Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DI


RUANG MAWAR RUMAH SAKIT dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Kebutuhan Istirahat Tidur


Istirahat memiliki arti bersantai, menyegarkan diri, serta melepaskan diri
dari seegala hal yang mengganggu. Dengan demikian istirahat merupakan
keadaan tenang tanpa tekanan emosi aatau bebas dari kecemasan (Asmadi, 2008).
Menurut Tarwoto (2006) istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan
jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan
pengertian dari tidur yaitu merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian
dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan (Potter dan Perry, 2005). Tidur
oleh Tarwoto (2006) diartikan sebagai suatu keadaan relative tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-
ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yag
berbeda.
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama
tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon
pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan
khusus seperti sel otak (1988 dalam Potter & Perry). Pola kebutuhan tidur normal
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30% 3. Toddler a. Tidur 10-12 jam/hari b. Tahap REM
25%
3. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%

1
4. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
5. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
6. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
7. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari
b. Tahap REM 20%
8. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur menurut Tarwoto dan Wartonah


(2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu :
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

2
4. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a. Diuretik menyebabkan insomnia
b. Antidepresan menyupresi REM
c. Kafein meningkatkan saraf simpatik
d. Narkotika menyupresi REM

C. Anatomi dan Fisiologi Istirahat Tidur

Otak manusia terdiri dari sekitar 72-78% air, 10-12% protein dan 8-10%
lemak. Otak bekerja secara nonstop walaupun kita tidur, otak juga mengkonsumsi
sekitar 20% dari suplai oksigen tubuh dan 20% dari kalori yang dibutuhkan. Otak
manusia struktur cerebal cortexnya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan
kanan dan kiri yang disambung oleh corpus callosum. Belahan otak kanan
menguasai belahan kiri angota tubuh dan begitu sebaliknya. Belahan otak kiri
berfungsi untuk berfikir rasional, analitis, sekuensial, linier dan saintifik serta
membaca, berbahasa, berhitung, spasial, methaporik dengan lebih menyerap
konsep matematika. Sedangkan belahan otak kanan lebih bersifat lateral dan
berfungsi divergen dengan memberikan banyak kemungkinan jawaban,hal-hal
yang bersifat nonverbal seperti perasaan, emosi, musik, seni, kreativitas dalam
visualisasi ide dan sebagainya (Munawaroh dan Haryanto, 2005).
Melatonin merupakan hormon yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar pineal, sebuah kelenjar yang berukuran sekitar 1 cm, terletak pada
midline, melekat pada ujung posterior dari third ventricle di otak. Secara

3
histologis, kelenjar pineal tersusun oleh pinealocytes dan sel-sel glial. Melatonin
disintesis dari tryptophan melalui 5-hidoksilasi oleh tryptophan-5-hydroxylase
menjadi 5-hydroxytryptophan, kemudian mengalami dekarboksilasi oleh aromatic
aminoacid decarboxylase menjadi 5-hydroxy tryptamine 5 (serotonin). Di
kelenjar pineal, serotonin mengalami N-asetilasi oleh N-acetyl transferase (NAT)
menjadi N-acetylserotonin, kemudian mengalami O-metilasi oleh hydoxyindole-
O-methyl transferase (HIOMT) menjadi melatonin (N-acetyl-5-
methoxytryptamine). Melatonin disekresikan langsung ke dalam sirkulasi dan
didistribusikan ke seluruh tubuh. Melatonin juga disekresikan ke dalam cairan
cerebrospinal melalui pineal recess, mencapai konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan melatonin pada serum (Luh dkk., 2013).
Sleep-wake cycle pada manusia mengikuti ritme sirkadian yang diatur oleh
suprachiasmatic nucleus (SCN) yang terletak di hipotalamus anterior pada otak.
SCN sering disebut sebagai master circadian clock of the body karena perannya
dalam mengatur semua fungsi tubuh yang berhubungan dengan ritme sirkadian
termasuk core body temperature, sekresi hormon, fungsi kardio-pulmoner, ginjal,
gastrointestinal, dan fungsi neurobehavioral. Mekanisme molekuler dasar dimana
neuron pada SCN mengatur dan mempertahankan ritmenya adalah melalui
autoregulatory feedback loop yang mengatur produk gen sirkadian melalui proses
transkripsi, translasi, dan posttranslasi yang kompleks. Penyesuaian antara ritme
sirkadian internal 24 jam dengan kondisi lingkungan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, terutama cahaya, aktivitas fisik, dan sekresi hormon melatonin oleh
kelenjar pineal.
Fotoreseptor pada retina yang terlibat dalam ritme sirkadian berbeda dengan
fotoreseptor yang berfungsi dalam pengelihatan (rod dan cone). Secara spesifik,
suprachiasmatic nucleus (SCN) menerima input dari sel ganglion pada retina
yang mengandung fotopigmen yang disebut melanopsin melalaui retino-
hypothalamic pathway (RH tract) dan beberapa melalui lateral geniculate
nucleus. Sinyal tersebut kemudian melewati paraventricular nucleus (PVN),
hindbrain, spinal cord, dan superior cervical ganglion (SCG) menuju ke reseptor
noradrenergic (NA) pada kelenjar pineal. Aktivitas yang dipengaruhi oleh sinyal

4
ini adalah N-acetyltransferase (NAT) 6 yang merupakan enzim yang mengatur
sintesis melatonin dari serotonin (Gambar 1), dimana aktivitas NAT akan
meningkat 30-70 kali dalam keadaan tidak adanya cahaya. Sekresi melatonin
mulai meningkat pada malam hari, sekitar 2 jam sebelum jam tidur normal,
kemudian terus meningkat selama malam hari dan mencapai puncak antara pukul
02.00-04.00 pagi. Setelah itu, sekresi melatonin akan menurun secara gradual
pada pagi hari dan mencapai level yang sangat rendah pada siang hari.
Efek yang paling dapat dijelaskan dari peranan melatonin dalam mengatur
mekasnisme tidur adalah menurunkan sleep onset latency melalui sleep-switch
model. Secara anatomi dan fisiologis ditemukan adanya inhibisi mutual pada
aktivitas pemicu tidur pada hypothalamic ventrolateral preoptic nucleus dan
aktivitas pemicu terjaga pada locus coeruleus, dorsal raphe, dan
tuberomammillary nuclei, sistem yang dapat mengatur sleep switching. SCN
dapat mempengaruhi kedua subsistem ini melalui ventral subparaventricular zone
menuju ke hypothalamic dorsomedial nucleus, dimana berbagai fungsi sirkadian
diregulasi. Proyeksi dari dorsomedial nucleus menuju ventrolateral preoptic
nucleus dapat memicu tidur, sedangkan proyeksi menuju lateral hypothalamus
berhubungan dengan aktivitas yang terjadi dalam keadaan terjaga. Melatonin
dapat mempengaruhi switching mechanism ini dan mempercepat sleep onset
melalui reseptor-reseptor yang banyak terdapat pada SCN. Sedangkan peranan
melatonin dalam sleep maintenance tergantung pada durasi dan tingkat
desensitisasi reseptor serta ketersediaan melatonin dalam sirkulasi selama sleep
period.
Fisiologi tidur adalah pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh
sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).

5
Fisiologi tidur dibedakan menjadi dua tipe: tidur rapid eye movement
(REM) dan non-REM (NREM). Non Rapid Eye Movement (NREM) terjadi
kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Rapid Eye Movement (REM)
merupakan tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-
25 % dari tidurnya. Kedua tipe ini ditentukan oleh perbedaan dalam pola
electroencephalogram (EEG), gerakan mata, dan tonus otot.

D. Klasifikasi Gangguan Istirahat Tidur

1. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar
atau susah tidur.
2. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur
(Potter & Perry, 2005).
3. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat
tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain.
4. Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
insomnia. Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur
serta ketidak konsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan
atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal dant
terjadi deprivasi tidur kumulatif.
5. Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola
tidur seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi
pada anak-anak.

6
E. Tahapan Tidur

Tidur sendiri dibagi menjadi 2 tipe ( Japardi, 2002), yaitu tipe Rapid Eye
Movement (REM), dan tipe Non Rapid Eye Movement (NREM). Fase awal tidur
didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase
REM. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama
prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang
menjelang pagi atau bangun. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur
16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada
umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium, yaitu sebagai berikut.
a. Tidur stadium 1
Stadium ini terjadi ketika fase terjaga dan awal fase tidur yang terjadi
selama 3-5 menit dan seseorang sangat mudah dibangunkan pada fase
ini. Pada stadium ini kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang, dan
tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Gambaran EEG
(elektroensefalogram) biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa,
betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah.
Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
b. Tidur stadium 2
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih
berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG
terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep
spindle, gelombang verteks dan komplek K.
c. Tidur stadium 3
Fase ini lebih lama dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih
banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak
gelombang sleep spindle.
d. Tidur Stadium 4

7
Merupakan fase tisdur dalam dimana seseorang sukar dibangunkan.
Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak
gelombang sleep spindle.

F. Manisfestasi Klinis

1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari.
5) Kecemasan
6) Tegang
7) Frustasi
8) Sering terbangun
9) Lemah, letih
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.

8
G. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Obat Latihan
. & Lingkungan tidak
kelelahan
Substansi Stress / nyaman
Gaya hidup emosional

Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan
kenyamanan Sulit tidur
bekerja rotasi
tidur
Tegang /
frustasi
Kesulitan
menyesuaikan
Nutrisi & kalori Motivasi tidur
kurang perubahan jadwal Sering
tidur terbangun
Keinginan
Gangguan menanti tidur
pencernaan

Gangguan
Lemah & letih Gangguan Tidur proses tidur

Tidak dapat tidur


Tidak dapat tidur dengan Perbaikan pola tidur dalam periode
kualitas baik panjang

Akibat factor
Akibat faktor Kesiapan
eksternal Deprivasi tidur
internal (stress, meningkatkan
(lingkungan)
cemas) tidur

Gangguan pola 9
Insomnia
tidur
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian, tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli
atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy

10
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam
dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan
si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi
ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Pengobatan secara medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam,
Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut
mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb (Martin, 2000). Golongan obat
antidepresan yaitu amitriptilin, clomipramine, imipramine, trimipramine, dan
dothiepin. Adapun beberapa golongan obat antihistamin yang biasanya digunakan
untuk insomnia adalah klorfeniramin atau prometazin, sinarisin, siklisin dan
prometasin teoklat.

11
I. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Istirahat Tidur

1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan
tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang
membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami
keluhan yang dirasakan pada gangguan istirahat tidur.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit
lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang
dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun
penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai
apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan
kesehatannya.

12
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui
lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang
diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan
tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet
pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan,
kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta
mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur
6) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan
indera
7) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan
peran diri
8) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
9) Pola peran & hubungan
10) Pola manajemen & koping stres
11) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,
penampilan, depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di

13
pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri
tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-
tanda infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
(c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

14
(g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
(h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
f) Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan
atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.

2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


a). Domain 4 Kelas 1 Kode 00095
Insomnia : Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi.
Batasan Karakteristik :
1. Perubahan afek
2. Perubahan konsentrasi
3. Perubahan mood
4. Perubahan pola tidur
5. Gangguan status kesehatan
6. Penurunan kualitas hidup
7. Kesulitan memulai tidur
8. Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
9. Tidur tidak memuaskan
10. Bangun terlalu dini
11. Sering membolos
12. Peningkatan terjadi kecelakaan
13. Kekurangan energi
14. Pola tidur tidak menyehatkan
15. Gangguan tidur yang bedampak pada keesokan hari

Faktor yang Berhubungan:


1. Konsumsi alkohol

15
2. Ansietas
3. Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
4. Depresi
5. Kendala lingkungan
6. Ketakutan
7. Sering mengantuk
8. Berduka
9. Higiene tidur tidak adekuat
10. Ketidanyamanan fisik
11. Stresor

b). Domain 4 Kelas 1 Kode 00096


Deprivasi tidur : Periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran
relatif periodik dan berlangsung alami untuk istirahat.
Batasan Karakteristik :
1. Agitasi perubahan konsentrasi
2. Ansietas
3. Apatis
4. Memberontak
5. Konfusi
6. Penurunan kemampuan berfungsi
7. Waktu bereaksi memanjang
8. Mengantuk
9. Keletihan
10. Fleeting nystagmus
11. Halusinasi
12. Tremor tangan
13. Peningkatan sensivitas terhadap nyeri
14. Iritabilitas
15. Letargi
16. Malaise
17. Gangguan persepsi
18. Gelisah
19. Paranoia sementara

Faktor yang Berhubungan :


1. Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
2. Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
3. Kendala lingkungan
4. Konfus sore hari
5. Pola tidur tidak menyehatkan
6. Stimulasi lingkungan yang terus menerus

16
7. Ketidanyamanan yang lama
8. Teror tidur
9. Tidur berjalan
10. Ketidaksinkronan irama sirkadian yang terus-menerus
11. Higiene tidur tidak adekuat yang terus menerus

c). Domain 4 Kelas 1 Kode 000165


Kesiapan meningkatkan tidur : Pola berhentinya kesadaran relatif secara
periodik dan berlangsung alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan
gaya hidup yang diminati, yang dapat ditingkatkan.
Batasan Karakteristik :
1. Mengungkapkan minat meningkatkan tidur

d). Domain 4 Kelas 1 Kode 00198


Gangguan pola tidur : Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat
faktor eksternal.
Batasan Karakteristik :
1. Kesulitan berfungsi sehari-hari
2. Kesulitan memulai tertidur
3. Kesulitan mempertahankan tetap tidur
4. Ketidakpuasan tidur
5. Tidak merasa cukup istirahat
6. Terjaga tanpa jelas penyebabnya

Faktor yang Berhubungan :

1. Gangguan karena cara tidur pasangan tidur


2. Kendala lingkungan
3. Kurang privasi
4. Pola tidur tidak menyehatkan

17
3. Perencanaan / Nursing Care Plan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NIC


1. Insomnia NOC 1) Peningkatan Koping: membantu pasien
 Tingkat Kecemasan untuk beradaptasi dengan persepsi, stressor,
 Tingkat nyeri perubahan atau ancaman yang mengganggu
 Status kenyamanan :lingkungan pemenuhan tuntutan dan peran hidup
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2) Manajemen Lingkungan Kenyamanan:
selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak Memanipulasi lingkungan sekitar pasien
mengalami insomnia dengan kriteria untuk meningkatkan kenyamanan yang
hasil: optimal
a. Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam 3) Peningkatan Tidur: Memfasilitasi siklus
per 24 jam untuk orang dewasa) tidur-terjaga yang teratur
b. Pola, kualitas, dan rutinitas tidur
c. Perasaan segar setelah tidur
d. Terbangun di waktu yang sesuai

2. Deprivasi tidur NOC 1) Manajemen energi:

18
 Status kenyamanan: lingkungan Mengatur penggunaan energi untuk
 Status kenyamanan : fisik mengatasi atau mencegah keletihan dan
 Kontrol nyeri mengoptimalkan fungsi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2) Manajemen Medikasi: memfasilitasi
selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak penggunaan obat resep dan obat bebas yang
mengalami deprivasi tidur dengan kriteria aman dan efektif
hasil: 3) Manajemen alam perasaan: menciptakan
a. Menunjukkan tidur yang dibuktikan keamanan, kestabilan, pemulihan, dan
oleh indikator berikut (gangguan pemeliharaan pasien yang mengalami
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau disfungsi alam perasaan baik depresi mapun
tidak mengalami gangguan) peningkatan alam perasaan
1) Perasaan segar setelah tidur 4) Peningkatan tidur: memfasilitasi siklus tidur-
2) Pola dan kualitas tidur bangun yang teratur
3) Rutinitas tidur
4) Jumlah waktu tidur yang
terobservasi
5) Terjaga pada waktu yang tepat
b. Melaporkan penurunan gejala
deprivasi tidur (misalnya ansietas,

19
mengantuk pada siang hari, gangguan
perseptual, dan kelelahan)
c. Mengindetifikasikan dan melakukan
tindakan yang dapat meningkatkan
tidur atau istirahat
d. Mengidentifikan faktor yang dapat
menimbulkan deprivasi tidur
(misalnya nyeri, ketidakadekuatan
aktivitas pada siang hari)
3. Kesiapan Meningkatkan tidur NOC 1) Manajemen Energi : Mengatur penggunaan
 Istirahat energy untuk mengatasi atau mencegah
 Tidur
keletihan dan mengoptimalkan fungsi
 Respon pengobatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2) Manajemen Lingkungan Kenyamanan:
selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat Memanipulasi lingkungan sekitar pasien
meningkatkan tidur dengan kriteria hasil
untuk meningkatkan kenyamanan optimal
Pasien akan :
1. Mengidentifikasi tindakan yang akan 3) Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus
meningkatkan istirahat atau tidur tidur-bangun yang teratur
2. Mendemonstrasikan kesejahteraan

20
fisik dan psikologis
3. Mencapai tidur yang adekuat tanpa
menggunakan obat
4. Gangguan Pola Tidur NOC 1) Determinasi efek-efek medikasi terhadap
 Tingkat kelelahan pola tidur
 Status kenyamanan :lingkungan 2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3) Fasilitas untuk mempertahakan aktivitas
selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak sebelum tidur (membaca)
terganggu saat tidur dengan kriteria hasil: 4) Ciptakan lingkungan nyaman
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal 5) Kolaborasi pemberian obat tidur
6-8 jam/hari 6) Diskusikan dengan pasien dan keluarga
b. Pola tidur, kualitas dalam batas tentang teknik tidur pasien
normal 7) Instruksikan untuk memonitor tidur pasien
c. Perasaan segar sesudah tidur atau 8) Monitor waktu makan minum dengan waktu
istirahat tidur
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang 9) Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap
meningkatkan tidur. hari dan jam

21
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bulechek, Gloria,dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).

Philadelpia: Elsevier.

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:

definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Moorhead, S.M.J.,M.L. Maas., dan E. Swanson. 2016. Nursing Outcomes

Classification (NOC). Philadelpia: Elsevier.

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan

Praktik, Edisi 4volume 1.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika

Salemba.

22

Anda mungkin juga menyukai