Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Kabupaten Semarang merupakan salah satu sentra produksi dan pengembangan


sapi perah dengan luas wilayah 95.020.67 ha, terdiri atas lahan persawahan seluas
24.514, 65 ha dan lahan bukan persawahan seluas 70.506,02 ha. Populasi ternak sapi
perah di Kabupaten Semarang tahun 2009 – 2015 mengalami penurunan sekitar 36,43
% atau sebanyak 9.671 ekor, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 35.451ekor, dan pada
tahun 2015 turun menjadi 25.780 ekor. Demikian juga produksi susu mengalami
penurunan dari 30.039.838 liter pada tahun 2009 menjadi 25.920.458 liter pada tahun
2015 atau turun sebanyak 4.119.380 liter. (BPS Kabupaten Semarang, 2016).
Pada kategori Sub DAS Kaligarang Hulu, Kabupaten Semarang termasuk dalam
wilayah Sub DAS Kaligarang Hulu adalah Kecamatan Ungaran Barat. Sub DAS
Kaligarang Hulu yang didalamnya terdapat usaha sapi perah sampai saat ini masih
menjadi prioritas pemerintah. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah,
salah satunya adalah melalui penelitian dan pengembangan dengan tujuan untuk
mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan harapan mendapat solusi
yang baik dalam mengatasi terjadinya erosi dan banjir yang berlebihan, sehingga
produktifitas tanaman maupun ternak yang berada di wilayah tersebut tetap terjaga
produktifitasnya.
Di Kabupaten Semarang, sapi perah dikembangkan dalam bentuk usaha
peternakan rakyat yang pengelolaannya masih bersifat tradisional dengan kepemilikan
ternak rata-rata 2 – 3 ekor, termasuk skala kecil dan sebagai usaha sambilan, sehingga
berdampak rendah pada upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga peternak.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memperoleh dan memberikan daya kekuatan
atau kemampuan kepada warga masyarakat agar mampu mengenali potensi yang
dimiliki, menentukan kebutuhan dan memilih alternatif pemecahan masalah yang
dihadapinya secara mandiri (Sidu, 2006).
Salah satu pemberdayaan yang telah dilakukan oleh peternak di Desa Lerep dan
Desa Nyatnyono, adalah mengolah kotoran sapi perah menjadi pupuk kandang dalam
2

upaya perbaikan struktur tanah. Pemberdayaan masyarakat di Desa Lerep dan


Nyatnyono yang dilakukan selama ini belum efektif, dengan kata lain masih terkendala
dalam modal dan jaringan pemasaran. Saragih (2001), menyatakan bahwa
pembangunan yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat tani yang relatif
tinggi dan meciptakan daya saing global lebih lanjut adalah paradigma pembangunan
agribisnis berbasis peternakan.
Faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak sapi perah adalah
terjaminnya ketersediaan hijauan pakan. Berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan
hijauan pakan telah banyak dilakukan diantaranya integrasi padi dan ternak atau
pemanfaatan lahan perkebunan kelapa, perkebunan karet, dan tanaman pangan (Sunarso
et al. 2005). Usaha - usaha tersebut dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami
yang tumbuh atau limbah tanaman sebagai sumber hijauan lainnya (Mansyur et al.
2005). Hasil tanaman pangan yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak adalah
dedak, bekatul, dan jerami padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, dan
kacang-kacangan.
Pembangunan peternakan terutama pengembangan sapi perah perlu dilakukan
melalui pendekatan usaha yang berkelanjutan, modern dan professional dengan
memanfaatkan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha. Arifin (2004),
menyatakan bahwa usaha ternak sapi perah merupakan usaha yang bersifat maju dan
selektif dalam menggunakan teknologi baru secara proposional agar dapat
meningkatkan produksi, akan tetapi peternak tidak memahami penggunaan teknologi
tersebut.
Potensi yang dimiliki oleh peternak jika dikembangkan akan menuai dampak
positif terhadap usaha ternak sapi perah. Cara pemeliharaan ternak sapi perah masih
kurang memperhitungkan potensi peternak yang dimiliki (potensi dasar, penyediaan
input, pengguasaan teknologi, dan tenaga kerja), sebagai bagian keberhasilan usaha
ternak sapi perah. Berdasarkan potensi peternak yang belum optimal, maka dilakukan
penelitian dengan judul “Analisis Potensi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah
Pada Pemberdayaan Usaha Tani Konservasi Di Sub Daerah Aliran Sungai Kaligarang
Hulu Di Kabupaten Semarang ”.
3

Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1). menganalisis potensi peternak
dari usaha ternak sapi perah di DAS Kaligarang, Kecamatan Ungaran Barat, 2).
mengetahui besarnya pendapatan dari usaha ternak sapi perah di DAS Kaligarang,
Kecamatan Ungaran Barat, dan 3). menganalisis faktor-faktor pengembangan usaha sapi
perah di DAS Kaligarang, Kecamatan Ungaran Barat.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai bahan pertimbangan
bagi pemerintah daerah dalam menentukkan kebijakan pengaturan dan pengembangan
usaha ternak sapi perah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi dalam meningkatkan usaha ternal sapi perah yang dijalankan oleh peternak
dan sebagai informasi pelengkap bagi penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai