Anda di halaman 1dari 51

BERDUKA DAN

BAHAGIA
Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 1

Inggriane Puspita Dewi


Tujuan Pembelajaran
1 Memahami konsep berduka

Membandingkan berduka berdasarkan teori Lindemanss,


2 Engels, Kubbler-Ross dan Teori Islam

Mendiskusikan tentang lima dasar katagori


3 kehilangan

Melakukan pengkajian pasien dengan kondisi


4 berduka dan penatalaksanaannya

5 Mendiskusikan konsep bahagia menurut Islam


Konsep
Berduka/Grieving
Proses Berduka
✓ Persepsi seseorag tentang berduka, dapat mempengaruhi kesejahteraan
hidupnya.
✓ Kata berduka (griev) merujuk pada situasi menderita melibatkan pola pikir,
01
perasaan dan prilaku
✓ Orang yang berduka biasanya mengambil berbagai strategi koping untuk
menghadapinya
✓ Proses berduka terjadi dipengaruhi kejadian saat ini dan masa lalunya.
✓ Ekspresi berduka dipengaruhi oleh faktor kebiasaan sosial, nilai-nilai dan
keyakinan hidup .
03 04
✓ Proses berduka dapat membimbing individu untuk tumbuh dan
berkembang, melalui keterbukaan, support sistem yang baik dan
keberanian menghadapi situasi berduka (kehilangan/loss)
Kehilangan, Kematian, Berduka
dan Keperawatan
✓ Perawat memiliki durasi berinteraksi dengan pasien dan
keluarga kurang lebih selama 24 jam
✓ Perawat berpotensi menemukan kasus berduka pada
pasien dan keluarga karena kehilangan
✓ Amat mudah bagi perawat memenuhi kebutuhan dasar
yang sifatnya fisik/biologis
✓ Namun memenuhi kebutuhan psiko-sosial-spiritual pasien
yang berduka, untuk menemukan makna-makna di balik
kejadian tersebut, tidaklah mudah
✓ Barier dari perawatnya sendiri, dipengaruhi nilai-nilai dan
keyakinan pribadinya, saat mendampingi pasien/keluarga
✓ Maka perawat perlu memahami konsep dan proses berduka
02. Konsep dan Teori
Proses Berduka
Konsep dan Teori Proses Berduka
Lindemann’s Theory: Reaksi normal berkabung

Somatic Distress
Gelombang ketidaknyamanan episodik dalam durasi 10–60 menit;
berbagai keluhan somatik, kelelahan, dan rasa sakit fisik atau emosional
yang ekstrem

Mengingat kembali almarhum


Yang berduka mengalami perasaan yang tidak realistis, emosional serta se
lalu membayangkan wajah almarhum
Lindemann’s Theory: Reactions To Normal Grief

Guilt
Perasaan bersalah, bahwa ia berkontribusi atas meninggalnya
seseorang, berusaha mencari bukti akan perasaannya

Hostile Reactions (reaksi bermusuhan)


Hubungan dengan orang lain terganggu, lekas marah dan
menyendiri

Loss of Patterns of Conduct


Tidak bias diam, gelisah, mencari cara / menyibukan diri.

(Data from Lindemann, E. [1944]. Symptomatology and management of acute grief. American Journal of
Psychiatry, 101,141–148; Roach, S. S., & Nieto, B. C. [1997]. Healing and the grief process [pp. 1–24]. Albany,
NY: Delmar Publishers.)
Teori Grieving Engels
Tiga Tahap berkabung
Stage II: Developing Awareness
• Emotional pain occurs with
increased reality of loss
Stage I: Shock and Disbelief • Recognition that one is
• Disorientation powerless to change the
• Feeling of helplessness situation
• Denial gives protection until • Feelings of helplessness
person is able to face reality • Anger and hostility may be
directed at others
Stage I can last from minutes • Guilt
to days. • Sadness
• Isolation
• Loneliness
Stage II may last from 6 to 12
months.
Stage III: Restitution and Resolution
• menyadari/ kagum thd almarhum
• Mulai berdamai dengan kehilangan
• Pembentukan pola hubungan yang baru

Stage III marks the beginning of the healing process and


may take up to several years.

(Data from Engle, G. L. [1961]. Is grief a disease? Psychosomatic Medicine, 23, 18–22; Engle, G
. L. [1964]. Grief and grieving. American Journal of Nursing, 64(9), 93-98; Roach, S. S., & Nieto
, B.C. [1997]. Healing and the grief process (pp. 1–24). Albany, NY:Delmar Publishers.)
Jenis-jenis Berduka
1. Berduka Normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misal : kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan
menarik diri dari aktivitas untuk sementara.

2. Berduka Antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi. Misal:ketika menerima diagnosis
terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuai-
kan diri dengan berbagai urusan dunia sebelum ajalnya tiba.

3. Berduka yang Rumit/complicated


Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,
yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang
bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka Tertutup
Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui scr terbuka.
Misal : kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami
kematian orang tua, ibu yang kehilangan anaknya di kandungan
atau ketika bersalin.

5. Berduka Disfungsional
Suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/ kekacauan.
Berduka/sedih dalam Al-Qur’an
Kata-kata sedih dalam Al-Qurán tidaklah datang kecuali dalam konteks
larangan atau kalimat negatif (peniadaan). Sebagaimana yang dijelas--
kan Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bukunya Madaarijus Saalikiin

Dalam konteks larangan, misalnya adalah firman Allah ‘azza wa jalla,

َ‫َو ََل ت َ ِهنُوا َو ََل ت َ ْحزَ نُوا َوأ َ ْنت ُ ُم ْاْل َ ْعلَ ْونَ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِين‬

Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, k
arena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu o
rang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).
‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫َو ََل ت َ ْحزَ ْن‬
“Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka”
(QS. An-Nahl: 127).
Kemudian firman Allah ta’ala,
َ َّ ‫ََل ت َ ْحزَ ْن ِإ َّن‬
ۖ ‫َّللا َم َعنَا‬
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”
(QS. At-Taubah: 40)

Adapun dalam konteks kalimat negatif (peniadaan) misalnya firman


Allah ta’ala,
َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل ُه ْم َيحْ زَ نُون‬ ٌ ‫ََل خ َْو‬
َ ‫ف‬

Mereka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah: 38)
Hikmahnya
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan,

‫أن يحزن العبد ل‬: ‫ وأحب شيء إلى الشيطان‬،‫ وَل مصلحة فيه للقلب‬،‫وسر ذلك أن الحزن موقف غير مسير‬
} ‫ان ِل َيح ُْزنَ الَّذِينَ م َمنُوا‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ { ِإنَّ َما النَّ ْج َوى ِمنَ ال‬: ‫ قال هللا تعالى‬،‫يقطعه عن سيره ويوقفه عن سلوكه‬

Rahasianya adalah, karena kesedihan adalah keadaan yang tidak


menyenangkan, tidak ada maslahat bagi hati. Suatu hal yang paling
disenangi setan adalah, membuat sedih hati seorang hamba. Hingga
menghentikannya dari rutinitas amalnya dan menahannya dari kebiasaan
baiknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

‫ان ِل َيحْ ُزنَ الَّذِينَ م َمنُوا‬


ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ِإنَّ َما ال َّن ْج َو ٰى ِمنَ ال‬
“Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu adalah dari syaitan, supaya
orang-orang yang beriman itu berduka cita....” ([QS. Al-Mujadalah: 10]
. [Madaarijus Saalikiin hal: 1285)
✓Berduka karena kematian dalam Islam,
dikenal dengan istilah al hadaad ) ‫) ْال َح َدا ُد‬,

✓Maknanya meninggalkan berhias-hias


melalui pakaian, perhiasan dan wewangian
yang harum (An-Nawawi Rahimahullah,Raudhah Al-Thalibin, 8 / 405)
Jenis Berkabung
Pertama, berkabung dari kematian suami selama empat bulan
sepuluh hari. Kedua, berkabung dari kematian salah satu
anggota keluarganya, selain suami selama tiga hari

Pembagian ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa salllam :

َ ‫ٍ ِإ ََّل‬
‫علَى زَ ْو ِج َها رواه مسلم‬ َ ‫اَّلل َو ْال َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر أ َ ْن ت ُ ِح َّد‬
ٍ ‫علَى َم ِيت‬
ٍ ََ َ َ ََ‫ٍ فَ ْو‬ ِ َّ ‫ََل َي ِح ُّل َِل ْم َرأَةٍ تُؤْ ِم ُن ِب‬

Tidak boleh seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari
Akhir untuk berkabung atas kematian melebihi tiga hari, kecuali
atas kematian suaminya” [HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitab
Thalaq, bab Wujub Al Ihdaad, no. 3714]
✓ Ketika mengkaji ihdad yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI) pasal 170, maka pengertian ihdad tidak hanya bagi seorang istri,
melainkan juga suami yang ditinggal mati oleh istrinya

✓ Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyatakan ihdad bagi laki-laki, dimana


hal ini bertujuan untuk menghormati kematian istri, menjaga perasaan
keluarga istri dan menata kembali mental suami yang baru saja
ditinggal mati oleh istrinya.

✓ Seorang laki-laki yang telah ditinggal mati oleh istrinya tidak sama
dalam melakukan masa ihdad atau masa berkabung yaitu berkisar
antara 7 sampai 40 hari.
Hukum Berkabung menurut Islam
✓ Ibnu Hajar )wafat tahun 852 H) menegaskan: Syari’at memperbolehkan
seorang wanita untuk berkabung atas kematian selain suaminya selama
tiga hari, karena kesedihan yang mendalam dan penderitaan yang
mendera karena kematian orang tersebut [Fathul Bari, Op.cit., 3/146.]

✓ Ibnu Hazm (wafat tahun 456 H) menyatakan: Seandainya seorang


wanita berkabung selama tiga hari atas kematian bapak, saudara, anak,
ibu atau kerabat lainnya, maka hal itu mubah.[Al Muhalla, Ibnu Hazm, tahqiq Ahmad Mu
hammad Syakir, tanpa cetakan dan tahun, Daar Al Turats, Mesir, hlm. 10/280 ]

✓ Ibnu Al Qayyim (wafat tahun 751 H) juga menyatakan: Berkabung atas


kematian suami hukumnya wajib dan atas kematian selainnya boleh
saja.[Zaad Al Ma’ad, Op.cit., 5/618]
Allah berfirman:

َََ‫ع ْش ًرا فَإِذَا َبلَ ْغنَ أ َ َجلَ ُه َّن ف‬


َ ‫صنَ ِبأَنفُ ِس ِه َّن أ َ ْر َب َعةَ أ َ ْش ُه ٍر َو‬ْ َّ‫َوالَّذِينَ يُت َ َوفَّ ْونَ ِمن ُك ْم َو َيذَ ُرونَ أ َ ْز َوا ًجا َيت َ َرب‬
ُ ِ‫وف َوهللاُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َخب‬
ُ ‫ير‬ ِ ‫علَ ْي ُك ْم فِي َما فَعَ ْلنَ فِي أَنفُ ِس ِه َّن بِ ْال َم ْع ُر‬ َ ‫ُجنَا َح‬

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguh
kan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian
apabila telah habis masa ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu
(para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka
menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat” [Al
Baqarah:234].
Masa Waktu Berkabung dan Cara Menghitung Harinya

Masa berkabung bagi wanita adalah empat bulan sepuluh hari. Ini berlaku
pada semua wanita, kecuali yang hamil. Wanita hamil yang ditinggal mati
suaminya, berkabung sampai melahirkan, berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :

“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah


sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang
bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan
dalam urusannya” [Ath Thalaaq : 4]
hadits Subai’ah yang berbunyi:
ْ‫ام ِر ب‬ ِ ‫ع‬ َ ‫س ْع ِد ب ِْن خ َْولَةَ َو ُه َو فِي بَنِي‬ َ ٍ َ ‫ٍَ ت َ ْح‬ ْ ‫سبَ ْيعَةَ أ َ ْخبَ َرتْهُ أَنَّ َها كَان‬
ُ ‫عتْبَةَ ي ُْخبِ ُرهُ أ َ َّن‬ َ ‫ي ِ إِلَى‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
ُ ‫َّللا ب ِْن‬ ُّ ‫َّللا ب ِْن ْاْل َ ْرقَ ِم‬
‫الز ْه ِر ت‬ َ ‫ع َم ُر ب ُْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ ُ ‫َب‬ َ ‫َكت‬
ْ َ‫ٍ ِم ْن نِفَا ِس َها ت َ َج َّمل‬ ْ َّ‫ٍ َح ْملَ َها بَ ْع َد َوفَاتِ ِه فَلَ َّما تَعَل‬ َ ‫ام ٌل فَلَ ْم ت َ ْنشَبْ أ َ ْن َو‬ ْ َ ‫ش ِه َد بَ ْد ًرا فَت ُ ُو ِفت‬ ‫ِن لُ َؤ ت‬
‫ٍ ِل‬ ْ َ ‫ضع‬ ِ ‫ِي َح‬ َ ‫اع َوه‬ ِ ‫ع ْن َها فِي َح َّج ِة ال َو َد‬
َ ‫ي‬ َ ‫ي ٍ َو َكانَ ِم َّم ْن‬
‫ح‬
ٍ ‫ٍ بِنَا ِك‬ ِ ‫َّللا َما أ َ ْن‬
ِ َّ ‫اك ُمت َ َج ِ تملَةً لَعَلَّ ِك ت َْر ِجينَ ال ِنتكَا َح ِإنَّ ِك َو‬ ِ ‫ع ْب ِد الد َِّار فَقَا َل لَ َها َما ِلي أ َ َر‬ َ ‫سنَابِ ِل ب ُْن بَ ْع َككٍ َر ُج ٌل ِم ْن بَنِي‬ َّ ‫علَ ْي َها أَبُو ال‬َ ‫ب فَ َد َخ َل‬ ِ ‫طا‬ َّ ‫ْل ُخ‬
َ ‫سأ‬ َ َ‫سلَّ َم ف‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سيٍُْ فَأَتَيٍُْ َر‬ َ ‫ي َِيَا ِبي ِحينَ أ َ ْم‬ َ ٍُ‫سبَ ْيعَةُ فَلَ َّما قَا َل ِلي ذَ ِل َك َج َم ْع‬
َّ َ‫عل‬ ُ ٍ ْ َ‫ع ْش ٌر قَال‬ َ ‫علَي ِْك أ َ ْربَعَةُ أ َ ْش ُه ٍر َو‬ َ ‫َحتَّى ت َ ُم َّر‬
‫ج ِإ ْن بَ َدا ِلي‬ ِ ‫ض ْعٍُ َح ْم ِلي َوأ َ َم َرنِي ِبالتَّزَ ُّو‬ َ ‫ع ْن ذَ ِل َك فَأ َ ْفت َا ِني ِبأ َ ِنتي قَ ْد َحلَ ْلٍُ ِحينَ َو‬ َ ُ‫ْلتُه‬
“Umar bin Abdillah bin Al Arqam Az Zuhri menulis surat kepada Abdullah bin ‘Utbah memberitahu
kan kepadanya, bahwa Subai’ah telah menceritakan kepadanya bahwa ia (Subai’ah) adalah istri
Sa’ad bin Khaulah yang berasal dari Bani ‘Amir bin Lu’ai dan dia ini termasuk orang yang ikut
perang Badr. Lalu Sa’ad meninggal dunia pada haji wada’ sedangkan Subai’ah dalam keadaan
hamil. Tidak lama kemudian setelah suaminya wafat, ia melahirkan. Ketika selesai nifasnya,
maka Subai’ah berhias untuk dinikahi. Abu Sanaabil bin Ba’kak seorang dari Bani Abduddar
menemuinya sembari berkata: “Mengapa saya lihat kamu berhias, tampaknya kamu ingin
menikah? Tidak demi Allah! Kamu tidak boleh menikah sampai selesai empat bulan sepuluh hari
.” Subai’ah berkata: “Ketika ia bicara demikian kepadaku, maka aku memakai pakaianku pada
sore harinya, lalu aku mendatangi Rasulullah dan menanyakan hal tersebut. Kemudian
Rasulullah memberikan fatwa kepadaku, bahwa aku telah halal dengan melahirkan dan
memerintahkanku menikah bila kuinginkan.”[HR Muslim dalam Shahih-nya, kitab Thalaq, bab Inqidha Al M
utawaaffa ‘Anha Zaujuha, no. 3707]
✓ Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: ‘Adapun orang yang hamil, jika
telah melahirkan, maka gugurlah kewajiban berkabungnya tersebut
menurut kesepakatan mereka (para ulama), sehingga ia boleh
menikah, berhias dan memakai wangi-wangian untuk suaminya
(yang baru) dan berhias sesukanya.[Zaad Al Ma’ad, Op.cit, hlm. 5/619]

✓ Ibnu Hajar menyatakan: Mayoritas ulama dari para salaf dan imam
fatwa di berbagai egeri berpendapat bahwa orang yang hamil jika
wafat suaminya menjadi halal (boleh menikah) dan selesai masa
iddahnya dengan melahirkan.[Fathul Bari, Op.cit., hlm. 9/474]

✓ Masa berkabung ini dimulai dari hari kematian suami, walaupun


berita kematiannya terlambat ia dengar. Demikianlah pendapat
mayoritas para sahabat, para imam empat madzhab, Ishaq bin
Rahuyah, Abu Ubaid dan Abu Tsaur.[Al Kalimaat Al Bayyinat, Op.cit., hlm. 19]
Adab ketika Berduka menurut Islam
Allah ‘azzawajalla berfirman,

َ‫ش ِ تر َو ْال َخي ِْر فِتْنَةً ۖ َو ِإلَ ْينَا ت ُ ْر َجعُون‬


َّ ‫َونَ ْبلُو ُك ْم بِال‬

“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan


dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada
Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).

Ikrimah –rahimahullah– pernah mengatakan,


‫ ولكن اجعلوا الفرح شكرا ً والحزن صبر‬،‫ليس أحد إَل وهو يفرح ويحزن‬
“Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh
karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah
sabar.”
1. Menangis sewajarnya (tidak berkata-kata kasar/tidak pantas,
tidak melukai atau menyakiti diri sendiri)

Ketika Ibrahim yang masih balita meninggal nabi SAW menangis,


air matanya meleleh. Melihat hal ini seorang bertanya “Ya Rasul,
Engkau juga bisa Menangis?” Nabi menjawab “Sesungguhnya
mata menangis, hati bersedih, meski begitu kami tidak mengata
kan kecuali apa yang membuat Allah ridho, meski kami bersedih
dengan meninggalnya Ibrahim”.

2. Mengembalikan segala sesuatu kepada Allah, Nabi mengajari


kita bagaimana kesediha menjadi ibadah dan perpahala. Seperti
dalam al-Quran “ dan berikan kabar gembira kepada orang yang
bersabar, yaitu mereka yang apabila terkena musibah mereka
berkata ‘Inna lillaahi wainna ilaihi roojiun’ (sesungguhnya kami
milik Allah, dan sungguh kepada-Nyalah kami akan kembali)”
3. Rasulullah saw mengatakan Hasbiyallah wanikmal wakil ( cukuplah
bagiku Allah, Dialah sebaik-baik penolong).

4. Baginda berkata kepada Ummu Salamah ketika suaminya meninggal


“Ummu Salamah, katakanlah: Ya Allah berilah aku pahala karena
musibahku, dan berilah aku yang lebih baik darinya.”

5. Memberi hiburan kepada yang sedang berduka


Suatu ketika, Seorang anak bernama Abu Umair terlihat bersedih.
Beliau pun bertanya, “Kenapa Abu Umair bersedih?”
Orang-orang menjawab, “Burungnya mati.”
Mendengar jawaban itu, Rasulullah Saw. menghampiri Abu Umair dan
bertanya padanya, “Abu Umair, ada apa dengan burung kecilmu)?”
Beliau duduk di samping Abu Umair, bergurau dan berusaha
menghiburnya.” (HR Ahmad)
Senang dan duka adalah sunatullah yang pasti mewarnai kehidupan

َّ ُّ‫َّللاُ ََل يُ ِحب‬


‫اللاا ِل ِمين‬ ُ ‫َّللاُ الَّذِينَ م َمنُوا َويَت َّ ِخذَ ِم ْن ُك ْم‬
َّ ‫ش َه َدا َء َو‬ ِ َّ‫َوتِ ْل َك ْاْلَيَّا ُم نُ َدا ِولُ َها بَيْنَ الن‬
َّ ‫اس َو ِليَ ْعلَ َم‬

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah ingin memberi bukti
kebenaran kepada beriman (dengan orang-orang kafir) dan menjadikan
sebagian diantara kalian sebagai syuhada’. Allah tidak menyukai orang-
orang yang zalim” (QS. Ali Imran: 140).

‫ض َح َك َوأ َ ْب َك ٰى‬
ْ َ ‫َوأَنَّهُ ُه َو أ‬
“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis”
(QS. An-Najm: 43)
✓ Allah yang menciptakan kebahagiaan dan Kesedihan agar
manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga ia
bersyukur dan berbagi.

✓ Sempitnya kesedihan diciptakan agar ia tunduk di hadapan


Tuhan yang maha rahmat dan mengasihi, serta tidak ujub.

✓ Seperti aduannya Nabi Ya’qub saat lama berpisah dengan putra


tercinta; Yusuf ‘alaihimas sasalam
ِ َّ ‫ِإنَّ َما أ َ ْش ُكو بَ َِ تي َو ُح ْزنِي ِإلَى‬
‫َّللا‬
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan
dan kesedihanku” (QS. Yusuf: 86).

✓ tidaklah tercela bila seorang merasa sedih


Duka/ Sedih Yang Terpuji

‫س ِتيئَاتُهُ فَ ُه َو ْال ُمؤْ ِم ُن‬


َ ُ‫سا َءتْه‬ َ ‫س َّرتْهُ َح‬
َ ‫سنَاتُهُ َو‬ َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang merasa bergembira karena amal kebaikannya dan s
edih karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beri
man” (HR. Tirmidzi).

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa berlindung dari rasa sedih.


Di antara doa yang sering dipanjatkan Nabi adalah,
.. ‫اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن‬
//Allahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani…//
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari gundah gulana dan rasa sedih
…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kehilangan
Tentang Kehilangan (Loss)

✓Suatu keadaan individu yang berpisah


dengan sesuatu yang sebelumnya ada
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Potter & Perry, 2005).

✓Kejadian alamiah dalam kehidupan


Jenis-jenis Kehilangan

1. Kehilangan Objek Eksternal

Kehilangan ini mencakup segala kepemilikan yang telah


menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasa
kan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung
pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda
yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
Contoh : kehilangan sepeda motor, kehilangan uang,
kehilangan rumah
2. Kehilangan Lingkungan yang telah Dikenal
Kehilangan ini mencakup meninggalkan lingkungan yang telah di
kenal selama periode tertentu/kepindahan secara permanen.
Contoh : pindah rumah baru dan alamat baru atau yang ekstrim
lagi dirawat di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari
lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi melalui situasi natura
sional, misal : lansia pindah kerumah perawatan.

3. Kehilangan Orang Terdekat


Kehilangan yang terjadi pada orang-orang terdekat seperti orang
tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, dll. Contoh
: pindah rumah, pindah pekerjaan karena promosi atau mutasi,
melarikan diri, dan kematian.
4. Kehilangan Aspek Diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Kehilangan ini dapat terjadi karena penyakit, cedera, atau
perubahan perkembangan situasi. Kehilangan seperti ini dapat menurunkan
kesejahteraan individu, mengalami kehilangan kedudukan, mengalami peruba-
han permanen dalam citra tubuh dan konsep diri. Contoh : kehilangan anggota
tubuh dan harus diamputasi karena kecelakaan lalu lintas, menderita kanker
organ tubuh yang ganas, terkena penyakit HIV/ AIDS.

5. Kehilangan Hidup
Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan menghadapi kematian sampai
dengan terjadinya kematian. Hal ini sering menyebabkan kehilangan kontrol
terhadap diri sendiri, gelisah, takut, bergantung pada orang lain, putus asa dan
malu. Contoh : pasien yang divonis menderita kanker otak, luekimia atau
penyakit langka lainnya yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon kehilangan

01 03 05
Sosial-
Usia culture ekonomi

02 04
Keluarga Agama
Pengkajian pasien dengan
kondisi berduka dan
penatalaksanaannya
KAJI DX KEPERAWATAN
UNTUK GRIEVING

TENTUKAN NOC DAN NIC NYA


BAHAGIA
???
Konsep Bahagia dalam Islam

Islam diturunkan untuk membawa kebahagiaan bagi segenap makhluk,


bukan untuk menyusahkan. Dalam surat Thaha Allah berfirman,

‫علَي َْك ْالقُ ْرمنَ ِلت َ ْشقَ ٰى‬


َ ‫َما أ َ ْنزَ ْلنَا‬
“Kami tidaklah menurunkan Al Quran ini kepadamu untuk membuatmu
susah” (QS. Thaha: 2). Artinya, Islam diturunkan untuk membuat umatnya
bahagia.
Bahagia dalam Islam

Terletak pada keseimbangan ruhani,


dengan alam fikir, jiwa dan raganya, memiliki
orientasi akhirat serta meletakan dasar
keyakinan dan perbuatan kepada Allah Ta’ala
bahkan ketika berinteraksi dengan sesama
makhluk maupun alam sekitar
Hadist Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

ُ‫اس أ َ ْج َل أ َ ْن يُح ِْزنَه‬ ُ ‫ِإذَا ُك ْنت ُ ْم َ َ ََََةً فَ ََ َيتَنَا َجى َر ُج ََ ِن دُونَ ْاْلخ َِر َحتَّى ت َ ْخت َ ِل‬
ِ َّ‫طوا ِبالن‬

“Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara/berbisik bisik


berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur
dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi
bersedih” (HR. Bukhori no. 6290 dan Muslim no. 2184)

Ini menunjukkan bahwa Islam begitu menjaga perasaan penganutnya dan


amat menginginkan kebahagiaan dalam hati setiap insan. Bahkan Allah
senang melihat tanda-tanda bahagia, itu tampak dalam diri kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ع ْب ِد ِه‬ َ ‫َّللا يُ ِحبَّ أ َ ْن يُ َرى أََ َ ُر نِ ْع َمتِ ِه‬
َ ‫علَى‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya pada seorang
hamba” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).
Keadaan sedih yang berlarut-larut memicu peluang godaan syetan

Rasulullah kabarkan,
‫ام ِه‬
ِ َ‫طع‬ ُ ْ‫ َحت َّى يَح‬،‫ش ْيءٍ ِم ْن شَأْنِ ِه‬
َ ‫ض َرهُ ِع ْن َد‬ َ ‫ض ُر أ َ َح َد ُك ْم ِع ْن َد ُك تِل‬ َ ‫ش ْي‬
ُ ‫طانَ يَ ْح‬ َّ ‫إِ َّن ال‬
“Sesungguhnya setan mendatangi kalian dalam setiap keadaan kalian.
Sampai setan ikut hadir di makanan kalian” (HR. Muslim).
Referensi
Abdur RAhman bin Nasir As-Sa’di.2010.Meraih Hidup Bahagia. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat
Rabwah
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 1998. Madarijus-Salikin (Jalan Menuju Allah)/ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah;
penerjemah: Kathur Suhardi; Cet. 1. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. 2004. Kunci Kebahagiaan/Penerjemah: Abdul Hayyie al-Katani, Penyunting:
Harlis Kurniawan,Khairuddin Rendusara. Habibullah Rasidin,. Cet. 1.Akbar Media Eka Sarana
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 2005. Manajemen Qolbu. Penerjemah: Ainul Haris Umar Arifin Thayib.
Cetakan VI, Darul Falah Jakarta
Departemen Agama, Al-Qur’an
Muhammad Mukhtar Ay-Syinqithi.2011. Menggapai Hidup Bahagia.Islamhouse
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC
Syamhudi,Kholid.2009. Fiqih : Jenazah & Kematian. https://almanhaj.or.id/2573-berkabung-dari-
kematian.html
Thank you
Insert the title of
your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai