PENDAHULUAN
dunia terinfeksi dengan tuberkulosis laten, dengan risiko 10% mengalami bentuk
kematian mencapai 1,5 juta jiwa. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
kasus tuberkulosis tertinggi kedua setelah India dengan jumlah kasus 10% dari
tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 395 kasus per 100.000 jiwa.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 10% kasus merupakan infeksi oportunistik dari
infeksi HIV. Tingkat kematian akibat penyakit ini sekitar 40 dari 100.000 jiwa
neurologis yang mencapai 70- 80% dari seluruh kasus tuberkulosis neurologis,
5,2% dari seluruh tuberkulosis ekstrapulmoner dan 0,7% dari seluruh kasus
tuberkulosis. Walaupun telah diberikan terapi yang adekuat, penyakit ini masih
memiliki tingkat mortalitas yang tinggi hingga mencapai 50%, bahkan di negara
meningitis yang khas, seperti nyeri kepala, demam dan kaku kuduk, walaupun
tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada tahap awal penyakit.
yang adekuat. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan memaparkan asuhan
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pemaparan diatas, maka kami merumuskan satu masalah dan
tertarik untuk menulis laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan Anak H usia 9
Sadikin Bandung.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Bandung.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
tulisan ini, penulis memberikan gambaran pada isi setiap BAB, yaitu :
BAB III Tinjauan Kasus dan Pembahasan: Berisi tentang gambaran kasus An
implementasi, dan evaluasi. Pembahasan tentang data atau masalah yang di dapat
dari hasil pengkajian hingga evaluasi pada kasus dilahan praktik dan
Tinjauan Teoritis
A. Pengertian
tuberculosis dari infeksi primer pada paru (Van & Farrar, 2014).
paru, yaitu di susunan saraf pusat (SSP). Diagnosis pasti meningitis tuberkulosis
(CSS), melalui biakan, walaupun hasil periksan baru akan didapat setelah 6–8
minggu, walaupun dalam hal ini penderita perlu mendapat penanganan yang cepat
B. Etiologi
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
C. Klasifikasi
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
D. Patofisiologi
mula-mula terbentuk lesi di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara
hematogen selama infeksi primer. Penyebaran secara hematogen dapat juga terjadi
terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus kaseosa (lesi permukaan
(Schlossberg, 2010).
Secara patologis, ada tiga keadaaan yang terjadi pada meningitis tuberculosis:
1. Araknoiditis Proliferatif
Proses ini terutama terjadi di basal otak, berupa pembentukan massa fibrotik
eksudat terdiri dari limfosit dan sel plasma dengan nekrosis perkijuan. Pada
kranial VI, kemudian III dan IV, sehingga akan timbul gejala diplopia dan
strabismus. Bila mengenai saraf kranial II, maka kiasma optikum menjadi
iskemik dan timbul gejala penglihatan kabur bahkan bisa buta bila terjadi
atrofi papil saraf kranial II. Bila mengenai saraf kranial VIII akan
2008).
2. Vaskulitis
yang melintasi membran basalis atau berada di dalam parenkim otak. Hal ini
Yang sering terkena adalah arteri cerebri media dan anterior serta
trombosis serta oklusi sebagian atau total. Mekanisme terjadinya flebitis tidak
3. Hidrosefalus
meningitis
kejang
tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku,
1. Stadium I : Prodormal Selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak
tidur terganggu dan gangguan keadaran berupa apatis. Pada orang dewasa
terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu
lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
kadangkadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda tanda
sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu
tiga minggu.
F. Diagnosis
diantaranya adalah:
1. Anamnesa
demam, nyeri kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah,
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kaku Kuduk
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
b. Kernig`s sign
ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°
(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya
kepala pasien yang sedang berbaring, tangan pemeriksa yang satu lagi
(+) bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi disendi lutut dan
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter padasendi panggul dan lutut
kontralateral.
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari pemeriksa
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan
g. Lasegue`s Sign
tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus. Tanda
lasegue positif (+) jika terdapat tahanan sebelum mencapai sudut 70° pada
G. Pemeriksaan Penunjang
1. PPD (Purified Protein Derivative)
Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah
kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji
tuberkulin dilakukan 48–72 jam dan lebih diutamakan pada 72 jam setelah
(Kliegman, 2011).
tuberculosis.
2 Pembengkakan (Indurasi) 3-9mm,uji mantoux meragukan. Hal ini
Mycobacterium tuberculosis.
Sumber: Levin, 2009
2. Pemeriksaan Laboratorium
jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan
adanya peningkatan tekanan intrakranial. Lumbal pungsi adalah tindakan
2009)
3. Pemeriksaan Radiologis
disertai dengan tanda-tanda dema otak atau iskemia fokal yang masih dini.
1. Pengkajian
a. Keluhan utama Hal yang sering menjadi alas an klien atau orang tua
tersebut di antaranya sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang
sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan
kejang, stimulasi apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa
pembuluh darah.
atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
ditanyakan kepada klien perlu ditanyakan kepada klien terutama jika ada
tuberkulosa.
d. Pengkajian psikososial-spititual Pengkajian psikologis klien meningitis
e. Pemeriksaan Fisik.
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal 38-41oC, dimulai pada fase
tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik
klien. Pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
penciuman.
c) Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil pada klien
kelainan.
pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada kelainan.
f) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli persepsi.
i) Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
perubahan.
UMN.
6) B4 (Bladder) Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan
mengganggu ADL.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
c. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola
nafas abnormal.
h. Hipertermi b.d proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal.
i. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi sisa
5. Evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa penyembuhan tepat
Arydina, A., Herini, E. S., & Triono, A. (2016). Bacterial Meningeal Score
https://doi.org/10.14238/sp15.5.2014.274-80
https://doi.org/10.14238/sp11.2.2009.124-9
America. https://doi.org/10.1016/j.idc.2009.10.009
202525
Wilkinson, R. J., Rohlwink, U., Misra, U. K., Van Crevel, R., Mai, N. T. H.,
https://doi.org/978 92 4 156450 2