batuk berat

Peningkatan kerja otot


Terhirup orang Distensi abdomen pernapasan
sehat

Mual, muntah
Keletihan otot
Resiko Infeksi
pernapasan
Intake nutrisi kurang

Ketidakefektifan pola
Ketidakseimbangan napas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

3
C. Etiologi
Agen infeksius utama dari TB paru adalah Mycobacterium tuberculosis,
batang aerobik tahan asam (BTA) yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet. Tuberkulosis ditularkan dari orang ke
orang oleh transmisi melalui udara. Spesies lain kuman ini yang dapat
memberikan infeksi pada manusia adalah Mycobacteriumbovis,
MycobacteriumKansasii, Mycobacterium Intracellulare, sebagian besar
kuman terdiri dari asam lemak (lipid) inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dam lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intrasellular, yakni dalam
sitoplasma magrofak. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya ( Mansjoer , 2000).
Pada patogenesis tuberculosis adalah mengenali bahwa M. Tuberculosis
mengandung banyak zat imunoreaktif. Lipid permukaan pada mikobakterium
dan komponen peptidoglikan dinding sel yang larut air merupakan tambahan
yang penting yang dapat menimbulkan efeknya melalui kerja primernya pada
makrofag penjamu. Mikobakterium mengandung suatu kesatuan antigen
polisakarida dan protein, sebagian mungkin spesifik spesies tetapi yang
lainnya secara nyata memiliki epitop yang luas di seluruh genus.
Hipersensitivitas yang diperantarai sel khas untuk tuberkulosis dan
merupakan determinan yang penting pada patogenesis penyakit. (Harrison,
2002).

4
D. Tanda Dan Gejala
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001) :
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada

5
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada
malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk, 2001, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis paru, yaitu :
1. Laboratorium darah urine : LED normal / meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (Perosidase Anti Perosidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperosidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
7. MYCODOT

6
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology : Rongent thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apikal lobus bawah
b. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan millie

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.Panduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
1. Obat anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
 Rifampisin
Dosis 10mg / kg BB, maksimal 600mg 2-3X / minggu atau
BB>60kg : 600mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB<40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
 INH
Dosis 5 mg / kg BB, maksimal 300 mg, 10mg / kg BB 3 kali seminggu, 15mg
/ kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg / hari
 Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg / kg BB, 35 mg / kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/ kg
BB 2 kali seminggu atau
BB>60 kg : 1500 mg

7
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<40 kg : 750 mg
 Streptomisin
Dosis 15 mg / kg BB atau
BB>60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB<40 kg : sesuai BB
 Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg / kg BB, fase lanjutan 15 mg / kg BB, 30 mg / kg
BB 3X seminggu, 45 mg / kg BB 2X seminggu atau
BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg / kg BB / kali
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari :
 Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg
 Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
 Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan
fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis
seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
c. Jenis obat tambahan lainnya (lini2)
 Kanamisin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian, makrolid, amoksilin + asam klavulanat
 Devirat rifampisin dan INH

8
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Data subjektif
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan
,untuk itu dipelukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-maslah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini
Tahap ini terbagi atas :

1) Pengumpulan Data
a) Anamesa
1.Identitas klien :

2.keluhan Utama :

3.riwayat penyakit sekarang :

4.riwayat penyakit dahulu :

5.riwayat penyakit keluarga :

6.riwayat psikososial :

7.Pola-pola fungsi kesehatan :


a) Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan kesehatanya sangat penting.Pasien jika sakit
memeriksakanya dipuskesmas.Pasien saat dirumah merokok.dan bisa
menghabiskan 1 bungkus dalam 2 hari
b) Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit : pasien makan sehari 3 kali, habis 1 porsi setiap
kali makan. Saat dirumah pasien makan sayur, lauk, dan nasi.Untuk
minum pasien minum ±5 gelas perhari (±1000 cc), minum yang
biasanya diminum pasien adalah air putih dan teh.
Selama sakit : pasien makan sehari 3 kali sendok makan habis 1
porsi, saat dirumah sakit pasien makan nasi dan sayur. Untuk minum
pasien minum ± 4 gelas perhari (± 800 cc), minum yang biasa
diminum air putih
c) Pola eliminasi

9
Sebelum sakit : pasien dirumah BAB sehari 1x, kadang 2 hari 1
kali konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, tidak ada lendir
darah.
Pasien BAK sehari ± 3 kali/hari, warna urine kuning jernih, jumlah ±
950 cc. Tidak ada kesulitan saat BAK, tidak ada disuria, hematuri,
retensi urin.
Selama sakit : selama dirumah sakit pasien belum BAB. Pasien
BAK sehari sehari 1 kali/hari, urin kuning jernih, jumlah ± 2000 cc.
Tidak ada kesulitan sat BAK, tidak ada hematuri, tidak terpasang
kateter.
d) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
mulai dari makan/minum, berpakaian, mandi, toileting, mobilisasi.
Selama sakit : aktivitas klien terbatas dengan penilaian sebagai berikut
:
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Mobilisasi di √
TT
Pindah √
Ambulasi √
Makan/minum √

10
KETERANGAN :
Score 0 : mandiri
Score 1 : dibantu sebagian
Score 2: perlu dibantu orang lain
Score 3:perlu bantuan orang lain dan alat
Score4:tergantung,tidak mampu

e) Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : pasien tidur ± 8 jam/hari dari jam 20.00 - 06.00,
kadang tidak tidur siang.
Selama sakit : pasien selama dirumah sakit saat malam hari pasien
kadang tidak bisa tidur, karena ramai tetapi kalau siang pasien bisa tidur ±
7-8 jam pukul 13.00-19.00.
f) Pola kognitif dan perceptual
Pasien bisa berkomunikasi dengan baik, penglihatan pasien masih baik,
pasien tidak memakai alat bantu kaca mata, pasien juga bisa membedakan
bau teh, kopi dll.
g) Pola konsep diri
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak dapat melakukan aktivitas
serta mncarai nafkah untuk keponakan dan saudara.Ia merasa keluarga
dan tetangganya sayang dan peduli dg klien. Ia menyadari bahwa di
rumah sakit hanya menyusahkan keluarga.
h) Pola koping
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu didiskusikan dengan
keluaraga ataupun keponakannya.
i) Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan sudah mengerti dengan pola seksualnya
j) Pola peran berhubungan
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga.Selama dirumah
sakit pasien ditunggu oleh keponaka dan adik kandung pasien .Keluarga

11
mengatakan hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik.Klien
selalu menghadiri setiap kegiatan yang ada di banjar seperti ngayah di
banjar maupun di pura
k) Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : pasien beribadah, sembahyang 1kali sehari
Selama sakit : saat sakit klien tidak mampu menjalankan kewajiban.
Klien hanya beribadah dan berdoa ditempat tidur semoga cepat diberi
kesembuhan dan kesehatan.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
4. Hipertemia berhubungan dengan reaksi inflamasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspneu
6. Resiko infeksi

12
I. Rencana Keperawatan
TUJUAN DAN
DIAGNOSIS INTERVENSI (NIC)
NO KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
(NOC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Stabilisasi dan
bersihan jalan napas keperawatan … x 24 jam membuka jalan
diharapkan masalah napas:
ketidakefektifan bersihan o Posisikan pasien
Batasan karakteristik: jalan napas dapat teratasi dan kepala sesuai
dengan dengan
□ Batuk yang tidak
kebutuhan
efektif Kriteria Hasil:
o Suction mulut
□ Dispnea
□ Frekuensi napas normal dan orofaring
□ Gelisah
□ Irama napas normal o Monitor adanya
□ Kesulitan
□ Kedalaman inspirasi sesak napas,
verbalisasi
□ Kemampuan untuk mengorok saat
□ Mata terbuka
mengeluarkan secret tube
lebar
□ Ansietas oro/nasofaring
□ Ortopenea
□ Ketakutan terpasang pada
□ Penurunan bunyi
□ Tersedak tempatnya
napas
□ Suara napas tambahan o Bantu
□ Perubahan
□ Tidak ada pernapasan pemasangan tube
frekuensi napas
cuping hidung endotrakeal
□ Perubahan pola
□ Tidak ada penggunaan dengan
napas
otot bantu napas mengumpulkan
□ Sianosis
□ Pasien tidak mendesah peralatan intubasi
□ Sputum dalam
saat bernapas dan peralatan
jumlah yang
□ Dispnea saat istirahat darurat yang
berlebihan
□ Dispnea dengan dibutuhkan, atur
□ Suara napas
aktivitas ringan posisi pasien,
tambahan
□ Batuk berikan
□ Tidak ada batuk
□ Akumulasi sputum pengobatan

13
□ Respirasi agonal sesuai resep, dan
monitor pasien
Faktor yang
akan adanya
berhubungan:
komplikasi saat
Lingkungan pemasangan
o Jelaskan pada
□ Perokok
pasien dan
□ Perokok pasif
keluarga tentang
□ Terpajan asap
prosedur intubasi
□ Obstruksi jalan
o Berikan oksigen
napas
100% selama 3-5
□ Adanya jalan
menit sesuai yang
napas buatan
dibutuhkan
□ Benda asing
o Auskultasi dada
dalam jalan napas
setelah intubasi
□ Eksudat dalam
o Observasi
alveoli
kesimetrisan
□ Hyperplasia pada
pergerakan
dinding bronkus
dinding dada
□ Mukus berlebihan
o Monitor status
□ Penyakit paru
pernapasan sesuai
obstruksi kronis
kebutuhan
□ Sekresi yang
2. Pengisapan lendir
tertahan
pada jalan napas:
□ Spasme jalan
o Tentukan
napas
perlunya suction
Fisiologis
mulut/trakea
□ Asma
o Auskultasi suara
□ Disfungsi
napas sebelum
neuromuskular
dan setelah
□ Infeksi
tindakan suction

14
□ Jalan napas alergi o Instruksikan
kepada pasien
untuk menarik
napas dalam
sebelum
dilakukan suction
nasotracheal dan
gunakan oksigen
sesuai kebutuhan
o Gunakan alat
steril setiap
tindakan suction
trakea
o Monitor adanya
nyeri
o Monitor status
oksigenasi pasien
o Lakukan
fisioterapi dada
minimal 2 jam
setelah makan
o Monitor status
respirasi dan
kardiologi
o Gunakan bantal
untuk menopang
posisi pasien
o Anjurkan untuk
batuk selama dan
setelah tindakan
o Monitor jumlah

15
dan karakteristik
sputum
o Sedot sputum
3. Terapi oksigen:
o Bersihkan mulut,
hidung, dan
sekresi trakea
dengan tepat
o Batasi (aktivitas)
merokok
o Pertahanan
kepatenan jalan
napas
o Siapkan peralatan
oksigen dan
berikan melalui
system
humidifier
o Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
o Monitor aliran
oksigen
o Monitor posisi
perangkat (alat)
pemberian
oksigen
o Monitor
efektifitas terapi
oksigen

16
o Amati tanda-
tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
o Pantau adanya
tanda-tanda
keracunan
oksigen dan
kejadian
atelektasis

2 Gangguan pertukaran gas NOC NIC


Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen asam
Batasan Karakteristik: keperawatan selama ...x24 basa
jam diharapkan gangguan
□ Diaforesia □ Pertahankan
pertukaran gas dapat
teratasi. kepatenan jalan
□ Dyspnea
napas.
Status pernafasan:
□ Gangguan □ Posisikan klien
Pertukaran Gas
penglihatan untuk
Kriteria Hasil mendapatkan
□ Gas darah arteri fentilasi yang ade
□ Tekanan parsial
abnormal
oksigen di darah kuat (misalnya
□Gelisah
arteri (PaO2) membuka jalan

□Hiperkapnia □ Tekanan parsial napas dan

CO2 di darah arteri menaikan posisi


□Hipoksemia
(PaCO2) kepala di tempat
□Hipoksia
□ PH arteri tidur).

□Iritabilitas □ Saturasi oksigen □ Monitor

□ Tidal kecenderungan PH
□Konfus
karbondioksida arteri, PaCO2, dan

17
□Napas cuping hidung akhir HCO3 dalam
□ Hasil rontgen dada rangka
□Penurunan
□ Keseimbangan mempertimbangka
karbondiosida
ventilasi dan perfusi n jenis
□ Pola pernapasan □ Dyspnea saat ketidakseimbangan
abnormal (misal.,
istirahat yang terjadi
kecepatan, irama,
kedalam) □ Dyspnea saat (misalnya
□Sakit kepala saat
aktivitas ringan repiratorik atau
bangun
□ Perasaan kurang metabolik) dan
□Sianosis
istirahat kompensasi
□Somnolen □ Sianosis mekanisme
□ Mengantuk fisiologi yang
□Takikardia
□ Gangguan terjadi.
□Warna kulit abnormal kesadaran □ Monitor gas darah
(missal., pucat,
arteri (ABGs),
kehitaman)
lever serum serta
urin elektrolit.
□ Monitor pola
pernapasan.
□ Monitor penentuan
pengangkutan
oksigen ke
jaringan (misalnya,
PaO2 level
hemoglobin dan
kardiak output)
□ Monitor status
hemodinamik
meliputi level
CVP, MAP, PAP,
dan PCWP jika

18
tersedia
□ Monitor
kehilangan asam
□ Menutor status
neurologi
□ Berikan terapi
oksigen dengan
tepat
2. Monitor asam basa
□ Ambil specimen
untukpemeriksaa
n laboratorium
keseimbangan
asam basa
(misalnya analisa
gas darah, urine,
dan serum)
□ Catat apakah
nilai CO2
menunjukan
asidosis
respiratorik,
alkalosis
respiratorik atau
normal

3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan NIC :


napas keperawatan selama … x
Penghisapan lendir
24 jam
Definisi : Inspirasi pada jalan nafas

19
dan/atau ekspirasi yang □ Lakukan tindakan
tidak memberi ventilasi pencegahan umum
NOC :
adekuat □ Gunakan alat
Status pernafasan : pelindung diri
Batasan Karakteristik :
ventilasi (sarung tangan,
 Bradipnea kaca mata, dan
Kriteria Hasil :
 Dispnea masker) sesuai
 Fase ekspirasi  Frekuensi pernafasan dengan kebutuhan
memanjang normal □ Tentukan perlunya
 Ortopnea  Irama pernafasan suction mulut atau

 Penggunaan otot normal trakea

bantu pernapasan  Kedalaman inspirasi □ Auskultasi suara

 Penggunaan posisi normal nafas sebelum dan

tiga-titik  Suara perkusi nafas sesudah tindakan

 Peningkatan normal suction

diameter anterior-  Kapasitas vital normal □ Informasikan

posterior  Hasil rontgen dada kepada pasien dan


keluarga tentang
 Penurunan kapasitas normal
 Volume tidal normal pentingnya
vital
 Tidak ada suara nafas tindakan suction
 Penurunan tekanan
tambahan □ Aspirasi
ekspirasi
nasopharynx
 Penurunan tekanan  Tidak ada
dengan kanul
inspirasi pengenbangan dinding
suction sesuai
 Penurunan ventilasi dada yang tidak
dengan kebutuhan
semenit simetris
□ Instruksikan
 Pernapasan bibir  Tidak ada gangguan
kepada pasien
 Pernapasan cuping suara saat auskultasi
untuk menarik
hidung  Tidak ada gangguan
nafas dalam
 Perubahan ekskursi ekspirasi
sebelum dilakukan
dada
suction nasotrakeal

20
 Pola napas abnormal dan gunakan
(mis., irama, oksigen sesuai
frekuensi, kebutuhan
kedalaman) □ Gunakan alat steril
 Takipnea setiap tindakan
sucion trakea
□ Instruksikan
Faktor yang
kepada pasien
berhubungan :
untuk mengambil
 Ansietas napas pelan dan
 Cedera medulla dalam selama
spinalis kanul suction

 Derformitas diding masuk melalui

dada jalur nasotrakeal

 Deformitas tulang □ Gunakan angka

 Disfungsi terendah pada

neuromuskular dinding suction


yang diperlukan
 Gangguan
untuk membuang
muskuloskeletal
sekresi (misalnya,
 Gangguan
80-120 mmHg
neurologis (
untuk pasien
EEG,trauma kepala,
dewasa)
dan gangguan
□ Monitor status
kejang)
oksigenasi pasien
 Hiperventilasi
(nilai SaO3 atau
 Imaturitas neurologis
SvO3), status
 Keletihan
neurologis
 Keletihan otot
(misalnya, status
pernafasan
mental, tekanan
 Nyeri
intra kranial,

21
 Obesitas tekanan perfusi
 Posisi tubuh ynag serebral dan status
menghambat hemodinamik
ekspansi paru (misalnya, nilai
 Sindrom MAP dan irama
hipoventilasi jantung) segera
sebelumnya
selama dan setelah
suction)
□ Berdasarkan durasi
setiap suction
trakea, buang
sekret dan [cek]
respon pasien
terhadap suction
□ Bersihkan areal
sekitar stroma
trakea setelah
menyelesaikan
suction trakea
sebagaimana
mestinya
□ Hentikan suction
trakea dan
sediakan oksigen
tambahan jika
pasien pernah
mengalami
bradikardi,
peningkatan
ektopi, ventrikel

22
dan atau desaturasi
□ Instruksikan pasien
dan atau keluarga
untuk melakukan
suction
sebagaimana
mestinya

Bantuan ventilasi

□ Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
□ Posisikan pasien
untuk
mengurangi
dyspnea
□ Posisikan untuk
memfasilitasi
pencocokan
ventilasi atau
perfusi dengan
tepat
□ Bantu dalam hal
perubahan posisi
dengan sering
dan tepat
□ Posisikan untuk
meminimalkan

23
upaya bernapas
(misalnya,
mengangkat
kepala tempat
tidur, dan
memberikan over
bed table bagi
pasien untuk
bersandar
□ Anjurkan
pernapasan
lambat yang
dalam, berbalik,
dan batuk.
□ Bantu dengan
menggunakan
dorongan
spirometer, yang
sesuai
□ Auskultasi suara
nafas, catat area-
area penurunan
atau tidak adanya
ventilasi, dan
adanya suara
tambahan
□ Monitor
kelelahan otot
pernafasan
□ Mulai dan
pertahankan

24
oksigen
tambahan seperti
yang ditentukan
□ Kelola pemberian
obat nyeri yang
tepat untuk
mencegah
hipoventilasi
□ Monitor
pernafasan dan
status oksigenasi
□ Ajarkan teknik
pernafasan
dengan
mengerucutkan
bibir dengan
tepat
□ Ajarkan teknik
pernapasan
dengan tepat
□ Inisiasi program
kekuatan otot
atau pelatihan
daya tahan
pernafasan
dengan tepat

Terapi Oksigen :

25
 Bersihkan mulut,
hidung, dan sekresi
trakea dengan tepat
 Pertahankan
kepatenan jalan
napas
 Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui sistem
himudifier
 Monitor aliran
oksigen
 Periksa perangkat
[alat] secara berkala
untuk memastikan
bahwa konsentrasi
[yang telah
ditentukan] sedang
diberikan
 Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
 Pantau adanya
tanda-tanda
keracunan oksigen
dan kejadian
atelektasis
 Monitor adanya
kerusakan kulit
akibat adanya

26
gesekan perangkat
oksigen

4 Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan nutrisi Manajemen Nutrisi:


nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan
 Tentukan status gizi
kebutuhan tubuh. tubuh.
pasien dan
Batasan Karakteristik: Definisi: asupan nutrisi kemampuan pasien
tidak cukup untuk untuk memenuhi
 Berat badan 20%
memenuhi kebutuhan kebutuhan gizi.
atau lebih dibawah
metabolik.  Identifikasi adanya
rentang berat badan
alergi atau intoleransi
ideal Batasan Karakteristik:
makanan yang
 Bising usus
 Berat badan 20% atau dimiliki pasien.
hiperaktif
lebih dibawah rentang  Tentukan apa yang
 Cepat kenyang
berat badan ideal menjadi preferensi
setelah makan
 Bising usus hiperaktif makanan bagi pasien
 Diare
 Cepat kenyang setelah  Ciptakan lingkungan
 Gangguan sensasi
makan yang optimal pada
rasa
 Diare saat mengkonsumsi
 Kehilangan rambut
 Gangguan sensasi rasa makan (misalnya,
berlebihan
 Kehilangan rambut bersih, berventilasi,
 Kelemahan otot
berlebihan santai, dan bebas dari
untuk menelan
 Kelemahan otot untuk bau yang
 Kesalahan persepsi
menelan menyengat).
 Ketidakmampuan
 Kesalahan persepsi  Anjurkan pasien
memakan makanan
 Ketidakmampuan untuk duduk pada
 Kram abdomen
memakan makanan posisi tegak di kursi,
 Kurang informasi
 Kram abdomen jika memungkinkan.

27
 Kurang minat pada  Kurang informasi  Anjurkan keluarga
makanan  Kurang minat pada untuk membawa
 Nyeri abdomen makanan makanan favorit
 Penurunan berat  Nyeri abdomen pasien, sementara
badan dengan  Penurunan berat badan pasien berada di
asupan makanan dengan asupan rumah sakit atau
tidak adekuat makanan tidak fasilitas perawatan,
 Sariawan rongga adekuat yang sesuai.
mulut  Sariawan rongga  Monitor
Faktor yang mulut kecenderungan
berhubungan: Faktor yang terjadinya penurunan
berhubungan: dan kenaikan berat
 Faktor biologis
badan.
 Faktor ekonomi  Faktor biologis
 Gangguan  Faktor ekonomi
psikososial  Gangguan psikososial
 Ketidakmampuan  Ketidakmampuan Terapi Nutrisi :
makan makan
 Ketidakmampuan  Monitor intake
 Ketidakmampuan
mencerna makanan makanan/cairan dan
mencerna makanan
hitung masukan
 Ketidakmampuan  Ketidakmampuan
kalori perhari, sesuai
mengabsorpsi mengabsorpsi nutrient
kebutuhan
nutrient Kurang asupan makanan
 Monitor instruksi diet
 Kurang asupan
yang sesuai untuk
makanan
memenuhi kebutuhan
nutrisi [pasien]
perhari, sesuai
kebutuhan
 Sediakan [bagi]
pasien makanan dan

28
minuman bernutrisi
yang tinggi protein,
tinggi kalori dan
mudah dikonsumsi,
sesuai kebutuhan
 Kaji kebutuhan
nutrisi parenteral
 Berikan nutrisi
enteral sesuai
kebutuhan
 Bantu pasien untuk
memilih makanan
yang lunak, lembut,
dan tidak
mengandung asam
sesuai kebutuhan
 Berikan nutrisi yang
dibutuhkan sesuai
batas diet yang
dianjurkan

Manajemen Saluran
Cerna:

 Catat tanggal buang


air besar terakhir.
 Monitor buang air
besar termasuk
konsistensi, bentuk,
volume, dan warna,

29
dengan cara yang
tepat.
 Catat masalah BAB
yang sudah ada
sebelumnya, BAB
rutin dan penggunaan
laksatif
 Monitor bising usus.
 Instruksikan pasien
mengenai makanan
tinggi serat, dengan
cara yang tepat.
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :
Faktor risiko keperawatan selama ..... x
Infection Control
□ Kurang pengetahuan ..... jam diharapkan :
□ Bersihkan
untuk menghindari NOC :
lingkungan setelah
pemajanan patogen Status imunitas
dipakai pasien lain
□ Malnutrisi
□ Klien bebas dari tanda □ Pertahankan teknik
□ Obesitas
dan gejala infeksi isolasi
□ Penyakit kronis (mis.
□ Mendeskripsikan proses □ Batasi pengunjung
Diabetes mellitus)
penularann penyakit, bila perlu
□ Prosedur invasif
factor yang □ Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
Pertahanan Tubuh
penularan serta mencuci tangan saat
Primer Tidak Adekuat
penatalaksanaannya berkunjung
□ Gangguan integritas
□ Menunjukkan meninggalkan pasien
kulit
kemampuan untuk □ Gunakan sabun
□ Gangguan perisstalsis
mencegah timbulnya antimikroba untuk
□ Merokok
infeksi cuci tangan
□ Pecah ketuban dini
□ Jumlah leukosit dalam □ Cuci tangan setiap
□ Pecah ketuban lmbat

30
□ Perubahan pH sekresi batas normal sebelum dan sesudah
□ Stasis cairan tubuh □ Menunjukkan perilaku tindakan
hidup sehat keperawatan
Pertahanan Tubuh □ Gunakan baju,
Sekunder Tidak Adekuat sarung tangan
□ Imunosupresi sebagai alat
□ Leukopenia penlindung
□ Penurunan □ Pertahankan
hemoglobin lingkunan aseptic
□ Supresi respons selama pemasangan
inflamasi (mis. alat
Interleukin 6 [IL-6], □ Ganti letak IV
C-reactive protein perifer dan line
[CRP])] central dan dressing
□ Vaksinasi tidak sesuai dengan
adekuat petunjuk umum
□ Gunakan kateter
Pemajanan Terhadap intermiten untuk
Patogen Lingkungan menurunkan infeksi
Meningkat kandung kencing
□ Terpajan pada wabah □ Tingkatkan intake
nutrisi
□ Berikan terapi
antibiotic bila perlu
□ Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
□ Monitor hitung
granulosit, WBC
□ Monitor kerentanan
terhadap infeksi

31
□ Batasi pengunjung
□ Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
□ Pertahankan teknik
isolasi k/p
□ Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
□ Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
□ Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
□ Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
□ Dorong masukan
cairan
□ Dorong istirahat
□ Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai
resep
□ Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
□ Ajarkan cara
menghindari infeksi
□ Laporkan kecurigaan
infeksi

32
□ Laporkan kultur
positif

J. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
K. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)

33
DAFTAR PUSTAKA

Emyel. 2016. Askep TB Paru. (Online). Available at


https://www.scribd.com/document/324383472/ASKEP-TB-PARU-pdf. Diunduh pada 6
Oktober 2016.

Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Jogjakarta :
Medi Action
Kurniawati, Dwi. 2014. Askep Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien TBC. (Online).
Available at https://www.scribd.com/doc/210863872/ASKEP-KEBUTUHAN-
OKSIGENASI-PADA-PASIEN-TBC. Diunduh pada 6 Oktober 2016.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Seleksa Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta :
Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Ed 6, volume 1&2. Jakarta : EGC.
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”. (Online).
Available at https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-evaluasi-
keperawatan. Diunduh pada 6 Oktober 2016.

34

Anda mungkin juga menyukai