Anda di halaman 1dari 5

UPEJ (1) (2012)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

PENERAPAN MODEL DISCOVERY TERBIMBING PADA


PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF

Fathur. Rohim, Hadi Susanto, Ellianawati

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Indonesia
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
Diterima Maret 2012
discovery terbimbing pada materi kalor terhadap peningkatan kemampuan
Disetujui Maret 2012
berpikir kreatif siswa MTs Matholi’ul Huda Troso. Penelitian eksperimen ini
Dipublikasikan Mei 2012
menggunakan Design Control Group Pre-test – Post-test. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Matholi’iul Huda Troso tahun ajaran
2010/2011. Pengambilan sampel melalui teknik simple random sampling dengan
Kata Kunci : mengambil dua kelas secara acak dari populasi sebagai kelas kontrol dan kelas
Berpikir kreatif eksperimen. Analisis uji gain ternormalisasi memberikan hasil peningkatan
Discovery terbimbing rendah untuk siswa yang diajar menggunakan model discovery terbimbing dan
Diskusi kecil untuk siswa yang diajar menggunakan metode diskusi. Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery terbimbing
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Abstract
This research was aimed to determine the application of guided discovery
learning applied in heat topic in increasing the ability of Matholi’ul Huda Islamic
Secondary School students’ creative thinking skills. The design of this research
was experimental research with the Control Group Pre-test Post-test Design. The
population of this research were the students grade of VII Matholi’ul Huda
Islamic Secondary School year 2010/2011. Sampling technique of this research
were used simple random sampling technique by taking two classes from the
population as a control class and an experimental class. The data analysis using
gain normalized test showed that the result is medium category for class which
was taught by guided discovery model, and low category for class which was
taught by discussion method. The conclusion of this research is that the
application of guided discovery learning can increase the students’ creative
thinking skills.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
E-mail: fhur36@yahoo.com ISSN NO 2257-6935
F Rohim / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)
PENDAHULUAN frekuensinya masih kecil. Dari beberapa
Proses pembelajaran merupakan pokok kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa
utama dari keseluruhan proses pendidikan yang memperoleh hasil belajar kurang dari batas
formal, karena melalui sebuah proses ketuntasan dan kemampuan berpikir kreatif
pembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa kurang baik.
siswa yang berisi berbagai tujuan pendidikan. Ndraka sebagaimana dikutip oleh Wirta
Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP / (2008), Pembelajaran Fisika di sekolah
MTs adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk hendaknya menyiapkan anak didik untuk (1)
menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. dalam kehidupan sehari-hari dengan
Kemampuan berpikir perlu menggunakan konsep-konsep sains yang telah
dikembangkan sejak dini, karena diharapkan mereka pelajari, (2) mampu mengambil
dapat menjadi bekal dalam menghadapi keputusan yang tepat dengan menggunakan
persoalan dalam kehidupan sehari - hari. konsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyai
Kemampuan berpikir juga sebagai sarana untuk sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang
mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa dihadapi sehingga memungkinkan mereka
mampu memecahkan masalah taraf tinggi untuk berpikir dan bertindak secara ilmiah.
(Nasution, 2008). Untuk memecahkan permasalahan
Berpikir kreatif merupakan salah satu pembelajaran yang demikian perlu dilakukan
tahapan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan upaya antara lain berupa perbaikan strategi
dalam kehidupan masyarakat, dan manusia pembelajaran yaitu mengubah model
selalu dihadapkan pada permasalahan sehingga pembelajaran yang dapat memfasilitasi
diperlukan kreativitas untuk memecahkan terjadinya komunikasi antara siswa dengan
permasalahan tersebut. Azumardi sebagaimana siswa dan guru dengan siswa, sehingga mampu
dikutip oleh Suryosubroto (2009: 194) menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif
menyatakan bahwa paradigma pendidikan siswa.
harus dilandasi sistem pembelajaran yang Menurut Munandar (1999: 85) bahwa
mengajarkan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir mengajar dengan discovery selain berkaitan
kritis merupakan penilaian kritis terhadap dengan penemuan juga bisa meningkatkan
kebenaran fenomena, sedangkan berpikir kreatif kemampuan berpikir kreatif. Model
berkaitan dengan kemampuan untuk memaknai pembelajaran discovery merupakan kegiatan
fenomena. pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
Upaya mencapai tujuan pembelajaran seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
sains khususnya fisika masih menemui kendala. menemukan sesuatu (benda, manusia, atau
Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
penggunaan metode yang kurang tepat dalam sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
proses pembelajaran. Pembelajaran sering kali penemuannya dengan penuh percaya diri.
hanya menekankan pada aktivitas mengingat, Menurut Joolingen (1999), discovery
memahami, dan mengaplikasikan. Tantangan learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana
masa depan menuntut pembelajaran harus lebih siswa membangun pengetahuan mereka sendiri
mengembangkan keterampilan berpikir. dengan mengadakan suatu percobaan dan
Berdasarkan survei yang dilakukan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan
penulis di MTs Matholi’ul Huda Troso tersebut.
ditemukan beberapa kendala pada proses Menurut Shulman dan Keisler
pembelajaran. Pertama, pembelajaran fisika sebagaimana dikutip oleh Mayer (2004: 15)
banyak mengandung prinsip, konsep, dan teori bahwa dalam pembelajaran discovery
yang abstrak sulit dipahami oleh siswa. Kedua, terbimbing umumnya lebih efektif dari pada
siswa kurang optimal saat mengikuti discovery murni. Beberapa siswa tidak
pembelajaran sehingga pemahaman konsep mempelajari aturan atau prinsip dengan
siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya discovery murni, melainkan dengan discovery
menghafal materi. Ketiga, dari kelima aspek terbimbing. Model discovery terbimbing lebih
kemampuan berpikir kreatif yang terlihat dalam efektif dalam pembelajaran IPA, karena model
proses pembelajaran hanya aspek bertanya dan ini membantu siswa bertemu dengan dua
menjawab pertanyaan dari guru, itupun kriteria penting dalam pembelajaran aktif yaitu

2
F Rohim / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)

membangun pengetahuan untuk membuat tinggi : g 0,7


pengertian dari informasi baru dan sedang : 0,3 g < 0,7
mengintegrasikan informasi baru sampai
rendah : g < 0,3.
ditemukan pengetahuan yang tepat.
Signifikansi dari peningkatan tersebut
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dilihat melalui uji t.
mengetahui pengaruh model pembelajaran
discovery terbimbing terhadap peningkatan HASIL DAN PEMBAHASAN
kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada
penelitian ini meliputi berpikir lancar, berpikir
METODE
luwes, berpikir orisinil, evaluasi, dan
Penelitian ini merupakan penelitian
kemampuan elaborasi. Penilaian kemampuan
eksperimen dengan desain control group pre-test
berpikir kreatif siswa selama pembelajaran
- post-test. Desain penelitian yang menggunakan
diperoleh dari soal evaluasi bentuk uraian.
desain eksperimen ini mengukur kondisi awal
siswa dengan pre-test kemudian mengukur Hasil kemampuan berpikir kreatif siswa
perbedaan kondisi kelas setelah diberi perlakuan dalam penelitian ini pada saat pre-test, rerata
yang berbeda dengan post-test dengan kelas eksperimen 46 dan kelas kontrol 45. Pada
sebelumnya memastikan kedua kelas homogen saat post-test, hasil rerata kelas eksperimen 62
pada kondisi awal. dan kelas kontrol 50. Lebih jelasnya hasil
kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian
Metode pengumpulan data dalam
ini disajikan dalam Tabel 1.
penelitian ini menggunakan metode tes.
Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh
melalui tes uraian yang disesuaikan dengan
indikator kemampuan berpikir kreatif. Uji
kriteria kemampuan berpikir kreatif dianalisis
menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil belajar siswa berupa kemampuan


berpikir kreatif siswa saat pre-test pada kelas
kontrol jumlah siswa berkategori cukup kreatif
Kriteria kemampuan berpikir kreatif 24 dan kurang kreatif 21, sedangkan kelas
adalah: eksperimen jumlah siswa berkategori cukup
81,25 <x≤ 100 : sangat kreatif kreatif 27 dan kurang kreatif 18. Tidak ada
siswa yang berkategori kreatif pada saat pre-test.
62,50 <x≤ 81,25 : kreatif
Hasil post-test pada kelas kontrol jumlah siswa
43,75 <x≤ 62,50 : cukup kreatif yang berkategori cukup kreatif 37 dan kurang
25,00 <x≤ 43,75 : kurang kreatif kreatif 8, sedangkan kelas eksperimen jumlah
Uji peningkatan kemampuan berpikir siswa yang berkategori kreatif 13, cukup kreatif
kreatif bertujuan untuk mengetahui besar 29, dan kurang kreatif 3. Hasil post-test
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukkan
sebelum diberi perlakuan dan setelah kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
mendapatkan perlakuan. Peningkatan Lebih jelasnya hasil belajar kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kreatif siswa dapat kreatif siswa disajikan pada Tabel 2.
dihitung menggunakan rumus gain
ternormalisasi sebagai berikut:

<S_(pre )> = skor rata - rata hasil pre-


test
Hasil rekapitulasi persentase indikator
<S_post > = skor rata - rata hasil post- kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol
test melalui metode tes meliputi berpikir lancar
Besarnya faktor <g> dikategorikan 45,5%, berpikir orisinil 45%, berpikir luwes
sebagai berikut: 44,7%, kemampuan evaluasi 46%, dan
3
F Rohim / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)
kemampuan elaborasi 46%. Sedangkan untuk penglihatan berasal dari penemuan siswa itu
kelas eksperimen meliputi berpikir lancar sendiri. Pengalaman sosial diperoleh saat siswa
55,3%, berpikir orisinil 70%, berpikir luwes berinteraksi dengan teman sekelompok waktu
61,3%, kemampuan evaluasi 64%, dan melakukan percobaan sehingga mereka lebih
kemampuan elaborasi 61%. terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal
Berdasarkan analisis data, rata-rata tersebut sesuai dengan pendapat Burscheid dan
kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami Struve sebagaimana dikutip oleh Markaban
peningkatan baik kelas eksperimen maupun (2006: 11), bahwa konsep teori di sekolah tidak
kelas kontrol. Akan tetapi peningkatan kelas cukup dengan hanya menfokuskan pada
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. individu siswa untuk menemukan konsep, tetapi
Hal tersebut disebabkan karena dalam perlu adanya social implus agar siswa dapat
pembelajaran kelas eksperimen menggunakan mengkonstruksikan konsep seperti teori yang
model discovery terbimbing, sedangkan kelas diinginkan.
kontrol dalam pembelajarannya menggunakan Berbeda dari model pembelajaran
metode diskusi. discovery terbimbing yang melakukan
Pada kelas eksperimen menggunakan percobaan untuk menemukan konsep. Kelas
model pembelajaran discovery terbimbing yang kontrol menggunakan metode pembelajaran
memberikan dampak positif terhadap siswa. diskusi. Pada pembelajaran diskusi, siswa diberi
Model pembelajaran ini mampu memberikan berbagai persoalan untuk didiskusikan secara
kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan
proses pembelajaran. Siswa didorong untuk empat sampai lima siswa sehingga mereka bisa
mempunyai pengalaman dalam melakukan saling membantu dengan cara berdiskusi untuk
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsep, prinsip, atau jawaban
menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan materi kalor. Pada kelas kontrol sebelum siswa
bagi dirinya sendiri dengan bimbingan dari berdiskusi guru memberi gambaran sedikit
guru. Melalui penerapan model pembelajaran tentang materi kalor, kemudian siswa diberi
discovery terbimbing, siswa sungguh terlibat lembar diskusi yang berisi berbagai persoalan
pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip, untuk didiskusikan. Siswa cukup mengalami
dan jawaban lewat percobaan. Sesuai pendapat kesulitan sebab saat berdiskusi dengan
Hai-Jew (2008) bahwa discovery memberikan kelompok untuk memecahkan persoalan pada
ruang belajar siswa untuk membuat keputusan lembar diskusi, diskusi tersebut tanpa ada
dan membentuk kompetensi baru. percobaan atau alat peraga untuk menemukan
jawaban. Siswa dalam menjawab hanya bisa
Pada pembelajaran discovery
membayangkan serta ingatan mereka saat
terbimbing, siswa terlibat dalam kelompok
mendegarkan penjelasan dari guru. Masalah
untuk melakukan percobaan di laboratorium.
tersebut yang menyebabkan perbedaan nilai
Setiap kelompok beranggotakan enam sampai
rata-rata berpikir kreatif kelas kontrol lebih
tujuh siswa sehingga mereka bisa saling
rendah sedikit dari rata-rata berpikir kreatif
membantu dengan cara bekerjasama untuk
kelas eksperimen. Membuktikan bahwa
menemukan konsep, prinsip, atau jawaban
pembelajaran discovery terbimbing, memberi
lewat praktikum pada materi kalor. Hal tersebut
pengalaman belajar siswa untuk melahirkan
sesuai dengan kajian psikologi Santiyasa (2007:
pemahaman yang baik sehingga hasil belajar
7), bahwa anak lebih mudah mempelajari hal
siswa juga menjadi lebih baik.
yang konkret ketimbang yang bersifat abstrak.
Pembelajaran fisika yang bersifat abstrak akan Pada pelaksanaan pembelajaran
lebih mudah dipelajari ketika berawal dari discovery terbimbing dalam penelitian ini
sesuatu yang konkret atau nyata. mengalami beberapa kendala. Pertama, siswa
belum terbiasa melakukan percobaan dan
Pada proses pembelajaran guided
diskusi, sehingga kegiatan tersebut masih
discovery siswa juga mengalami dua
kurang efektif. Bringuir dalam Holzer (2000: 1)
pengalaman belajar yaitu pengalaman mental
menyatakan bahwa pengetahuan harus
dan pengalaman sosial. Pengalaman mental
dibangun oleh kebiasaan perbuatan belajar
diperoleh dari indra pendengaran dan
siswa dan tidak dapat diberikan langsung oleh
penglihatan, informasi yang didapatkan
guru. Oleh karena itulah siswa yang belum
berdasarkan apa yang didapatakan berdasarkan
terbiasa dengan kegiatan percobaan dan diskusi
indra pendengaran diperoleh dari penjelasan
harus dibiasakan terlebih dahulu untuk
yang diberikan guru sedangkan indra
4
F Rohim / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)

mendapatkan hasil yang lebih baik. (4) Ketika pembelajaran berlangsung,


Peningkatan hasil tes tertulis sebaiknya proses kemampuan berpikir kreatif
kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum (pre- siswa diukur melalui penilaian afektif dan
test) dengan sesudah treatment (post-test) psikomotorik.
dilihat melalui uji gain <g>. Nilai <g> yang (5) Perlunya penelitian lebih lanjut pada
diperoleh pada kelas kontrol sebesar 0,09 dan materi, kelas, dan sekolah yang berbeda.
memiliki kategori peningkatan bersifat rendah.
Pada kelas eksperimen nilai <g> yang diperoleh
sebesar 0,3 memiliki kategori peningkatan DAFTAR PUSTAKA
bersifat sedang.
Holzer S.M. dan Raul H. Andruet.
Pembelajaran discovery terbimbing ini dapat
2000. Active Learning in the Classroom.
dijadikan alternatif pembelajaran baru bagi Journal of Virginia Polytechnic Institute and
guru-guru, karena pembelajaran ini terbukti State University. 1-10.
berpengaruh terhadap hasil kemampuan Joolingen, W.V. 1999. Cognitive Tools
berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat dari For Discovery Learning. International Journal
Of Artificial Intelligence In Education
hasil belajar siswa, dimana kelas eksperimen
(IJAIED) 10
memperoleh rata-rata nilai yang lebih baik dari
Markaban. 2006. Model Pembelajaran
pada kelas kontrol. dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
SIMPULAN DAN SARAN Pusat Pengembangan dan Penataran Guru
Matematika
Simpulan Mayer, R.E. 2004. Should There Be a
Three-Strike Rule Againts Pure Discovery
Berdasarkan analisis, hasil penelitian
Learning? The Case for Guided Methods of
dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa
Instruction: American Psychological
penerapan model pembelajaran discovery
Association. 59(1): 14-19
terbimbing dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Hal ini sesuai dengan Munandar, U. 1999. Mengembangkat
hasil uji gain ternormalisasi yang menunjukan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif PT. Gramedia
sebesar 0,3 pada siswa yang diajar Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan
menggunakan discovery terbimbing, sedangkan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yang Bumi Aksara.
diajar menggunakan metode diskusi sebesar Santyasa, I.W. 2007. Landasan
0,09. Konseptual Media Pembelajaran. Makalah.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Saran Wirta, I.M & N.K. Rapi. 2008.
Beberapa saran yang dapat diberikan Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran
peneliti setelah melaksanakan pembelajaran Formal terhadap Penguasaan Konsep Fisika
dengan menerapkan model pembelajaran dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4
guided discovery adalah sebagai berikut. Singaraja.Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan1 (2).
(1) Dalam melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan guided discovery
dibutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga
guru harus dapat mengelola waktu sesuai
dengan perencanaan.
(2) Anggota kelompok saat praktikum
lebih baik jangan lebih dari lima orang agar
pembagian tugas dapat berjalan dengan baik.
(3) Anggota kelompok sebaiknya dibagi
dengan memperhatikan kemampuan siswa.

Anda mungkin juga menyukai