Bab Iv
Bab Iv
PEMBAHASAN
62
63
B. Interprestasi Data
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
64
C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi
(Varney, 2008).
Diagnosa potensial pada persalinan normal dapat dihindari
dengan penatalaksanaan manajemen aktif kala III yang baik dan benar
dapat mencegah terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta (Rohan. dkk, 2011).
Menurut Diagnosa Potensial pada kasus persalinan normal ini
adalah perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. Namun diagnosa
potensial tidak terjadi karena tindakan segera yang tepat.
D. Antisipasi/Tindakan segera
65
E. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2008).
Rencana tindakan kala I yang diberikan pada Ny. F umur 26 tahun
G2P1A0 41 minggu inpartu Kala 1 fase aktif fisiologis adalah periksa
keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, HIS, BJF, kemajuan
persalinan, menganjurkan ibu makan dan minum saat tidak berkontraksi,
mengajarkan ibu tekhnik relaksasi, mempersiapkan partus set hecting set
dan perlengkapan ibu dan bayi, anjurkan ibu mobilisasi yaitu dengan
miring kiri, mengosongkan kandung kemih, memperbolehkan ibu ke
kamar mandi.
Recana tindakan kala II adalah Menginformasikan hasil
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan bahwa pembukaan sudah
lengkap, memposisikan ibu senyaman mungkin, mengajarkan tehnik
relaksasi dan meneran yang baik, melakukan amniotomi, memimpin
persalinan, menolong persalinan, Membantu ibu melakukan IMD.
Rencana tindakan kala III Memastikan fundus uteri tidak ada janin
ke dua, Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM pada 1/2 bagian atas
paha luar, Melakukan PTT, setelah plasenta lahir langsung melakukan
66
F. Implementasi/Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman (Varney, 2008).
1. Penatalaksanaan atau tindakan yang dilakukan pada kala I :
a) Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Informasi yang diberikan pada ibu dan keluarga meliputi
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu dan tindakan asuhan yang
diberikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan penatalaksanan pada
asuhan persalianan kala IV menurut Medicine Stuffs, (2015) sebagai
petugas kesehatan harus memberi informasi mengenai praktek
kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan pada pasien
(Elisabeth Siwi. dkk, 2015).
b) Memfasilitasi persiapan alat dan pasien. Seperti persiapan
perlindungan diri (celemek, penutup kepala, kacamata google,
masker, sepatu boot, dan handuk bersih). Persiapan ibu dan bayi
(handuk 1 buah, alas bokong, selimut untuk mengganti, topi bayi,
pembalut dan celana dalam, pakaian ibu, kain/sarung yang bersih dan
kering, pakaian bayi, waslap 2 buah, pernel 2 buah). Peralatan steril
atau DTT partus set (klem 2 buah, gunting tali pusat, benang tali
pusat, kateter nelaton, gunting episiotomi, ½ kocher, 2 pasang sarung
tangan, kasa, gulungan kapas basah (1 kom kapas DTT, 1 kom air
DTT), spuit 3 cc, penghisap lendir, kain bersih 4 buah, bak instrument.
67
c) Heacting set (spui 3 cc, pinset anatomis, pinset sirurgis, nald pooder,
gunting). Peralatan tidak steril (spygmanometer, stetoscope, air DTT,
air klorin 0,5 %, kapas DTT, bengkok, monoaural. korentang,
thermometer, metline, lila, tempat sampah basah dan kering, tempat
plasenta, tempat baju kotor, penlight). Obat-obatan (oxytosin 10 IU,
lidocaine , vitamin A Cairan infus RL/NaCl (infuse set),
metylergometrin , amoxicillin, vitamin K, salep mata). Hal ini sesuai
dengan Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Fisiologis menurut
Medicine Stuffs (2015) yaitu mempersiapkan persalinan dan kelahiran
bayi dengan baik, bahan-bahan perlengkapan dan obat-obatan yang
diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
d) Melakukan observasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan
dalam, hal ini dilakukan untuk mengetahui penipisan dan pembukaan
dikaji untuk menilai besarnya pembukaan dan penipisan serviks. Hal
ini sesuai dengan teori Soepardan, (2008) Observasi dilakukan untuk
menentukan penurunan kepala janin dan merupakan indikasi
kemajuan persalinan. Kulit ketuban dikaji untuk memastikan kulit
ketuban sudah pecah atau belum. Titik penunjuk ubun-ubun kecil
mendandakan bahwa janin dalam keadaan fleksi sehingga
memungkinkan lingkar kepala yang paling kecil terlebih dahulu.
e) Mengajarkan cara meneran dan teknik relaksasi ketika ada his
dengan cara (ibu menarik nafas dalam dari hidung, kedua tangan
memegang pergelangan kaki. Kepala diangkat hingga dagu
menyentuh dada dan upayakan tenaga mendorong ke perut dengan
mata dibuka melihat ke pusar). Mengajarkan tekhnik relaksasi, agar
pikiran ibu menjadi tenang sehingga ibu merasa nyaman dan dengan
tekhnik relaksasi dapat mengatur tenaga ibu (Soepardan, 2008)
f) Memfasilitasi pemenuhan nutrisi. Hal ini dilakukan untuk menambah
tenaga pada ibu bila ada his. Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan
menurut (Lisnawati, 2013) yaitu menganjurkan ibu untuk minum dan
makan makanan ringan selama ibu menginginkannya.
g) Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri adalah untuk memperlancar
pasokan oksigen kedalam janin, karena apabila ibu tidur dalam posisi
68
terlentang >10 menit maka berat uterus dan isinya akan menekan
vena cava inferior dan aliran darah ibu ke plasenta menurun. Hal ini
sesuai dengan teori asuhan kebidanan pada kala 1 dalam buku
(Medical mini notes, 2014). Dalam teori lain memposisikan ibu miring
kiri bertujun untuk mempercepat penurunan kepala (Astuti, 2012).
h) Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan. Dengan dukungan
suami dan keluarga selama proses persalinan serta anjurkan suami
dan keluarga untuk memberi dukungan dan berperan aktif. Hal ini
sesuai dengan rencana asuhan persalinan menurut Soepardan (2008)
dan merupakan salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu menurut
Elisabeth Siwi.dkk,(2015) adanya pendamping saat melahirkan untuk
mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara
berkesinambungan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosmaria Br
Manik (2017) di RSUD Raden Mattaher Jambi menyebutkan bahwa
ibu bersalin yang memperoleh asuhan sayang ibu seperti dukungan
emosional dari orang-orang terdekat selama persalinan akan
mengalami waktu persalinan lebih pendek, intervensi medis lebih
sedikit dan hasil persalinan yang lebih baik.
i) Menganjurkan ibu mengosongkan kandung kemih bertujuan untuk
memperlancar proses persalinan, mempermudah turunnya janin dan
kemajuan persalinan tidak terganggu, memberi kenyamanan pada
ibu, mengurangi penyebab perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan atonia uteri, mengurangi resiko infeksi saluran kemih
pasca salin. Hal ini sesuai dengan teori (Soepardan,2008).
j) Memberikan informed consent untuk tindakan pemasangan copper-T
post plaseta. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
untuk memberikan jaminan ibu dan keluarganya dengan memberitahu
tentang apa yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan asuhan
sayang ibu yang diberikan pada ibu bersalin menurut (Elisabeth
Siwi,dkk, 2018) dan sesuai dengan Permenkes RI No. 28 tahun 2017
pasal 28 tentang kewajiban dan hak dalam melaksanakan praktik
pada pasien point d yaitu meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan.
69
G. Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif (Purwoastuti dan Walyani, 2014) .
Pada kala 1 Ny. F dilakukan pemeriksaan pada pukul 16.00 WIB ,
dengan hasil pembukaan 6cm ketuban masih utuh. Tidak ditemukan
masalah pada kala 1 Ny. F.
Pada Ny. F kala II berlangsung 15 menit, Hal ini sesuai dengan
teori pada primigravida kala II berlangsung rata – rata 2 jam dan pada
multipara rata – rata 0,5-1 jam. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Dalam kasus Ny. D pada kala III tidak ada kesenjangan antara
teori dengan pelaksanaan, perdarahan pada kala III sebanyak ±150 cc
dan lama kala III pada Ny. F 10 menit, berdasarkan teori kala III
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Evaluasi pada kasus Ny. F yaitu tidak terjadinya diagnosa
potensial karena dilakukannya tindakan segera yang tepat dan sesuai.
74
Asuhan yang diberikan kepada Ny. F dilakukan selama 2 hari hingga klien
dan bayinya dapat kembali ke rumahnya dalam keadaan sehat, Dalam
masa ini Ny.F mendapat satu kali untuk kunjungan rumah saat 3 hari
postpartum dengan hasil tidak ada keluhan dan masa nifas klien berjalan
dengan baik. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus di lapangan.
Mengingat proses persalinan yang di alami ibu merupakan suatu
proses yang sangat berat, bahkan persalinan fisiologis saja tidak menutup
kemungkinan adanya masalah yang akan terjadi bahkan dalam keadaan
tertentu dapat menyebabkan kematian. Allah SWT telah memerintahkan
kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua kita. Maka dari itu
Allah SWT telah memerintahkan kepada kita agar senantiasa berbuat
baik kepada orang tua kita dan perintah tersebut tercantum dalam al-
Qur’an Surat Al-Ahqaaf ayat 15 :