PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
terhutang oleh setiap orang maupun badan yang sifatnya memaksa namun tetap
1983 sistem yang berlaku di Indonesia adalah Self Assesment System, yaitu
sistem kewajiban perpajakan yang dilakukan sepenuhnya oleh wajib pajak mulai
(SPT) sehingga resiko pajak yang timbul ditanggung sendiri oleh wajib pajak. Self
Assesment memberikan sanksi yang berat kepada wajib pajak. Sanksi yang
diberikan akan lebih berat jika wajib pajak tidak memenuhi kewajiban-kewajiban
masih tergolong sangat rendah. Masyarakat yang belum paham karena membayar
pajak tidak dapat merasakan secara langsung dampak dari membayar pajak.
menjadi beban setiap tahun. Aparat perpajakan tidak ada keterbukaan terhadap
pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terhutang sekecil mungkin
ini menggunakan cash effective rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan
untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Budiman dan Setiyono,
aktivitas tax avoidance. Pengukuran tax avoidance menurut Dyreng, et.al (2010)
Semakin tinggi tingkat presentase CETR yaitu mendekati tarif pajak penghasilan
badan sebesar 25% mengindikasikan bahwa semakin rendah tingkat tax avoidance
perusahaan, sebaliknya semakin rendahnya tingkat presentasi CETR semakin
Amerika Serikat dan juga marak terjadi di Asia. Penelitian yang telah dilakukan
berkembang, yaitu dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atas pendapatan yang dikenakan pajak.
avoidance. Perusahaan yang memiliki total asset yang lebih besar cenderung lebih
mampu menghasilkan laba jika dibandingkan perusahaan dengan otal asset kecil
(Indriani, 2005 dalam rachmawati dan Triatmoko, 2007). Penelitian terkait yang
oleh Asfiyati (2012) dan Kristiana (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
efektivitas perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, semakin besar laba yang
diperoleh perusahaan. Ketika besarnya laba yang diperoleh, maka jumlah pajak
semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Maria (2013),
menyebutkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2009, tingkat leverage perusahaan
tinggi maka perusahaan akan memiliki utang yang tinggi pula. Oleh sebab itu
dengan leverage yang dilakukan oleh Noor (2010) yang menjelaskan bahwa
perusahaan dengan jumlah utang lebih banyak memiliki tarif pajak yang efektif
baik, hal ini berarti bahwa dengan jumlah utang yang banyak, perusahaan untuk
melakukan tax avoidance akan cenderung lebih kecil. Penelitian lain dari
Kurniasih dan Maria (2013) dan Darmawan (2014) menunjukkan bahwa leverage
penjualan yang dilakukan oleh perusahaan harus didukung dengan harta atau aset,
bila penjualan ditingkatkan maka aset pun harus ditambah (Weston dan Brigham,
1991). Penjualan perusahaan yang relative stabil lebih aman untuk memperoleh
lebih banyak pinjaman dan dapat menanggung beban yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Maka dari itu
perusahaan yang mendapatkan profit besar akan cenderung melakukan praktik tax
Pertumbuhan penjualan dapat dilihat dari peluang bisnis yang tersedia di pasar
(2016), stating that the company is growing under pressure to finance investment
suatu industry.
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak dengan benar dan efisien tanpa
dalam masalah perpajakan dimasa yang akan datang. Penelitian ini dengan
AVOIDANCE “.
1.2 RumusanMasalah
berikut:
Avoidance) ?
avoidance) ?
Avoidance) ?
(Tax Avoidance) ?
1.3 TujuanPenelitian
tax avoidance.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap tax
avoidance.
avoidance.
selanjutnya dan dapat diteliti lebih dalam lagi serta memberikan konstribusi bagi
2. Manfaat Praktik
a. Manfaat Penelitian
atau dalam hal ini pemerintah agar lebih memperketat peraturan tentang
b. Manajemen
perusahaan agar berusaha untuk menjadi wajib pajak yang patuh agar tidak
merugikan Negara.
c. Investor
Ukuran Perusahaan
H1
(X1)
Profitabilitas
(X2) H2
Tax Avoidance
(Y)
Leverage
(X3) H3
Pertumbuhan
Penjualan
H4
(X4)
1.6 Metode Penelitian
2. Operasionalisasi Variable