Anda di halaman 1dari 3

3.

1 KARAKTERISTIK RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA

Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko:

a. Risiko perubahan pendapatan: pendapatan bersih (hasil investasi dikurangi biaya) berubah,
yaitu berkurang dari apa yang diharapkan.
b. Risiko perubahan nilai pasar: nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga, yaitu
berubah menjadi lebih kecil (turun nilainya).

3.1.1 Risiko Perubahan Pendapatan

Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan pendapatan (menjadi lebih sedikit). Ada dua
jenis risiko yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan pendapatan, yaitu risiko
penginvestasian kembali dan risiko pendanaan kembali.

a. Risiko Penginvestasian Kembali


Misalkan perusahaan mempunyai struktur aset berikut ini:
Untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh penghasilan bunga sebesar 12%, dan
membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian perusahaan tersebut memperoleh
spread (keuntungan) sebesar 2% (12%-10%). Bagaimana dengan tahun kedua? Untuk tahun
kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari tingkat bunga investasi obligasi pada
tahun kedua. Bagan berikut ini menggambarkan situasi di atas.

Keuntungan tahun kedua akan tergantung darin tingkat bunga investasi yang akan diperoleh
pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar 12% (sama
dengan tahun sebelumnya), maka perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Jika
tingkat bunga penginvestasian kembali pada tahun kedua turun menjadi 8%, maka maka
perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (spread negatif sebesar 2%). Risiko yang
dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko penginvestasian kembali
(reinvestment risk).
b. Risiko Pendanaan Kembali
Risiko pendanaan kembali merupakan kebalikan dari risiko penginvestasian kembali. Misalkan
perusahaan mempunyai struktur aset berikut ini:
Sama seperti sebelumnya, untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh
penghasilan bunga sebesar 12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian
perusahaan tersebut memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12%-10%). Bagaimana
dengan tahun kedua? Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari
tingkat bunga obligasi yang dipakai untuk mendanai investasi pada tahun kedua. Bagan
berikut ini menggambarkan situasi di atas.
Keuntungan untuk tahun kedua akan tergantung dari tingkat bunga pendanaan yang akan
diperoleh pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar 10%
(sama dengan tahun sebelumnya), maka perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan.
Jika tingkat bunga pendanaan kembali pada tahun kedua naik menjadi 14%, maka perusahaan
akan memperoleh kerugian sebesar 2% (spread negatif sebesar 2%). Risiko yang dihadapi
perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko pendanaan kembali (refinancing risk).

3.1.2 Risiko Perubahan Harga Pasar


Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan nilai pasar aset dan/ atau kewajiban yang
dipegang oleh perusahaan. Jika penurunan aset lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai
kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian, dan sebaliknya. Secara umum, jika tingkat bunga
meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami penurunan. Nilai suatu sekuritas (misal
obligasi) merupakan present value dari aliran kas yang akan diterima investor di masa mendatang.
Jika tingkat bunga meningkat, maka discount rate (tingkat diskonto) juga akan meningkat, yang
menyebabkan pembagi menjadi lebih besar, dan present value aliran kas di masa mendatang
semakin kecil.

Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya. Sebagai
contoh, jika tingkat bunga meningkat, maka nilai pasar obligasi akan mengalami penurunan. Tetapi
obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama, nilainya akan turun lebih besar dibandingkan dengan
obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika tingkat bunga
mengalami penurunan. Obligasi dengan dengan jangka waktu lama akan mengalami kenaikan nilai
pasar lebih cepat dibandingkan dengan obligasi jangka pendek. Dengan kata lain, nilai pasar obligasi
jangka panjang lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan dengan nilai obligasi
jangka pendek. Misalkan perusahaan mempunyai neraca berikut ini:

Misalkan tingkat bunga yang berlaku adalah 10% (sama dengan kupon bunga), maka nilai obligasi
yang menjadi aset dan obligasi kewajiban adalah:

Obligasi aset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp1 juta. Misalkan tingkat bunga
naik menjadi 12%. Nilai obligasi keduanya bisa dihitung berikut ini:

Perhatikan bahwa kedua jenis obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Tetapi obligasi aset
mengalami penurunan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi kewajiban. Karena nilai
aset turun lebih besar dibandingkan turunnya nilai kewajiban, maka perusahaan tersebut mengalami
kerugian. Dalam situasi tersebut, kenaikan tingkat bunga menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian nilai pasar.

3.2 PENGKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA: METODE PENILAIAN KEMBALI (REPRICING
MODEL)

3.2.1 Periode Harian

Model penilaian kembali (repricing model) mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga
dengan menggunakan pendekatan pendapatan. Lebih spesifik lagi, model tersebut ingin melihat
bagaimana pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan yang diperoleh suatu
organisasi. Misalkan suatu bank mempunyai neraca seperti berikut ini:

Dengan menggunakan model penilaian kembali, kita ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan
tingkat bunga terhadap pendapatan bank tersebut. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
(1)mengidentifikasi dan mengelompokkan aset atau kewajiban yang rentan terhadap perubahan
tingkat bunga, yaitu aset atau kewajiban yang harus dinilai ulang jika tingkat bunga berubah,
(2)menghitung gap antara aset yang sensitif dengan kewajiban yang sensitif terhadap perubahan
bunga, dan menghitung perubahan pendapatan jika tingkat bunga berubah.
a. Mengidentifikasi dan Mengelompokkan Aset dan Kewajiban yang Sensitif Terhadap Perubahan
Tingkat Bunga
Jika besok bunga berubah, aset atau kewajiban mana saja yang bunganya berubah, dan
mengakibatkan perubahan pendapatan bank? Dari sisi aset neraca di atas terlihat bahwa bank
mempunyai pinjaman (meminjamkan) di pasar antar bank satu hari sebesar Rp2 miliar. Jika
tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang diperoleh akan
berubah (meningkat dalam hal ini). Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai aset yang
sensitif terhadap perubahan bunga (rate sensitive assets atau RSA) harian sebesar Rp2 miliar.
Aset sebesar Rp2 miliar tersebut akan dinilai kembali (reprice)jika bunga harian berubah. Di
sisi lain, jika kita melihat sisi pasiva, terlihat bahwa bank meminjam di antarbank satu hari
sebesar Rp3 miliar. Jika tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka biaya bunga juga akan
berubah (meningkat). Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga (rate sensitive liabiities atau RSL) harian sebesar Rp3
miliar. Kewajiban sebesar Rp3 miliar tersebut akan dinilai kembali (reprice)jika bunga harian
berubah.
b. Menghitung Gap Antara Aset dan Kewajiban yang Sensitif Terhadap Perubahan Tingkat Bunga
dan Menghitung Perubahan Pendapatan
Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut:
GAP = (Rp2 miliar) – (Rp3 miliar) = - Rp 1 miliar
Bank tersebut mempunyai gap sensitivitas perubahan bunga sebesar – Rp1 miliar. Misalkan
tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11%), maka pendapatan bank
tersebut berubah sebesar.

3.2.2 Periode Lebih Dari Satu Hari

3.2.3 Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga

3.2.4 Perubahan Tingkat Bunga Yang Berbeda Untuk Aset Dan Kewajiban

3.2.1 Periode Harian

3.2.2 Periode Lebih Dari Satu Hari

3.2.3 Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga

3.2.4 Perubahan Tingkat Bunga Yang Berbeda Untuk Aset dan Kewajiban

3.3

Anda mungkin juga menyukai