Anda di halaman 1dari 19

MINIMNYA AKHLAK PESERTA DIDIK

DI ZAMAN SEKARANG

Disusun untuk memenuhi Tugas semester 3 :


Mata kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Nafiul Lubab, M.S.I

Kelompok 4
Disusun oleh:

1. Lafif Asykarillah (1810910100)


2. Zaenal Muhatrom (1810910099)
3. M. Aflahul M. (1810910101)
4. Ahmad Syafi’i (1810910098)

KELAS : IPS - C
PRODI : TADRIS IPS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang.........................................................................................................3
Rumusan masalah...................................................................................................4
Tujuan masalah.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori peserta didik......................................................................................5
B. Dalil tentang peserta didik........................................................................6
a. Asbabul nuzul.......................................................................................6
b. Penfsiran...............................................................................................7
C. Relevansi Surat at-Taubah dengan teori peserta didik.......................10
D. Sebab yang mempengaruhi akhlak peserta didik................................11
1. Kurang pembinaan..............................................................................13
2. Faktor sekonomi..................................................................................14
3. Salah pergaulan (pengaruh teman)..................................................14
4. Kurangnya peserta didik tentang Aqidah Akhlak.........................14
5. Pengaruh arus Globalisasi..................................................................14
E. Pembelajaran Aqidah Akhlak sebagai pedoman berperilaku..........15

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan................................................................................................18
2. Saran..........................................................................................................18

Daftar pustaka........................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini teknologi-teknologi canggih mulai berkembang


dengan pesat entah itu teknologi informasi, transportasi, komuniksai dll. Dengan
berkembang pesatnya teknologi ternyata juga berpengaruh pada karakter peserta
didik, bukan hanya terpengaruh dari teknologi melainkan karena zaman yang
semakin modern ini. Budaya-budaya lokal mulai pudar dari kehidupan di
Indonesia. Baik itu dari bahasa, tingkat laku, dan pakaian. Yang paling menonjol
pudarnya budaya adalah seperti bahasa jawa, salah satunya bahasa jawa kromo
ngoko atau alus, sekakarang ini para peserta didik ketika berbicara kepada guru
atau terhadap orang yang lebih tua tidak tahu bahasa yang santun (jawa kromo)
berbicara terhadap guru. Sebab mereka tidak tahu tentang salah satu bahasa
tersebut.
Hal tersebut dikarenakan pengaruh lingkungan yang dapat mempengauri
karakteristik ahklak dan kurangnya ilmu tentang akidah akhlak kepada peserta
didik, adapun mengapa peserta didik mudah terpengaruh karena mereka dalam
usia remaja yang suka ikut-ikut dalam berperilaku. Jika mereka ketika usia dini
belum ditanamkan tentang adab sopan santun/hal baik dan salah. Maka mereka
tidak mempunyai tameng dalam kehidupan, karena hal itulah ia mudah meniru
dengan hal-hal yang kurag baik dalam kehidupan. Untuk porsi seorang peserta
didik yang rata-rata kebanyakn berpendidikan di sekolah hal yang paling
berpengaruh terhadap karakteristik anak adalah teman sebaya. Sebab dalam
kesehariannya di sekolah mapun di luar sekolah, figur temanlah yang ada
disampingnya. Karena hal itulah akan kami uraikan secara rinci mulai dari peserta
didik serta perkembangan karakter peserta didik dalam kehidupan.

3
2. Rumusan Masalah
1) Apakah ada Teori tentang peserta didik?
2) Bagaimana dalil al-Qur’an yang ada kaitannya dengan peserta didik,
bagaimana penafsirannya, beserta dimana surat tersebut turun, dan
bagaimana asbabul nuzulnya?
3) Bagaimana relevansi dalil al-Qur’an dengan teori peserta didik di atas?
4) Mengapa peserta didik pada zaman sekarang minim dalam hal akhlak?
5) Bagaimana cara mendidik peserta didik yang baik agar menjadi peserta
didik yang berahlakul karimah?
3. Tujuan Masalah
1) Mengetahui teori mengenai peserta didik.
2) Mengetahui dalil di al-Qur’an tentang peserta didik, tahu
penafsirannya, tahu surat itu turun dimana, dan tahu tentang asbabul
nuzulnya.
3) Mengerti relevansi dari surat al-Qur’an dengan teori peserta didik.
4) Mengetahui sebab-sebab yang memperngaruhi ahklak peserta didik.
5) Tahu cara mendidik peserta didik agar mempunyai akhlakul karimah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Peserta Didik

Peserta didik merupakan seseorang yang ingin belajar atau memperoleh


pendidikan. Peserta didik adalah seseorang yang memiliki hak untuk memperoleh
layanan pendidikan (pembelajaran) dari pemerintah atau masyarakat luas sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya. Mereka memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dan memepengaruhi proses belajarnya.1 Seseorang yang dapat
dikatakan sebagai peserta didik adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu
untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang luas. Contoh
dari peserta didik adalah seperti siswa/i, santri, mahasiswa, murid, dll.
Peserta didik memiliki keunikan masing-masing atau memiliki karateristik
yang berbeda, mengenal peseta didik adalah hal yang penting salah satunya harus
tahu karakteristiknya hal itu adalah faktor fisik peserta didik, faktor kemampuan,
faktor emosional, faktor bakat khusus, dan faktor budaya. 2Dengan kata lain dapat
dikatakan peserta didik adalah semua orang yang sedang belajar atau mencari
ilmu pengetahuan yang mana sebelumnya ia tidak tahu menjadi tahu. Lama proses
mencari ilmu tidak terbatas yakni mulai ia lahir sampai ia meninggal pun ia pasti
mencari ilmu pengetahuan. Jadi proses mencari ilmu tidak ada batasan kecuali ia
meninggal dunia. Dalam proses pembelajaran atau menuntut ilmu pasti ada
kendala-kendala yang dihadapi oleh peserta didik, entah itu godaan malas belajar,
malas sekolah, pengaruh ajakan teman, dan lain sebagainya.
Sebutan peserta didik tidak hanya tertuju pada siswa atau mahasiswa yang
belajar di sekolah atau di perguruan tinggi namun, pendidikan formal, non formal,
dan in fromal juga dapat disebut orang yang menjadi peserta didik. inti dari
peserta didik adalah adalah orang mulanya tidak tahu menjadi tahu, dan dapat

1
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan Asas & Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), 63.
2
Sutirna, Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik, Edisi 1 (Yogyakarta: Andi Offset,
2015), 60.

5
mengembangkan potensi dirinya. Banyak sekali manfaat yang diperoleh jika
mempelajari ilmu pengetahuan, seseorang dapat menemukan hal-hal baru seperti
dapat menciptakan teknologi-teknologi baru yang dapat meringankan tugas
manusia yang ada di dunia, tidak hanya itu ilmu agama juga amat penting untuk
bekal di akhirat kelak.

B. Dalil tentang teori peserta didik


1. Surat At-Taubah ayat 122

  

  
   
  
 
 
  
 
 

122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
a. Asbabul Nuzul

Ulama menyebut riwayat yang menyatakan bahwa ketika Rasullullah


SAW. Kembali di Madinah, beliau mengutus pasukan yang terdiri dari
beberapa orang ke beberapa daerah. Banyak sekali yang ingin terlibat

6
dalam pasukan kecil itu, sehingga jika diperuntutkan tidak akan ada yang
tinggal di Madinah bersama Rasul kecuali beberapa segelintir orang. Ayat
ini menuntut kaum muslimin untuk membagi tugas dengan menegaskan
bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini
dianjurkan agar bergegas menuju medan perang pergi semua ke medan
perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas yang
lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilitasi umum
diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-
sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka
dapat memperoleh manfaat untuk mereka sendiri dan untuk orang lain dan
juga untuk memberi peringatan bagi kaum mereka yang menjadi anggota
pasukan yang dibebaskan Rasul SAW. Itu apabila nanti setelah selesainya
tugas, mereka, yakni anggota pasukan itu, telah kembali kepada mereka
yang memperdalam pengetahuan itu supaya mereka yang jauh dari Rasul
SAW. Karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.

b. Penafsiran surat at-Taubah ayat 122

Menurut Imam Al-Biqo’i kata (‫ )طائفة‬thaifah dapat berarti makna

lafal tersebut “satu atau dua orang. Dan ada juga yang tidak menentukan

jumlah tertentu, namun yang jelas ia lebih kecil dari lafal ) ‫( فرقة‬
Firqhoh yang bermakna sekelompok manusia yang berbeda dengan

kelompok yang lain. )‫ (ليتفقهوا‬liyatafaqqahu terambil dari kata (‫ )فقه‬fiqh,

yakni pengetahuan yang mendalam menyangkut hal-hal yang sulit dan


tersembunyi. Bukan sekadar pengetahuan. Penambahan huruf (‫ )ت‬ta’ pada
kata tersebut mengandung makna kesungguhan pengetahuan upaya, yang
dengan keberhasilan upaya itu para pelaku menjadi pakar-pakar dalam

7
bidangnya. Demikian kata tersebut mengundang kaum muslimin untuk
menjadi pakar-pakar pengetahuan.3
Kata fiqh di sini bukan terbatas pada apa yang di istilahkan dalam
disiplin ilmu agama dengan ilmu fiqh, yakni pengetahuan tentang hukum-
hukum agama islam yang bersifat praktis dan yang di peroleh melalui
penalaran terhadap dalil-dalil yang terperinci. Tetapi, kata itu mencakup
segala macam pengetahuan mendalam. Ayat ini termasuk dalam ayat
Madaniah karena pada saat itu ayat ini turun. Pengaitan tafaqquh
(pendalaman pengetahuan itu) dengan agama, agaknya untuk menggaris
bawahi tujuan pendalam itu, bukan dalam arti pendalaman tentang ilmu
agama. Pembagian disiplin ilmu-ilmu agama dan ilmu umum belum
dikenalkam Allah SWT. Al-qur’qn tidak membedahkan ilmu. Ia tidak
mengenal istilah ilmu agama dan ilmu umum karena semua ilmu
bersumber dari Allah SWT. Yang diperkenalkan adalah ilmu yang
diperoleh dengan usaha manusia kasby (acquired knowledge) dan ilmu
yang merupakan anugerah Allah tanpa usaha manusia (ladunny/perennial).
Kita tidak dapat berkata bahwa, karena ayat ini hanya menyatakan
bahwa cukup tha’fiah yang dapat berarti satu dua orang yang menuntut
dan memperdalam ilmu, selebihnya harus menjadi anggota pasukan yang
bertugas berperang. Memang, boleh jadi kondisi ketika turunnya ayat ini
demikian itu halnya, tetapi ini bukan berarti bahwa setiap saat hingga kini
harus demikian. Apalagi tujuan utama ayat ini adalah menggambarkan
bagaimana seharusnya tugas-tugas di bagi sehingga tidak semua
mengerjakan satu jenis pekerjaan saja. Karena itu juga, kita tidak dapat
berkata bahwa masyarakat islam kini atau bahkan pada zaman Nabi SAW.
Hanya saja dua tugas pokok, yaitu berperang dan menuntut ilmu agama.
Tidak! Sungguh banyak tugas lain dan setiap masyarakat berkewajiban
membagi diri guna memenuhi semua kebutuhannya.

3
M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2012), 52.

8
Ayat ini menggaris bawahi pentingnya memperdalam ilmu dan
menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak penting dari upaya
mempertahankan wilayah. Bahkan, pertahanan wilayah berkaitan erat
dengan kemampuan informasi serta keandalan ilmu pengetahuan atau
sumber daya manusia. Sementara ulama men ggaris bawahi persamaan
redaksi anjuran/ perintah menyangkut kedua hal tersebut. Ketika berbicara
tentang perang, redaksi ayat 120 dimulai dengan menggunakan istilah
(‫ )ماكان‬ma kana. Demikian juga ayat ini yang berbicara tentang
pentingnya memperdalam ilmu dan penyebaran informasi.
Di atas, ketika menjelaskan ayat 115 surah ini, telah dikemukahkan
pandangan asy-sya’rawi tentang arti (‫ )ماكان‬ma kana. Jika demikian, ayat
ini dan ayat 120 yang lalu bermaksud menyatakan bahwa tidak ada
kemampuan untuk penduduk Madina meninggalkan Rasul sendirian di
Madina. Tidak ada juga kemampuan bagi seluruh kaum muslimin untuk
pergi berperang tanpa ada yang tinggal untuk memperdalam ilmu dan
menyebarkan informasi. Disini para ulama bertemu ketika menyatakan
bahwa redaksi tersebut digunakan untuk memerintah sesuatu dengan
sungguh-sungguh.
Ada juga ulama, antara lain Ibnu Jarir Ath-Thabari, yang membalik
pengertian diatas. Menurutnya yang memperdalam pengetahuan adalah
anggota pasukan yang ditugaskan Nabi SAW. Itu, dengan perjuangan dan
kemenangan menghadapi musuh yang mereka raih, mereka memeroleh
pengetahuan tentang kebenaran Islam serta pembelaan Allah SWT. Serta
agama-Nya. Dan, dengan demikian, jika mereka kembali kepada
kelompok yang tidak ikut bersama mereka, yakni yang tinggal bersama
Nabi saw. Di Madina, mereka yang pergi berjuang itu akan menyampaikan
bencana yang menimpa musuh-musuh Allah yang membangkang perinta-
Nya dan memperingatkan mereka tentang kuasa Allah agar yang tinggal
bersama Rasul saw. Berhati-hati dalam sikap dan kelakuan mereka. Saayid
Quthub termasuk yayng mendudukung pendapat Ath-Thabari di atas.
Secara panjang lebar dan dalam beberapa halaman, pakar ini

9
mengemukakan analisisnya. Antara lain, ia menulis bahwa keliruan siapa
yang menduga bahwa orang-orang yang tidak iku berperang, berjihat, atau
bergerak dinamis adalah yang bertugas memperdalam pengetahuan. Ini
tidak sejalan deangan ciri agama islam. Pergerakan adalah ciri agama ini,
karena itu agama islam tidak dapat dipahami kecuali oleh mereka yang
bergerak, mereka yang berjuang untuk membumikannya dalam kenyataan
hidup. Pengalaman menunjukn bahwa mereka yang tidak terlibat dan
menyatu dalam pergerakan agama ini, tidak memahinya, walau ia
berkonsentrasi penuh memperlajarinya dari buku-buku denag cara yang
dingin. Fiqh agama ini, tulisnya lebih jauh, tidak muncul kecuali dari area
perjuangan, bukannya dipetik dari seorang pakar yang duduk di saat
pergerakan menjadi wajib, tidak juga dari mereka yang kini berdiam diri
menghadapi buku-buku dan kertas-kertas.demikian antara lain Sayyid
Quthub.
Ayat ini menggaris bawahi terlebih dahulu motivasi bertafaqquh/
memperdalam pengetahuan bagi mereka yang dianjurkan keluar, sedang
motivasi utama mereka yang berperang bukanlah tafaqquh . ayat ini tidak
berkata bahwa hendaklah jika mereka pulang mereka betafaqquh, tetapi
berkata “untuk memberi peringatan kepada kaum mereka apabila mereka
telah kembali kepada mereka supaya mereka berhati-hati”. Peringatan itu
hasil tafaqquh. itu tidak mereka peroleh pada saat terlibat dalam perang
karena yang terlibat ketika itu pastilah sedemikian sibuk menyusun srategi
dan menangkal serangan, mepertahankan diri sehingga tidak mungkin ia
dapat bertafaqquh memerdalam pengetahuan. Memang harus diakui
bahwa yang bermaksud memperdalam pengetahuan agama harus
memahami arena serta memerhatikan kenyataan yang ada, tetapi itu tidak
berarti tidak dapat dilakukan oleh mereka yang tidak terlibat dalam
perang. Bahkan, tidak keliru jika dikatakan bahwa yang tidak terlibat

10
dalam perang itulah yang lebih mampu menarik pelajar, mengembangkan
ilmu daripada mereka yang terlibat langsung dalam perang.4

C. Relevansi surat at-Taubah ayat 122 dengan teori peserta didik


Relevansi antar teori yang kami sebutkan diatas dengan surat at-
Taubah ayat 122 adalah pada teori di atas mejelaskan tentang teori peserta
didik bahwasannya peserta didik adalah seseorang yang sedang mencari
atau mempelajari ilmu pengetetahuan, mereka adalah seseorang yang
mempunyai hak untuk menuntut ilmu, serta ia dapat mengembankan
potensi dirinya. Sedangkan pada surat at-Taubah di atas menceritakan
bahwa pada zaman Rasulullah ketika ada sebuah peperangan melawan
kaum kafir, banyak umat Nabi Muhammad SAW. Yang berpartisipasi
dalam perang tersebut sehingga membuat kota sekitar tempat tinggal umat
Rasulullah amat sepi hanya segelintir orang-orang yang ada disana, namun
kemudian tiba-tiba Rasulullah SAW. Melarang jika semua orang ikut
peperangan, Rasullullah menyuruh umatnya untuk mendalami ilmu
penetahuan agama. Sebab Rasulullah melarang adalah ditakutkan nanti
banyak umat Rasullullah yang gugur di medan perang sehingga orang
yang ahli ilmu atau orang alim menjadi berkurang. Sehingga akan
mempengaruhi perkembangan agama Islam anntinya, jika tidak ada yang
paham tentang ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama.
Dari kedua itu sama-sama menjelaskan tentang orang yang mencari
ilmu terbukti bahwa ayat tersebut menceritakan suatu kaum diminta
memperdalam ilmu pengetahuan agama. Dapat diartikan orang tersebut
adalah bisa kita sebut sebagai peserta didik karena sama-sama bertujuan
mencari wawasan ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi bukan ilmu
pengetahuan umum namun juga membahas ilmu pengetahuan agama.
Keterkaitan kedua tersebut sangat kuat sebab sama-sama mementingkan
ilmu pengetahuan.

4
M. Quraish Shihab, 53–55.

11
Jadi, sumber pendukung dari teori peserta didik terdapat pada surat
at-Taubah ayat 122 yang menjelaskan tengtang peserta didik yang
bertujuan untuk mencari atau mendalami ilmu pengetahuan. Betapa
pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan. Banyak sekali penemuan-
pemenuman dari sebuah ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh manusia.
Betapa luar biasanya otak manusia yang dapat menciptakan hal-hal yang
baru, itulah nikmat Allah yang tanpa kita sadari, kita terkadang lupa akan
nikmat-nikmat yang Allah berikan maka Allah SWT. Semakin banyak kita
bersyukur kepada Allah maka Allah akan menambah nikmat-nikmatnya
kepada manusia yang taat akan perintahnya dan senantiasa menjalankan
perintahnya.

D. Sebab yang mempengaruhi Ahklah peserta didik


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak boleh
diabaikan dalam kehidupan manusia. Salah satunya yang terpenting adalah
pendidikan agama yang berhubungan dengan ahklak manusia, pendidikan tersebut
adalah aqidah ahklak. Dalam kehidupan sehari-hari ahklak merupakan hal yang
sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan menggunakan ahklakyang baik
maka seseorang tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk.
Secara etimologi, akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan, menjadikan, membuat. Akhlaq adalah kata yang berbentuk jamak
taksir dari kata khuluqun, yang berarti tabi‟at atau budi pekerti. Alih bahasa Arab
sering menyamakan arti Akhlaq dengan istilah assajiyyah, at-thab’u, al a’datu, ad
dinu, al-muru’atu yang kesemuanya diartikan dengan akhlak, watak, kesopanan,
perangai, kebiasaan dan sebagainya. 5
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ahklah adalah suatu kebiasaan manusia
yang mengandung kesopanan dalam berperilaku dan perilaku tersebut baik entah
itu pandangan orang lain maupaun dari pandangan diri sendiri, sehingga orang
yang memandang perilaku akhlak baik itu akan menjadi senang. Contoh akhlak

5
M. Hidayat Ginanjar, “Pembelajaran Akidah akhlak dan Korelasinya dengan Peningkatan Akhlak
Al-Karimah Peserta Didik (studi kasus di madrasah aliyah shoutul mimbar al-Islami Tenjolaya
Bogor)” Vol. 06 No. 12 (Juli 2017): 102.

12
yang baik dan dapat menjadi tauladan bagi kita adalah akhlaknya Rasulullah
SAW. Peserta didik dalam proses pendidikannya tidak hanya mempelajari ilmu
pengetahuan yang sifatnya material atau umum saja seperti matematika, ipa, ips,
bahasa inggris, dll. Namun tak kalah penting bagi peserta didik adalah
mempelajari ilmu agama sebagai bekal kehidupan kelah di akhirat dan juga
menjaga diri di dunia. Dengan mengimbangkan antara ilmu umum dan agama
maka pembelajaran peserta didik akan berlangsung baik, sebab ilmu agama akan
membentengi/membatasi peserta didik dalam bertindak/bertingkah laku.
Selain itu, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai
keluarga, masyarakat, dan bernegara, serta membantu mereka untuk membuat
keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.6 Adapun jika anak didik tidak
mempelajari pendidikan karakter maka peserta didik besar kemungkinan akan
melakukan hal yang tidak patut dilakukan/tidak sehat hal tersebut ialah :
1. Nakal = anak ini biasanya selalu membuat ulah yang memancing
kemarahan, terutama kepada orang tua.
2. Tidak teratut = anak tipe ini cenderung tidak teliti dan tidak cermat, hal
ini kadang tidak disadari.
3. Provokator = anak ini cenderung suka berbuat ulah dengan mencari
gara-gara dan ingin mendapat perhatian orang lain.
4. Penguasa = anak ini cenderung menguasai teman-temannya dan suka
mengintimidasi orang lain.
5. Pembangkang = anak tipe ini sangat bangga jika memiliki perbedaan
dengan orang lain. Ia ingin tampil beda, sehingga jika ingin diminta
sesuatu yang sama dengan orang lain ia akan membangkang.7
Namun, dalam realitas yang terjadi di masyarakat sekaang ini untuk
terbentuknnya pribadi muslim yang baik sangatlah sulit, karena telah banyak
terjadi penyimpangan norma, etika, tingkah laku, sebagai bentuk kemerosotan
mental atau moral kepribadian yang sangat tidak sesuai dengan etika ajaran Islam

6
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Yrama Widya, 2014), 1.
7
Zainal Aqib, 2.

13
ataupun budaya ketimuran bangsa Indonesia. Terlebih lagi yang demikian ini
melanda pada generasi muda harapan masa depan bangsa dan sangat ironis lagi
hal ini melanda para siswa atau pelajar yang mengenyam pendidikan di lembaga-
lembaga formal dimana nilai-nilai akhlak karimah sudahsering ditinggalkan.
Seperti yang diberitahukan oleh beberapa media elektronik tentang terjadinya
tawuran antar pelajar SMA pada bulan Februari 2017 yang terjadi di daerah
Bantargebang Bekasi dan beberapa kota lain. Dalam suatu penelitian pernah
ditemukan bahwa jenis kriminal yang dilakukan oleh remaja laki-laki adalah
narkoba, asusila, pencurian, dan perkelahian. Adapun jenis kriminal yang
dilakukan oleh remaja perempuan adalah narkoba dan pencurian. Yang menjadi
faktor pendorong terjadinya kriminalitas di kalangan remaja adalah: 8
1. Kurang pembinaan
Kurangnya pembinaan dari orang tua atau guru dapat menyebabkan
kemerosotan akhlak pada anak, sebab anak didik pada waktunya adalah
sedang dalam masa meniru, ia suka meniru hal-hal yang ia lihat dan ia
menyukainya. Namun, bila tidak ada pembinaan atau arahan dari orang tua
ataupun guru yang mendampinginya maka ia akan salah arah. Sebab hanya
seorang orang tua/gurulah yang dapat mengajarkan tentang hal yang baik
dan yang buruk.
2. Faktor ekonomi

Faktor sekonomi juga dapat mempengaruhi perilaku peserta didik.


karena jika ekonomi kelurga masuk kategori kurang mampu, rata-rata
seorang anak kurang akan perhatian orang tua, yang mana orang tua sibuk
bekerja, dan juga pola asuh yang kurang pas. Oleh karena itu seorang anak
yang kesepian tersebut tidak ada yang memperhatikan dan ia kurang akan
perhatian, tidak ada yang melarang ia dalam bertindak entah itu dalam
pergaulan ataupun mencuri. Hal tersebut dapat menyebabkan perilaku
anak remaja.

8
M. Hidayat Ginanjar, “Pembelajaran Akidah akhlak dan Korelasinya dengan Peningkatan Akhlak
Al-Karimah Peserta Didik (studi kasus di madrasah aliyah shoutul mimbar al-Islami Tenjolaya
Bogor),” 102–3.

14
3. Salah pergaulan (pengaruh teman)
Hal sangat berpengaruh dalam realitas sosial pada masa sekarang ini
adalah teman. Teman sangat berperan penting dalam kehidupan seorang
anak didik, hampir dalam kesehariannya sosok teman ini selalu ada
disampingnya terutama ketika ada di sekolah atau di luar rumah. Anak
yang dalam masa meniru tersebut akan meniru siapapun yang ada
didekatnya salah satunya teman yang punyak akhlak yang baik, jika anak
tersebut biasa bergaulan dengan anak yang baik, atau pintar maka ia akan
meniru anak tersebut berperilaku baik.
4. Kurangnya pengetahuan peserta didik dalam memahami pentingnya
pendidikan akhlak.
Sudah jelas bahwa peserta didik yang hanya mempelajari ilmu yang
sifatnya kontekstual tanpa ada ilmu yang sifatnya kontekstual maka proses
pendidikan tersebut tidak efektif yang berakibat pada meorostnya akhlak
peserta didik.
5. Pengaruh arus globalisasi dan ilmu pengetahuan
Pada zaman yang semakin modern ini tan teknologi yang semakin
cepat juga dapat memengaruhi karakter peserta didik sebab banyak
budaya-budaya barat yang masuk, peserta didik zaman sekarang sudah
sangat mudah mengakses apa saja menggunakan internet atau sosial
media. Dengan itu banyak kalangan remaja sekarang ini menyalah
gunakan internet untuk hal-hal yang buruk seperti pencurian, hack, hoax,
video porno, gambar yang tidak senonoh, serta saling menghujat melalui
media sosial.
Fenoma keterpurukan akhlak karimah peserta didik seperti ucapan kurang
sopan, tindak laku kurang sopan terhadap guru, dan kurangnya adab terhadap guru
kini kiat meningkat baik itu di sekolah umum maupun di sekolah agama. Karena
hal tersebut membuat prihatin semua kalangan, baik pemerintah, lembaga
pendidikan, maupun masyarakat. Kondisi ini membuat semua pihak khususnya
kalangan pendidik semakin prihatin untuk mencari jawaban atas persoalan krusial
ini tentang faktor penyebab krisis akhlak karimah peserta didik. bagaiaman

15
peserta didik agar akhlaknya lebih baik dan bisa menjadi generasi penerus yang
baik di masyarakat. Mengingat upaya lembaga pendidikan dalam memujudkan
terbentuknya akklah karimah ini merupakan sesuatu yang sangat penting maka
harus ditanamkan sejak dini di lingkungan keluarga, sekolah dan maupun di
lingkungan masyarakat, agar mereka mempunyai jiwa mulia dan memiliki budi
pekerti yang luhur. 9

E. Pembelajaran Aqidah Akhalak sebagai pedoman peserta didik dalam


berperilaku.

Pengaruh globalisasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu


cepat juga satu merupakan salah satu penyebab degradasi akhlak peserta didik.
Memang perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
belakangan ini memiliki kelemahan yang sangat fatal, karena tidak mendasarkan
diri kepada konsepsi akidah tauhid. Akibatnya yang sangat mengerikan bagi
kehidupan manusia semakin merosot pada hal Akhlaknya. Oleh sebab itu sangat
penting bagi peserta didik dalam mempelajari ilmu Aqidah Akhlak sebagai
padeoman berperilaku sebab ilmu ini juga bersandar pada sunnah Nabi
Muhammad SAW.
Secara etimologi, akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan, menjadikan, membuat. Akhlak adalah kata yang berbentuk jamak
taksir dari kata khuluqun, yang berarti tabi'at atau budi pekerti. Pendapat yang lain
menjelaskan bahwa secara bahasa berasal dari akar kata "al-kholqu", yaitu dari
gerakan lahiriyah yang dapat diketahui dengan indra penglihat dan juga berasal
dari kata "al-khulqu", yaitu perangai dan sikap mental yang diketahui dengan
bashiroh (mata hati). Sedangkan secara istilah akidah ialah sifat sifat, perangai
atau tabi'at seseorang dalam bergaul dengan orang lain atau dalam masyarakat. 10
Akhlak, secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata
nilai yang dipakai sebagai landasanya, meskipun secara sosiologis di Indonesia
kata akhlak sudah mengandung konotasi baik sehingga seorang yang berakhlak

9
M. Hidayat Ginanjar, 103.
10
M. Hidayat Ginanjar, 108.

16
orang yang berakhlak baik. Selanjutnya ada beberapa fatkor yang mempengaruhi
terbentuknya akhlak seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh mustafa yaitu
antara lain, insting, pola dasar bawaan kebiasaan, kehendak, dan lingkungan.
Akidah dan akhlak selalu disandingkan suatu kajian yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, hal tersebut dikarenakan sebelum melakukan suatu
akhlak, maka terlebih dahulu meniatkannya dalam hati (akidah) semakin baik
akidah seseorang, maka makin baik pula akhlak yang diaplikasikannya dalam
kehidupan sehari hari. Sebaliknya semakin buruk tingkat keyakinan akidah
seseorang, alhlak pun akan sebanding dengan akidah aklhak dalam kehidupan
sehari hari. Sebagaimana yang telah disabdahkan Rasulullah tentang hadist jibril
diantaranya menanyakan tentang iman, tentang islam, dan tentang ihsan. Berarti
tiang tonggak islam itu pertama mengenai akidah, kedua mengenai syariah (islam
dan tiang tonggak ketiga adalah ihsan yaitu terkait hubungan dengan akhlak.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pamenuhan perilaku akidah dan
akhlak yang baik tidak dapat dinilai oleh manusia secara fisik. Sama halnya
dengan sifat ikhlas yang sulit untuk dilihat. Namu kedua hal tersebut memiliki
kesamaan, keduanya sama sama bisa dirasakan oleh orang lain, dan orang yang
memiliki hati merasakan ketulusan seseorang yang berakhlak karimah. Sebagai
contohnya ialah suri tauladan kehidupan para nabi yang berakidah dan berakhlak
karimah. Telah Allah SWT. Berikan hikmah, kemampuan pengetahuan, dan
keshalihan serta perilaku yang sangat baik dihadapan umat manusia maupun
dihapan Allah SWT.
Ada juga ahli yang mendefinisikan bahwa akidah ialah kesimpulan
pandangan atau kesimpulan ajaran akidah oleh hati seseorang. Adapun secara
istilah, akidah berarty iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa
dianggap sebagai salah satu akidah. Iman berarti membenarkan atau percaya,
iman dan islam (syariah) membentuk agama jadi sempurna, belum disebut
penganut agama yang utuh apabila dalam diri seseorang belum tepat keimanan

17
dan kehendak untuk melaksanakan syariat.pada hakikatnya iman dan islam
adalah dua hal yang berbeda. 11
Dengan demikian, maka iman merupakan keyakinan hati yang datang dari
Allah SWT. Iman mempengaruhi perilaku seseorang tingginya kualitas keimanan
seseorang akan tercermin dari sikapnya yang terpuji. Sebaliknya semakin jauh
seseorang dari nilai keimanan,perbuatannya pun akan jauh dari nilai nilai Islami,
iman membebaskan seseorang dari sikap ingin menguasai dan dikuasai. Karena
dengan iman, ia yakin bahwa yang menjadikan hidup mati dan yang menentukan
segalanya urusan manusia kepada Allah yang maha perkasa.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan peserta didik merupakan orang yang pada
masanya sedang menjalani proses pendidikan yang mana ia menjadi orang yang
bertugas untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyak, bukan hanya mencari
ilmu saja tapi ketika dirasah ilmu tersebut cukup ia berkewajiban untuk
mengamalkannya kepada orang lain. Relevansi antara surat at-Taubah ayat 122,
ayat tersebut turun di kota Madinah sesaat ketika Rasulullah hendak pergi
berperang dengan para umatnya. Teori peserta didik sangat berkaitan karena dari
pada manusia pergi perang, lebih baik sebagaian dari mereka belajar mempelajari
ilmu agama dan juga ilmu-ilmu lainnya ketika ia sudah mempelajarinya. Ia dapat
menyampaikan kepada manusia yang lainnya.
Namun, karena zaman ini semakin modern yang mana banyak yang
mengabaikan ilmu agama khususnya ilmu tentang berperilaku akhlak karimah.
Kurangnya pengetahuan tentang Aqidah Akhlak akan perpengaruh kepada
kehidupa remaja peserta didik. sehingga muncul perilaku-perilaku tidak sehat, dan
merosotnya moral pada diri mereka. Dengan adanya ilmu Aqidah Akhlak
diharapkan menjadi solusi pagi kemerosotan Akhlak peserta didik, dengan adanya
pengetahuan perilaku yang baik, dan menanamkan iman (Akhlak yang baik) sejak

11
M. Hidayat Ginanjar, 107.

18
dini maka dapat membentengi para peserta didik dalam melakukan sesuatu apakah
itu benar atau salah. Aqidah Akhalak inilah yang akan berperan dalam kehidupan
para peserta didik.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2016. Pengantar Pendidikan Asa & Filsafat Pendidikan. Ar-
Ruzz Media: Yogyakarta.
Quraish Shihab, M. 2012. TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur’an. Lentera Hati: Jakarta.
Hidayat Ginanjar, M. 2017. “Pembelajaran Akidah akhlak dan Korelasinya
dengan Peningkatan Akhlak Al-Karimah Peserta Didik (studi kasus di
madrasah aliyah shoutul mimbar al-Islami Tenjolaya Bogor)”. Jurnal.
Vol. 06 No. 12.
Aqib, Zainal. 2014. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yrama Widya:
Bandung.
Sutirna. 2015. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Edisi 1. Andi
Offset: Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai