Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA


BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WATAMPONE
Asnaeni Rauf1, Yusminah Hala2, A. Mushawwir Taiyeb3
1
Guru SMP Negeri 1 Watampone
2,3
Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK:
Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian pre eksperimen, dimana perlakuan
diberikan pada satu kelompok eksperimen tanpa kelompok control. Penelitian pre
eksperimen yang dimaksud adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) terhadap motivasi dan hasil belajar IPA Biologi. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengacakan kelas
(random) dengan asumsi bahwa semua kelas homogen., karena penempatan kelas
tidak berdasarkan prestasi. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah
desain kelompok tunggal dengan pretest-posttest yaitu one group pretest-posttest
desain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1
Watampone yang terdiri dari 13 rombel dengan jumlah keseluruhan siswa kelas VII
yaitu 338 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT meningkatkan motivasi belajar IPA Biologi siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Watampone (2) Hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Watampone mengalami peningkatan melalui penerapan pemelajaran
kooperatif tipe NHT (3) penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan
pengaruh terhadap motivasi belajar IPA Biologi siswa kelas VII SMP Negeri 1
Watampone (4) penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Watampone.

Kata Kunci: Kooperatif Numbered Head Together, Motivasi, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN lama, maka minat, motivasi, aktivitas dan hasil


Berdasarkan data urusan kurikulum SMP belajar siswa pun akan menurun.
Negeri 1 Watampone tahun pelajaran Berdasarkan masalah diatas diperlukan
2014/2015 menunjukkan nilai rata-rata hasil suatu model pembelajara yang sistematik dan
ujian sekolah khususnya mata pelajaran IPA dikembangkan berdasarkan prinsip
baru mencapai rata-rata 6,50. Nilai tersebut konstruktivistik yaitu model pembelajaran
termasuk kategori sedang. Hal ini terjadi kooperatif. Model pembelajaran ini mengacu
karena guru dalam proses pembelajaran masih pada metode pembelajaran dimana siswa
menggunakan model pembelajaran bekerja bersama dalam kelompok kecil dan
konvensional dimana proses pembelajaran saling membantu dalam belajar. Siswa yang
berpusat pada guru, dimana guru aktif bekerja dalam situasi pembelajara kooperatif
menjelaskan sedangkan siswa bersifat pasif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama
yang hanya mendengarkan dan mencatat saja. pada suatu tugas bersama, dan mereka harus
Hal ini tentu saja sangat membosankan bagi mengkoordinasikan usahanya untuk
siswa itu sendiri sehingga mereka akan sulit menyelesaikan tugas. Dalam penerapan
berkonsentrasi dan pikiran mereka pun pembelajaran kooperatif, dua atau lebih
melayang ke mana-mana. Akibatnya tidak individu saling bergantung satu sama lain
sedikit pun materi yang tersimpan dalam untuk mencapai suatu penghargaan bersama.
ingatan dan memori siswa. Jika hal ini Mereka akan berbagi penghargaan tersebut jika
berlangsung terus menerus dalam waktu yang mereka berhasil sebagai kelompok terbaik.

1
Pelaksanaan proses pembelajaran yang Penggunaan model pembelajaran
masih menggunakan model konvensional, kooperatif tipe Numbered Head Together
belum mampu mengembangkan motivasi dan (NHT), tentunya siswa semua aktif dan
sikap sosial belajar pada siswa. Hal ini terjadi termotivasi mengikuti pembelajaran dengan
dibeberapa kelas di SMP Negeri 1 baik.
Watampone, tetapi yang paling menonjol Berdasarkan latar belakang masalah yang
adalah kelas VII, terbukti adanya keluhan telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang dialami oleh guru yang mengajar di kelas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
tersebut termasuk guru mata pelajaran motivasi belajar IPA Biologi siswa kelas VII
IPAdalam hal ini peneliti. Untuk itu penentuan SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran 2015/2016
model pembelajaran sangat penting dalam yang diajar dengan pembelajaran kooperatif
rangka meningkatkan sikap sosial dan motivasi tipe NHT? (2) Bagaimana hasil belajar IPA
siswa sehingga tercipta lingkungan belajar Biologi siswa kelas VII SMPN 1 Watampone
yang efektif dan menyenangkan. Tahun Ajaran 2015/2016 yang diajar dengan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas pembelajaran kooperatif tipe NHT? (3)
maka sebagai guru mata pelajaran IPA dalam Apakah terdapat pengaruh pembelajaran
mengajarkan konsep-konsep biologi kooperatif tipe NHT terhadap motivasi belajar
diharapkan mampu menggunakan model IPA Biologi siswa kelas VII SMPN 1
pembelajaran yang berdasar pada kondisi atau Watampone Tahun Ajaran 2015/2016? (4)
pengalaman-pengalaman yang sering dialami Apakah terdapat pengaruh pembelajaran
siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar IPA
dapat menggali pengetahuan dasar yang Biologi siswa kelas VII SMPN 1 Watampone
dimiliki siswa. Tahun Ajaran 2015/2016?
Salah satu pendekatan pembelajaran Berdasarkan rumusan masalah di atas,
yang dapat diterapkan di sekolah untuk maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
meningkatkan hasil belajar IPA adalah Untuk mengetahui motivasi belajar IPA
pembelajaran kontekstual. Dalam Biologi siswa kelas VII SMPN 1 Watampone
pembelajaran kontekstual dapat dilakukan Tahun Ajaran 2015/2016 yang diajar dengan
dengan berbagai model yaitu model kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe NHT. (2) Untuk
model pembelajaran langsung dan model mengetahui hasil belajar IPA Biologi siswa
berdasar pada masalah. Pada penggunaan kelas VII SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran
model pembelajaran kooperatif memberikan 2015/2016 yang diajar dengan pembelajaran
kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama kooperatif tipe NHT. (3) Untuk mengetahui
menyelesaikan suatu masalah sehingga siswa pengaruh pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan mudah memahami suatu konsep IPA terhadap motivasi belajar IPA Biologi siswa
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil kelas VII SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran
belajarnya. 2015/2016. (4) Untuk mengetahui pengaruh
Salah satu model pembelajaran yang pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
memenuhi kriteria tersebut adalah model hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII
pembelajaran koperatif tipe NHT. Model SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran
pembelajarn kooperatif tipe NHT atau 2015/2016.
“Penomoran Berpikir Bersama” merupakan METODE PENELITIAN
suatu jenis pembelajaran kooperatif yang Penelitian ini digolongkan ke dalam
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi penelitian pre eksperimen, dimana perlakuan
siswa agar lebih aktif. Siswa akan dibentuk ke diberikan pada satu kelompok eksperimen
dalam kelompok kecil yang heterogen, tanpa kelompok kontrol. Penelitian pre
kemudian tiap anggota kelompok diberi nomor eksperimen yang dimaksud adalah penelitian
secara berurut. Selanjutnya siswa diberi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
pertanyaan terkait dengan materi yang tentang pengaruh model pembelajaran
disampaikan oleh guru dan materi presentasi kooperatif tipe Numbered Head Together
dipresentasikan siswa. (NHT) terhadap motivasi dan hasil belajar IPA
Biologi.

2
Populasi dalam penelitan ini adalah Subjek 26 26
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rata-rata 100,15 121,65
Watampone tahun ajaran 2015-2016 terdiri Median 102 122
dari 13 rombel dengan jumlah keseluruhan Standar Deviasi 9,12 5,26
siswa kelas VII yaitu 338 siswa. Pengambilan Varians 83,09 27,67
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Rentang 35 35
Nilai terendah 72 111
menggunakan teknik pengacakan kelas Nilai tertinggi 115 130
(random) dengan asumsi bahwa semua kelas
homogen, karena penempatan kelas tidak Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai rata-
berdasarkan prestasi. Oleh karena itu yang rata motivasi belajar biologi dari 26 siswa
digunakan sebagai sampel penelitian dari kelas VII J di SMP Negeri 1 Watampone,
populasi ini dipilih kelas VII J. kelas meningkat dari sebelum perlakuan dan sesudah
eksperimen ini diberikan perlakuan perlakuan, yaitu dari 100,15 menjadi 121,65.
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Nilai terendah untuk motivasi belajar siswa
Instrumen yang digunakan dalam sebelum perlakuan adalah 72 dan nilai
penelitian ini adalah: (1) Angket untuk tertinggi 115. Sedangkan setelah perlakuan,
mengukur motivasi siswa; (2) Tes hasil nilai motivasi siswa meningkat dengan nilai
belajar kognitif siswa untuk mengukur tingkat terendah 111 dan nilai tertinggi 130.
pemahaman siswa kelas VII J SMP Negeri 1 Distribusi nilai motivasi belajar siswa
Watampone pada Materi IPA Biologi setelah dikelompokkan dalam kategori tinggi
ekosistem setelah mengalami proses sekali, tinggi, sedang, rendah, dan rendah
pembelajaran dalam waktu tertentu. Sebelum sekali (Tabel 4.2)
digunakan instrumen harus divalidasi oleh ahli. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan
Kemudian melalui pembimbingan dosen Kategorisasi Nilai Motivasi Belajar Siswa
penasehat, peneliti merevisi berdasarkan saran- pada Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
saran validator. NHT
HASIL PENELITIAN DAN Interval kategori Frekuensi Persentase
PEMBAHASAN
Nilai (%)
1. Hasil Penelitian
Pre Post Pre Post
a. Deskripsi Motivasi belajar IPA Biologi
siswa dengan pembelajaran kooperatif Test Test Test Test
tipe NHT 140-175 Sangat 0 0 0 0
Penilaian motivasi belajar siswa yang Tinggi
digunakan sesudah perlakuan,diukur dengan 105– 140 Tinggi 2 26 7,69 100
menggunakan angket (kuesioner) motivasi. 70– 105 Sedang 24 0 92,30 0
Setiap angket motivasi terdiri atas 35 butir 35 – 70 Rendah 0 0 0 0
pernyataan, baik pernyataan positif maupun <35 Sangat 0 0 0 0
pernyataan negatif yang kemudian siswa Rendah
diminta memberikan jawaban dan setiap jumlah 26 26 100 100
jawaban diberikan skor. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi
Data hasil perolehan nilai motivasi nilai motivasi siswa kelas VII J hanya terpusat
belajar siswa yang membuktikan adanya pada kategori sedang dan tinggi. Sebelum
peningkatan nilai motivasi belajar siswa kelas pemberian perlakuan dari dari 26 siswa,
VII J di SMP Negeri 1 Watampone sebelum persentase siswa yang berada pada kategori
dan sesudah penerapan pembelajaran sedang adalah 92,30 % dan kategori tinggi
kooperatif tipe NHT (Tabel 4.1) 7,69 %. Sedangkan setelah perlakuan,
Tabel 4.1. Data Hasil Analisis Statistik persentase jumlah siswa yang berada pada
Deskriptif Motivasi Belajar Siswa Sebelum kategori tinggi adalah 100 %. Data tersebut
dan Sesudah Penerapan Pembelajaran menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kooperatif tipe NHT motivasi belajar siswa setelah pemberian
Statistik Motivasi Belajar Siswa perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Pre Test Post Test

3
Data tentang distribusi dan frekuensi No Keterangan Hasil
perolehan siswa sebelum dan sesudah diajar 1 Rata – rata 36,31
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif 2 Median 36
tipe NHT diperkuat oleh data peningkatan nilai 3 Modus 36
motivasi belajar siswa dengan menggunakan 4 Standar Deviasi 8,68
persamaan Normalisasi Gain (analisis 5 Variansi 72,52
selanjutnya dapat dilihat pada lampiran G.1). 6 Jangkauan (range) 32
Tabel 4.3. Distribusi Nilai Selisih (Gain Score) 7 Minimum 20
Motivasi Belajar Siswa 8 Maksimum 52
pada Penerapan Pembelajaran 9 Jumlah data 944
Kooperatif Tipe NHT. 2. Post test
Interval Frekuensi Persentase( Kategori Post test merupakan tes akhir yang
Nilai %) diberikan setelah pemberian perlakuan pada
0≤ N-g 8 30,7 Rendah kelompok eksperimen. Berdasarkan pada
<0,3 pengamatan tes akhir yang dilakukan pada
0,3 ≤N-g 18 69,23 Sedang siswa kelas VII SMPN 1 Watampone Tahun
<0,7 Ajaran 2015/2016 setelah diajar dengan
0,7≤N-g 0 0 Tinggi pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
≤ 1,0 responden sebanyak 26 orang siswa diperoleh
Rata- 0,3 nilai rata – rata sebesar 81,23 dengan deviasi
rata standar 5,74. Sebaran nilai post test dari siswa
Tabel 4.3 menunjukkan besarnya kelas VII SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran
peningkatan nilai motivasi belajar siswa 2015/2016 setelah diajar dengan pembelajaran
dengan normalisasi Gain sebelum dan sesudah kooperatif tipe NHT pada Tabel 4.5 .
diajar dengan menggunakan pembelajaran Tabel 4.5 Deskripsi Data PostTesSiswa kelas
kooperatif tipe NHT. Hasil yang diperoleh VII SMP Negeri 1
adalah bahwa sebagian besar siswa dengan Watampone yang Diajar dengan
jumlah 26 orang mengalami peningkatan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
motivasi belajar pada kategori sedang 69,23 % No Keterangan Hasil
dengan peningkatan nilai rata-rata Gain 0,3 1 Rata – rata 81,23
dengan kategori sedang. 2 Median 82
b. Analisis Statistik Deskriptif Hasil 3 Modus 80
Belajar IPA Biologi Siswa kelas VII 4 Standar Deviasi 5,74
SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran 5 Variansi 31,72
2015/2016 yang Diajar dengan 6 Jangkauan (range) 24
Pembelajaran Kooperatif tipe NHT 7 Minimum 64
1. Pre test 8 Maksimum 88
Pre test merupakan tes awal yang 9 Jumlah data 2112
diberikan sebelum pemberian perlakuan pada Analisis statistik deskriptif
kelompok eksperimen. Berdasarkan pada dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat
pengamatan tes awal yang dilakukan pada pencapaian hasil belajar siswa yang diajar
kelompok eksperimen sebelum perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
dengan responden sebanyak 26 orang siswa tipe NHT. Hasil analisis statistik deskriptif
diperoleh nilai rata – rata sebesar 36,31 dengan berdasarkan skor hasil belajar yang diperoleh
deviasi standar 8,68. Sebaran nilai pretes dari siswa pada materi ekosistem di kelas VII J di
kelas VII SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran SMP Negeri 1 Watampone, dengan
2015/2016 sebelum diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Tabel 4.6).
pembelajaran kooperatif tipe NHT disajikan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase
dalam Tabel 4.4 . Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.4 Deskripsi Data Tes Awal Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif tipe
kelas VII SMPN 1 Watampone Tahun Ajaran NHT.
2015/2016 Sebelum Diajar dengan Interval kategori Frekuensi Persentase
Pembelajaran Kooperatif tipe NHT. Nilai (%)

4
Pre Post Pre Post 0,7 ≤ N-g 23 88,46 Tinggi
Test Test Test Test ≤ 1,0
85– 100 Sangat 0 0 0 0 Rata-rata 0,7
Tinggi Tabel 4.7 menunjukkan besarnya
65 – 84 Tinggi 0 23 0 88,46 peningkatan nilai hasil belajar biologi siswa
55 – 64 Sedang 0 3 0 11,53 dengan normalisasi Gain sebelum dan sesudah
35 – 54 Rendah 16 0 61,53 0 diajar dengan menggunakan pembelajaran
0  34 Sangat 10 0 38,46 0
kooperatif tipe NHT. Hasil yang diperoleh
Rendah
jumlah 26 26 100 100 adalah bahwa sebanyak 0% siswa mengalami
Pada Tabel 4.6 menunjukkan nilai hasil peningkatan pada kategori rendah, sebanyak
belajar biologi dari 26 siswa kelas VII J di 11,53 % siswa mengalami peningkatan pada
SMP Negeri 1 Watampone, sebelum dan kategori sedang, dan sebanyak 88,46 siswa
setelah diajar dengan menggunakan mengalami peningkatan pada kategori tinggi,
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok dengan peningkatan nilai rata-rata Gain 0,70
bahasan ekosistem. Berdasarkan data tersebut dengan kategori tinggi.
diketahui bahwa sebelum penerapan 2. Pembahasan Penelitian
pembelajaran kooperatif tipe NHT, dari 26 Pada sub bab ini dibahas mengenai hasil
siswa, persentase jumlah siswa yang berada penelitian berupa motivasi dan hasil belajar
pada kategori sangat rendah adalah 61,5 %, biologi siswa kelas VII J di SMP Negeri 1
kategori rendah adalah 38,46%,,kategori Watampone. Pembahasan terhadap kedua
sedang, tinggi dan tinggi sekali sekali masing- aspek tersebut difokuskan pada kesesuaian
masing adalah 0%. Setelah penerapan antara tujuan penelitian, selain itu pada bagian
pembelajaran kooperatif tipe NHT,persentase ini juga akan dipaparkan keterbatasan yang ada
jumlah siswa yang berada pada kategori dalam penelitian ini.
rendah sekali dan kategori rendah adalah a. Motivasi belajar IPA Biologi siswa
sebesar 0%, kategori sedang adalah 11,53%, dengan pembelajaran kooperatif tipe
kategori tinggi adalah 88,46% dan kategori NHT
tinggi sekali 0 %. Hasil analisis deskriptif data
Data tentang distribusi dan frekuensi menunjukkan nilai rata-rata motivasi belajar
perolehan siswa sebelum dan sesudah diajar biologi dari 26 orang siswa kelas VII J SMP
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Negeri 1 Watampone yang diajar dengan
tipe NHT diperkuat oleh data peningkatan nilai pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami
motivasi belajar siswa dari kategori sedang ke peningkatan dari kategorisasi sedang sebelum
tinggi. perlakuan yaitu 92,30 % menjadi kategorisasi
Data tentang distribusi dan frekuensi tinggi setelah perlakuan yaitu 100%. Nilai
perolehan siswa sebelum dan sesudah diajar Gain Score motivasi belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT
tipe NHT diperkuat oleh peningkatan hasil mengalami peningkatan dari 30,76 % menjadi
belajar dengan menggunakan persamaan 69,23 % dengan nilai rata-rata sebesar 0,3
Normalisasi Gain (Analisis selengkapnya dengan kategori sedang. Hasil dari perlakuan
dapat dilihat pada lampiran G.2). Peningkatan tersebut mengindikasi bahwa penerapan
Normalisasi Gain (Tabel 4.7) pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Tabel 4.7. Distribusi selisih (Gain Score) Menurut Priansa (2014), ada beberapa
Nilai Hasil Belajar Biologi Siswa Pada faktor yang mempengaruhi motivasi siswa
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT yaitu: konsep diri, jenis
Interval Frekuensi Persentase Kategori
kelamin,pengakuan,cita-cita,kemampuan
Nilai (% ) belajar,kondisi siswa,keluarga,kondisi
0 ≤ N-g < 0 0 Rendah lingkungan,upaya guru memotivasi dan unsur-
0,3 unsur dinamis dalam belajar.
0,3 ≤ N-g 3 11,53 Sedang Hal ini dapat juga dikaitkan dengan teori
< 0,7 yang diungkapkan oleh Uno (2006) bahwa

5
motivasi belajar terdiri dari dorongan internal siswa yang lain tetapi memiliki nilai hasil
dan eksternal pada siswa yang sedang belajar belajar yang lebih tinggi. Ini menunjukkan
untuk mengadakan perubahan tingkah laku bahwa meskipun motivasi berprestasi siswa itu
pada umumnya dengan beberapa indikator tinggi tetapi tidak ditunjang oleh faktor lain
meliputi adanya hasrat dan keinginan berhasil, misalnya kompetensi guru dalam
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, mengajar,sarana dan prasarana sekolah
adanya harapan dan cita-cita masa depan, khususnya mata pelajaran biologi menyangkut
adanya penghargaan dalam belajar, adanya kenyamanan siswa dalam belajar dan
kegiatan menarik dalam pembelajaran dan memahami setiap bab yang diajarkan,,
adanya lingkungan belajar yang kondusif ditambah lagi dengan banyaknya hari libur dan
sehingga memungkinkan seseorang siswa kegiatan sekolah yang membuat pelajaran
dapat belajar dengan baik. terganggu, sehingga pembelajarannya tidak
b. Hasil belajar IPA Biologi siswa dengan berlangsung sesuai dengan jadwal yang
pembelajaran kooperatif tipe NHT. menyebabkan ada kelas yang kurang mendapat
Hasil analisis deskriptif menunjukkan pendalaman materi. Fenomena ini
nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VII J di membuktikan keterkaitan antara faktor internal
SMP Negeri 1 Watampone yang diajar dengan dan eksternal sangat mempengaruhi hasil
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT belajar.
mengalami peningkatan sebesar 44,92 dengan Pembelajaran yang tidak berlangsung
kategorisasi nilai hasil belajar setelah sesuai dengan jadwal yang menyebabkan kelas
perlakuan didominasi oleh kategori tinggi yang kurang mendapat pendalaman materi
88,46 %, dan kategori sedang sebesar 11,53%. biologi diperlukan kesadaran diri dari siswa
Sebelum penerapan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
kooperatif tipe NHT dilakukan, didahului Motivasi belajar yang dimaksud adalah (1)
dengan pre tes. Nilai rata-rata yang diperoleh adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2)
pada pre test sebesar 36,31. Pada akhir adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
pembelajaran, siswa diberikan post test dan (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 81,23. (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5)
Perbandingan frekuensi siswa sebelum adanya kegiatan menarik dalam belajar, (6)
pembelajaran kooperatif tipe NHT hanya adanya lingkungan belajar yang kondusif
berada pada kategori cukup dan kurang, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar
sedangkan setelah penerapan model tersebut dengan baik (Uno,2011)
terjadi perubahan yang sangat signifikan, tidak Sejalan dengan penelitian Slameto
ada lagi siswa yang berada pada kategori (2013), menyatakan bahwa hasil belajar
cukup dan kurang justru sebaliknya umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor
siswa berada pada kategori tinggi. dari dalam (internal) dan faktor dari luar
Nilai Gain Score hasil belajar biologi (eksternal). Faktor internal adalah faktor
siswa yang diajar dengan pembelajaran jasmaniah, psikologis, dan dan faktor
kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan kelelahan (misalnya, intelegensi, perhatian,
yang signifikan. Distribusi selisih (Gain Score) minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan)
nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran sedangkan yang termasuk faktor eksternal
kooperatif tipe NHT meningkat dengan nilai adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan
rata-rata sebesar 0,7 pada kategori tinggi. faktor masyarakat (misalnya guru,kurikulum
Berdasarkan hasil penelitian ini, dan model pembelajaran). Data hasil belajar
diketahui pula bahwa hasil belajar biologi menunjuk angka dominan pada kategori
siswa sangat berhubungan dengan sedang,sedangkan motivasi belajarnya tinggi,
motivasinya,dengan peningkatan motivasi tetap membuktikan bahwa motivasi belajar
akan meningkatkan hasil belajar siswa. memberikan konstribusi positif terhadap hasil
Meskipun demikian, tidak semua siswa belajar. Jika seseorang memiliki motivasi
yang memiliki motivasi tinggi berbanding berprestasi yang tinggi maka hasil belajarnya
lurus hasil belajarnya. Ada beberapa siswa akan semakin tinggi tentunya tetap ditunjang
yang memilki motivasi yang lebih rendah dari dengan faktor eksternal.

6
Pada proses pembelajaran di sekolah dari lks. Pada pelaksanaannya, siswa saling
sering ditemukan siswa yang tidak dapat berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
meraih hasil belajar yang setara dengan paling tepat. Tutor sebaya pun terlihat saat
kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang proses pembelajaran dimana siswa yang telah
memiliki kemampuan intelegensi tinggi tetapi mengerti akan jawaban dari tiap soal di lks
memperoleh hasil belajar yang relatif rendah. bisa membagikan idenya atau pemahamannya
Namun ada siswa yang walaupun kemampuan kepada siswa yang belum mengerti sehingga
intelegensinya relatif rendah, dapat meraih adanya pemahaman yang baik mengenai
prestasi belajar yang relatif tinggi. materi yang dibelajarkan.
Disimpulkan bahwa intelegensi bukanlah satu- Berdasarkan hal tersebut, maka pendapat
satunya faktor yang menentukan keberhasilan Vygotsky dan pendapat Lie,sesuai dengan
siswa,melainkan ada faktor lain, misalnya hasil penelitian yang diperoleh ,bahwa
motivasi. Siswa dengan motivasi yang besar keterlibatan orang lain dalam hal ini yaitu
akan giat berusaha, tampak gigih tidak mudah adanya proses pembelajaran secara kelompok
menyerah, sebaliknya mereka yang akan memperbaiki pemahaman siswa dan
motivasinya rendah akan tampak acuh tak berdampak pada hasil belajar yang meningkat
acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak secara signifikan.
tertuju pada pelajaran sehingga dapat Peneliti menyadari bahwa untuk
mengalami kesulitan dalam belajar yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar sains
berakibat fatal bagi dirinya sendiri dalam siswa bukanlah hal yang mudah dan
artian prestasinya akan semakin menurun. membutuhkan kerja keras dari seorang guru
Beberapa alasan nilai hasil belajar dalam mengelolah kelas, apalagi dengan
biologi siswa yang diajar dalam proses kemampuan siswa yang masih sangat terbatas,
pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami baik dalam hal pengetahuan sains maupun
peningkatan karena siswa dilibatkan secara dalam perkembangan cara berpikir siswa, serta
aktif dalam proses pembelajaran dan membelajarkan siswa untuk berani
berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam mengungkap ide, pemikiran, dan
mencari jawaban atas permasalahan yang kreatifitasnya, serta menumbuhkan motivasi
diajukan. belajar sains siswa adalah hal yang paling
Sekaitan dengan hal itu, Vygotsky penting.
(Isjoni, 2011) bahwa kualitas berpikir siswa PENUTUP
dibangun diruang kelas sedangkan aktivitas Kesimpulan
sosialnya dibangun dan dikembangkan dalam Berdasarkan hasil dan pembahasan maka
bentuk kerjasama antara siswa yang satu diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
dengan siswa yang lainnya dibawah bimbingan 1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
orang dewasa yang dalam hal ini yaitu peneliti. Numbered Head Together (NHT)
.Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT meningkatkan motivasi belajar IPA Biologi
siswa diajak untuk berdiskusi bersama anggota siswa kelas VII SMPN 1 Watampone tahun
kelompoknya dan saling mengajarkan satu ajaran 2015/2016.
sama lain serta memastikan tiap anggota 2. Hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII
mengetahui jawaban dari soal yang tertera SMPN 1 Watampone tahun ajaran
dalam lks dan penulis hanya bertugas sebagai 2015/2016 mengalami peningkatan melalui
pembimbing dan fasilitator. Vygotsky penerapan pembelajaran kooperatif tipe
(Isjoni,2011) berpendapat bahwa pengetahuan Numbered Head Together (NHT).
dibangun dan dikonstruksi secara mutual, 3. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
artinya keterlibatan orang lain akan Numbered Head Together (NHT)
memperbaiki pemahaman akan suatu materi. memberikan pengaruh terhadap motivasi
Sejalan dengan pendapat tersebut, Lie belajar IPA Biologi siswa kelas VII SMPN
(2008) mengemukakan bahwa teknik NHT 1 Watampone tahun ajaran 2015/2016.
memberikan kesempatan pada siswa untuk 4. Penerapan pembelajaran koperatif tipe
saling membagikan ide-ide dan juga Numbered Head Together (NHT)
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat berpengaruh signifikan terhadap hasil

7
belajar IPA Biologi siswa kelas VII SMPN Berkembang Edisi ke Enam. Jakarta:
1 Watampone Tahun Ajaran 2015/2016. Erlangga.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
DAFTAR PUSTAKA Tentang Standar Pendidikan Nasional.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Priansa, D, J. 2015. Manajemen Peserta Didik
Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. dan Model Pembelajaran. Bandung:
Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Alfabeta.
Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta:Bumi Purwanto, M. 2002. Psikologi Pendidikan.
Aksara. Bandung: Remaja Rusdakarya.
Djamarah, S, B. 2009. Guru dan Anak didik Rahayu, E. 2012. Hubungan antara Aspek-
dalam interaksi Edukatif. aspek dalam Motivasi Belajar dengan
Jakarta:Reneka Cipta. Hasil belajar Kognitif Biologi Siswa
Efendy, A. 2010. Faktor-faktor yang SMA Negeri Karang Anyar. Skripsi
Mempengaruhi Hasil (Online). Diterbitkan Surakarta.
Belajar.http://ahmadefendy.com. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Diakses tanggal 08 Januari 2016. Pendidikan Universitas 11 Maret
Furqon. 1999. Statistika Terapan untuk Surakarta.
Penelitian. Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-
Hake, R, R. 1999. Analizing Change/Gain Variabel Penelitian. Bandung:Alfabeta
Scores (Online), http://www.physics, Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan
Indiana, edu/sdi/Analyzingchange- Demokratis. Jakarta: Prenada Media.
Gain. Pdf. (09 Januari 2016). Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran.
Haling, A. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Makassar:Badan Penerbit Universitas Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar
Negeri Makassar. Mengajar & Micro Teaching. Ciputat:
Hamsa. 2009. Metode Penelitian. http://alief- Quantum Teaching.
hamsah, com/2016/01/numbered- Safitri, D. 2013. Pengaruh Penerapan Strategi
heads-together-nht.html.Diakses Pembelajaran Assurance Relevance
tanggal 08 Januari 2016. Interest Assessment Satisfaction
Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan (ARIAS) Setting Model Pembelajaran
Pembelajaran. Jakarta:Bumi aksara. Kooperatif tipe Numbered Head
Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Together (NHT) pada Pokok Bahasan
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Sistem Ekskresi terhadap Motivasi dan
Jakarta: Bumi Aksara. Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI
Hamalik, O. 2003. Dasar-dasar SMA Negeri 14 Makassar. Thesis.
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Tidak diterbitkan. Jurusan Biologi
PT. Remaja Rosdakarya. Makassar: FMIPA UNM.
Isjoni, 2011. Cooperative learning. Bandung: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Alfabeta. Berorientasi Standar Proses
Lie, A. 2008. Cooperative learning. Jakarta: Pendidikan. Jakarta: kencana.
Grasindo. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Mulyadiana. 2000. Kemampuan pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Berkomunikasi Siswa Madrasah Alyah Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan
Melalui Pembelajaran Kooperatif pada (Educational Psychology) Edisi 5 Buku
sistem Reproduksi Manusia. Tesis. 1 dan 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Bandung: Universitas Pendidikan Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi
Indonesia. Belajar Mengajar. Jakarta:Remaja
Nasution, A.M.2006. Kurikulum dan Press.
Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi
Ormrod, E, J. 2008. Psikologi Pendidikan, Belajar dan Mengajar. Jakarta:Raja
Membantu Siswa Tumbuh dan Grafindo.

8
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan
(Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Memengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning.
Bandung:Nusa Media.
Slavin, R. E. 2009. Psikologi Pendidikan.
Teori dan Praktik, (Terjemahan
Maryanto Samosir). Jakarta: Indeks.
Soeharto. 2003. Pendekatan dan Teknik dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Tarsito.
Sofan Amri. 2013. Pengembangan & Model
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualiatatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sudjana, N. 2006. Cara Belajar Siswa Aktif
dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, N. 2009. Media Pembeleajaran.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syarif, I. 2012. Pengaruh Model Blanded
Learning terhadap Motivasi dan
Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal
Pendidikan Vokasi (online). Vol II, No
2, 2012. Diakses pada tanggal 8 Januari
2016.
Tiro, M, A. 2014. Analisis Korelasi dan
Regresi. Makassar:Andira Publisher.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Uno,H, B.2006. Teori motivasi dan
pengukurannya. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Uno, H, B, Koni Satria. 2012. Assessment
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Yaumi, M. 2013. Prinsip-Prinsip Desain
Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Kencana Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai