Dengan Judul:
“Hoax dan Tahun Politik”
DI BUAT OLEH:
MOH. AJI
B 401 15 112
Alhamdulillah, segala puja dan puji kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan
kekuatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan halaman demi halaman makalah ini.Shalawat dan
salam tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai sang motivator dan inspirator terhebat
sepanjang zaman.
Penulis sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah buah dari kerja dan sokongan banyak pihak yang
begitu luar biasa, oleh karenanya tanpa mempermasalahkan hierarkinya, maka penulis ingin sekali
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
memiliki andil terhadap pembuatan makalah ini baik bantuan moriil maupun materil.
Semoga makalah yang penulis beri judul “Hoax dan Tahun Politik” ini dapat menjadi suatu kontribusi
positif dan konstruktif bagi para pembaca, serta diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir kita dan
Muhammad Ajie
DAFTAR ISI
B. Kriteria Hoax........................................................................................................................ 4
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................................................... 7
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jika kita melihat apa yang terjadi sekarang di negeri ini adalah sebuah hasil dari perkembangan
teknologi informasi yang berbasis IT dimana kemudahan untuk memeperoleh sebuah informasi
dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, akan tetapi dari semua informasi yang dapat kita
peroleh dari berbagai macam situs internet maupun dari halaman-halaman di sosial media tidak
Yang mana dinegera kita ini telah muncul budaya-budaya yang cukup meresahkan masyarakat di
indonesia yaitu HOAX yang dimana hoax tersebut didefinisikan sebagai sebuah kebohongan atau
pemberitaan yang tidak benar atau informasih tersebut adalah sebuah kebohongan, yang hoax
tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk merusak citra
Keberadaan hoax saat ini tidak lepas pula dari kaitan yang namanya pesta demokrasi yang mana
di beberapa daerah-daerah di indonesia pada tahun ini akan melaksanakan pemilihan serentak
untuk memeilih Gubernur maupun Bupati yang mana para calon-calon yang mengikuti pemilu
serentak ini berusaha untuk mencari simpati maupun dukungan dari masyarakat dengan
menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan dukungan dan menjatuhkan reputasi lawannya
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Hoax
Hoax sendiri memiliki definisi yaitu suatu berita atau pernyataan yang memilik informasi yang
tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang sengaja disebar luaskan untuk
2. Kriteria Hoax
Salah satu kriteria hoax adalah judul dalam suatu berita biasanya bebrbumbu provokatif
3. Pengertian Pemilu
Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.
Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari president, wakil rakyat di berbagai tingkat
PEMBAHASAN
Secara bahasa hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank, trick) adalah lelucon, cerita
dan memperdayakan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), hoax diterjemahkan menjadi hoaks yang diartikan
Dalam Kamus Jurnalistik, saya mengartikan Berita Bohong (Libel) sebagai berita yang tidak
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai definisi atau istilah apa itu hoax dan bagaimana ciri –
ciri dari hoax tersebut dan bagaimana cara membedakan berita asli dengan hoax, mari kita
kilas balik sejenak dan melihat kondisi sosial media saat ini. Akhir – akhir ini diberbagai
sosial media sering kali kita temui beberapa berita, baik berupa opini dari artikel web dan
sekedar opini yang bersertakan gambar yang menurut saya sendiri tidak ada kaitannya dengan
opini tersebut. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan untuk waktu kedepannya.
Jauh sebelum kata “hoax” itu sendiri berkembang dan “viral”,kita sering menemukan
penggunaan kata isu untuk berita – berita yang sebenarnya masih diragukan kebenarannya.
Kata isu juga dikaitkan dengan kata gosip yang sebenarnya makna artinya tidak sama atau
berbeda. Namun, hanya saja pada waktu ini penggunaan kata hoax itu sendiri lebih populer
Hoax sendiri memiliki definisi yaitu suatu berita atau pernyataan yang memiliki informasi
yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang sengaja disebar luaskan
untuk membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan ketakutan. Akan tetapi, ada juga
hoax yang sengaja dibuat untuk membuat cara berpikir tentang suatu hal menjadi sesat karena
tertipu berita atau opini hoax. Jika sebelumnya hoax – hoax ini disebar luaskan lewat sms
ataupun email dengan banyak, maka hoax sekarang ini lebih banyak beredar di dalam sosial
media seperti Instagram, facebook, Twitter, Path, Whatsapp, serta blog – blog tertentu. Maka
dari itu dibutuhkan kehati – hatian dalam menerima suatu berita atau opini.
Penyebaran berita hoax pada periode akhir – akhir ini membuat para pengguna internet atau
biasa disebut sebagai netizen sangatlah khawatir. Dengan keadaan seperti ini, maka Menurut
Ketua Dewan Pers, Stanley Adi Prasetyo, Dewan Pers akan memberlakukan sistem verifikasi
media massa, mulai 9 Februari 2017, bersamaan dengan Hari Pers Nasional, seperti dikutip
oleh Kaskus.co.id.Dengan demikian, dapat kita ketahui jumlahnya berapa banyak media
hoax. Dikutip dari indolinear.com,ada 4 hal dampak negatif yang dapat ditimbulkan yaitu
hoax sebagai pembuang – buang waktu, pengalihan isu, penipuan publik dan pemicu
kepanikan sosial.
Pertama adalah pembuang – buang waktu, seperti dikutip dari cmsconnect.com, menyatakan
bahwa dengan melihat hoax di sosial media bisa mengakibatkan kerugian bagi individu itu
sendiri maupun kelompok di kantor tempat ia bekerja. Hal ini dikarenakan hoax tersebut yang
kelompok di kantor tersebut. Dengan penurunan prodoktivitas tersebut, maka apa yang
dihasilkan semakin berkurang sedikit demi sedikit atau bahkan dengan jumlah besar.
Kedua adalah sebagai pengalihan isu. Di media sosial ataupun internet khususnya para
penjahat internet atau biasa dipanggil cyber crime,hoax biasa dimanfaatkan sebagai pelancar
aksi kejahatan mereka di internet atau di sosial media. Sebagai contohnya, para penjahat
cyberakan mengirimkan sebuah hoax yang berisikan bahwa telah terjadi kerentanan sistem
dalam pelayanan internet seperti gmail dan ymail. Lalu, para penjahat tersebut akan
mengirimkan sebuah tautan berupa link kepada para user atau pengguna yang berisikan saran
meng-klik tautan tersebut agar akun pengguna akan terhindar dari kerentanan sistem
gmailataupun ymail. Padahal, pada kenyataanya tautan tersebut merupakan virus yang bisa
membajak gmailmaupun ymail para pengguna yang biasa kita sebut hacking.
Selanjutnya, adalah sebagai penipuan publik. Jenis penipuan ini biasanya bertujuan untuk
menarik simpati masyarakat yang percaya dengan hoax tersebut, lalu ketika dianjurkan untuk
menyumbangkan sejumlah uang dan anehnya ada saja yang mau menyumbangkan uang
tersebut tanpa mau berpikir lebih dalam ataupun detail apakah berita tersebut terbukti benar
ataupun salah. Banyak orang yang akhirnya tertipu dengan hoax tersebut dan pada akhirnya
terlanjur mengirimkan sejumlah uang yang sangat besar. Salah satu contoh kasusnya seperti
dikutip dari indolinear.com beberapa waktu yang lalu yaitu sebuah pesan yang beredar lewat
aplikasi chat yaitu Whatsappberisi pesan pembukaan pendaftaran CPNS nasional. Setelah
berita hoax tersebut viral terserbar, akhirnya pemerintah langsung memberikan klarifikasi
Berikutnya yang terakhir adalah sebagai pemicu kepanikan publik. Biasanya hoax yang satu
ini memuat berita yang merangsang kepanikan khalayak publik, dan beritanya berisikan
tentang tindak kekerasan atau suatu musibah tertentu. Salah satu contohnya adalah hoax
tentang kecelakaan hilangnya pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Jakarta – Palu
beberapa waktu lalu. Hoax ini begitu cepat menyebar sampai media massa maupun media
online harus mengklarifikasi berita tersebut agar masyarakat tidak panic ataupun percaya
Selanjutnya, saya akan menjelaskan ciri – ciri yang terdapat pada berita atau opini hoax. Hal
ini tentunya sangat bermanfaat untuk masyarakat yang notabenenya sering menggunakan
sosial media untuk meng-updateinformasi lebih dalam, akan tetapi tidak terjebak oleh berita –
berita palsu yang beredar. Dengan demikian, kita dapat menjadi pembaca yang cerdas,
Ciri yang pertama adalah Judul dalam suatu berita biasanya berbumbu provokatif dan disertai
denga isu – isu terkini. Hoax juga biasanya menggunakan judul berita sensasional sehingga
dapat memicu emosional para pembacanya. Pada umumnya berita hoax juga bisa diambil
sumbernya dari media massa atau media online yang resmi akan tetapi isi dar beritanya
diubah mula dari dikurangi hingga ditambahi sedikit agar membuat isi berita semakin
sensasional. Oleh karena itu jika anda merasa menemukan berita yang memiliki judul ataupun
isinya yang sedikit sensasional, ada baiknya untuk mencaritahu lebih dalam lagi dan cocokan
dengan berita aslinya apakah terlihat perbedaanya atau tidak agar bisa kita lihat sama atau
Selanjutnya, cara yang ampuh untuk mengetahui berita hoax adalah dengan memeriksa fakta
yang ada sebelum percaya akan suatu berita. Biasanya jika suatu berita tidak disertai dengan
sumber yang jelas, maka sudah dipastikan bahwa berita tersebut adalah hoax. Dan biasakan
kita memeriksa berita yang kita baca, apakah berita tersebut adalah fakta ataupun hanya
Karena definisi serta dampak negatif dan ciri dari berita hoax sudah dipaparkan oleh penulis,
maka penulis akan menjelaskan keresahan sesungguhnya. Keresahan ini timbul karena di era
milenial ini, sangat mudah sekali menyebarnya hoax dikalangan masyarakat. Hal ini
menyebabkan terjadinya sesat pikir atau fallacy terhadap suatu permasalahan sosial yang ada
Padahal di zaman sekarang, globalisasi sudah terjadi. Internet dan media sosial khususnya
merubah jarak sesungguhnya menjadi dekat karena tidak ada batasan informasi yang
didapatkan oleh para penggunanya. Sehingga menyebabkan konflik di dunia digital dan
Mengapa ini bisa terjadi? Alasan pertama menurut penulis adalah kurangnya etika dalam
menggunakan sosial media maupun sejenisnya. Hal ini diperkuat dengan bebasnya para
netizen mengungkapkan pendapat mereka di dalam media sosial manapun yang mereka mau.
Dengan keadaan seperti itu, wajar saja akhir – akhir ini media sosial yang biasa digunakan
yang disertai foto yang sebetulnya tidak ada hubungan dan kaitannya sama sekali. Akan
tetapi, untuk para pengguna aplikasi tersebut yang tergolong baru – baru ini
menggunakannya biasanya begitu mudahnya percaya dan terpengaruh dengan hoax tersebut.
Saya sempat berpikir bahwa mengapa begitu banyaknya masyarakat yang masih banyak
mempercayai hal tersebut, padahal seharusnya mereka menelaah terlebih dahulu informasi
Lantas dengan wawasan terkini mereka yang terkesan “apa adanya”, mereka dengan cepatnya
kembali menyebarkan ulang berita yang sama. Kendati demikian, tidak semua pengguna
sosial media yang seperti itu. Ada saja mereka yang menggunakan sosial media dengan bijak
dan tidak terpengaruh oleh hoax terkini dikarenakan banyaknya pengetahuan dan wawasan
tentang hoax tersebut, sehingga para netizen yang bijak tersebut langsung membuat “berita
tandingan“ berupa klarifikasi terhadap suatu hoax yang sedang dibahas atau panas –
panasnya. Setelah itu timbulah semacam psywar di media sosial tentang siapa yang paling
benar.
Sebagai contoh, masalah pilkada DKI Jakarta tahun ini merupakan pilkada yang begitu
“berisik” bahkan pasca selesai pilkada DKI Jakarta yang dimenangkan oleh pasangan nomor
urut 3 Anies baswedan dan Sandiaga Uno pun masih bertebaran hoax yang menjelekkan
pasangan nomor urut 3 tersebut. Tidak hanya itu, pasangan dengan nomor urut 2 yaitu basuki
tjahja purnama dan Djarot pun tidak luput sebagai objek hoax sehingga mencemarkan nama
mereka. Perang hoax tersebut diduga adalah perang antar pendukung kedua pasangan calon
tersebut. Kendati demikian, penyebaran hoax yang terjadi di salah satu media sosial yaitu
manapun jika penggunanya atau yang mendapat informasinya tidak membaca berita tersebut
secara bijak, maka bisa dipastikan dia akan selamanya terjebak arus berita hoax. Tidak hanya
itu, mereka yang tidak bijak dalam membaca beritapun akan ikut membuat hoax tandingan
sehingga antara kubu dengan yang lainnya tidak akan pernah habis untuk saling serang di
media sosial. Sudah bisa dipastikan, orang atau kelompok tersebut sudah memiliki perspektif
pemikiran yang salah dan hanya bisa saling menyalahkan tanpa menyeimbangkan pemikiran
mereka.
Berdasarkan permasalahan di atas yang sudah kita ketahui, seharusnya pemerintah bisa
mencegah para penyebar hoax dengan memberikan sanksi lagi dari UU yang sudah ada atau
menyempurnakan kembali UU Pasal 27 ayat (3), Pasal 31 ayat (4), Pasal 5 ayat (1) dan (2),
Pasal 43 ayat (5), Pasal 26 dan Pasal 40. Namun menurut penulis, para pembuat hoax – hoax
di media sosial tetap tidak kunjung ada habis – habisnya. Bahkan jumlah user yang
Hoax ada sejak dulu dan berdampak luas salah satunya di konteks pemilu. Publikasi hoax
dengan frekuensi tinggi diprediksi akan berulang di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Karakter
daerah dengan pengguna telepon pintar yang tinggi seperti DKI Jakarta akan menentukan
besar pengaruh. Solusi berbagai pihak penting dilakukan untuk bisa menangkal hoax
hoax adalah tindakan, dokumen, atau artefak yang dimaksudkan menipu masyarakat. Muncul
secara istilah pada 1806, hoax berbeda dengan fakenews karena dapat berdiri sendiri lepas
dari berita. Bentuknya bisa gambar, perpaduan gambar dengan tulisan, video dan
Di Indonesia, hoax dan fakenews disadari marak dan kuat pengaruh sejak 2016 jelang Pilkada
2017. Ini berkaitan dengan karakter masyarakat DKI Jakarta yang akrab dengan smartphone.
Di 2018, kecenderungan ini mungkin terjadi untuk pilkada di provinsi Pulau Jawa seperti
Jawa Barat
sebab hoax menjadi bermasalah dan berdampak luas. Pertama, frekuensi suatu konten hoax
begitu tinggi sehingga seolah-olah menjadi kebenaran. Kedua, rendahnya literasi masyarakat.
Ketiga, aspek psikologis seperti persamaan ideologi, agama, afiliasi politik, pengguna media
Keempat, makin tipisnya batas konseptual ruang publik dan ruang privat. Kelima, makin
intim dan tingginya supply-demand. Keenam, rendahnya pengaruh media mainstream sebagai
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jika melihat dari tulisan yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa hoax adalah sebuah
pemberitaan yang tidak benar alias kebohongan, yang dimana hoax ini telah dimanfaatkan oleh
beberapa pihak yang tidak betanggung jawab untuk mengebarkan berita-berata kebohongan
untuk berbagai macam alasan maupun kepentingan.
2. Saran
Saya sebagai penulis tidak perlu berkomentar banyak, mungkin saran dari saya kepada para
pembaca untuk tidak mudah mempercayai sebuah informasi dari sumber yang tidak jelas karena
bisa saja infarmasi tersebut adalah sebuah kebohongan.