oleh
Devi Putwi Hardini, S.Kep
NIM 182311101051
Mahasiswa
(...........................................................) (........................................................)
NIP. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR KRITIS PADA KLIEN
DENGAN NON ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION
(NSTEMI) DI RUANG ICCU RSUP SANGLAH DENPASAR
A. Definisi
Non STEMI mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner &
Sudarth, 2002). Non Stemi merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung)
akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat. Non STEMI merupakan
tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner
akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang
terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner
(Kalim, 2001).
B. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi
karena thrombosis akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga terjadi eskemia
miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih
kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan
elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang telah
dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri
koroner mungkin juga bertanggung jawab menyebabkan NSTEMI.
Faktor resiko
1) Yang tidak dapat diubah
a. Umur
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
c. Riwayat penyakit jantung koroner pada anggota keluarga diusia muda
d. Hereditas
e. Ras
2) Yang dapat diubah
a. Mayor: hiperlipidemia, hipertensi, Merokok, Diabete, Obesitas, Diet tinggi
lemak jenuh, kalori.
b. Minor: Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius, kompetitif, stress
psikologis berlebihan.
C. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi
karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri
koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous
cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung
ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh
yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang
menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin
proinflamasi seperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di
hati. (Harun S, Alwi Idrus, 2006)
Gejala yang di temukan
a. Khas nyeri dada dengan lokasi substernal atau kadang kala di epigastrium dengan
ciri sepertidiperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan
b. Tidak khas seperti: Dispneu, Mual, Diaphoresis, Sinkop, atau nyeri di lengan,
epigastrium, bahu atas atau leher
Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang
memiliki gejala dengan onset baru angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat. Pada pemeriksaan
Elektro Kardiogram (EKG) segmen ST merupakan hal penting yang menentukan
risiko pada pasien. Pada Trombolysis in Myocardial (TIMI) III Registry, adanya
depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupkan predictor outcome yang buruk.
Kaul et al. menunjukkan peningkatan resiko outcome yang buruk meningkat secara
progresif dengan memberatnya depresi segmen ST maupun perubahan troponin T
keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien-pasien dengan
NSTEMI. Pada pemeriksaan laboratorium Troponin T atau Troponin I merupakan
pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dari pada CK dan CKMB. Pada pasien
NSTEMI, peningkatan Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat
menetap sampai 2 minggu (Anderson Jeffry L, 2007)
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian terbesar ventrikel kiri, septum dan
atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri,
sedikit bagian posterior septum, dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih
sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri (cabang sirkumfleks).
Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri kanan dan 10% dari sisi kiri (cabang
sirkumfleks). Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri Kugel. Jadi
jelaslah obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan
obstruksi arteri koroner kanan menyebabkan infark inferior. Tetapi bila obstruksi
telah terjadi dibanyak tempat dan kolateral-kolateral telah terbentuk, lokasi infark
mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal mana yang terkena. AMI sulit
dikenali pada 24-48 jam pertama, setelah ini serat-serat miokard membengkak dan
nuklei menghilang. Di tepi infark dapat terlihat perdarahan dan bendungan. Dalam
beberapa hari pertama daerah infark akut sangat lemah. Secara histologis
penyembuhan tercapai sekurang-kurangnya setelah 4 minggu, namun pada umumnya
setelah 6 minggu.
Proses terbentuknya plaque (aterosklerosis) banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, terutama kebiasaan hidup yang tidak baik, antara lain: merokok, makan
berlebihan (obesitas), latihan fisik yang kurang, pengaruh psikososial, pada diit
rendah serat, asupan natrium, alkohol. Dari hal-hal tersebut di atas akan menimbulkan
penumpukan lemak yang berlebihan, sehingga akan terbentuk kolesterol. Bila
aktivitas manusia rendah, kolesterol ini akan menumpuk di dalam lumen arteri
koronaria dan terbentuklah plaque (aterosklerosis). Plaque ini semakin lama semakin
menebal dan bisa sampai menutupi pembuluh darah koroner, sehingga jantung tidak
mendapatkan suplai O2 dan nutrisi, yang akriteria hasilnya akan terjadi infark
miokard akut, gejala yang paling sering muncul adalah adanya nyeri dada yang
kriteria khas.
c. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan
biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak
inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
d. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah.
E. Komplikasi
1. Perluasan infark dan iskemia paska infark
2. Aritmia
3. Disfungsi otot jantung
4. Gagal jantung kiri
5. Syok
6. Infark ventrikel kanan
7. Defek mekanik
8. Ruptur miokard
9. Aneurisme ventrikel kiri
10. Perikarditis
11. Trombus mural
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
b. Enzim Jantung.
Pemeriksaan enzim jantung :
1) CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
2) LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
3) AST/SGOT
Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam
24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
4) Troponin T dan Troponin I
Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih
spesifik dari pada CK dan CKMB. Pada pasien NSTEMI, peningkatan
Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2
minggu.
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah NSTEMI
berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau
kronis
g. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga aneurisma
ventrikuler.
j. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
k. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
l. Tes stress olah raga/Tredmile
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
G. Penatalaksanaan
a) Rawat ICCU, puasa 8 jam
b) Tata Laksana: Segera rujuk setelah pemberian MONACO:
M : Morfin, 2,5-5 mg IV
O : Oksigen 2-4 L/m
N : Nitrat, bisa diberikan nitrogliserin infus dengan dosis mulai dari
5mcg/m (titrasi) atau ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kali
A : Aspirin, dosis awal 160-320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan
1 x 160 mg
CO : Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg, dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 x 75 mg
Dirujuk dengan terpasang line infus dan oksigen
c) Modifikasi gaya hidup:
d) Modifikasi gaya hidup dalam hal pola makan, olah raga/aktivitas
fisik, menghentikan rokok, pengendalian stres, untuk menurunkan risiko
predisposisi.
e) Pengobatan Biomedis (dilakukan di layanan rujukan):
1. Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 jam IV tiap 4-6 jam
2. Streptokinase/trombolisis
3. PCI (Percutaneous coronary intervention)
f) Diet rendah kalori dan mudah dicerna
g) Psikoterapi untuk mengurangi cemas
Aterosklerosis
Trombosis
H. PATHWAY Konstriksi arteri koronaria
Pemeriksaan penunjang
4 Resiko kelebihan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tanda-tanda vital pasien. 1. pasien dengan NSTEMI
volume cairan keperawatan 2) Ukur masukan dan haluaran, terjadi iskemik dan
ekstravaskuler selama 3x24 jam pasien catat keseimbangan positif asupan oksigen yang
berhubungan menunjukkan kelebihan (pemasukan melebihi kurang
dengan penurunan volume cairan membaik pengeluaran). 2. kebutuhan cairan perlu
kreiteria diatur apabila odem
perfusi ginjal, 3) Timbang berat badan tiap
hasil: 3. kelebihan cairan harus
peningkatan natrium NOC: hari, dan catat peningkatan diuku untuk menentukan
atau retensi air , Keseimbangan Cairan lebih dari 0,5 kg/hari. intake
peningkatan tekanan 4) Auskultasi paru, catat 4. pasien dengan NSTEMI
hidrostatik, penurunan/tak adanya bunyi mempunyai suara napas
penurunan protein a. tekanan darah dalam batas nafas dan terjadinya bunyi tambahan apabila ada
plasma. normal 100-140 mmHg tambahan (contoh krekels). infeksi tambahan
b. Tak ada distensi vena 5) Auskultasi bunyi jantung, 5. pasien dengan NSTEMI
mempunyai suara
perifer atau vena dan catat terjadinya irama gallop jantung tambahan
edema dependen S3/S4. apabila ada komplikasi
c. Suara paru veshikuler 6) Kaji derajat perifer atau 6. pasien dengan NSTEMI
d. berat badan ideal (BB edema dependen. terjadi odem dan harus
idealTB –100 ± 10 %) 7) Kolaborasikan dengan tim diperiksa untuk mengatu
medis pemberian diuretic keseimbangan cairan
7. pasien dengan NSTEMI
(spironolakton (Aldakton);
terjadi ketidak
furosemid (lasix). keseimbangan cairan
8) Berikan pendidikan kesehatan 8. keluarga pasien dengan
tentang penyakit NSTEMI NSTEMI kurang
mengetahui konsep
penyakit
5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Catat frekuensi & kedalaman 1. pasien dengan NSTEMI
pertukaran gas keperawatan pernafasan, penggunaan otot terjadi iskemik dan asupan
berhubungan selama 3x24 jam pasien Bantu pernafasan oksigen yang kurang
dengan gangguan menunjukkan Kerusakan 2. Auskultasi paru untuk 2. pasien dengan NSTEMI
aliran darah ke pertukaran gas membaik mengetahui penurunan atau mempunyai suara napas
alveoli atau kreiteria tidak adanya bunyi nafas dan tambahan apabila ada
hasil: infeksi tambahan
kegagalan utama adanya bunyi tambahan misal
NOC: 3. apabila ada secret karena
paru, perubahan Status krakles, ronki dll. pasien dengan NSTEMI
membran alveolar- pernapasan:pertukaran gas 3. Lakukan tindakan untuk terjadi iskemik dan asupan
kapiler ( 1. Tidak sesak nafas memperbaiki atau oksigen yang kurang
atelektasis, kolaps 2. Ttidak gelisah mempertahankan jalan nafas 4. posisi mempengaruhi
jalan nafas atau 3. GDA dalam batas Normal misalnya , batuk, bebab paru untuk
alveolar edema penghisapan lendir dll. mengembang dan
(
mengempis
paru atau efusi, Co2 > 45 mmHg dan 4. Tinggikan kepala atau
5. pasien dengan NSTEMI
sekresi berlebihan Saturasi < 80 mmHg) tempat tidur sesuai terjadi iskemik dan asupan
atau perdarahan 4. Oksigenasi dengan GDA kebutuhan dan toleransi oksigen yang kurang
aktif) dalam rentang normal (pa pasien
O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 5. Kaji toleransi aktifitas
45 mmHg dan Saturasi < 80 misalnya keluhan kelemahan
mmHg) selama kerja atau tanda vital
berubah.
6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Activity therapy 1. pasien dengan NSTEMI
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji kemampuan ADL pasien. terjadi iskemik dan
dengan diharapkan pasien dapat 2. Kaji kehilangan atau gangguan asupan oksigen yang
meningkatkan aktivitas yang keseimbangan, gaya jalan dan kurang
ketidakseimbangan
dapat diltoleransi dengan 2. pasien dengan NSTEMI
antara suplai kelemahan otot.
kriteria hasil terjadi iskemik dan
oksigen miocard 3. Observasi tanda-tanda vital asupan oksigen yang
dan kebutuhan, NOC: sebelum dan sesudah kurang dan lemas
adanya iskemik/ Activity tolerance aktivitas. 3. pasien dengan NSTEMI
nekrotik jaringan 1. Berpartisipasi dalam 4. Berikan lingkungan tenang, terjadi iskemik dan
miocard aktivitas fisik tanpa batasi pengunjung, dan asupan oksigen yang
disertai peningkatan kurangi suara bising, kurang dan
hemodinamik yang
tekanan darah, nadi, dan pertahankan tirah baring bila
berubah
RR di indikasikan. 4. pasien dengan NSTEMI
2. Mampu melakukan 5. Gunakan teknik menghemat terjadi iskemik dan
aktivitas sehari-hari energi, anjurkan pasien asupan oksigen yang
(ADLs) secara mandiri istirahat bila terjadi kelelahan kurang sehingga sering
3. Tanda-tanda vital normal dan kelemahan, anjurkan lemas
4. Energy psikomotor pasien melakukan aktivitas 5. mengoptimalkan
kecukupan oksigen
5. Level kelemahan semampunya (tanpa
6. Mampu berpindah dengan memaksakan diri).
atau tanpa bantuan alat
7. Status kardiopulmunari
adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
7 cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda dan respon verbal 1. pasien dengan NSTEMI
dengan ancaman keperawatan selama 3x24 jam serta non verbal terhadap mengalami perubahan
aktual terhadap diharapkan pasien dapat ansietas fisiologis tubuh sehingga
menurunkan cemas dengan
integritas biologis 2. Ciptakan lingkungan yang pasien bingun
kriteria hasil
Anxiety level: tenang dan nyaman 2. lingkungan yang nyaman
1. Klien tampak rileks 3. Ajarkan tehnik relaksasi mengurangi kwawatir
2. Klien dapat beristirahat 4. Minimalkan rangsang yang 3. pasien dengan NSTEMI
3. TTV dalam batas normal membuat stress memerlukan oksigen
5. Berikan sentuhan pada klien yang adekuat
dan ajak kllien berbincang- 4. stress meningkatkan
bincang dengan suasana metabolism tubuh
tenang 5. lebih akrab dengan pasien
6. Berikan support mental 6. mengurangi stressor
7. Kolaborasi pemberian 7. pasien dengan NSTEMI
sedatif sesuai indikasi yang mengalami
kebutuhan oksigen tidak
adekuat dapat cemas dan
mengalami penurunan
kesadaran dan berisiko
memberontak
Daftar Pustaka
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mangunkusuma, Vidyapati W,
1988, Penanganan Cidera Mata dan Aspek Sosial Kebutaan, Universitas
Indonesia, Jakarta