Anda di halaman 1dari 17

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT

OSTEOATRITIS

I. PENGKAJIAN

1. Data Umum

1. Nama kepala keluarga (KK)

2. Usia : Penderita osteoatritis sering terjadi pada usia diatas 50 tahun

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

5. Alamat

6. Tipe Keluarga

7. Suku dan Bangsa : Suku dan bangsa mempengaruhi persepsi keluarga

dalam pengobatan dan pola asuh kesehatan sesuai dengan adat tersebut.

8. Agama : Agama mempengaruhi keluarga dalam pola asuh kesehatan

sesuai dengan kepercayaan tersebut.

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Status sosial ekonomi keluarga

mempengaruhi kemampuan keluarga dalam memenuhi atau merawat

keluarga dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan nutrisi

bagi penderita.

10.Aktifitas Rekreasi Keluarga : Aktifitas rekreasi keluarga biasanya

mempengaruhi faktor emosional kesehatan keluarga.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Saat Ini : Anggota keluarga yang tertua akan

berpengaruh pada keluarga, dalam pengambilan keputusan untuk

mengatasi masalah.

2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang belum Terpenuhi : Dalam tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi misalnya dalam masalah

kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan kesehatan anggota keluarga


3. Riwayat Keluarga Inti : Jika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota

keluarga ada yang menderita osteoatritis yang lain maka dapat beresiko

pada kerabat atau keturunan berikutnya untuk menderita osteoatritis karena

cenderung memiliki pola hidup yang sama dalam keluarga tersebut.

3. Lingkungan

1. Karakteristik Rumah : Karakteristik luas, jumlah ruangan, pemanfaatan

ruangan, status kepemilikan dan denah rumah.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW : Karakteristik fisik tetangga

dan masyarakat yang berpengaruh pada osteoatritis, misal : pekerjaan,

kelas sosial dan karakteristik sosial budaya masyarakat (budaya menjaga

kebersihan).

3. Mobilitas Geografis Keluarga : kebiasaan keluarga berpindah tempat,

berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, transportasi yang

digunakan keluarga tersebut.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat : Keluarga

menyadari pentingnya intoleransi dengan masyarakat dan menggunakan

fasilitas pelayanan masyarakat misalnya pelayanan kesehatan.

5. Sistem Pendukung Keluarga : Biasanya yang membantu keluarga saat

membutuhkan bantuan adalah tetangga dekat atau keluarga dan petugas

kesehatan dalam membantu kesehatan keluarga.

4. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga : Komunikasi diantara keluarga yang

menderita osteoatritis akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam

memutuskan suatu masalah.

2. Struktur Kekuatan Keluarga : Dalam keluarga yang membuat keputusan

dalam menyelesaikan masalah biasanya dilakukan oleh kepala keluarga

dengan cara demokrasi. Jika kepala keluarga tidak mampu mengambil


keputusan tepat dalam mengatasinya maka dapat memperberat penyakit

osteoatritis.

3. Struktur Peran : Peran kepala keluarga adalah memenuhi kebutuhan

anggota keluarganya dan setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing dalam menanggulangi, mencegah serta merawat anggota

keluarga yang sakit.

4. Nilai dan Norma Keluarga : Keluarga mempunyai persepsi bahwa suatu

penyakit tidak dapat sembuh tanpa diobati seperti osteoatritis tidak dapat

sembuh tanpa pengobatan.

5. Tipe Keluarga

Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga

tradisional dan keluarga non tradisional.

1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

a) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang

terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsisi.

b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya

kakek, nenek, bibi dan paman.

c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang

tinggal dalam satu rumah tanpa anak.

d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu

orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat

disebabkan oleh perceraian atau kematian.

e) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang

dewasa.

f) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri

yang sudah lanjut usia


2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

a) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian

darah, hidup dalam satu rumah.

b) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup

bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.

6. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif : Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan

oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang

memperhatikan keluarga yang menderita osteoatritis akan menimbulkan

komplikasi lebih lanjut.

2. Fungsi Sosial : Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota

keluarga yang menderita osteoatritis untuk berinteraksi dengan

lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga dan klien dari

penyakit yang diderita. Biasanya penderita osteoatritis akan kehilangan

semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan yang terus

menerus dan tetap merasakan nyeri.

3. Fungsi Perawatan Keluarga

Keluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan tentang osteoatritis (pengertian, faktor

penyebab, tanda dan gejala, akibat serta penatalaksanaan).

b. Mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit.

c. Merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjauhkan faktor-faktor

pencetus terjadinya diabetes dan pemenuhan nutrisi yang cukup.

d. Memodifikasi pola dan kebiasaan makan misal menjaga kebersihan

agar terhindar dari penyakit.


e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan misalnya : membawa

anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat seperti

Puskesmas.

4. Fungsi Reproduktif : Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga

merencanakan jumlah anak, metode yang digunakan seperti penggunaan

KB

5. Fungsi Ekonomi : Keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi

kebutuhan ekonominya dan termasuk pemanfaatan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

7. Stress dan Koping Keluarga

1. Stresor jangka pendek dan panjang

a. Stressor jangka pendek : apabila keluarga mempunyai masalah dalam

kesehatan, anggota keluarga ada yang menderita osteoatritis maka

bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang menderita

tersebut.

b. Stressor jangka panjang : keluarga mampu bertindak tenang dan sabar

dalam perawatan osteoatritis dan pengobatannya.

2. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stressor :

Keluarga begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota

keluarga, sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan

sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari

osteoatritis.

3. Strategi koping yang digunakan : Keluarga yang menggunakan

mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah kesehatan

yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang sakit

ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan


keluarga. Sedangkan keluarga yang menggunakan mekanisme koping

yang adaptif akan membawa ke pelayanan kesehatan.

8. Keluhan Utama

keluhan utama yang biasa muncul pada kien dengan osteoatritis adalah

merasa nyeri pada bagian sendi dan mudah mengalami kelelahan atau

aktifitas berkurang.

9. Pemeriksaan fisik (head to toe) :

a. Kepala

- Rambut : berwarna hitam / putih, tebal / tipis, bersih / otor, ada

rontokan / tidak.

- Wajah : bentuk wajah bulat/ squere /lonjong, simetris/ tidak,

odema/ tidak.tidak ada masalah.

- Mata : konjungtiva pucat/ tidak, sclera putih / pucat

- Telinga : ada serumen / tidak, simteris. Tidak . tidak ada masalah

- Hidung : bersih / tidak, terdapat polip/ tidak. Tidak ada masalah.

- Mulut : bibir lembab/ kering, mempunyai carien gigi/ tidak,

kebersihan mulut, tidak ada pendarahan dan bengkak pada gusi.

Tidak ada masalah.

b. Leher : normal, tidak teraba pembesaran vena jugularis, tidak ada

benjolan. Tidak ada masalah.

c. Dada : Bentuk dada simetris

d. Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat

benjolan atau massa, peristaltic usus normal.

e. Genetalia : bersih

f. Ekstremitas : Nyeri sendi, mengalami kekakuan sendi, dan tidak

dapat melakukan kegiatan pergerakan.


10. Harapan Keluarga

Harapan yang diinginkan keluarga yaitu menginginkan agar anggota

keluarganya tidak ada yang sakit-sakitan dan keluarga berharap saat

dibawa ke pelayanan kesehatan mendapatkan informasi kesehatan

khususnya mengenai osteoatritis sehingga anggota keluarga dapat

memelihara kesehatan.

2. Diagnose Keperawatan

Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada peynakit osteoatritis :

1) Nyeri kronis pada Ibu S keluarga bapak T berhubungan dengan ketidak

mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit osteoatritis ditandai

dengan nyeri tekan skala >2 pada bagian ekstremitas.

2) Intoleransi aktivitas pada Ibu S keluarga bapak T berhubungan dengan

ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit osteoatritis

ditandai dengan tubuh mudah lelah digunakan aktivitas.

3) Kurang pengetahuan tentang kondisi Ibu S keluarga Bapak T berhubungan

dengan kurangnya mengenal masalah kesehatan tentang penyakit osteoatritis

ditandai dengan seringnya bertanya tentang kondisi ibu S.

Perumusan masalah kesehatan

Tipologi kesehatan keluarga adalah :

a. Ancaman kesehatan adalah keadaan dapat memungkinkan terjadinya

penyakit, kecelakaan serta kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan,

yang termasuk ancaman kesehatan adalah :

1. Penyakit keturunan

2. Keluarga anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

3. Jumlah anggota keluarga yang tidak sesuai dengan kemampuan

keluarga

4. Resiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga


5. Kekurangan atau kelebihan diri

6. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress

b. Sanitasi lingkugan buruk diantaranya :

1. Ventilasi dan penerangan kurang baik.

2. Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.

3. Tempat penampungan tinja yang mencemari penampungan air.

4. SPAI yang tidak memenuhi syarat.

5. Kebisingan.

6. Polusi udara.

c. Kebiasaan-kebiasaan merugikan diantaranya adalah ;

1. Merokok, minum minuman keras.

2. Personal hygine kurang.

3. Makanan cepat saji dan tidak hygienis

d. Imunisasi anak tidak lengkap

1. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan

kesehatan.

Yang termasuk diantaranya adalah :

a. Keadaan sakit.

b. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan

2. Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau

keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya

keluarga

Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :

a. Perkawinan

b. Kehamilan

c. Persalinan

d. Masa nifas

e. Pertambahan anggota keluarga


f. Abortus

g. Anak masuk sekolah

h. Anak remaja

i. Kehilangan pekerjaan

j. Kematian anggota keluarga

k. Pindah rumah

Tipologi diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu;

1. Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang dialami oleh warga

dan memerlukan bantuan dari perawat denagn cepat

2. Diagnosa resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi

tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi

dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan

3. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi keseimbangan dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

. Hasil

1. Nyeri kronis Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui

pada Ibu S tindakan tanda-tanda keadaan

keluarga keperawatan selama vital umum klien

bapak T 2 x 1 jam klien akan 2. Kaji skala 2. Mengetahui

berhubungan memperlihatkan rasa nyeri tingkat nyeri

dengan nyeri yang 3. Berikan posisi 3. Posisi

ketidak berkurang dengan nyaman nyaman

mampuan kriteria hasil : 4. Ajarkan dapat


keluarga 1. skala nyeri 0-2 tekhnik mengurangi

merawat 2. mampu relaksasi dan nyeri

anggota mengontrol distraksi 4. Mengurangi

keluarga yang nyeri rasa nyeri

sakit 3. melaporkan

osteoatritis bahwa nyeri

ditandai berkurang

dengan nyeri dengan

tekan skala >2 manajemen

pada bagian nyeri

ekstremitas

2. ) Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui

aktivitas pada tindakan kemampuan tingkat

Ibu S keluarga keperawatan selama klien kemampuan

bapak T 2x1 jam klien berpindah klien

berhubungan mampu beraktivitas dari tempat 2. Membantu

dengan dengan mudah tidur, berdiri, proses

ketidak Kriteria Hasil : dan aktivtas penyembuhan

mampuan - Menunjukkan yang lain 3. Membantu

keluarga toleransi 2. Evaluasi pasien

merawat aktivitas motivasi dan mengidentifik

anggota - Mendemonstrasi keinginan asi penyebab

keluarga yang kan pasien untuk keletihan

sakit penghematan meningkatka

osteoatritis energi n aktivitas

ditandai 3. Tentukan

dengan tubuh penyebab


mudah lelah keletihan

digunakan

aktivitas

3. Kurang Setelah dilakukan 1. kaji 1. mengetahui

pengetahuan tindakan pengetahuan pemahaman

tentang keperawatan selama tentang klien tentang

kondisi Ibu 2x 1 jam klien osteoatritis penyakit

S keluarga mampu mengetahui 2. menjelaskan osteoatritis

Bapak T tentang pengertian / kepada klien dan


2. meningkatkan
berhubunga informasi keluarga tentang
pengetahuan dan
n dengan osteoatritis dengan pengertian,
pemahaman
kurangnya kriteria hasil : penyebab, tanda
klien tentang
mengenal dan gejala,
-menyatakan osteoatritis
masalah pengobatan
pemahaman kondisi/
kesehatan penyakit yang
proses penyakit dan
tentang termasuk
tindakan
penyakit osteoatritis.

osteoatritis

ditandai

dengan

seringnya

bertanya

tentang

kondisi ibu

S
Perencanaan (Intervensi) Keperawatan

a. Tipologi intervensi keperawatan

1. Klasifikasi Friedman (1970) dalam naskah keperawatan kesehatan klasik,

mengklasifikasikan intervensi sebagai berikut (Marylin & friedman,

1998)

2. Suplemental. Di sini perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan

perawatan langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga

tidak melakukannya.

3. Fasilitatif. Dalam hal ini perawat keluarga menyingkirkan hal-hal

terhadap pelayanan yang diperlukan seperti pelayanan medis,

kesejahteraan sosial.

4. Perkembangan. Tujuan perawatan diarahkan pada perbaikan kapasitas

penerima perawat agar dapat bertindak atas nama dirinya.

b. Klasifikasi menurut Wright dan Leahey (1984) mereka menggolongkan

keluarga dalam 3 tingkatan fungsi keluarga yaitu :

1. Kognitif : diarahkan pada fungsi keluarga tingkat kognitif yang terdiri dai

tindakan perawat dimana informasi dan gagasan baru tentang suatu

kesalahan atau pengalaman dikemukakan.

2. Afektif : tindakan keperawatan yang diarahkan kepada aspek-aspek

afektif fungsi keluarga adalah tindakan yang dirancang untuk menubah

emosi dari anggota keluarga, shingga mereka dapat memecahkan

masalah lebih efektif.

3. Perilaku : strategi-strategi perawatan yang diarahkan untuk membantu

anggota keluarga berinteraksi atas bertingkah laku satu sama lain secara

berbeda-beda dengan angota lain di luar keluarga.

4. Tujuan rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan.


b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara-cara perawatan yang

tepat.

c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang

sakit.

d) Membantu keluarga untu memelihara (memodofikasi) lingkungan

yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga.

e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada di sekitarnya.

c. Hal-hal penting dalam penyusunan rencana asuhan kepoerawatan :

1. Tujuan hendaknya logis sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu

yang sesuai dengan kondisi klien.

2. Kriteria hasil dapat diukur dengan alat ukur dan observasi dengan panca

indra perawat yang objektif.

3. Rencana disesuaikan denga sumber daya dan dana yang dimiliki oleh

keluarga yang mengarah pada kemandirian klien sehingga tidak

ketergantung

Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan independen

(mandiri ) dan kolaborasi.Tindakan mandiri adalah aktifitas perawatan yang

didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan

petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.Tindakan kolaborasi

adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan

petugas kesehatan lain.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah kegiatan yang membandingkan antara :


1. Hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan

untuk melihat keberhasilan.

2. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana

keperawatan yang baru.

3. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali

dengan melibatkan keluaraga sehingga perlu juga direncanakan waktu

yang sesuai dengan kesediaan keluarga.

4. Evaluasi disusun dengan mengutamakan SOAP yang operasional dengan

pengertian :

S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara objektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat di identifikasi oleh perawat menggunakan

pengamat yang objektif setelah implementasi keperawatan keluarga.

A :Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakuan analisis

Pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat :

1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama proses asuhan

keperawatan. Bertujuan menilai hasil implementasi secara bertahap sesuasi

dengan kegiatan yang dilaksanakan sesuai kontrak.

2. Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Bertujuan untuk menilai secara

keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan.

Dalam evaluasi ada 3 garis besar pengukuran hasill perawatan yaitu :

1.Keadaaan fisik

Adanya perubahan fisik yang terjadi khususnya mengenai keluhan-keluhan

yang diasakan oleh anggota keluarga yang sehat.


2. Psikologis atau sikap

Adanya perubahan kemauan dari angota keluarga untuk membawa anggota

keluarga yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan.

3. Pengeahuan atau kelakuan dasar

Adanya perubahan dalam pengetahuan serta kemampuan dalam merawat

keluarga yang menderita osteoatritis.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan

: Pustaka As Salam.

Huda,Amin dkk.2016.Asuhan Keperawatan Praktis.Jogjakarta:Mediaction

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dlm, edisi V, jilid III. Jakarta :

Internal Publishing

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis


:Mosby Year-Book

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada

Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dgn Gangguan

Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC

Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dlm, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK

UI

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.Jakarta: DPP PPNI

Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :

Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai