Anda di halaman 1dari 3

Nama : Eling Sukma Agung

NIM / Kelas : 20170120044 / A

Tujuh Falsafah Hidup KH. Ahmad Dahlan Dalam Menjalani Hidup dan Kehidupan

Pertama .
Kerap kali beliau (Pendiri Muhammadiyah) mengutarakan bahwa tiap-tiap manusia
akan mati perasaannya kecuali para ulama, yakni orang berilmu yang beramal dengan ikhlas dan
bersih. Kebanyakan dari manusia terlalu berlarut-larut dalam kesenangan dan juga kesedihan
sehingga sibuk dengan dirinmya sendiri.
Semakin hari usia manusia semakin berkurang , semakin dekat pula dengan kematian. Hidup
didunia hanya sekali buat tebakan, hidup sekali buat pertaruhan. Hal itu dapat diuraikan :
a. Golongan manusia yang belum mendapat ajaran agama
b. Menurut ajaran para nabi
Setiap perbuatan manusia akan mendapatkan balasannya di akhirat kelak. Termasuk orang-
orang yang berbuat salah dan dosa maka kelak akan mendapatkan balasan yang pedih pula. Pada
papan K.H. Ahmad Dahlan tertulis peringatan yang artinya “Hai Dahlan!! Sungguh bahaya
yang menyusahkan itu terlalu besar demikian pula perkara–perkara yang mengejutkan di
depanmu, dan pasti kau akan menemui kenyataan demikian itu, mungkin engkau selamat
tetapi juga mungkin tewas menemui bahaya. Hai Dahlan !! coba bayangkanlah seolah–olah
badanmu sendiri hanya berhadapan dengan Allah saja dan dihadapanmu ada bahaya maut,
peradilan, hisab atay peperiksaan, surga dan neraka. (hitungan yang akhir itulah yang
menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah, renungkanlah apa–apa yang mendekati kau dari pada
sesuatu yang ada dimukamu (bahaya maut) dan tinggalkanlah selain itu”.
Orang mukmin takut akan bahaya maut, takut akan siksa , takut akan diputus perkaranya.
Ingatlah bahwa hanya sekali hidup di dunia untuk bertaruh.

Kedua .
Sebagian manusia mempunyai sifat tercela seperti takabur, sombong, angkuh, dan
mengambil keputusannya sendiri-sendiri. Layaknya orang beragama lain yang menganggap
bahwa orang yang berbeda agama dengannya tidak akan sebahagia dirinya. Sedangkan orang
yang tidak beragama memiliki pendapat bahwa manusia sesudah meninggal tidak akan ada
penyiksaan dan celaka. Pernyataan fatwa K.H. Ahmad Dahlan : “Manusia satu sama lain
selalu melemparkan pisau cukur, mempunyai anggapan pasti tepat dia melemparkan celaka
kepada orang lain”.
Tentang kebenaran manusia merasa benar dengan kelompoknya masing-masing. Akan tetapi
di dalam Al- Qur’an dijelaskan bahwa “Maka tidak ada sesudahnya yang benar, kecuali yang
salah”. Hanya sekali hidup di bumi untuk bertaruh. K.H. Ahmad Dahlan membacakan surat
Al ‘araf : 99 : “Tidaklah khawatir akan siksa Allah, kecuali mereka golongan yang rugi”.

Ketiga .
Manusia memiliki kecenderungan bahwa segala sesuatu yang dilakukan secara terus
menerus dan dicintainya maka kebiasaan tersebut sulit diubah. Karena mereka beranggapan
itu yang benar. Termasuk persepsinya tentang hawa nafsu. Oleh karenanya kita harus
senantiasa mengendalikan hawa nafsu.

Keempat .
Manusia harus senantiasa menggunakan akal pikirannya dalam I’tikad dan
kepercayaannya, dalam mencapai tujuannya, dan dalam mencari tahu tentang kebenaran
supaya tidak tersesat dalam kehidupan.

Kelima .
Dalam fatwa K.H. ahmad Dahlan menyatakan bahwa “Mula–mula agama islam itu
cemerlang, kemudian kelihatan makin suram. Tetapi sesungguhnya yang suram itu adalah
manusianya bukanlah agamanya.” Orang yang menetapi agama ialah orang yang condong
akan kesucian iman kepada Allah dan bersih dari segala perbuatan yang bermacam-macam.
Dengan keterangan sebagai berikut :
a. Manusia mulanya suci
b. Kemudian manusia kemasukan adat atau kebiasaan kotor lalu hatinya mengandung
penyakit
c. Kemudian menolak ajaran — ajaran yang baik yang suci dan yang benar
d. Manusia harus mengadakan kebersihan diri dari kotoran — kotoran yang ada dalam
hati. Setelah hatinya jernih, baru dapat menerima ajaran — ajaran para rasul, kemudian
baru dapat meningkat naik ke alam kesucian.
Keenam.
Kebanyakan para pemimpin belum mempunyai sifat tidak berani mengorbankan
segalanya demi membawa rakyatnya kedalam kebenaran.

Ketujuh.
Pelajaran terbagi kepada dua bagian :
a. Belajar Ilmu (pengetahuan dan teori)
b. Belajar amal (mengerjakan, memperaktekan)
Semua pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Demikian
juga belajar beramal, harus dengan cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat
mengerjakan tidak perlu ditambah.

Kesimpulan
Ada tujuh falsafat hidup menurut pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan yaitu
senantiasa mengingat kehidupan akhirat, jangan sampai tergolong ke dalam manusia yang
rugi (mementingkan dirinya sendiri), mengubah suatu sufat tercela dan menahan hawa nafsu,
menggunakan akal pikirannya dalam kehidupan, menjaga kesucian iman kepada Allah dan
menghindari perbuatan tercela, menjadi pemimpim yang mengantarkan umatnya kedalam
kebenaran, dan belajar secara ilmu (pengetahuan dan teori) serta belajar amal (mengerjakan
dan mempraktikan).

Anda mungkin juga menyukai