Anda di halaman 1dari 2

Manusia dan kepompong

Pernah liat kepompong? Ada suatu cerita ketika seseorang katakan saja A :)

Ketika ia melihat perjuangan seekor kupu-kupu untuk keluar dari kepompongnya yang sempit timbul
pemikiran untuk membantu dengan memperlebar jalan keluar kupu-kupu tersebut. Tentu saja sang
kupu-kupu dapat keluar dengan mudah tapi kesulitan seperti awalnya. Hmmmm...... senang rasanya
dapat membantu pikir si A. Tetapi ketika sang kupu-kupu siap akan terbang sang kupu-kupu malah
terjatuh tidak bisa mengepakkan sayap dengan sempurna? Si A tertegun apa yang salah?

(Penjelasan ilmiahnya saat sang kupu-kupu keluar dari kepompong dengan susah payah maka sang
kupu-kupu mengeluarkan cairan basah (Hemolymph) yang membantu pembesaran sayap dan tubuh
kupu-kupu).

Apa yang dapat diambil dari cerita singkat itu?

Dalam menghadapi kehidupan ini sebenarnya kita hanya tinggal menjalani tidak usah protes karena
susah dan peliknya kehidupan. Ingat Allah itu Maha Adil, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi tak
mungkin akan mencelakakan ciptaan-Nya. Keikhlasan ini bisa kita lihat dari seekor burung yang pergi
dari sarang tanpa tahu dimana mencari rezekinya tapi tetap berusaha ikhlas menjalaninya (amazing sang
burung pasti akan pulang dengan membawa rezekinya).

Jika kita ikhlas dan sabar menerima, pasti ada maksud dari setiap cerita perjalanan yang kita lalui. Sama
seperti kupu-kupu kesusahan pada awalnya adalah nikmat setelah semua itu dilaluinya sedangkan
kemudahan yang didapatnya kemudian membuat kesusahan baru baginya.

Tidak perlu mengharapkan campur tangan yang lain hanya berjalan mengikuti koridor yang telah kita
sepakati dengan sang Khalik saat kita masih di alam roh. Ingat kita hanya tinggal menjalaninya saja.

َ ْ
ۖ ‫َو ِإذ َأ َخ َذ َر ُّب َك ِم ۢن َب ِن ٓى َء َأد َم ِمن ُظ ُهو ِر ِه ْم ُذ ِّ ِري َت ُه ْم َو َأ ْش َه َد ُه ْم َع َل ٓى َأ ُنف ِس ِه ْم َأل ْس ُت ِب َر ِِّب ُك ْم‬
َ‫َق ُال ۟وأ َب َلى ۛ َشه ْد َن ٓا ۛ َأن َت ُق ُول ۟وأ َي ْو َم ْأل ِقي َم ِة ِإنا ُكنا َع ْن ه َذأ غ ِف ِلين‬
ِ
(١٧٢:‫) أألعرأف‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)",

Sufi bisnis
-M.A-

Anda mungkin juga menyukai