Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN HYDROCEFALUS

A. Definisi

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel


serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi


yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:

1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
(Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara
mendadak yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan
Serebrospinal.
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih
biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana
sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit
yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi
yangmengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput
pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan
otak atauathrophy (Anonim, 2003).

B. Etiologi

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah


satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada
bayi dan anak ialah:

1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau


infeksi intrauterine meliputi :
a. Stenosis aquaductus sylvi
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna
basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis


1. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan
demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus,
produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
b. Parenchym otak
c. Arachnoid
2. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat
pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III,
dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu
pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna
magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis
dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di
supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di
sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

D. Patofisiologi Hidrosefalus

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan


subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada
gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut
dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut
itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya
melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika
fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi
yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian
besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak
kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma


normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2
tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
1) Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-
akan seperti matahari yang akan terbenam
2) Strabismus divergens
3) Nystagmus
4) Refleks pupil lambat
5) Atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
6) Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.

Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra


kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

F. Komplikasi Hidrosefalus
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis
, abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian
G. Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus
1. Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b. Transiluminasi
2. Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa
4. Pemeriksaan radiologi:
a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang
melebar.
b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. Pentalaksanaan Medis
1. Pencegahan

Untuk mencegah timbulnya kelainan genetik perlu dilakukan


penyuluhan genetik, penerangan keluarga berencana serta menghindari
perkawinan antar keluarga dekat. Proses persalinan/ kelahiran diusahakan
dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi.
Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada


umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan
menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya
kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan
± 40 – 50 % kasus.

3. Pembedahan :

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan


tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus.
Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga
cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt


b. Ventrikulo Adrial Shunt

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan


pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus
disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya
membutuhkan biaya besar.

Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan


serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga
peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.

Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak


menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di
dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama
berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.

4. Terapi

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a. Mengurangi produksi CSS


b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

a. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus
khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
b. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau
perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan
perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
c. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor
dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih
adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase
dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang
didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit
terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi
alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan
kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

ANAK DENGAN HYDROCEPALUS

I. Pengkajian
1. Anamnesa

a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa,


agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
b. keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, letargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Adanya riwayat infeksi (biasanya
infeksi pada selaput oatak dan meningens) sebelumnya. Pengkajian
yang didapatkan pembesaran kepala, tingkat kesadaran menuurun,
kejang, muntah.
d. Riwayat Penyakit dahulu
 Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
 Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
 Postnatal : Lahir premature, Infeksi, meningitis, TBC,
neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persisten
 B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
 B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
 B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi
menonjol dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil,
penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus
( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
 B4 ( Bladder ) : Pada hidrosefalus tahap lanjut mengalami
inkontinensia urine karena konfusi
 B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, nafsu makan menurun, dan
kesulitan menelan
 B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
2. Pengkajian psikososiospiritual
Perawatan anak dengan hidrosefalus memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat memepengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. Dampak hospitalisasi
sendiri pada anak yaitu anak akan merasa takut dana cemas akan
penyakit yang diderita. Selain itu ada juga akan merasa sedih sekali
karena harus berpisah jarang bertemu dan bermain dengan teman
sebayanya.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
TIK (tekanan intrakranial).
2. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan defisiensi sirkulasi.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi
4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

B. INTERVENSI
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
TIK (tekanan intrakranial).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
peningkatan TIK berkurang
Kriteria hasil
- Tanda vital normal (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Terjaganya status neurologis.

Intervensi

- Kaji status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda


peningkatan tekana intrakranial, terutama GCS

Rasional : untuk mengetahui status neurologis klien

- Monitor tanda-tanda vital:TD, nadi, respirasi, suhu.

Rasional : mengetahui keadaan umum klien

- Monitor tingkat kesadaran, sikap reflek, fungsi motorik, sensorik.

Rasional : mengetahui keadaan klien

- Monitor tanda kenaikan tekanan intrakranial, misalnya: iritabilitas,


tangis, sakit kepala, mual muntah.

Rasional : mengurangi resiko peningkatan TIK

2. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan defisiensi sirkulasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kerusakan
integritas kulit berkurang
Kriteria hasil

- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,


temperatur, hidrasi, pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada kulit

- Perfusi jaringan baik

Intervensi :

- Gunakan lotion atau minyak dan lindungi posisi daerah kepala dari
penekanan.
Rasional : menjaga kelembaban kulit

- Gunakan penggantian baju dari bahan yang lembut.

Rasional : mencegah adanya iritasi

- Menjaga daerah kepala setiap perubahan posisi.

Rasional : Mengurangi resiko iritasi pada kulit kepala

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
- Tanda vital dalam rentang normal
- Skala nyeridalam batas normal 0 - 2
Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Rasional : mengetahui skala nyeri yang dirasakan klien
- Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi
Rasional : mengurangi rasa nyeri
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Mengetahui keadaan klien
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Rasional: meningkatkan kenyamanan klien
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional : mengurangi rasa nyeri

4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
resiko infeksi berkurang
Kriteria hasil
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Intervensi :
- Pertahankan teknik isolasi
Rasional : mengurangi penyebaran infeksi
- Batasi pengunjung bila perlu
Rasional : mengurangi penyebaran infeksi
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Rasional : mencegah adanya infeksi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu
Rasional : mencegah adanya infeksi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik. Implementasi akan dilaksanakan sesuai perencanaan
dan didokumentasikan sesuai urutan jam pelaksanaan serta sesuai sop dan
bagaimana respon klien.

Evaluasi merupakan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan


antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah diterapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil.
DAFTAR PUSTAKA

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.


Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 23 maret
20159http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 23 maret 2019
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.html
Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ;
247 : 5-14.
Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI.
Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Jakarta, UI.
NANDA, 2000, Nursing Diagnosis Definition and Clasification, 2001-2002, Philadhelpia, USA.
Price, S.A., 2002, Patofisiologi Konsep Klimik Prose-proses Penyakit, Bag. II Terjemahan Adji
Dharma, Jakarta : EGC.
Riwayat Perkembangan Anak
a. Pertumbuhan fisik
Berat badan meningkat sekitar 2-3 kg/thn sedangkan untuk tinggi badan dan
setelah umur 7 tahun akan bertambah 5 cm setiap tahunnya dan pada usia 13 tahun
panjangnya tiga kali dari panjang lahir. Pada saat mendekati usia 6 tahun mulai
kehilangan giginya ( rontok ). Biasanya pada awal usia sekolah gigi geraham mulai
timbuh, sedangkan pada usia 12 tahun system saraf lebih kompleks dan mampu
menulis naskah.
b. Perkembangan
1) Perkembangan psikososial
Pada usia sekolah anak mengalami perubahan pergaulan dilingkungan sekolah atau
masyarakat, sehingga anak-anak tersebut mulai hidup dengan bebas dan mencari
tujuan serta tingkah laku diluar rumah. Pada saat usia ini anak belajar untuk
menghasilkan sesuatu dan miulai untuk mengeksplor keinginan seperti mengkoleksi
binatang peliharaan dan bermain kartu. Anak usia sekolah membutuhkan pengetahuan
untuk keberhasilan mereka, contohnya dalam hal prestasi belajar, partisipasi kelompok
dalam mengembangkan ketrampilan olah raga . Jika sesorang anak tidak dapat
meningkatkan prestasi sesuai harapan orang tua, saat itulah pertamakali anak belajar
mengalami kegagalan dan bereaksi dengan anisietas dan bermusuhan.
2) Perkembangan kognitif
Anak pada usia sekolah biasanya menggunakan kalimat induktif “sebab” untuk
memecahkan masalah yang baru, dapat mengerti peristiwa yang terjasi, dapat
menggunakan logika yang simple seperti masa volume berat, serta menguasai dasar-
dasar matematika.
3) Perkembangan motorik
Pada anak usia 8 tahun dapat beajar untuk menulis dengan tangan, misalmnya :
menulis angka dan huruf dengan teliti, menggambar dan mewarnai, anak usia ini juga
dapat mengerjakan pekerjaan rumah, berlari, melomp[at, mengendarai sepeda, berenag
dan menikuti gerakan yang diajarikan seperti menari.
Remaja ( adolesecence )
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu itu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa. Dalam periode ini terjadi masa transisi dari masa kanak-kanak
kemasa dewasa, baik fisik dan perilaku maupun sifat, dalam periode ini akan terjadi
perubahan yang terceoat dan universal seperti:
1). Meningkatkan emosi
2). Perubahan bentuk tubuh
3). Berubahnya pola perilaku
Pada periode remaja mereka berusaha unutk mencari identitas diri yang
menjelaskan siapakah dirinya dan apakah perannya dalam masyarakat. Pada periode
ini mereka sudah mulai memikirkan cita-cita untuk masa derpannya.
1) Pertumubuhan fisik
Pertumbuhan berat badan seiring dengan tinggi badan. Wanita pada umur 10-14 tahun
berat badannya akan bertambah 7-25 kg dengan rata-rata 17,5 kg, sedangakan tinggi
badanya akana bertamabah 5-25 cm kira-kira 95% dari tinggi badan yang dicapai pada
permulaaan mensturaai sekitar umur 13 tahun dan rata-rata akan bertambah 20,5 cm,
sedangkan untuk laki-laki pada umur 11-14 tahun berat badannya akan be4rtambah 7-
30 kg dengan rata-rata23,7 kg, sedangkan untuk pertambahan tinggi badan yang paling
puncak adalah pada umur 15 tahun dengan rata-rata 27,5cm.
Proporsi tubuh
Bentuk tubuh seseorang dipenagruhi oleh banyak sedikitnya makanan yang
dikonsumsi dan genetic orang tuanya.
Organ seks
Organ seks laki-laki dengan perempuan mencapai ukuran yang matang pada akhir
remaja tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.

2). Perkembangan kognitif


Perkembangan kognitf pada manusia terjadi pada umur 12-15 tahun, mereka akan
mengembangkan keterampilan, kemampuan, kerja sama dan komunikasi untuk
membuat rencan menuju masa depannya.

Anda mungkin juga menyukai