Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

ANALISIS POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Dengan Judul:
“Hoax dan Tahun Politik”

DI BUAT OLEH:

MOH. AJI
B 401 15 112

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TADULAKO
T.A 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan

kekuatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan halaman demi halaman makalah ini.Shalawat dan

salam tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai sang motivator dan inspirator terhebat

sepanjang zaman.

Penulis sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah buah dari kerja dan sokongan banyak pihak yang

begitu luar biasa, oleh karenanya tanpa mempermasalahkan hierarkinya, maka penulis ingin sekali

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

memiliki andil terhadap pembuatan makalah ini baik bantuan moriil maupun materil.

Semoga makalah yang penulis beri judul “Hoax dan Tahun Politik” ini dapat menjadi suatu kontribusi

positif dan konstruktif bagi para pembaca, serta diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir kita dan

tentunya dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya.

Palu, 2 April 2018

Muhammad Ajie
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3

BAB II. Landasan Teori .................................................................................................................. 4

A. Pengertian Hoax ................................................................................................................... 4

B. Kriteria Hoax........................................................................................................................ 4

C. Pengertian Pemilu ................................................................................................................ 4

BAB III. Pembahasan ...................................................................................................................... 5

A. Pengertian Hoax Secara Umum ........................................................................................... 5

B. Pengaruh Buruk Budaya Hoax bagi masyrakat.................................................................... 5

C. Pengaruh Hoax Dalam Tahun Politik .................................................................................. 6

BAB IV. Penutup ............................................................................................................................. 7

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7

B. Saran..................................................................................................................................... 7

DAFTAR FUSTAKA ..................................................................................................................... 8


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jika kita melihat apa yang terjadi sekarang di negeri ini adalah sebuah hasil dari perkembangan

teknologi informasi yang berbasis IT dimana kemudahan untuk memeperoleh sebuah informasi

dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, akan tetapi dari semua informasi yang dapat kita

peroleh dari berbagai macam situs internet maupun dari halaman-halaman di sosial media tidak

dapat dipertanggung jawabkan keberannya.

Yang mana dinegera kita ini telah muncul budaya-budaya yang cukup meresahkan masyarakat di

indonesia yaitu HOAX yang dimana hoax tersebut didefinisikan sebagai sebuah kebohongan atau

pemberitaan yang tidak benar atau informasih tersebut adalah sebuah kebohongan, yang hoax

tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk merusak citra

seseorang atau untuk meresahkan masyarakat.

Keberadaan hoax saat ini tidak lepas pula dari kaitan yang namanya pesta demokrasi yang mana

di beberapa daerah-daerah di indonesia pada tahun ini akan melaksanakan pemilihan serentak

untuk memeilih Gubernur maupun Bupati yang mana para calon-calon yang mengikuti pemilu

serentak ini berusaha untuk mencari simpati maupun dukungan dari masyarakat dengan

menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan dukungan dan menjatuhkan reputasi lawannya

agar bisa memenangkan pemilihan tersebut.


2. Rumusan Masalah

1.1 Apa pengertian dari hoax secara umum ?

1.2 Seberapa besarkah pengaruh bahaya hoax di masyarakat ?

1.3 Bagaimana pengaruh hoax dalam tahun politik ?


BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Hoax

Hoax sendiri memiliki definisi yaitu suatu berita atau pernyataan yang memilik informasi yang

tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang sengaja disebar luaskan untuk

membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan ketakutan.

2. Kriteria Hoax

Salah satu kriteria hoax adalah judul dalam suatu berita biasanya bebrbumbu provokatif

3. Pengertian Pemilu

Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.

Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari president, wakil rakyat di berbagai tingkat

pemerintah sampai kepada desa.


BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hoax Secara Umum

Secara bahasa hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank, trick) adalah lelucon, cerita

bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya,

dan memperdayakan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), hoax diterjemahkan menjadi hoaks yang diartikan

dengan “berita bohong”.

Dalam Kamus Jurnalistik, saya mengartikan Berita Bohong (Libel) sebagai berita yang tidak

benar sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik.

2. Pengaruh bahaya berita hoax bagi masyarakat

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai definisi atau istilah apa itu hoax dan bagaimana ciri –

ciri dari hoax tersebut dan bagaimana cara membedakan berita asli dengan hoax, mari kita

kilas balik sejenak dan melihat kondisi sosial media saat ini. Akhir – akhir ini diberbagai

sosial media sering kali kita temui beberapa berita, baik berupa opini dari artikel web dan

sekedar opini yang bersertakan gambar yang menurut saya sendiri tidak ada kaitannya dengan

opini tersebut. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan untuk waktu kedepannya.
Jauh sebelum kata “hoax” itu sendiri berkembang dan “viral”,kita sering menemukan

penggunaan kata isu untuk berita – berita yang sebenarnya masih diragukan kebenarannya.

Kata isu juga dikaitkan dengan kata gosip yang sebenarnya makna artinya tidak sama atau

berbeda. Namun, hanya saja pada waktu ini penggunaan kata hoax itu sendiri lebih populer

dan dimengerti dikalangan masyarakat kita.

Hoax sendiri memiliki definisi yaitu suatu berita atau pernyataan yang memiliki informasi

yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang sengaja disebar luaskan

untuk membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan ketakutan. Akan tetapi, ada juga

hoax yang sengaja dibuat untuk membuat cara berpikir tentang suatu hal menjadi sesat karena

tertipu berita atau opini hoax. Jika sebelumnya hoax – hoax ini disebar luaskan lewat sms

ataupun email dengan banyak, maka hoax sekarang ini lebih banyak beredar di dalam sosial

media seperti Instagram, facebook, Twitter, Path, Whatsapp, serta blog – blog tertentu. Maka

dari itu dibutuhkan kehati – hatian dalam menerima suatu berita atau opini.

Penyebaran berita hoax pada periode akhir – akhir ini membuat para pengguna internet atau

biasa disebut sebagai netizen sangatlah khawatir. Dengan keadaan seperti ini, maka Menurut

Ketua Dewan Pers, Stanley Adi Prasetyo, Dewan Pers akan memberlakukan sistem verifikasi

media massa, mulai 9 Februari 2017, bersamaan dengan Hari Pers Nasional, seperti dikutip

oleh Kaskus.co.id.Dengan demikian, dapat kita ketahui jumlahnya berapa banyak media

massa yang abal – abal dan media yang bersertifikasi.


Hal tersebut tentunya sangat baik, mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh

hoax. Dikutip dari indolinear.com,ada 4 hal dampak negatif yang dapat ditimbulkan yaitu

hoax sebagai pembuang – buang waktu, pengalihan isu, penipuan publik dan pemicu

kepanikan sosial.

Pertama adalah pembuang – buang waktu, seperti dikutip dari cmsconnect.com, menyatakan

bahwa dengan melihat hoax di sosial media bisa mengakibatkan kerugian bagi individu itu

sendiri maupun kelompok di kantor tempat ia bekerja. Hal ini dikarenakan hoax tersebut yang

mengakibatkan efek mengejutkan sehingga sangat berpengaruh terhadap produktivitas

kelompok di kantor tersebut. Dengan penurunan prodoktivitas tersebut, maka apa yang

dihasilkan semakin berkurang sedikit demi sedikit atau bahkan dengan jumlah besar.

Kedua adalah sebagai pengalihan isu. Di media sosial ataupun internet khususnya para

penjahat internet atau biasa dipanggil cyber crime,hoax biasa dimanfaatkan sebagai pelancar

aksi kejahatan mereka di internet atau di sosial media. Sebagai contohnya, para penjahat

cyberakan mengirimkan sebuah hoax yang berisikan bahwa telah terjadi kerentanan sistem

dalam pelayanan internet seperti gmail dan ymail. Lalu, para penjahat tersebut akan

mengirimkan sebuah tautan berupa link kepada para user atau pengguna yang berisikan saran

meng-klik tautan tersebut agar akun pengguna akan terhindar dari kerentanan sistem

gmailataupun ymail. Padahal, pada kenyataanya tautan tersebut merupakan virus yang bisa

membajak gmailmaupun ymail para pengguna yang biasa kita sebut hacking.

Selanjutnya, adalah sebagai penipuan publik. Jenis penipuan ini biasanya bertujuan untuk

menarik simpati masyarakat yang percaya dengan hoax tersebut, lalu ketika dianjurkan untuk

menyumbangkan sejumlah uang dan anehnya ada saja yang mau menyumbangkan uang

tersebut tanpa mau berpikir lebih dalam ataupun detail apakah berita tersebut terbukti benar

ataupun salah. Banyak orang yang akhirnya tertipu dengan hoax tersebut dan pada akhirnya
terlanjur mengirimkan sejumlah uang yang sangat besar. Salah satu contoh kasusnya seperti

dikutip dari indolinear.com beberapa waktu yang lalu yaitu sebuah pesan yang beredar lewat

aplikasi chat yaitu Whatsappberisi pesan pembukaan pendaftaran CPNS nasional. Setelah

berita hoax tersebut viral terserbar, akhirnya pemerintah langsung memberikan klarifikasi

bahwa pemerintah tidak membuka pendaftaran CPNS pada waktu itu.

Berikutnya yang terakhir adalah sebagai pemicu kepanikan publik. Biasanya hoax yang satu

ini memuat berita yang merangsang kepanikan khalayak publik, dan beritanya berisikan

tentang tindak kekerasan atau suatu musibah tertentu. Salah satu contohnya adalah hoax

tentang kecelakaan hilangnya pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Jakarta – Palu

beberapa waktu lalu. Hoax ini begitu cepat menyebar sampai media massa maupun media

online harus mengklarifikasi berita tersebut agar masyarakat tidak panic ataupun percaya

dengan hoax tersebut.

Selanjutnya, saya akan menjelaskan ciri – ciri yang terdapat pada berita atau opini hoax. Hal

ini tentunya sangat bermanfaat untuk masyarakat yang notabenenya sering menggunakan

sosial media untuk meng-updateinformasi lebih dalam, akan tetapi tidak terjebak oleh berita –

berita palsu yang beredar. Dengan demikian, kita dapat menjadi pembaca yang cerdas,

bijaksana dan tidak termakan angin lalu.

Ciri yang pertama adalah Judul dalam suatu berita biasanya berbumbu provokatif dan disertai

denga isu – isu terkini. Hoax juga biasanya menggunakan judul berita sensasional sehingga

dapat memicu emosional para pembacanya. Pada umumnya berita hoax juga bisa diambil

sumbernya dari media massa atau media online yang resmi akan tetapi isi dar beritanya

diubah mula dari dikurangi hingga ditambahi sedikit agar membuat isi berita semakin

sensasional. Oleh karena itu jika anda merasa menemukan berita yang memiliki judul ataupun

isinya yang sedikit sensasional, ada baiknya untuk mencaritahu lebih dalam lagi dan cocokan
dengan berita aslinya apakah terlihat perbedaanya atau tidak agar bisa kita lihat sama atau

tidak isi berita tersebut.

Selanjutnya, cara yang ampuh untuk mengetahui berita hoax adalah dengan memeriksa fakta

yang ada sebelum percaya akan suatu berita. Biasanya jika suatu berita tidak disertai dengan

sumber yang jelas, maka sudah dipastikan bahwa berita tersebut adalah hoax. Dan biasakan

kita memeriksa berita yang kita baca, apakah berita tersebut adalah fakta ataupun hanya

sebuah opini semata.

Karena definisi serta dampak negatif dan ciri dari berita hoax sudah dipaparkan oleh penulis,

maka penulis akan menjelaskan keresahan sesungguhnya. Keresahan ini timbul karena di era

milenial ini, sangat mudah sekali menyebarnya hoax dikalangan masyarakat. Hal ini

menyebabkan terjadinya sesat pikir atau fallacy terhadap suatu permasalahan sosial yang ada

dan menimbulkan salah kaprah atau semacamnya.

Padahal di zaman sekarang, globalisasi sudah terjadi. Internet dan media sosial khususnya

merubah jarak sesungguhnya menjadi dekat karena tidak ada batasan informasi yang

didapatkan oleh para penggunanya. Sehingga menyebabkan konflik di dunia digital dan

memengaruhi kondisi sosial di dunia nyata.

Mengapa ini bisa terjadi? Alasan pertama menurut penulis adalah kurangnya etika dalam

menggunakan sosial media maupun sejenisnya. Hal ini diperkuat dengan bebasnya para

netizen mengungkapkan pendapat mereka di dalam media sosial manapun yang mereka mau.

Dengan keadaan seperti itu, wajar saja akhir – akhir ini media sosial yang biasa digunakan

untuk penyebaran hoax seperti Twitter, Instagram, dan Whatsapp di timeline-nyaselalu

muncul berita – berita sensasional yang tidak bersumber sama sekali.


Contoh saja di Instagram,dibagian menu explore,bisa kita dapati berbagai macam berita hoax

yang disertai foto yang sebetulnya tidak ada hubungan dan kaitannya sama sekali. Akan

tetapi, untuk para pengguna aplikasi tersebut yang tergolong baru – baru ini

menggunakannya biasanya begitu mudahnya percaya dan terpengaruh dengan hoax tersebut.

Saya sempat berpikir bahwa mengapa begitu banyaknya masyarakat yang masih banyak

mempercayai hal tersebut, padahal seharusnya mereka menelaah terlebih dahulu informasi

apa yang mereka dapatkan.

Lantas dengan wawasan terkini mereka yang terkesan “apa adanya”, mereka dengan cepatnya

kembali menyebarkan ulang berita yang sama. Kendati demikian, tidak semua pengguna

sosial media yang seperti itu. Ada saja mereka yang menggunakan sosial media dengan bijak

dan tidak terpengaruh oleh hoax terkini dikarenakan banyaknya pengetahuan dan wawasan

tentang hoax tersebut, sehingga para netizen yang bijak tersebut langsung membuat “berita

tandingan“ berupa klarifikasi terhadap suatu hoax yang sedang dibahas atau panas –

panasnya. Setelah itu timbulah semacam psywar di media sosial tentang siapa yang paling

benar.

Sebagai contoh, masalah pilkada DKI Jakarta tahun ini merupakan pilkada yang begitu

“berisik” bahkan pasca selesai pilkada DKI Jakarta yang dimenangkan oleh pasangan nomor

urut 3 Anies baswedan dan Sandiaga Uno pun masih bertebaran hoax yang menjelekkan

pasangan nomor urut 3 tersebut. Tidak hanya itu, pasangan dengan nomor urut 2 yaitu basuki

tjahja purnama dan Djarot pun tidak luput sebagai objek hoax sehingga mencemarkan nama

mereka. Perang hoax tersebut diduga adalah perang antar pendukung kedua pasangan calon

tersebut. Kendati demikian, penyebaran hoax yang terjadi di salah satu media sosial yaitu

Instagram tidak melulu tentang hoax antar kedua paslon tersebut.


Saya sebagai penulis berpendapat bahwa dengan menyebarnya berita hoax di media sosial

manapun jika penggunanya atau yang mendapat informasinya tidak membaca berita tersebut

secara bijak, maka bisa dipastikan dia akan selamanya terjebak arus berita hoax. Tidak hanya

itu, mereka yang tidak bijak dalam membaca beritapun akan ikut membuat hoax tandingan

sehingga antara kubu dengan yang lainnya tidak akan pernah habis untuk saling serang di

media sosial. Sudah bisa dipastikan, orang atau kelompok tersebut sudah memiliki perspektif

pemikiran yang salah dan hanya bisa saling menyalahkan tanpa menyeimbangkan pemikiran

mereka.

Berdasarkan permasalahan di atas yang sudah kita ketahui, seharusnya pemerintah bisa

mencegah para penyebar hoax dengan memberikan sanksi lagi dari UU yang sudah ada atau

menyempurnakan kembali UU Pasal 27 ayat (3), Pasal 31 ayat (4), Pasal 5 ayat (1) dan (2),

Pasal 43 ayat (5), Pasal 26 dan Pasal 40. Namun menurut penulis, para pembuat hoax – hoax

di media sosial tetap tidak kunjung ada habis – habisnya. Bahkan jumlah user yang

menyebarkan hoax semakin banyak bahkan berkembang.


3. Bahaya berita hoax dalam tahun politik

Hoax ada sejak dulu dan berdampak luas salah satunya di konteks pemilu. Publikasi hoax

dengan frekuensi tinggi diprediksi akan berulang di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Karakter

daerah dengan pengguna telepon pintar yang tinggi seperti DKI Jakarta akan menentukan

besar pengaruh. Solusi berbagai pihak penting dilakukan untuk bisa menangkal hoax

sekaligus tetap menjaga kebebasan sipil.

hoax adalah tindakan, dokumen, atau artefak yang dimaksudkan menipu masyarakat. Muncul

secara istilah pada 1806, hoax berbeda dengan fakenews karena dapat berdiri sendiri lepas

dari berita. Bentuknya bisa gambar, perpaduan gambar dengan tulisan, video dan

penyampainya bisa perorangan.

Di Indonesia, hoax dan fakenews disadari marak dan kuat pengaruh sejak 2016 jelang Pilkada

2017. Ini berkaitan dengan karakter masyarakat DKI Jakarta yang akrab dengan smartphone.

Di 2018, kecenderungan ini mungkin terjadi untuk pilkada di provinsi Pulau Jawa seperti

Jawa Barat

sebab hoax menjadi bermasalah dan berdampak luas. Pertama, frekuensi suatu konten hoax

begitu tinggi sehingga seolah-olah menjadi kebenaran. Kedua, rendahnya literasi masyarakat.

Ketiga, aspek psikologis seperti persamaan ideologi, agama, afiliasi politik, pengguna media

terhadap penyampai hoax.

Keempat, makin tipisnya batas konseptual ruang publik dan ruang privat. Kelima, makin

intim dan tingginya supply-demand. Keenam, rendahnya pengaruh media mainstream sebagai

akibat turunnya kepercayaan masyarakat terhadap media konvensional.


BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Jika melihat dari tulisan yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa hoax adalah sebuah
pemberitaan yang tidak benar alias kebohongan, yang dimana hoax ini telah dimanfaatkan oleh
beberapa pihak yang tidak betanggung jawab untuk mengebarkan berita-berata kebohongan
untuk berbagai macam alasan maupun kepentingan.

2. Saran

Saya sebagai penulis tidak perlu berkomentar banyak, mungkin saran dari saya kepada para
pembaca untuk tidak mudah mempercayai sebuah informasi dari sumber yang tidak jelas karena
bisa saja infarmasi tersebut adalah sebuah kebohongan.

Anda mungkin juga menyukai